Sunshinecjh

Yunho tersenyum dengan getir ketika ia mendapatkan balasan dari Mingi. Ternyata benar, Mingi sudah berpacaran dengan seseorang. Yunho mengenal pacar Mingi. Seungmin merupakan anggota ukm vocal, sama seperti Jongho.

“Udahlah Yunho.. Tarik nafas, buang nafas.. Lo harusnya seneng kalo temen lo akhirnya dapet pacar” kata Yunho sambil berkali-kali menarik nafas dan menghembuskan nafas. Tetapi, entah kenapa, air mata Yunho terus mengalir.

“Kenapa sih.. Hiks.. Kenapa aku nangis..” kata Yunho yang tersendat-sendat. Ia berkali-kali menghapus air mata yang mengalir tersebut. “Huft... Semangat Yunho. Lo harus tegar. Temen lo udah pacaran, artinya, lo harus kasih dia selamat” kata Yunho. Yunho akhirnya menghembuskan nafasnya dengan keras dan kemudian terlelap.

Keesokan paginya, Yunho bersiap pergi ke kampus. Tangannya mengambil handphone untuk menghubungi Mingi. Setiap pagi, Mingi pasti menjemput Yunho. Namun hari itu, Mingi tidak mengangkat sambungan teleponnya. “Oh astaga, gue lupa, Mingi kan sekarang punya pacar. Pasti sibuk sama pacarnya lah, lo bego banget Yun” kata Yunho sambil menepuk dahinya.

Kemudian, Yunho kembali merasa sedih. Mulai sekarang, ia akan sendiri. Pergi ke kampus sendiri, dan pulang sendiri. Padahal, biasanya dia akan pergi bersama Mingi. “Haish lo kenapa sih Yunho, sadar sadar. Lo tuh cuma temenan sama Mingi” kata Yunho.

Ketika Yunho akan pergi menuju halte bus terdekat, tiba-tiba ada mobil yang berhenti di dekatnya dan membunyikan klakson. “Woy, tiang. Buruan masuk!!” Ternyata itu adalah Yeosang. “Hai bang Yunho!! Yuk masuk!! Ikut kita aja” kata Jongho yang meyembul dari kursi pengemudi.

Yunho tersenyum kemudian masuk ke mobil Yeosang. “Ka Yeo tau kakak ga pernah naik bus. Jadi, dia inisiatif buat jemput abang” kata Jongho. “Hehehe makasih Yeosang, sahabatku” kata Yunho. “Jijik Yun” kata Yeosang. Yunho dan Jongho pun tertawa mendengar gerutuan Yeosang.

Sesampainya mereka di kampus, mereka bertemu Mingi yang juga baru sampai di kampus. “Oy Gi!!” Panggil Yeosang. “Oy Yeo!!” Kata Mingi. “Wih, ini pacar lo? Manis juga” kata Yeosang dengan mulut lemesnya. “KAK!!” seru Jongho. “Ehh ampun, Jongho tetep paling manis” kata Yeosang sambil terkekeh.

“Kenalin, namanya Seungmin. Satu ukm sama Jongho kan?” Kata Mingi. “Halo, namaku Seungmin!!” Kata Seungmin sambil memperkenalkan diri. “Gue Yeosang, dia Yunho” kata Yeosang. “Eh, gue ga ngumpul ya nanti. Udah janji mau nemenin dia ngerjain tugas” kata Mingi.

“Santuy, dah jadi bucin ya lo” kata Yeosang. “Haha gitu deh. Gue duluan ya” kata Mingi sambil berlalu dan merangkul Seungmin. “Bang??” Panggil Jongho pada Yunho. “Eh? Kenapa dek?” Tanya Yunho. “Jangan bengong” kata Jongho. “Engga kok. Gue duluan ke kelas ya” kata Yunho.

“Kasian bang Yunho” kata Jongho setelah Yunho pergi berlalu. “Yunhonya gengsi, Mingi juga gengsi. Kita liat aja mereka bertahan berapa lama” kata Yeosang. “Hah... Kasian” kata Jongho.

Selama seharian itu, Yunho tidak fokus dalam mengikuti kelasnya. Dia sendiri tidak mengerti kenapa ia sedih ketika Mingi mendapatkan pacar. Apakah dia sebenarnya iri dengan Mingi?

“Jung Yunho!! Apakah anda mendengarkan saya?” Yunho langsung tersentak ketika dosennya menegurnya. “Maaf pak” kata Yunho. Setelah kelas selesai, Yunho kembali menghubungi Mingi untuk makan. Semua itu dilakukan tanpa ia sadari, karena dia terbiasa bersama Mingi. Dan Yunho kembali merasa sedih karena Mingi tidak membalas pesannya.

“Mingi..” kata Yunho dengan lirih.


Sepulang dari kampus, Yunho langsung menangis. Yunho juga tidak tau apa yang menyebabkannya sangat sedih, hingga ia ingin menangis. “Mingi.. Mingi.. hiks” kata Yunho sambil menyembunyikan air matanya di bantal.

“Mingi.. Lo dimana.. hiks.. Gue.. Kangen..” tangis Yunho. Yunho melirik hpnya dan masih belum ada balasan dari Mingi. Yunho masih terus menangis hingga ia tertidur karena lelah menangis dan melewatkan makan malamnya hari itu.

Beberapa hari kemudian, Hongjoong mengajak mereka untuk berkumpul di warkop dekat kampus. “Loh Yunho mana?” Tanya Wooyoung yang datang bersama San. “Dia ga nongol di group” kata Hongjoong. “Gue ambil kelas agama dan etika bareng Yunho kemaren, tapi dia ga masuk” kata San.

“Terakhir kali liat Yunho tuh pas bang Mingi baru pacaran” kata Jongho. “Coba telepon Yeo” kata Seonghwa. Yeosang pun menghubungi Yunho. “Ga ada yang angkat. Hpnya ga aktif” kata Yeosang. “Gi, lo gatau apa-apa? Lo kan yang biasanya deket sama Yunho” kata Seonghwa.

“Ka, gue emang deket sama Yunho, tapi bukan berarti gue tau dia 24 jam kan? Apalagi gue udah punya pacar sekarang. Ya Yunho cuma temen buat gua. Emang gue tau San atau Yeosang 24 jam full?” Kata Mingi.

“Gue samperin Yunho deh. Alamat Yunho dimana?” Tanya Seonghwa. “Di kosan elit itu loh ka” kata San. “Oh, oke. Gue pinjem motor siapa nih?” Kata Seonghwa. “Motor gue aja ka. Kebetulan gue bawa motor matic, bukan motor biasa balapan” kata Wooyoung. “Oke. Gue pergi ya” kata Seonghwa.

Seonghwa pun mengendarai motor Wooyoung sampai di kosan yang tadi Jongho beritau. Sesampainya disana, Seonghwa baru ingat jika dia lupa menanyakan kamar Yunho. “Duh elah, kamar nomor berapa coba” kata Seonghwa.

Tiba-tiba ada pesan dari Mingi. “201?? Oh lantai 2 nomor 1 ya? Oke” kata Seonghwa pada dirinya sendiri. Seonghwa memarkirkan motornya kemudian segera masuk ke kosan tersebut. “Selamat malam, anda cari siapa??” Tanya seseorang yang sepertinya penghuni kosan ini juga.

“Oh, saya mencari Yunho” kata Seonghwa. “Silahkan masuk kak. Sepertinya Yunho sedang sedih. Dia sudah berhari-hari menangis” kata orang tersebut. Seonghwa mengerutkan dahinya. Seorang Yunho menangis? Masalah apa yang membuat Yunho menangis? Hongjoong pernah mengatakan jika Yunho jarang sekali menangis, dan jika Yunho menangis, berarti masalah itu sangat berat.

Seonghwa segera naik ke lantai dua dan menuju kamar 201, kamar Yunho. Seonghwa mengetuk kamar Yunho. “Yunho, ini gue Seonghwa” kata Seonghwa. Dan tidak ada sahutan dari dalam kamar Yunho. “Yunho, gue tau lo denger gue. Biarin gue masuk ya? Gue mau jadi pendengar lo” kata Seonghwa.

Seonghwa tersenyum ketika ia mendengar suara kunci yang diputar. “Yun.. Ho?” Seonghwa terkejut melihat wajah Yunho tentu saja. Wajahnya sedikit pucat, matanya memerah dan bengkak, serta air mata kering di pipinya.

“Masuk ka” kata Yunho pada Seonghwa. Seonghwa berdecak melihat kosan Yunho yang berantakan. “Maaf berantakan” kata Yunho. Seonghwa menggeleng juga ketika ia melihat 3 tumpuk kardus rokok yang kosong. “Yuk, kita beres-beres dulu. Lo udah makan belom?” Kata Seonghwa.

“Hari ini belum” kata Yunho. Seonghwa menghela nafasnya. “Gue traktir. Lo harus makan. Sekarang lo mandi, gue pesen makanan. Abis itu kita beres-beres kamar lo” kata Seonghwa. Yunho mengangguk dan pergi ke kamar mandi. Sementara Seonghwa memesan makanan secara online.

Setelah Yunho selesai mandi, makanan yang dipesan Seonghwa pun sampai. Seonghwa mengambil makanan tersebut dan sudah kembali lagi ke atas. “Lo belom makan seharian, gue beliin bubur” kata Seonghwa. “Makasih ka” kata Yunho.

Setelah makan, Seonghwa membantu Yunho membereskan kamarnya. Seonghwa menggeleng melihat tumpukan baju kotor Yunho yang tercecer dimana-mana. “Lo kenapa sih?” Tanya Seonghwa. Yunho yang ditanya pun terdiam. Yunho duduk di lantai kemudian menutup wajahnya dengan tangan. Yunho menangis lagi.

Seonghwa memeluk tubuh Yunho dan menepuk-nepuk bahu Yunho. “Gue disini Yunho.. Tenang yaa.. I'm here for you” kata Seonghwa. “Kak.. Hiks” kata Yunho. “Kenapa hm??” Tanya Seonghwa. “Gue.. Gue gatau hiks.. Gue sedih..” kata Yunho.

“Sedih kenapa?? Coba sini cerita sama kakak” kata Seonghwa. “Gue.. sedih banget ka hiks.. Gue sedih karna Mingi pacaran, harusnya gue seneng. Gue sedih juga Mingi ga bales chat gue sejak dia pacaran.. Gue gatau kenapa hiks..” kata Yunho sambil menangis.

“Yunho.. Kakak mau nanya. Kamu suka sama Mingi?” Tanya Seonghwa. Yunho terdiam. “Aku.. Gatau” kata Yunho. “Kenapa gatau?” Tanya Seonghwa. “A-Aku belum yakin sama Mingi” kata Yunho. Seonghwa menghela nafasnya, kemudian tersenyum pada Yunho.

“Yunho, dengerin kakak. Perasaan kamu sekarang gimana setelah Mingi pacaran?” tanya Seonghwa. Yunho menghapus air matanya. “Aku sedih ka. Banget. Aku terbiasa sama Mingi. Mingi selalu ada di samping aku, aku nyaman sama Mingi, dan..” ucapan Yunho terputus sedikit.

Seonghwa dapat melihat Yunho sepertinya gugup. Terlihat dari Yunho yang menggigit bibirnya. “Dan apa?” tanya Seonghwa. “Aku sempet mikir, harusnya aku yang di posisi pacarnya Mingi” kata Yunho dengan suara yang sangat pelan, namun tetap dapat didengar Seonghwa.

“Yunho, lo sadar ga sih kalo lo sebenernya suka, eh engga, sayang dan cinta sama Mingi?” Kata Seonghwa. Yunho menghela nafasnya berat. “Apa yang bikin lo ga yakin? Mingi selama bertahun-tahun ini selalu ada di sisi lo kan? Apa dia pernah ngecewain lo?” Tanya Seonghwa.

Yunho menggeleng. “Nah, terus kenapa lo harus ragu?” Tanya Seonghwa. “Gue takut. Gue ga mau pacaran yang cuma buat bisa dipamerin, dan lain-lain. Gue mau hubungan kita serius. Banyak ngobrol” kata Yunho. “Dan lo pikir Mingi ga bisa kaya gitu?” Tanya Seonghwa. “Iya?” Kata Yunho.

“Tapi pada kenyataannya gimana?” Tanya Seonghwa. “Dia orang yang realistis. Banyak baca berita. Kita juga sering ngobrol tentang masa depan, keluarga” kata Yunho. “Nah, kenapa lo masih ragu?” Kata Seonghwa. Yunho terdiam kemudian menghela nafasnya. “Gue bego ya ka?” tanya Yunho.

“Engga, lo ga bego kok. Cuma telat mikir aja” kata Seonghwa. “Kalo, gue bilang ke Mingi sekarang pas dia punya pacar, gue jadi pelakor ya ka?” Tanya Yunho. “Mau tau rahasia ga?” tanya Seonghwa. Yunho mengangkat kepalanya ke arah Seonghwa. “Mingi tuh ga pacaran. Itu sepupunya dia. Sepupunya itu tuh dibayar sama Mingi buat jadi pacar pura-pura. Dia pengen tau lo serius ga sama dia” kata Seonghwa.

Dan setelah itu Yunho kembali menangis. “SONG MINGI BANGSATTT” seru Yunho sambil menangis-nangis karna kesal. Ya, semoga Mingi masih bisa melihat matahari ya besok.

Seonghwa menghela nafasnya. Dia merutuki dirinya sendiri yang mudah sekali percaya pada omongan orang. Malam itu, ia seharusnya pergi bersama Yunho, Wooyoung dan Jongho. Kemudian ada orang yang berkata bahwa dia adalah teman Hongjoong dan meminta Seonghwa ikut dengannya dengan alasan Hongjoong.

Dan disini lah Seonghwa. Dia semacam dikurung (?) Di ruangan yang gelap. “Idih, berasa main film thriller terus gue yang diculik” kata Seonghwa. Seonghwa mau keluar, tapi dia takut ditonjok. Seonghwa ga tega nonjok orang :((

Tiba-tiba pintu ruangan itu pun terbuka. “Masih polos aja ya pemikiran lo.” Seonghwa mengerutkan dahinya ketika mendengar suara itu. Sepertinya dia kenal, tetapi entah kenapa dia tidak bisa mengingatnya. “Lu lupa sama kita?” Dan ketika Seonghwa dapat melihat kedua orang yang masuk ke ruangan itu, jantung Seonghwa rasanya jatuh ke perut.

“L-Lo?? NGAPAIN LO?? GA PUAS LO BULLY GUE WAKTU SMA??!!” Seru Seonghwa marah. Walaupun marah, Seonghwa yakin matanya memancarkan rasa takut berlebih. “Sebenernya, target kita bukan lo sih. Ga nyangka aja target kita deket sama lo” kata salah satu dari kedua orang tersebut. “Target lo siapa lagi Geonhak? Juyeon? Lo berdua ga cape abis bully gue?” Kata Seonghwa.

“Hongjoong. Target gue Hongjoong. Puas lo?” Kata Geonhak sambil mendekatkan wajahnya ke arah Seonghwa. Seonghwa memundurkan wajahnya sedikit. “Gue ga nyangka aja itu bocah masih sok jago. Terlebih kemaren dia ngalahin gue di lomba robotik. Apa-apaan” kata Geonhak. “Ka-Kalian ikut lomba robotik juga?” Tanya Seonghwa. “Iyalah. Sayang banget otak pinter ga digunain” kata Juyeon.

Seonghwa merasakan kepalanya yang sangat pusing. Pertama, karena dia takut. Geonhak dan Juyeon pernah melakukan bullying padanya. Kedua, karena khawatir akan Hongjoong. Ketiga, KENAPA SIH DUNIA TUH SEMPIT BANGET???

Tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka, dan muncul Hongjoong yang masuk dengan tenang. “Wahh mau jadi pahlawan lagi Joong?” Tanya Juyeon. “Kaya waktu SMA kan?” Kata Geonhak. Seonghwa jadi bingung sekarang. Hongjoong kenal sama mereka??

“Ohh kayanya ketua BEM Psikologi ini lupa kejadiannya ya? Yaampun kasian banget sih lo Joong dilupain” kata Geonhak. “Diem!! Tutup mulut lo sebelum gue abisin” kata Hongjoong. “Gue kasih tau deh. Seonghwa, lo inget kan kalo lo pernah kita ejek, hm?” Kata Juyeon sambil berjongkok di sebelah Seonghwa. Seonghwa pun mengangguk dengan takut.

“Nah, lo inget ga, ada cowo yang waktu itu tiba-tiba dateng, dan langsung nonjok gue sama Geonhak? Itu tuh Hongjoong. Ckckck kok lo bisa lupa sama pahlawan lo sih?” Kata Juyeon. “Gue bilang diem bangsat!!” Seru Hongjoong sambil memukul wajah Juyeon.

“Eh kita ga main kasar loh. Tapi kalo lu mau main kasar, yaudah” kata Geonhak sambil memukul Hongjoong balik. Seonghwa terkejut. “Hongjoong!!” Seru Seonghwa. Hongjoong mengelap sudut bibirnya yang sudah berdarah. “Diem disitu” kata Hongjoong.

Seonghwa rasanya ingin menangis. Ingatan yang sudah ia kubur dalam-dalam, kembali muncul dalam pemikirannya. Benar, itu adalah Hongjoong. Orang yang sama telah menyelamatkannya.

“Apa maksud lu bawa Seonghwa kesini bangsat?” Tanya Hongjoong pada Geonhak. “Ga ada apa-apa. Gue iri sama lo bangsat!! Kenapa lo bisa menang lomba itu HAH?” seru Geonhak. Hongjoong menendang Juyeon yang hendak menyerangnya kemudian memukul wajah Geonhak. Kedua orang tersebut pun pingsan dengan luka-luka yang cukup banyak.

“Bos, biar kita yang urus.” Ternyata, ada dua orang lain yang merupakan anggota dari kelompok tawuran Hongjoong datang kesana. “Lu urus mereka. Bawa ke rumah sakit aja, ntar tagihannya gue yang urus” kata Hongjoong. Itulah Hongjoong.

Setelah memukul lawannya, Hongjoong selalu memastikan bahwa lawannya mendapatkan perawatan untuk luka-luka mereka. Begitu juga anak buah Hongjoong selalu diperhatikan oleh dirinya. Jika ada yang terluka, Hongjoong yang akan membiayai perawatan tersebut.

“Gausah bos. Masih ada duit kas kok. Santuyy.. Bawa aja tuh si ketua BEM. Kayanya dia lebih butuh lo” kata salah seorang anak buahnya tadi. Hongjoong tersenyum kemudian menepuk bahu keduanya. Hongjoong pun berjalan mendekati Seonghwa dan membantunya berdiri.

“Lo gapapa? Bisa jalan ga?” Tanya Hongjoong. “Bisa.. Cepetan kita keluar” kata Seonghwa sambil menumpukan tangannya di bahu Hongjoong. Hongjoong membawa Seonghwa ke mobilnya dan mereka pun pergi ke sebuah restoran cepat saji 24 jam. Hongjoong memesan beberapa makanan lewat drive thru yang akan mereka makan di mobil.

Keduanya pun terdiam. Seonghwa yang terdiam, dan Hongjoong yang juga diam. “Gue ngerokok ya” kata Hongjoong. Seonghwa mengangguk dan Hongjoong pun membuka kaca mobilnya untuk merokok. “Lo berubah. Pantes gue ga ngenalin lo” kata Seonghwa pelan.

Hongjoong terkekeh mendengar penuturan Seonghwa. “Setiap orang berubah, Hwa. Manusia itu dinamis, mengikuti perkembangan” kata Hongjoong. “Hongjoong yang dulu, ga jago nonjok. Nepok lalet aja ga berani” kata Seonghwa. Keduanya pun tertawa. “Iya ya, gue dulu cupu banget” kata Hongjoong.

“Kenapa bisa? Pasti ada alesannya kan?” Tanya Seonghwa. Hongjoong tersenyum. Ia membuang rokoknya keluar dan menghembuskan asap dari mulutnya. “Lo” kata Hongjoong. Seonghwa mengerutkan dahinya. Apa maksudnya?

“Alesan gue berubah adalah lo” kata Hongjoong sambil menatap Seonghwa.


Hongjoong mengantarkan Seonghwa sampai di asrama kampus dan kemudian Hongjoong pulang ke rumahnya. Seonghwa masih terngiang-ngiang ketika mendengar alasan Hongjoong.

Gue ngerasa ga berguna sebagai temen lo. Gue ga bisa lakuin apa-apa ketika Geonhak sama Juyeon ejek-ejek lo, dan berakhir bikin satu sekolah ikut ngejek lo. Akhirnya gue belajar. Iya belajar nonjok orang dan belajar tega.

Gue seneng ketika gue bisa bales Geonhak sama Juyeon, tapi tetep aja gue merasa ga berguna karena lo jadi takut sama gue. Lo yang ga pernah liat orang berantem, jadi shock dan takut sama gue. Dan ya akhirnya, lo pindah sekolah” cerita Hongjoong.

Seonghwa berjalan memasuki lift sambil terus memikirkan percakapannya dengan Hongjoong tadi. “Dari awal, lo udah ngenalin gue?” tanya Seonghwa. Hongjoong mengangguk. “Makanya gue repot-repot nyelamatin lo dari tawuran. Karna gue tau lo ga bisa liat orang berantem” kata Hongjoong.

Seonghwa akhirnya berjalan menuju kamarnya. Ia membuka kamarnya dengan kunci miliknya, kemudian merebahkan dirinya di kasur. “Jadi, apa alasan lo bikin kelompok tawuran?” tanya Seonghwa.

Gue ga mau ada orang yang ngalamin nasib yang sama kaya lo. Gue yang saat itu ga bisa nyelamatin lo. Gue ga mau ngerasain itu lagi. Makanya gue merangkul banyak orang. Untuk nyelamatin orang-orang yang tertindas.

Dan, Yunho sama Mingi saat itu bilang, pembalasan terbaik adalah ketika gue bisa berbuat baik sama mereka. Itu yang gue lakuin. Gue emang nonjok mereka, tapi abis itu gue bawa mereka ke rumah sakit. Dan sejak itu, ga ada yang berani sama gue. Kenapa? Bales budi itu berat” kata Hongjoong.

Seonghwa menutup matanya dengan lengan kanannya. Dalam keseharian, Seonghwa belajar, terkadang ada cerita dibalik orang-orang yang berjuang dengan mental mereka. Dan hari ini, Seonghwa benar-benar paham pembelajaran yang selama ini ia terima.

Bahwa ada cerita dari setiap perilaku. Ada sebab dari semua akibat. Dan sebagai manusia, ia tidak berhak menghakimi siapapun. Karena pada dasarnya, setiap orang memiliki cerita dan pengalaman masa lalu yang membentuk perilakunya saat ini.

Seonghwa membuka matanya ketika mendengar notifikasi HPnya. Ia tersenyum mendapati begitu banyak perhatian dari teman-teman barunya. Well, Jongho benar. Mereka semua adalah orang yang baik dan loyal. Dan sekali lagi, Seonghwa bersyukur dipertemukan oleh mereka.

Jongho menangkup pipinya. Dia bosan. Yeosang dan Hongjoong lagi sibuk ngurusin lomba mereka. Seonghwa sibuk rapat dan kakak yang lain masih ada kelas. “Hufttt kenapa sih cuma gue yang ga ada kelas hari ini” kata Jongho.

“Jongho~~~~ Bayi beruangkuuu” teriakan itu membuat Jongho mengangkat kepalanya. “Bang Wooyoung!!” Seru Jongho. Wooyoung duduk di hadapan Jongho dan menepuk kepala Jongho pelan. “Gabut Jong?” Tanya Wooyoung.

“Iya nih. Nanti siang mau ke apart ka Yeo kasih makanan. Ka Yeo sama bang Joong kan kalo udah kerja ga inget waktu” kata Jongho. “Tapii??” Tanya Wooyoung. “Tapii, ada dua alesan. Yang pertama, gue ga bawa motor. Kedua, gue ga ada temen” kata Jongho. “Emang lo dah boleh bawa motor?” Tanya Wooyoung.

“Sama mama ga boleh. Tapi sama ka Yeo udah boleh” kata Jongho. “Dasar bocah” kata Wooyoung. “Nih bawa motor gue aja. Gue bisa pulang sama San atau siapa aja lah gampang. Soal temen, coba aja lo samperin ka Seonghwa” kata Wooyoung sambil menyerahkan kunci motornya pada Jongho.

“Bener juga!! Siapa tau bang Joong bisa dibujuk sama ka Hwa. Yaudah gue samperin ka Hwa ah. Gue pinjem ya motornya bang. Besok gue balikin” kata Jongho. “Santai santai, kaya sama siapa aja. Yaudah gue balik kelas ya” kata Wooyoung. “Byeee” kata Jongho.


Setelah kepergian Wooyoung, Jongho bertanya pada salah satu temannya di UKM Vocal yang juga anak BEM Psikologi mengenai Seonghwa. Ternyata Seonghwa sedang rapat dengan BPH (Badan Pengurus Harian) BEM Psikologi.

Jongho duduk di depan ruang rapat itu. Sambil menunggu, ia memainkan game di HPnya. Kira-kira 1 jam kemudian, pintu ruang rapat pun terbuka dan keluarlah seorang mahasiswi yang Jongho ketahui sebagai wakil dari Seonghwa.

“Hai ka!! Ka Seonghwanya ada?” Tanya Jongho. “O-Oh? Ada kok. Mau dipanggilin?” Kata Sakura -wakil ketua BEM Psikologi. “Boleh ka hehe..” kata Jongho sambil tersenyum. Mahasiswi itu masuk kembali dan tidak lama keluar lagi. “Katanya tunggu sebentar. Seonghwa masih ngecek berkas” kata Sakura. “Okey, makasih ka” kata Jongho.

Tidak berapa lama, Seonghwa keluar bersama satu mahasiswa dan mahasiswi lain. “Jong?? Kakak pikir siapa yang nyariin. Aturan masuk aja tadi mah” kata Seonghwa. “Ga sopan, ka hehe.. Lagian bukan jurusan sendiri. Kalo jurusan sendiri mah terobos aja” kata Jongho.

“Dasar” kata Seonghwa sambil mengelus rambut Jongho. Jongho melihat dua orang di belakang Seonghwa lagi berbisik. Jongho tersenyum, pasti lagi gibahin dia yang merupakan temennya Hongjoong. “Halo kakak-kakak. Kenalin aku Jongho, anak ilkom” kata Jongho. “Oh, halo Jongho. Kenalin kakak Jungwoo, dan ini Eunbi” kata mahasiswa tersebut.

“Kamu kenapa kesini?” Tanya Seonghwa memotong pembicaraan keduanya. Takut temannya ini membicarakan hal aneh kepada Jongho. “Kakak kosong ga hari ini?” Tanya Jongho. “Kosong. Kelas kakak dibatalin” kata Seonghwa.

“Bagus!!” Kata Jongho dengan senang. “Kenapa nih?” Tanya Seonghwa curiga. “Hehehehe temenin Jongho ke apart ka Yeo mau ga??” Tanya Jongho. “Gak boleh. Seonghwa -um, mau ngerjain tugas kelompok” kata Eunbi. “Yahhh.. Yaudah deh Jongho pergi sendiri aja” kata Jongho sambil mengerucutkan bibirnya.

“Tunggu bentar. Gue ga ada janji mau ngerjain tugas kelompok hari ini. Dan sejak kapan Yeosang ada apartement?” Kata Seonghwa. “Ih kak Eunbi bohong. Ga baik bohong ka, dosa.. Oh soal apart ka Yeo, biasa orang kaya gabut, beli apartement. Itu sebenernya lab ka Yeosang. Ka Yeosang kan demen bikin drone gitu.

Nah, papanya ka Yeosang tuh kadang suka sebel sama ka Yeosang, soalnya perintilan bikin begituan kan banyak nah suka berantakan gitu. Jadi, ka Yeo disuruh beli apartement, buat jadi labnya ka Yeo” kata Jongho panjang lebar.

“Terus, kamu sekarang ke apart Yeo mau ngapain?” Tanya Seonghwa. “Kasih makan. Kakak gatau kalo ka Yeo sama bang Joong ikut lomba robotik wakilin kampus?” Kata Jongho. “HAH??” Kali ini yang kaget bukan hanya Seonghwa, tapi Jungwoo dan Eunbi juga.

“Beneran!! Makanya aku mau kesana sekarang, kasih mereka makan. Soalnya suka ga inget waktu mereka tuh” kata Jongho. “Yaudah, kakak temenin. Kita naik apa?” Kata Seonghwa. Jongho menunjukkan kunci motor Wooyoung. “Hasil ngerampok bang Wooyoung ehehehe” kata Jongho.

“Dasar, mentang-mentang udah dibolehin Yeosang motoran lagi” kata Seonghwa. “Hehe ayo kaaa.. nanti keburu siang” kata Jongho. “Oke, duluan ya gais” kata Seonghwa sambil mengikuti Jongho.

Jungwoo dan Eunbi memandang kepergian Seonghwa. “Jadi sebenernya mereka itu baik apa engga sih?” Tanya Eunbi.


Jongho menekan password apartemen Yeosang dan terdiam ketika melihat ruang tamu yang berantakan. “Siapa? Oh? Kalian kok dateng?” Tanya Hongjoong. Hongjoong segera merapikan peralatan dan bahan-bahan membuat robot tersebut. “Bawain makan. Abang belom makan kan?” Kata Jongho.

“Oh iya, baru inget belom makan dari semalem” kata Hongjoong. “Nih makan bang. Istirahat dulu aja” kata Jongho. “Yeosang tuh dari kemaren ga keluar-keluar dari kamar. Mirip vampire” kata Hongjoong sambil memanggil Yeosang. “Yeosang!! Keluar buruan, makan. Ada Jongho nih” kata Hongjoong.

Tidak berapa lama, Yeosang keluar kamar. “Duh laper” kata Yeosang. “Bagus! Udah berapa lama ga makan?” Tanya Jongho. “Hehehe... Semalem?” Kata Yeosang. “Makan buruan. Gausah ngerjain dulu hari ini. Istirahat duluuu” kata Jongho.

“Iyaa..” kata Yeosang. “Udah berapa persen kalian?” Tanya Seonghwa. “Gue kan asisten Yeosang, cuma bikin bagian body robotnya. Cepet itu mah. Gue bisa masang seharian kelar kalo ga tidur. Yeosang tuh yang bikin otak robotnya” kata Hongjoong. “Hm, udah 75 persen. 3-4 hari kelar kayanya” kata Yeosang.

“Kakak jangan di kamar terus.. Sesekali keluar kamar ka. Nanti makin mirip jadi vampire” kata Jongho. “Iya sayangg. Makanya kamu nginep aja ya disini” kata Yeosang. “Dih? Terus gue harus jadi nyamuk lu berdua?” Kata Hongjoong. “Ka Seonghwa tidur disini juga aja!! Gimana?” Kata Jongho.

“Heh, main samber aja” kata Hongjoong. “Emang ada kamar lain?” Tanya Seonghwa. “Tuh barengan aja sama bang Hongjoong” kata Yeosang dengan enteng. “KANG YEOSANG!!” Teriak Hongjoong. “Apa bang? Ga salah dong gue? Kan ga mungkin ka Seonghwa tidur bareng gue sama Jongho?” Kata Yeosang.

“Lo tidur aja di kamar tamu. Gue di sofa” kata Hongjoong. “Beneran? Lo ntar sakit” kata Seonghwa. “Santuy, gue dah biasa tidur di luar kamar” kata Hongjoong. “Yaudah” kata Seonghwa. “Sekarang makan!! Awas ga makan” kata Jongho. Yeosang terkekeh kemudan mengelus rambut Jongho. “Iya gemesss” kata Yeosang.


Beberapa hari kemudian, Yeosang dan Hongjoong pun pergi ke kampus lain untuk mengikuti lomba. Jongho sendiri bolos kelas untuk mengantar kakak dan kekasihnya itu pergi. Walaupun sebenernya diomelin Hongjoong sih. Tapi yaudah deh.

“Mereka bisa kan ya? Mereka bisa menang?” Tanya Seonghwa. “Duh gausah khawatir kak. Walaupun blangsak begitu, bang Joong sama Yeosang pinternya kelewatan. Pasti hasil mereka sempurna banget” kata Mingi. “Betul tuh ka. Jangan khawatir deh” kata San sambil menepuk bahu Seonghwa.

“Eh Jongho bilang lombanya udah selesai. Sekarang mereka mau pulang. Ditanyain mau nitip makanan ga?” Kata Wooyoung. Oh iya, saat ini mereka berkumpul di apartement Yeosang.

“Disini ada bahan makanan ga? Gue masak aja” kata Seonghwa. “Ga ada ka. Gue dah cek kulkas tadi. Isinya cuma kaleng bir aja” kata Wooyoung. “Kok ada begituan?” Tanya Yunho. “Yeosang tuh ga bakal tidur kalo nenggak alkohol. Makanya tuh anak pasti nyetok bir kalo lagi lomba” kata San.

“Dan Jongho gitu-gitu demen minum bir” kata Mingi. “HAH?” tanya Seonghwa yang terkejut. “Makanya ka, Jongho tuh ga pure polos. Dia bukan bocah” kata Yunho sambil tertawa. Seonghwa seketika pening. “Suruh beliin bahan mentah aja deh Woo. Gue masak aja nanti” kata Seonghwa. “Gue bantuin ya ka!!” Seru Wooyoung.

“Pacar gue bisa masak kok ka, tenang” kata San sambil terkekeh. “Oke” kata Seonghwa. Kemudian tidak lama kemudian, pintu apartement Yeosang berbunyi dan Yeosang, Hongjoong serta Jongho yang datang.

“Jadi, gimana?” Tanya Mingi. Yeosang mengeluarkan sertifikatnya. “JUARA 1 DONG!!” seru Yeosang. “YAYYYY!!!” seru semuanya sambil berteriak. “EMANG YAAA OTAK JENIUS MAH BEDA” kata Yunho. “Terus pialanya mana?” Tanya San. “Udah di rumah gue. Besok papa gue bawa ke kampus” kata Yeosang. “Nih, karena gue menang, gue beliin kalian jajanan” kata Hongjoong sambil memberikan sekantung penuh berisi jajanan.

“Ka Hwa!! Ini bahan makanannya!!” Kata Jongho sambil menyerahkan bahan makanan tersebut. “Makasih Jjong” kata Seonghwa sambil menepuk kepala Jongho pelan. “BANG!! INI BUAT KITA JUGA??” seru Yunho sambil mengangkat sekotak rokok yang biasa dibelinya itu.

“Iya, gue traktir sekotak masing-masing. Gue hafal rokok yang sering kalian beli” kata Hongjoong. “MAKASIH BANG!!” seru Yunho sambil tersenyum. “Kita yang harusnya makasih karna kalian dukung kita” kata Yeosang. “Sukses terus dah kalian ya!! Biar dapet cuannya banyak” kata Wooyoung.

“Dah ayo masak. Kalian pasti laper” kata Seonghwa. “Ayoo!!” Seru Wooyoung. “Aku bantu belah apel ya ka!!” Seru Jongho. “Potong maksudnya?” Tanya Seonghwa. “Engga ka. Belah kaya gini aja” kata Jongho sambil membelah apel yang ada di tangannya. Seonghwa membelakkan matanya. “KOK BISA?” seru Seonghwa.

“Gatau juga” kata Jongho dengan enteng. Seonghwa hanya dapat menggelengkan kepalanya. “KALIAN KALO MAU NGEROKOK DI DEPAN DONG!! BAU NIH” seru Seonghwa. “OH IYA MAAP KA!!” seru San yang langsung mengajak untuk merokok di balkon dan menutup pintunya.

“Astaga mereka itu” kata Seonghwa. “Hihi jarang-jarang mereka mau nurut tau kak” kata Jongho. “Ada bagusnya juga kakak disini” kata Wooyoung sambil menepuk bahu Seonghwa. Kemudian ketiganya pun tertawa. Malam itu, mereka merayakan hasil kemenangan Yeosang dan Hongjoong dengan makan malam.

Seonghwa memperhatikan teman-teman barunya itu dengan senyuman. Benar kata orang, ternyata dia tidak boleh melihat orang hanya dari sampulnya saja. Teman-temannya ini, dibalik mereka yang dikenal sebagai 'anak nakal' sebenarnya memiliki cerita, prestasi dan kenangan di dalam hidup mereka.

Tahun 19xx

Yeosang keluar dari sekolahnya dengan terburu-buru. Dia lupa kalau ia memiliki janji dengan dua sahabatnya, Wooyoung dan Hongjoong dari sekolah sebelah. Yeosang terlalu asik belajar hingga melewatkan waktu bertemu mereka.

Yeosang segera berlari keluar dan mendapati Hongjoong serta Wooyoung yang menatapnya dengan wajah kesal. “Jadi, apa alasanmu kali ini?” Tanya Hongjoong. “Hehe maaf ka. Aku keasikan belajar” kata Yeosang sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Duhh aku laper Yeosang dan kamu malah lupa” kata Wooyoung.

“Sorry, beneran lupa deh” kata Yeosang. “Yaudah yuk pergi sekarang. Pake mobilmu kan?” Kata Hongjoong. “Yup” kata Yeosang. Di zaman itu, orang yang memiliki mobil adalah orang yang sangat kaya, dan Yeosang merupakan salah satunya. Namun, hal tersebut tidak membuat Yeosang menjadi sombong. Justru Yeosang senang sekali mengajak sahabat-sahabatnya berkeliling kota dengan mobil.

Ketika Yeosang akan masuk ke mobilnya, ia melihat seseorang yang manis dengan rambut coklatnya. “Sebentar, aku samperin orang dulu” kata Yeosang. Yeosang pun menghampiri orang tersebut. “Ka Yeo? Belom pulang ka?” Tanya orang tersebut. “Ehehe iya nih belum pulang” kata Yeosang.

“Kakak harus pulang sekarang, udah sore tuh. Nanti kakak ditungguin sama orang tuanya” kata pria tersebut. “Eum, kamu besok ada waktu ga? Mau jalan bareng?” Tanya Yeosang. Pria tersebut terkejut namun akhirnya terkekeh. “Ada kok kak Yeo. Dan aku mau. Sampe ketemu besok kak” kata pria tersebut. “Oke, sampe ketemu besok” kata Yeosang dan keduanya pun beranjak pergi.

Yeosang pun akhirnya masuk ke mobil. “Cieee character development nih” kata Wooyoung yang duduk di samping kursi pengemudi. “Gas duluan lah daripada diambil orang” kata Yeosang. Yeosang pun melajukan mobilnya dengan tenang.

Namun, entah bagaimana mobil yang dikendarai Yeosang tiba-tiba tergelincir. “SANG!! KENAPA INI??” seru Hongjoong. “GATAU!! REMNYA BLONG” kata Yeosang dengan panik. Dan akhirnya mobil yang ditumpangi Yeosang pun menabrak pembatas jalan dan jatuh ke laut.

Sebuah mobil menabrak pembatas jalan di jalan XX. Menurut team SAR, diperkirakan ada dua korban dalam mobil tersebut


Yeosang membuka matanya perlahan ketika sinar matahari menusuk matanya. Yeosang terkejut ketika dirinya berada dalam sebuah kamar yang sangat mewah. Namun Yeosang tau, dirinya tidak berada di rumahnya.

Yeosang langsung terduduk ketika memori ketika ia jatuh ke laut muncul dalam otaknya. “Oh tidak tidak” kata Yeosang sambil memegang kepalanya yang sangat pusing. Yeosang memeluk dirinya sendiri.

Ia menangis.

Yeosang ingat bahwa Hongjoong dan Wooyoung ikut bersamanya. Berarti hanya dia yang selamat. Yeosang menangis mengingat bagaimana memori persahabatan mereka. Bagaimana perjalanan mereka selama ini.

“Ka Hongjoong.. Wooyoung..” kata Yeosang sambil menangis. Yeosang rasanya ingin ikut dengan kedua sahabatnya.

“Kamu ga akan bisa mati bocah” kata seseorang yang tiba-tiba masuk ke kamar Yeosang. “Loh kakak?” Tanya Yeosang bingung. “Kita ini abadi. Engga deng, kita bisa mati kalo ketusuk sama pisau ini” kata kakak Yeosang sambil menunjukkan pisau yang dipegangnya.

“Hah? Kak, jangan aneh-aneh deh” kata Yeosang. Kakaknya Yeosang mendekatinya dan melempar dua buah foto. Yeosang mengambil foto tersebut dan terkejut. “I-Ini Wooyoung sama Ka Hongjoong?? Kok ada foto mereka kecebur di laut juga?” Tanya Yeosang.

“Yeosang, kita ini adalah grim reaper. Pekerjaan kita adalah mencabut nyawa manusia yang akan meninggal. Dua hari sebelum kematiannya, manusia akan mendapatkan foto mereka dan bagaimana mereka akan meninggal. Dan tugasmu adalah melancarkan kematian tersebut” jelas kakaknya Yeosang.

Yeosang tidak percaya akan hal ini. Jadi secara tidak langsung, ia adalah penyebab kematian kedua sahabatnya? “Aku tau ini berat untukmu. Tapi, kamu akan terbiasa dengan hal ini. Aku juga sama sepertimu, kehilangan sahabat-sahabatku. Tapi, kita bisa apa?” Kata kakak Yeosang.

Kakaknya Yeosang mengeluarkan sebuah kantung yang Yeosang yakini berisikan pisau dengan ukiran yang indah, seperti yang kakaknya tadi tunjukkan. “Ini milikmu. Ayah memintaku memberikannya padamu. Gunakan ini sebaik-baiknya” kata kakak Yeosang. Kakaknya pun menggunakan topi hitam dan langsung menghilang dari kamar Yeosang.

Selembar amplop pun datang tiba-tiba di atas kasurnya. Yeosang menahan nafasnya. Dia tau siapa ini. Ini adalah kekasih Wooyoung, yaitu San. Berdasarkan foto tersebut, San sepertinya akan meninggal karena ia menenggak terlalu banyak obat tidur.

“Hhh.. Maafkan aku San” kata Yeosang.


Yeosang duduk di balkon kamar San. Ia melihat bagaimana sahabatnya itu sangat menderita setelah kehilangan Wooyoung. “Maafkan aku San. Aku berharap, kamu tidak bertemu denganku di kehidupan selanjutnya” kata Yeosang.

Yeosang menyelipkan amplop tersebut dan secara ajaib, amplop tersebut terbang ke arah San. San menerima amplop tersebut dan kemudian ia menangis kembali. Yeosang yang tidak tahan pun akhirnya pergi meninggalkan rumah San.

“Sudah selesai?” Tanya kakaknya Yeosang. “Sudah” kata Yeosang. “Bagus, sekarang ikut kakak” kata kakaknya Yeosang. Yeosang pun mengangguk dan mulai mengikuti perjalanan kakaknya. Bagaimana kakaknya mendekati orang yang akan meninggal dan bagaimana memberikan foto tersebut.

Dalam sepuluh tahun perjalanannya, Yeosang bertemu dengan Seonghwa, seorang pemuda yang memiliki toko bunga. Yeosang senang berteman dengannya. Pemuda itu memiliki wawasan pengetahuan yang sangat luas. Tutur kata dan perilakunya juga sangat baik.

Yeosang akhirnya memutuskan untuk berteman dengan pemuda itu. Namun kurang lebih 2 tahun setelah persahabatan mereka, Yeosang menerima amplop berisikan foto Seonghwa yang mengalami kecelakaan bus.

Yeosang panik dan akhirnya ia bertanya kepada kakaknya, apakah ada cara untuk menyelamatkannya. “Tidak ada caranya. Walaupun kamu punya kekuatan untuk menahan bisnya, dia akan tetap meninggal lusa” kata kakaknya. Dan Yeosang akhirnya mengirimkan amplop tersebut kepada Seonghwa.

Dua hari kemudian, Yeosang menyaksikan sendiri bagaimana bis yang ditumpangi Seonghwa tergelincir dan akhirnya terguling di jalanan. Yeosang mendekati Seonghwa yang sudah tidak bernyawa tersebut. “Ka Seonghwa, aku harap kamu tidak bertemu denganku lagi di kehidupan selanjutnya” kata Yeosang sambil menatap sendu Seonghwa.

Beberapa tahun setelahnya, Yeosang kembali bertemu dengan seseorang bernama Yunho. Pemuda yang lebih tingi darinya itu sangat playful dan aktif. Yunho adalah guru dari taman kanak-kanak. Yeosang senang bersahabat dengannya karena ia bisa merasakan bagaimana indahnya hidup dengan tertawa bersama.

Namun, sama seperti Seonghwa, 2 tahun setelahnya, Yeosang menerima amplop berisikan foto Yunho. Dimana Yunho mengalami kecelakaan tunggal ketika akan pergi ke sekolah. Tidak seperti Seonghwa, Yeosang kali ini langsung mendatangi Yunho. Tangannya menyerahkan amplop tersebut kepada Yunho.

“Kamu akan tiada Yunho” kata Yeosang. Tanpa disangka, Yunho justru tersenyum mendengar penuturan Yeosang. “Aku tau Yeosang. Aku tau umurku tidak akan panjang” kata Yunho sambil tersenyum. Sama seperti kejadian yang sudah lalu, Yeosang menyaksikan sendiri bagaimana Yunho mengalami kecelakaan dan menghembuskan nafas terakhirnya.

Ketika melihat Yunho, Yeosang memutuskan, bahwa ia tidak akan pernah percaya dan menumbuhkan rasa sayang pada orang-orang yang ia temui. Sudah cukup ia merasakan sakit kehilangan 5 orang berharga dalam hidupnya. Mulai sekarang, Yeosang hanya akan mempercayai dirinya dan juga kakaknya, karena ia tidak ingin merasakan rasa sakit karena kehilangan.


Tahun 20xx

Yeosang menghentikan langkahnya di sebuah taman kota yang luas. Taman kota tersebut berbatasan langsung dengan sungai yang indah. Manusia di kota itu menyebutnya dengan Sungai Han atau Hangang River.

Setelah berpuluh-puluh tahun mengikuti kakaknya, Yeosang akhirnya ditugaskan untuk pergi ke sebuah negara bernama Korea Selatan. Yeosang sih tidak masalah, hanya saja, cuacanya sedikit berbeda dari negara dimana ia tinggal sebelumnya.

Yeosang berjalan-jalan di taman tersebut dan tiba-tiba ada orang yang menabrak tubuhnya. “Ma-Maaf tuan. Aku tidak sengaja” kata orang tersebut. “Tidak masalah” kata Yeosang. Orang tersebut mengangkat wajahnya kemudian tersenyum pada Yeosang.

Deg!!

Rasanya jantung Yeosang berhenti berdetak. Wajah itu, adalah cinta pertamanya saat itu. Saat ia masih disibukkan dengan sekolah. Saat Hongjoong dan Wooyoung masih hidup.

“Maafkan aku tuan. Sebagai permintaan maafku, anda bisa datang ke cafe ini tuan. Bilang saja anda ingin bertemu dengan Choi Jongho. Saya akan mentraktir anda” kata orang tersebut atau Jongho sambil menyerahkan sebuah pamflet.

Namanya sama. Nama indah itu” gumam Yeosang dalam hatinya sambil mengambil pamflet tersebut. “Jangan lupa datang ya tuan. Maaf saya harus kembali” kata Jongho sambil membungkuk dan berjalan menjauhi Yeosang.

“Ada apa ini? Dia bereinkarnasi?” Tanya Yeosang. Yeosang memutuskan untuk pergi ke alamat cafe yang tertera dalam pamflet tersebut. “Selamat datang!! Untuk berapa orang?” Tanya salah satu pegawai tersebut. “Saya mencari Choi Jongho” kata Yeosang tanpa basa-basi.

“Jongho? Sepertinya dia belum datang tuan, dia tadi izin untuk datang telat. Ada keperluan apa dengan Jongho?” Kata pegawai tersebut. Yeosang melirik nama yang tersemat di seragam pegawai tersebut. “Song Mingi?” Tanya Yeosang. “Ya?” Tanya pegawai tersebut atau Mingi.

“Saya akan menunggu disini. Jika Jongho datang, suruh dia bertemu dengan saya” kata Yeosang. “Baik. Silahkan duduk disini tuan” kata Mingi sambil mengarahkan Yeosang untuk duduk di sebuah kursi dan meja untuk dua orang.

Mingi kembali meneruskan pekerjaannya, sampai ia melihat Jongho memasuki cafe melalui pintu karyawan. “Maaf aku terlambat!!” Seru Jongho. “Jongho, sebentar. Kamu dicari pria aneh” kata Mingi. “Hah? Pria aneh?” Tanya Jongho. Mingi mengarahkan telunjuknya pada Yeosang.

“Oh? Tuan itu langsung datang?” Tanya Jongho. “Kamu mengenalnya?” Tanya Mingi. “Tidak tidak. Aku tidak sengaja menabraknya tadi di jalan. Dan sebagai permintaan maaf, aku memintanya datang kesini. Aku akan mentraktirnya” kata Jongho. “Ohh.. Eh tapi hati-hati. Kayanya dia pria yang aneh” kata Mingi.

“Tidak apa-apa ka Mingi. Aku bisa menghajarnya kalo dia ingin melakukan sesuatu yang aneh” kata Jongho. “Ah baiklah” kata Mingi. Jongho pun menepuk bahu Mingi dan berjalan mendekati Yeosang. “Tuan? Aku tidak percaya kau langsung datang” kata Jongho.

Yeosang yang sedang termenung pun terkejut mendengar suara Jongho. “O-Oh? Itu karena kau mirip sekali dengan seseorang di masa laluku” kata Yeosang dengan gugup. “Ah benarkah? Kebetulan sekali” kata Jongho. “Namamu Jongho kan?” Tanya Yeosang.

“Iya, itu namaku” kata Jongho. “Ah perkenalkan namaku Yeosang” kata Yeosang. “Wah nama yang indah, tuan Yeosang” kata Jongho dengan mata yang berbinar. Yeosang berdehem melihat mata yang cantik itu. Dia merindukannya.

“Kamu bekerja disini?” tanya Yeosang. “Iya. Ah benar, saya kan mengundang anda datang untuk mentraktir anda. Minuman apa yang paling anda suka?” Kata Jongho. “Apa saja. Saya suka minuman apa saja” kata Yeosang. “Kalau begitu, saya akan membawakan anda minuman spesial dari cafe ini” kata Jongho sambil beranjak dari kursinya dan pergi ke counter khusus barista.

Tidak berapa lama, Jongho kembali membawakan sebuah minuman. “Ini adalah Chocolate Everest. Katanya, minuman coklat ini adalah yang paling enak di kota kami. Silahkan diminum” kata Jongho. Yeosang pun menyesap minuman tersebut. Benar, rasanya sangat lezat dan berbeda dibandingkan minuman coklat manapun.

“Enak kan? Saya mentraktir anda saat ini. Tapi, jika anda lain kali datang, anda harus membayar” kata Jongho sambil tersenyum. “Baiklah, saya akan sering datang” kata Yeosang. “Benarkah?” Tanya Jongho. Yeosang mengangguk, “tapi dengan satu syarat” lanjutnya.

“Tolong panggil saya dengan Yeosang dan jangan gunakan bahasa yang formal.”


Would love never again come? And could I say from my heart that I was truly happy? Yes, we always wish tonight could last forever

Hari-hari pun berlalu. Yeosang hampir setiap hari mengunjungi cafe tempat Jongho bekerja. Bahkan Mingi, kerap kali mengejeknya bahwa ia tidak memiliki pekerjaan. Ya, walaupun Mingi tidak salah sepenuhnya. Dia tidak memiliki pekerjaan akhir-akhir ini.

Kedatangan Jongho dalam hidupnya membuat Yeosang kembali merasakan hidupnya. Tawa manis yang menyambutnya ketika ia datang ke cafe, wajah memerahnya ketika Yeosang memujinya dan afeksi yang dapat ia berikan kepada pria manis itu.

Berbulan-bulan mengenal si manis itu, Yeosang mengambil keputusan besar. Yaitu menyatakan cintanya pada Jongho dan tentu saja disanggupi oleh pria manis tersebut. Yeosang benar-benar bahagia dengan kehidupannya.

Sore itu, Yeosang berniat menjemput kekasih manisnya. “Sore Yeo, jemput lagi nih?” Tanya Mingi. “Iya haha.. Sekalian ngasih ini” kata Yeosang sambil menyerahkan sebuah undangan pada Mingi. “HAH? UNDANGAN PERNIKAHAN? KAMU MAU NIKAH SAMA JONGHO?” Tanya Mingi dengan heboh.

“Ya aku pacarannya sama siapa? Jongho kan? Ya aku nikahin dia lah” kata Yeosang. “Apa nih ada apa?” Tanya Jongho yang sudah mengganti seragam kerjanya. “Jongho kalo udah nikah jangan lupa sama ka Mingi ya” kata Mingi. “Engga lah? Kan aku tetep kerja disini” kata Jongho. “Oh iya hehe” kata Mingi.

“Kak Mingi ga jelas banget. Dah ah aku balik dulu. Bye ka Mingi!! Jangan lupa kunci cafenya ya” kata Jongho sambil menggandeng tangan Yeosang dan keluar dari cafe.

Yeosang memandang keindahan pria yang menggandeng tangannya ini. “Kenapa ka Yeo?” Tanya Jongho. “Gapapa. Kamu indah banget” kata Yeosang pada Jongho. Wajah Jongho pun memerah mendengar ucapan Yeosang. “Ih gombal malesin deh” kata Jongho. Yeosang terkekeh mendengar penuturan Jongho dan merangkul Jongho.

“Kak, pernikahan kita tinggal menghitung hari. Aku ga sabar banget bisa menghabiskan waktu sama kakak” kata Jongho. “Kakak juga sama. Aku sayang banget sama kamu” kata Yeosang sambil mengecup dahi Jongho dan keduanya pun tersenyum.


Cause we can see how it’s going to end But I got my love for you

Dua hari menjelang pernikahannya, Jongho menyerahkan sebuah amplop pada Yeosang. “Kak Yeo, aku tadi pas bangun nemu amplop itu masa” kata Jongho. Yeosang melebarkan matanya ketika melihat amplop di tangan Jongho.

“JANGAN DIBUKA!!” seru Yeosang. “Kenapa ka?” Tanya Jongho. Yeosang menggigit jarinya. Tidak, ia harusnya sudah paham. Ia merutuki kebodohannya yang terlena akan cinta, sehingga ia harus kehilangan orang yang berharga untuknya. Lagi.

“Kak Yeo, kita udah janji untuk saling terbuka. Jadi, ini apa ka?” Kata Jongho dengan lembut. Yeosang memandang wajah Jongho yang tersenyum padanya. Yeosang menghembuskan nafasnya dengan kasar. Lalu duduk di hadapan Jongho.

“Jongho, aku sebenarnya adalah Grim Reaper. Pekerjaanku adalah mengirimkan amplop berisikan foto bagaimana seseorang akan meninggal. Amplop tersebut aku kirimkan dua hari sebelum waktu kematiannya” kata Yeosang.

Jongho terdiam mendengar penjelasan dari Yeosang. Tangannya membuka amplop tersebut dan menemukan ia menemukan fotonya yang ditusuk oleh sebuah pisau. Yeosang juga ikut terkejut melihat foto itu. Artinya, Yeosang sendiri lah yang menjadi penyebab kematian Jongho. Ia lah yang harus mengantarkan Jongho pada kematian.

“Ini, pisau yang selalu ada di kantung coat kakak kan?” Tanya Jongho. “Iya” kata Yeosang. Jongho menarik Yeosang ke kamar mereka dan segera menutup pintu kamar tersebut. Jongho mengambil pisau tersebut dan menyerahkannya pada Yeosang. “Ayo kita lakukan sekarang kak” kata Jongho.

“Jongho..” kata Yeosang. “Aku tidak mau meninggal di hari bahagiaku. Jadi tolong lakukan itu sebelum hari pernikahan kita” kata Jongho. “A-Aku tidak bisa Jongho” kata Yeosang sambil menitikkan air matanya. Jongho tersenyum kemudian mengelus punggung tangan Yeosang yang bergetar.

“Lakukan pekerjaanmu kak. Aku tidak akan marah” kata Jongho. Air mata Yeosang pun semakin keluar dengan deras. “Kak Yeosang, terima kasih untuk kenangannya selama ini. Aku sayang kakak, aku selalu mencintai kakak. Jika aku bisa mendapatkan kehidupan selanjutnya, aku ingin kembali bertemu dengan kakak” kata Jongho.

“Jangan. Jangan bertemu denganku lagi” kata Yeosang. “Tapi aku akan tetap mencarimu” kata Jongho. Jongho menangkup wajah Yeosang dan mengecup bibir Yeosang. Tangannya ia arahkan untuk menghapus air mata tersebut. “Ayo ka Yeosang. Lakukan pekerjaanmu” kata Jongho.

Yeosang pun akhirnya menusuk Jongho dengan pisaunya sendiri. Setelah itu, Yeosang benar-benar meraung. Diraihnya tubuh sekarat itu dan Yeosang memeluknya dengan erat. “Maaf.. Maaf Jongho...” kata Yeosang sambil menangis. “Ga usah minta maaf ka..” kata Jongho. “Aku sayang kamu” kata Yeosang. “Aku juga” kata Jongho sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Yeosang pun menangis dan terus memeluk tubuh Jongho. “Jongho.. Jongho” panggil Yeosang berkali-kali. Yeosang melihat pisau yang tertancap di tubuh Jongho tersebut. Yeosang mencabut pisau tersebut dan ia ingat bahwa kakaknya mengatakan bahwa mahluk seperti mereka, dapat meninggal apabila tertusuk pisau ini.

Dan Yeosang pun menusuk dirinya. Ia tidak akan sanggup hidup tanpa kekasih hatinya. Darah pun mengalir dari tubuh Yeosang. “Kita akan bertemu lagi Jongho..” lirih Yeosang sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya. Kemudian tidak berapa lama kemudian, ada sebuah foto yang jatuh disana. Dimana foto itu adalah foto Yeosang yang menancapkan pisau pada dirinya sendiri.


Yes, we always wish tonight could last forever I can be your side

One Ok Rock – Pierce

Yeosang memarkirkan mobilnya di depan rumah Jongho. Ia menekan bel rumah Jongho. “Siapa??” tanya seseorang dari intercom. “Saya Yeosang. Saya mau ketemu Jongho” kata Yeosang. Gerbang rumah pun dibuka oleh security rumah Jongho. “Selamat malam nak Yeosang” kata security tersebut.

“Selamat malam pak. Saya parkir dimana ini ya pak?” Tanya Yeosang. “Di parkiran dalem aja nak Yeosang. Bapak sama ibu ada di dalam” kata security tersebut. “Baik pak, saya parkir ya pak” kata Yeosang.

Yeosang pun naik ke mobilnya kembali dan memarkirkan mobilnya di dalam rumah Jongho. “Nak Yeosang langsung masuk aja” kata security. “Oh? Oke pak. Makasih banyak ya pak” kata Yeosang. “Iya nak Yeosang” kata security tersebut.

Yeosang mengetuk pintu rumah Jongho, dan pintu tersebut dibuka oleh ibu dari Jongho. “Yaampun Yeosang, udah lama banget ga kesini. Dipanggil Jongho ya?” Kata mamanya Jongho. “Iya nih tan. Si gembul lagi banyak pikiran kayanya, minta ditemenin” kata Yeosang.

“Yaampun, sana cepetan naik gih. Nginep juga kan kamu?” Tanya mamanya Jongho. “Iya tante, rencananya Yeosang mau izin nginep” kata Yeosang. “Ah kamu mah gausah pake izin-izin segala. Dateng aja langsung” kata mamanya Jongho.

“Ehehe iya ma. Ini Yeosang bawain martabak buat tante sama om” kata Yeosang sambil menyerahkan sekotak martabak manis pada mamanya Jongho. “Yaampun repot-repot, makasih ya Yeosang” kata mamanya Jongho.

Yeosang pun masuk ke rumah Jongho dan menemukan papanya Jongho dan Jongho yang lagi masak di dapur. “Malem om” sapa Yeosang. “Eh Yeosang. Tuh pacarmu dateng” kata papanya Jongho pada Jongho. “Iya aku tau. Tapi, papa, biarin Jjong aja yang masak napa” kata Jongho.

“Heh enak aja. Itu tangan kiri masih di gips mau masak. Papa buang nih mienya” kata papanya Jongho. “Ya jangan dong papaku sayang. Mienya mending aku makan” kata Jongho. “Makanya diem. Duduk manis aja disitu” kata papanya Jongho. Jongho cemberut dan Yeosang terkekeh sambil mencubit pipi Jongho dengan gemas.

“Kakak udah makan?” Tanya Jongho. “Udah tadi sebelum kesini” kata Yeosang. “Langsung ke atas aja yuk ka. Aku mau makan es krimnya” kata Jongho. “Oh, gajadi makan mie?” Tanya Yeosang. “Ih itu mah papa aja yang pengen aku temenin. Papa sebenernya yang mau makan mie” kata Jongho. “Oh yaudah kita ke atas aja” kata Yeosang.

“Pa, ma, Jongho ke kamar ya” kata Jongho. “Iya sayang. Mimpi indah ya” kata mamanya Jongho. “Om, tante, Yeosang ke kamar Jongho ya” kata Yeosang. “Iya Yeosang. Jangan macem-macem ya” ancam papanya Jongho. “Gak lah om” kata Yeosang sambil tersenyum dan mengikuti Jongho ke atas.


Sesampainya di kamar Jongho, Yeosang meletakkan 2 kotak es krim yang dibelinya ke kulkas mini yang ada di kamar Jongho. “Kak, peluk dong” kata Jongho sambil merentangkan tangannya (hanya tangan kanan sih mengingat tangan kiri si gemas masih digips).

Yeosang memeluk Jongho dengan erat. Tangannya menepuk-nepuk punggung Jongho. “Kenapa nih bayi kakak yang gemes ini, hm?” Tanya Yeosang. “Hm.. Kangen kakak” kata Jongho. “Ey, kamu ga jago bohongnya. Ayo cerita sama kakak. Kita udah janji kan untuk saling terbuka satu sama lain” kata Yeosang.

Jongho melepas pelukan Yeosang. Tangan kanannya secara otomatis naik ke arah mulut, sebuah kebiasaan Jongho ketika gugup. “Jangan digigitin” kata Yeosang sambil menurunkan tangan Jongho.

“Aku takut sama cemas banget sekarang kak” Jongho pun mulai berbicara dengan suara yang amat pelan seperti menggumam, tetapi Yeosang masih bisa mendengarnya, ah ya Yeosang memang pendengar yang baik. “Sejak kejadian di arena beberapa hari yang lalu, aku selalu kepikiran sampe sekarang. Aku takut dia balik terus sakitin aku lagi kak.” Lanjut Jongho dengan kepala yang menunduk menahan tangis, iya Jongho kalo sudah merasa takut dan cemas ia akan menangis, Yeosang pun tidak masalah dengan itu karena menangis bisa membuat menghilangkan penat sementara.

Yeosang masih di posisi yang sama, mendengarkan keluhan Sang Kekasih dengan seksama sambil mengelus punggungnya untuk menenangkan. “Gimana kalau yang aku takutin bakal kejadian kak? Aku gak mau masa lalu ku keulang lagi, susah buat aku ngelupain masa lalu dalam waktu yang gak sebentar. Sakit rasanya kalo keinget kejadian yang dulu kak” Ujar Jongho dengan suara yang sedikit bergetar.

“Kakak sama abang yang lain jadi harus nahan nyebat kalo ada aku kan? Hiks..” kata Jongho yang akhirnya menangis. “Jangan pikirin kita. Kita bisa nyebat nanti lagi. Tapi kita semua mikirin kamu. Jadi, jangan mikir macem-macem, hm?? Kan ada aku disini. Ada bang Hongjoong juga yang bakal nonjok orang-orang yang nyakitin kamu” kata Yeosang.

“Hiks.. Aku takut ka.. Takut banget” kata Jongho sambil meremas baju Yeosang. “Jangan takut. Kakak ada disini. Dia ga bakal bisa ambil kamu dari kakak, oke? Kamu percaya sama kakak kan?” Kata Yeosang sambil mengelus rambut Jongho. Jongho mengangguk dan Yeosang mengeratkan pelukannya.

“Adek hebat banget bisa bertahan sampai sekarang. Kakak bangga banget sama adek” kata Yeosang sambil mengecupi wajah Jongho. “Hihi udah kaaa” kata Jongho. “Tuh mending kamu buka grup. Kayanya rame banget” kata Yeosang.

Jongho membuka sosial medinya dan terkekeh. “Ternyata grup kita yang rame ka. Ka Hwa udah diinvite ke grup” kata Jongho. “Oh ya? Terus yang ngechat siapa?” Tanya Yeosang. “Bang Igi. Yaampun bang Igi gabut banget keliatannya” kata Jongho.

“Halah dia mah cupu. Tau ga sih dek, dia tuh tiap kakak main ke kamarnya, curhatin Yunho mulu. Tapi ga ada kemajuan” kata Yeosang. Ngomong-ngomong, kosan Mingi merupakan usaha lain yang dimiliki orang tua Yeosang. Dan rumah mereka tepat di atas kosan yang Mingi tempati, jadi Yeosang seringkali turun ke kamar Mingi untuk berbincang.

“Mungkin ka Yunhonya yang belum yakin sama bang Igi. Bang Igi harus lebih meyakinkan berarti” kata Jongho. “Hahaha bener juga” kata Yeosang. Yeosang beranjak dan mengambil es krim tadi. “Ayo buka mulut, kakak suapin” kata Yeosang.

“Yeyyy es krim!!” Seru Jongho. Malam itu, Jongho semakin dikuatkan bahwa Yeosang menerima dirinya. Dan Jongho yakin bahwa Yeosang akan melindunginya.

|| cw : modern omegaverse, canon, NSFW, fingering, unprotected sex, harsh words, nipple play


Seonghwa terbangun dengan kepala yang sangat pusing. Tidak biasanya dia sangat pusing, bahkan ketika ia kurang tidur sekalipun, ia tidak merasa pusing. Seonghwa melihat ke ranjang sebelahnya dan menghela nafas ketika Hongjoong tidak ada disana.

“Hah.. Udah 3 hari dia tidur di studio terus” kata Seonghwa. Seonghwa pun memutuskan untuk mandi dan setelahnya menyiapkan sarapan untuk member lain. Ketika ia keluar dari kamarnya, ia mendapati 3 omega lain dalam grupnya itu sedang duduk di meja makan.

“Hyung? Tumben telat bangun” kata Wooyoung. “Iya, kepalaku sangat pusing” kata Seonghwa sambil duduk di samping Jongho. Jongho otomatis mengarahkan punggung tangannya ke dahi Seonghwa. “Hyung tidak demam kok. Mau Jongho ambilkan obat?” Kata Jongho.

“Gak usah Jongho. Terima kasih sudah bertanya. Mungkin hyung hanya lelah” kata Seonghwa sambil mengelus rambut kemerahan Jongho. “Makan kalo gitu hyung. Abis itu istirahat” kata Yunho sambil menggeser piring berisikan pancake, bacon dan telur. “Aku tidak nafsu makan” kata Seonghwa.

“Hyung, kapan jadwal heatmu?” Tanya Wooyoung. “Harusnya masih dua minggu lagi” kata Seonghwa. “Tapi hyung, akhir-akhir ini, kalian jarang bonding kan?” Tanya Yunho pada Seonghwa. Seonghwa mengangguk kemudian mengerucutkan bibirnya.

“Hongjoong tuh ya astaga.. ga inget punya rumah kali ya” kata Seonghwa dengan kesal. “Fix, Seonghwa hyung, hyung akan heat sebentar lagi. Soalnya hyung cerewet dan nyebelin” kata Wooyoung. “APA?” seru Seonghwa. “Tuh kan. Udah lah, kita ke hotel dulu. Ntar aku suruh Hongjoong hyung pulang” kata Wooyoung sambil mengedipkan sebelah matanya.

Seonghwa kesal pada Wooyoung!! Bisa-bisanya dia ngomong frontal banget. “Mending hyung makan sekarang. Hongjoong hyung walaupun badannya kecil, tenaganya kuat” kata Yunho. “Hyung mau vitamin? Yeosang hyung biasanya kasih Jongho vitamin kalo deket-deket waktu heat” kata Jongho.

“Kasih aja Ho. Biar Seonghwa hyung kuat HAHAHA” kata Yunho sambil tertawa. Jongho mengangguk dan pergi ke kamarnya. Kemudian kembali sambil membawa sekotak vitamin. “Hyung abis makan minum ini ya. Jongho mau rapihin baju Yeosang hyung sama Jongho, biar kita bisa langsung ke hotel” kata Jongho.

“Udah, nikmatin waktu kalian. Gausah pikirin kita, oke?” Kata Wooyoung sambil menepuk bahu Seonghwa. Seonghwa pun menganggul kemudian melanjutkan makannya.


Sore itu, Hongjoong akhirnya pulang setelah 3 hari berdiam di studio untuk menyelesaikan lagunya. Ketika Hongjoong masuk ke dorm, ia bingung dengan suasana dorm yang sepi. Biasanya, ia selalu disambut dengan keramaian.

Namun kebingungannya langsung terjawab ketika mencium feromon stroberi. Hongjoong seketika merasa pening. “Sial” kata Hongjoong. Dia tau siapa pemilik feromon ini dan hal tersebut yang membuatnya terangsang secara tidak sadar.

Hongjoong melepaskan barang-barangnya di sofa dan segera masuk ke kamarnya dan Seonghwa. Disana, ia melihat Seonghwa yang menggeliat tidak nyaman di kasurnya. Seonghwa terlihat kacau dengan rambut yang lepek karena keringat. Hoodie yang dikenakannya pun sudah setengah terbuka.

Omega” panggil Hongjoong. Seonghwa berusaha membuka matanya, walaupun hal tersebut sangat sulit dilakukan. “A-Alpha.. Help me” lirih Seonghwa sambil menyentuh wajah Hongjoong. Hongjoong tersenyum -lebih ke arah menyeringai dan mengecup bibir Seonghwa.

As your wish, my love” kata Hongjoong.

Bgm : Day6 – Above the Clouds (disarankan bacanya sambil denger lagunya hehe)


You appeared in my dream last night I was flying above the sky In a distance beyond the reach I just looked at you and woke up

San perlahan membuka matanya perlahan. San menyadari dirinya berada di sebuah padang rumput yang luas. “Dimana aku?” Tanya San. San menyadari bahwa sinar matahari begitu terik, namun hal itu tidak menganggunya.

“SAN!!” Panggilan itu membuat pemuda dengan surai ungu itu menengok. San langsung tersenyum kemudian berlari mendekati orang yang memanggilnya tersebut. “Wooyoung?” Panggil San. “Iya ini aku!!” Kata Wooyoung dengan senyuman paling manis yang pernah San lihat.

“Kita dimana Woo?” Tanya San. “Hm, gatau. Tapi aku sempet keliling-keliling. Tempat ini indah banget!! Yuk kita jalan-jalan” kata Wooyoung sambil menarik tangan San. San pun mengangguk dan mengikuti Wooyoung.

Dalam perjalanannya, mereka melewati hutan yang indah. “Kamu mau kemana sih?” Tanya San. “Hihi ikut aja!! Kamu pasti suka banget” kata Wooyoung. Dan mereka pun sampai di pantai. Pantai tersebut sangat indah dengan pasir putih dan laut yang biru.

“Woo?? INI INDAH BANGET” seru San. “Tuh kan aku bilang apa. Kamu pasti suka” kata Wooyoung sambil tersenyum. San ikut tersenyum melihat pemandangan di depannya. Wooyoung yang tersenyum dengan rambut hitam-blondenya. San ingin melihat pemandangan ini selamanya.

Lamunan San harus terbuyarkan ketika ada air yang terciprat ke wajahnya. Ternyata Wooyoung yang melakukannya. Terbukti dengan wajah usil yang pemuda itu sematkan di wajahnya. “Kamu ini ya” kata San sambil membalas perbuatan Wooyoung.

“AHAHAHA abisan kamu bengong terus” kata Wooyoung sambil tertawa dan berusaha membalas San. Mereka berdua pun bermain air. Bahkan pakaian dan celana keduanya pun sudah basah oleh karena air laut.

“Wooyoung!!” Keduanya menoleh dan mendapati sosok tinggi dengan rambut hitam. “Yunho!!!” Seru Wooyoung. “Yunho??” Tanya San dalam hati. Rasanya nama itu sangat familiar, tetapi San tidak bisa mengingatnya. “Wah San, kamu jahat banget lupa sama aku” kata Yunho sambil mengerucutkan bibirnya.

“Biasa Yun, faktor U itu” kata Wooyoung sambil tertawa. “Aku pacarnya Mingi loh. Kamu lupa? Padahal temen main” kata Yunho. “Oh astaga kamu Yunho pacarnya Mingi? Yaampun dunia sempit banget” kata San sambil menepuk dahinya. “Eh, udah mau sore loh. San harus pulang” kata Yunho.

“Yahhh” kata Wooyoung dengan sedih. “Aku? Kalian ga ikut pulang?” Tanya San dengan bingung. “San, makasih udah jadi pacar yang baikkk banget buat aku. Tapi, kamu belum waktunya untuk ada disini. Kamu pulang ya? Jangan lupain aku” kata Wooyoung sambil mengenggam tangan San. “Woo??” Tanya San bingung.

“Titip Mingi ya, San? Kalo dia mulai sedih, tolong ajak dia pergi main. Titip salam juga. Bilang Yunho selalu sayang sama Mingi” kata Yunho. “Tunggu, tunggu, kalian mau kemana??” Tanya San dengan frustasi. “San, aku selalu sayang kamu” kata Wooyoung.

“TUNGGU!! WOOYOUNG!!” Seru San. Yunho dan Wooyoung pun berjalan menuju laut dan tiba-tiba San merasa pandangannya mengabur. “WOOYOUNG!!” seru San.


“SAN SAN!!” San membuka matanya yang terasa berat. San merasa tangannya tidak bisa digerakkan, dan nafasnya yang terasa berat. “SAN UDAH SADAR!!” Teriakan itu membuat San sadar sepenuhnya dan mendapati kakak sepupunya, Seonghwa yang berada di sampingnya.

“San?? Ini berapa??” Sosok kekasih dari Seonghwa, Hongjoong menunjukkan dua jarinya di hadapan San. “Itu dua” kata San pelan. “Yaampun syukurlah. San aku takut banget” kata Seonghwa sambil memeluk San. “Wooyoung.. Wooyoung mana??” Tanya San.

Keduanya terdiam. “Wooyoung dimana ka??” Tanya San pada Seonghwa. “Maaf San.. Maaf..” kata Seonghwa sambil menangis. “San, Wooyoung udah pergi buat selamanya. Dua hari lalu kalian kecelakaan. Ada mobil yang nerobos lampu merah dan nabrak motor kalian. Wooyoung.. Dia ga bertahan sampai rumah sakit” jelas Hongjoong.

San terdiam. Tangisan kakak sepupunya masih terdengar. Tetapi rasanya ia lemas sekali. “San??” Panggil Hongjoong. “Bang, boleh minta tolong tenangin ka Hwa? Gue mau sendirian dulu” kata San. “Yaudah. Yuk Hwa” kata Hongjoong sambil membawa Seonghwa keluar kamar rawat San.

Setelah kepergian keduanya, San menutup matanya. Bayangan senyuman Wooyoung masih terbayang. Senyuman yang indah ketika mereka bermain di pantai. “Wooyoung... Hiks..” San pun menangis. Tidak keras, namun cukup mengekspresikan bagaimana perasaannya saat itu. San pun akhirnya tertidur karena lelah menangis.

Beberapa hari kemudian, San sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. San lebih sering mengurung di kamarnya. Termasuk saat makan, San memilih untuk tetap di kamar, sampai adiknya membawakan makanan untuknya.

“Abang... Adek, boleh masuk?” Tanya adiknya. “Masuk aja” kata San. San melihat pintu terbuka, namun kali ini bukan hanya adiknya yang datang, ada dua sahabat lainnya yang ikut datang ke kamar San. “Jongho bilang, lo ga mau keluar kamar.” San kenal orang itu. Yeosang, yang adalah sahabatnya, sekaligus sahabat Wooyoung dan kekasih adiknya, Jongho.

“Apa kabar San?” Tanya orang di samping Yeosang. San pun terkejut. Itu Mingi!! Dua tahun lalu Mingi memutuskan untuk pergi ke luar negeri dan kini Mingi berada di hadapannya. “Gue denger soal Wooyoung, makanya gue balik kesini” kata Mingi.

San hanya tersenyum dengan getir. “Gue bawa Mingi kesini supaya kalian bisa saling cerita” kata Yeosang. San terdiam, kemudian ia pun ingat bahwa Mingi juga kehilangan kekasihnya, Yunho, dua tahun lalu. “San, sedih itu wajar. Tapi gue yakin kalo Wooyoung ga suka liat lu sedih terus-terusan.

Wooyoung pengen lo tetap jadi San yang dia kenal. Dunia tetap berjalan San, dan Wooyoung pengen lo tetap hidup, berjalan bersama semesta. Sampai kalian bertemu lagi, dia pasti pengen liat lo bahagia dari atas sana” kata Mingi panjang lebar.

“Gimana lo bisa bahagia lagi?” Tanya San pada Mingi. “Gue pergi. Gue banyak travelling, banyak ketemu orang baru dan ngelakuin banyak hal yang gue dan Yunho pernah rencanain. Walaupun gue ngelakuinnya sendiri, gue bahagia karena gue tetep bisa ngerasain kehadiran Yunho dalam hidup gue” kata Mingi.

“Dan, lo harus inget. Temen-temen lo ada di sisi lo. Bang Hongjoong, Yeosang, gue, Ka Hwa, sama Jongho. Lo ga akan pernah sendirian” kata Mingi. San tersenyum. Kali ini senyuman manis milik San, senyuman penuh kebahagiaan yang biasanya pemuda itu miliki. “Lo bener. Gue masih punya keluarga dan sahabat gue. Dunia masih berjalan. Makasih Gi” kata San.

San mengelus kepala Jongho. “Maaf ya, kamu pasti khawatir sama abang” kata San. “Gapapa bang ehehe..” kata Jongho. “Oh ya, ini. Keluarga Wooyoung nitipin ini sama gue buat dikasih ke lo” kata Yeosang sambil memberikan sebuah guci. San terkejut. Dia tau apa kegunaan guci tersebut.

“Keluarga Wooyoung, mau lo yang buang abu Wooyoung ke laut. Menurut mereka, lo udah bahagiain Wooyoung dan setidaknya mereka mau membiarkan lo berpisah secara benar dengan Wooyoung” kata Yeosang. “Makasih” kata San sambil mengambil guci tersebut.

“Abang kapan mau buang abunya?” Tanya Jongho. “Sekarang yuk” kata San. “Beneran?” Tanya Jongho. “Iya beneran. Buruan. Pake mobil Yeosang aja” kata San sambil bersiap. “Gue ga ikut ya. Mau ketemu bang Joong” kata Mingi. “Sip. Makasih. Eh btw, kemaren gue ketemu Yunho juga. Katanya Yunho selalu sayang Mingi” kata San. “Ckck tetep lucu ya dia tuh. Dah gue pergi ya” kata Mingi sambil tersenyum dan keluar dari kamar San.

Yeosang, San dan Jongho pun sampai di pantai. San membuka guci tersebut dan membuang abunya ke laut. “Sampai jumpa lagi Wooyoung.. Sampai kita bertemu lagi, tolong bahagia disana” kata San sambil memandang langit.


Now gone Rather than thinking of you and hurting All the days we were together I try to laugh while reminiscing Just like this

I want you to promise one thing Smile and don't get sick anymore Be happy above the clouds

Day6 – Above The Clouds

Mingi melajukan motornya, membelah jalanan yang mulai sepi dikarenakan jam yang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Dirinya tersenyum mendengar dengkuran halus dari orang yang diboncengnya.

Selepas mereka berkumpul di warkop tadi, Yunho mengajak Mingi untuk menginap di kosannya. Mengingat Yunho mau menghabiskan masa langganan netflixnya, Yunho mengajak Mingi untuk menonton.

Tidak berapa lama, mereka pun sampai di kosan Yunho. “Yun, bangun Yun” kata Mingi sambil menepuk paha Yunho. “Hng?? Dah sampe??” Kata Yunho pelan. “Iya udah sampe. Ayo turun. Katanya mau nonton Netflix” kata Mingi.

Yunho pun turun dari motor Mingi dan masuk ke kamar kosnya. Di belakangnya, Mingi mengikuti Yunho. “Sambil nyebat apa engga?” Tanya Mingi. “Gausah, gue mau nyalain ac. Gue mandi dulu” kata Yunho. “Udah malem tapi?” Kata Mingi. “Ada water heater” kata Yunho. “Oh iya, gue lupa kosan lo kan kosan elit” kata Mingi.

Mingi mengambil ipad milik Yunho yang ada di meja belajar milik pemuda yang mirip puppy itu. Berteman lebih dari 10 tahun, membuat Mingi sudah hafal dimana Yunho meletakkan barang-barangnya. Mingi merapikan kasur Yunho agar mereka lebih nyaman menonton dan menyalakan ac kamar Yunho.

“Gi, mau mandi dulu ga?” Tanya Yunho yang keluar dari kamar mandi. “Mager. Mandi besok pagi aja lah. Gue pinjem baju tidur lo ya. Sikat gigi gue ada disini kan?” Kata Mingi. “Ada. Eh baju lo beberapa ada disini. Pake aja buat tidur, trus pake besok pagi. Biar cucian gue ga numpuk” kata Yunho. “Elah, mager bener” kata Mingi.

“Bukan lu yang bayar laundry-an gue bangsat” kata Yunho sambil nabok punggung Mingi. “Ganti baju buruan sana. Gue mau nonton” kata Yunho. “Nonton apa?” Tanya Mingi. “Totoro” kata Yunho. “Hoo yaudah. Bentar ya” kata Mingi sambil pergi ke kamar mandi.

Tidak lama kemudian, Mingi keluar kamar mandi dalam kondisi sudah berganti pakaian. “Matiin lampunya gi” kata Yunho. Mingi mematikan lampu kamar Yunho dan menyalakan tumbler light. Ia merebahkan dirinya di samping Yunho, di bagian luar kasur. Sedangkan Yunho berdempetan dengan tembok.

“Lu dah pernah nonton kan? Kok nonton lagi” kata Mingi. “Hm?? Kangen mama. Sama kaya dia, mama gue kan juga lagi sakit gi” kata Yunho. “Tante belom sehat?” Tanya Mingi. “Belum. Kemaren sempet drop, tapi normal lagi” kata Yunho. “Gue pengen kenal Totoro, siapa tau dia bisa bawa gue ke mama gue sekarang” lanjut Yunho.

“Gue bakal jadi Totoro lu” kata Mingi. “Makasih gi. Gue bersyukur banget punya temen kaya lo. Makasih ya udah bertahan sama gue” kata Yunho. “Tapi lo lebih dari temen buat gue” kata Mingi dalam hati. “Dan fokus aja nonton. Gue temenin lo hari ini” kata Mingi sambil mengelus rambut Yunho.

Keduanya pun menonton animasi kucing tersebut, bahkan tanpa sadar, Mingi yang jatuh terlelap lebih dahulu. Yunho mengelus rambut Mingi dengan lembut, memandangnya dengan penuh kasih sayang. “Gue tau lo suka sama gue. Guenya aja yang belom yakin sama lo. Plis yakinin gue, Gi” kata Yunho.

Yunho pun mengecup dahi pria tinggi di sebelahnya itu dan menyamankan tidurnya sambil memeluk lengan Mingi.

Hongjoong benar-benar membawa Seonghwa ke warkop langganan mereka. Mengingat Hongjoong sudah meminta antek-anteknya untuk menyelesaikan tawuran yang sedang terjadi itu. Dan, dia lupa kalau, San dan Wooyoung sedang berpacaran di warkop.

“WEITSS KAPTEN PERTAMA KALI BAWA PACAR” kata Wooyoung. Hongjoong yang baru sampai langsung menoyor kepala Wooyoung. “Berisik, pacar darimana” kata Hongjoong. “Nyebat ka” kata Yunho sambil tersenyum kepada Seonghwa. “Lo mau makan apa? Pesen aja, ntar gue bayarin” kata Hongjoong.

“Lu berubah jadi papa gula, bang?” Tanya Mingi. Dan sudah ditebak, Hongjoong menoyor kepala Mingi juga. “Gausah, gue bawa duit kok. Ntar gue dibilang ngerepotin lagi” kata Seonghwa. “Huuu gimana sih lo bang. Ga niat bantuin” kata San. Hongjoong tadinya mau noyor kepala San juga, tapi keburu ditahan sama Wooyoung.

“Jangan gitu bang. Otak pacar gue kekocok nanti” kata Wooyoung. Hongjoong pun menghela nafasnya, lelah dengan kelakuan dua bocah yang mirip ini. “Jangan. Simpen duit lo. Gue yang ajak lo kesini, jadi lo tanggung jawab gue” kata Hongjoong. “CIEEEE” kata Wooyoung dan San bersamaan. Seonghwa akhirnya mengangguk dan memesan indomie untuk makan malamnya hari ini.

Hongjoong mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya dengan korek yang ia ambil di meja, entah punya siapa. “Ka, lo gapapa kan sama asep rokok?” Tanya Yunho pada Seonghwa yang sudah kembali dari memesan. “Santai” kata Seonghwa.

Kemudian, ada mobil yang terparkir di dekat warkop. “Keknya ga asing tuh” kata San. Dan benar saja, ternyata itu adalah Yeosang yang datang bersama Jongho. “Eh Jongho dateng. Matiin rokoknya” kata Wooyoung yang langsung mematikan rokoknya di asbak dan diikuti oleh San, Yunho, Mingi dan Hongjoong. Seonghwa yang melihat itu hanya bingung.

“Sorry, lama nunggunya?” Tanya Yeosang. “Engga kok, baru aja sampe” kata Hongjoong. “Tumben bawa mobil, Sang” kata Mingi. “Ya ini, bocilnya masih digips. Ya kali gue bawa motor. Lagian sekalian manasin mobil” kata Yeosang. “Beda ya anak rektor mah” kata Yunho. “HAH? YEOSANG ANAK REKTOR?” Tanya Seonghwa terkejut.

“Lo kemana aja sih ka? Masa baru tau” kata San. “Hehe.. Gue ga suka aja sih ka dibilang anak rektor. Jadi gue diem-diem aja” kata Yeosang. Bentar, Seonghwa ga percaya aja. Anak rektor kampusnya ternyata bukan anak yang tergolong baik-baik aja?

“Gausah kaget lah ka. Ga semua anak rektor harus jadi anak penurut kan?” Kata Yeosang. “Mulut gue asem. Gue nyebat dulu ya” kata Hongjoong. “Ikut!!! Ayo biarin yang gemes-gemes ini ngobrol” kata San sambil narik Yeosang dan Mingi mengikuti Hongjoong.

“Tangan lo gimana Jong?” Tanya Seonghwa. “Hehe, baik- baik aja ka. Bulan depan bisa lepas gips katanya” kata Jongho. “Yeosang makin protektif dong Jong?” Tanya Wooyoung. “IYA KA!! AKU PUSING BANGET. Bayangin tiap sejam sekali dia telepon aku. Apa ga enek?” Kata Jongho.

“Ka, lo kok bisa boncengan sama bang Hongjoong??” Tanya Yunho. Seonghwa yang lagi menyeruput mienya tersedak mendengar pertanyaan Yunho. “Lo ga pacaran sama kapten kan?” Tanya Wooyoung. “Apa sih siapa yang pacaran” kata Seonghwa.

“Lah, terus kenapa bisa dateng sama bang Hongjoong?” tanya Yunho. “Kejebak tawuran” kata Seonghwa. “Lagi? Ya astaga ka, jackpot amat lu kejebak tawuran dua kali” kata Jongho sambil terkekeh. “Btw, gue mau nanya” kata Seonghwa. “Nanya apa ka?” Tanya Wooyoung.

“Gue denger Hongjoong suka tawuran?” Tanya Seonghwa. Yunho, Wooyoung dan Jongho berdehem sebentar. “Ehm.. Dia ketuanya malahan ka” kata Yunho. “Dia kenapa suka tawuran?” Tanya Seonghwa bingung. Kok ada orang yang demen tawuran sih??

“Untuk itu, lo tanya langsung aja ke orangnya ka. Kita bukan orang yang tepat untuk nyeritain alesannya” kata Wooyoung. Seonghwa mengangguk, jelas dia paham bahwa dari semua tindakan, pasti ada alasannya.

“Oke, lanjut. Jongho, gue mau nanya. Gue perhatiin kayanya cuma lu yang ga nyebat. Kenapa?” Kata Seonghwa. Jongho terdiam. Seonghwa memperhatikan raut muka Jongho yang berubah menjadi sedikit panik. “Kamu yang cerita atau kita?” Tanya Wooyoung yang tiba-tiba melembutkan intonasinya. “Kalian aja” cicit Jongho pelan.

“Jongho, korban toxic relationship ka” kata Wooyoung. “Hah?” Seonghwa tentu terkejut. Adik tingkat yang menurut Seonghwa sangat menggemaskan itu ternyata korban toxic relationship? “Mantan pacarnya, abusive sama Jongho. Sering main tangan. Ga jarang kita nemuin luka baru hampir tiap hari” kata Yunho.

“Dan parahnya lagi, mantannya pernah sundutin rokok ke badan Jongho. Makanya, Jongho ga nyaman ngerokok. Kita sebagai temen Jongho juga berusaha ga nyebat di hadapan dia” kata Wooyoung. “A-Aku ga bisa lepas dari dia. Soalnya, dari kecil, dia yang ngelindungin aku” kata Jongho.

“Untung Yeosang nyadarin Jongho kalo dia ada di toxic relationship. Dan setelab putus, Yeosang bener-bener memperlakukan Jongho dengan baik” kata Yunho. “Yaampun Jongho” kata Seonghwa sambil memeluk Jongho dengan erat. Jongho sendiri terkejut dengan tingkah Seonghwa, tapi ia menyamankan kepalanya pada bahu Seonghwa.

“Kamu kuat banget.. Terima kasih udah bertahan ya” kata Seonghwa pelan. Jongho mengangguk kemudian Seonghwa memeluknya lagi sambil menepuk-nepuk bahu Jongho.


Di sisi lain, Hongjoong, Yeosang, San dan Mingi merokok dalam diam. Tidak ada omongan yang tercipta di antara mereka. “Minggu depan kalian ke arena?” Tanya Hongjoong. “Datenglah. Walaupun ga turun juga” kata San.

“Kenapa bang?” Tanya Mingi. Mingi sadar perubahan raut wajah Hongjoong walaupun hanya sekilas. Perlu diingatkan dia adalah orang kedua yang bergabung dalam lingkup pertemanan ini setelah Yunho. Sudah pasti dia mengenal Hongjoong lebih lama dibanding yang lain.

“Orang yang sabotase motor Jongho, dia bakal dateng ke arena minggu depan” kata Hongjoong. Ketiganya pun terdiam mendengar penuturan Hongjoong. “Lo beneran? Siapa orangnya? Kita kenal?” Tanya Yeosang dengan cepat. “Lo kenal, sangat kenal sama dia. Dan kita kenal” kata Hongjoong.

“Siapa bang?” Tanya San. “Nanti aja pas di arena. Biar lo nonjoknya enak kan. Emosi langsung nonjok dia” kata Hongjoong dengan entengnya. “Kenapa lo ga langsung nonjok dia aja bang? Biasanya lo ga suka kan temen lo diusik” kata Mingi. “Gue ga berhak nonjok dia. Jongho dan Yeosang yang berhak. Jadi gue serahin ke kalian berdua” kata Hongjoong.

“Makasih banyak bang” kata Yeosang. “Hm, sama-sama. Gue ga suka kalo temen gue diusik, jadi gue lakuin yang gue bisa lakukan” kata Hongjoong sambil menepuk bahu Yeosang.

Seonghwa membuka pintu ruang rawat Jongho dan terkejut ketika kondisi ruang rawat yang ramai. “HAI KA!!” Seru Jongho dengan semangat. Seonghwa menggeleng kecil ketika mendapati Jongho yang masih semangat padahal tangan kirinya di gips.

Oh ya, untung mereka memaksa Jongho ke rumah sakit. Karena ternyata Jongho terlempar cukup keras menyebabkan tangan kirinya harus di gips. “Nih kakak bawa buah. Tapi kakak pikir kamu sendirian doang” kata Seonghwa. “Gausah dipikirin kak, kita udah makan kok” kata Yunho.

“Kayanya lu harus nyuapin Jongho ka. Dia kidal, dan tangan kirinya di gips, tangan kanan diinfus” kata Yeosang. “Kamu kidal? Keren juga” kata Seonghwa. “Engga juga ka, kalo lagi makan bareng kakak yang lain suka nabrak tangannya” kata Jongho.

“Oh ya, jadi bang, kenapa lo minta kita ngumpul?” Tanya Jongho pada Hongjoong. “Kalo dia denger gapapa?” Tanya Hongjoong sambil menunjuk Seonghwa dengan dagunya. “Gue punya nama. Nama gue Seonghwa” kata Seonghwa dengan tegas.

“Oh” kata Hongjoong. Duh Seonghwa rasanya mau nabok muka sombong itu pake tempat makan yang dia bawa. “Gapapa ka” kata Jongho. “Yaudah. Motor lu semalem disabotase” kata Hongjoong. Yeosang yang lagi minum pun tersedak.

“Lu tau darimana?” Tanya Yunho. “Kan gue yang cek motor Jongho sebelum dia balapan” kata Hongjoong dengan enteng. Dan tiba-tiba Yeosang mencengkram baju Hongjoong. Jelas semuanya marah, kenapa Hongjoong tidak melarang Jongho turun balapan?

“Lu kenapa ga ngelarang pacar gua? KENAPA?? KALO DILARANG, DIA GA BAKAL KECELAKAAN!!” seru Yeosang. “Tenang tenang, ini di rumah sakit” kata Seonghwa. “DIEM!!” Seru Yeosang dan Seonghwa pun terdiam. “JAWAB GUE BANG! KENAPA” teriak Yeosang.

“Karena dia nonton. Dia ada di antara penonton. Kalo Jongho ga balapan, gue gatau siapa yang sabotase motor Jongho. Dan makanya kenapa gue bawa motor Jongho, supaya dapet bukti” kata Hongjoong. “Tapi bang, argh.. Kenapa lo ga bilang? Kan bisa gue yang turun aja, daripada Jongho” kata San.

“Karna dia pengennya Jongho. Kalo diganti ke lu, gue gatau apa yang bakal dia lakuin” kata Hongjoong. “Dan tenang aja, dia bukan Yeonjun. Gue pastiin itu” lanjut Hongjoong lagi. Tau pasti, karena Wooyoung adalah sahabat dari Yeonjun, pasti dia sempat curiga atau tidak percaya pada Yeonjun.

“Tolong semuanya percaya sama gue. Kalian cukup tenang, sampe gue temuin pelakunya, nanti gue bawa dia ke kalian” kata Hongjoong. “Oke bang. Makasih banyak” kata Jongho sambil tersenyum. “Kalo ada kaya gini lagi, abis ya lo di tangan gue, bang” kata Yeosang. “Deal” kata Hongjoong.