PIERCE
Tahun 19xx
Yeosang keluar dari sekolahnya dengan terburu-buru. Dia lupa kalau ia memiliki janji dengan dua sahabatnya, Wooyoung dan Hongjoong dari sekolah sebelah. Yeosang terlalu asik belajar hingga melewatkan waktu bertemu mereka.
Yeosang segera berlari keluar dan mendapati Hongjoong serta Wooyoung yang menatapnya dengan wajah kesal. “Jadi, apa alasanmu kali ini?” Tanya Hongjoong. “Hehe maaf ka. Aku keasikan belajar” kata Yeosang sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Duhh aku laper Yeosang dan kamu malah lupa” kata Wooyoung.
“Sorry, beneran lupa deh” kata Yeosang. “Yaudah yuk pergi sekarang. Pake mobilmu kan?” Kata Hongjoong. “Yup” kata Yeosang. Di zaman itu, orang yang memiliki mobil adalah orang yang sangat kaya, dan Yeosang merupakan salah satunya. Namun, hal tersebut tidak membuat Yeosang menjadi sombong. Justru Yeosang senang sekali mengajak sahabat-sahabatnya berkeliling kota dengan mobil.
Ketika Yeosang akan masuk ke mobilnya, ia melihat seseorang yang manis dengan rambut coklatnya. “Sebentar, aku samperin orang dulu” kata Yeosang. Yeosang pun menghampiri orang tersebut. “Ka Yeo? Belom pulang ka?” Tanya orang tersebut. “Ehehe iya nih belum pulang” kata Yeosang.
“Kakak harus pulang sekarang, udah sore tuh. Nanti kakak ditungguin sama orang tuanya” kata pria tersebut. “Eum, kamu besok ada waktu ga? Mau jalan bareng?” Tanya Yeosang. Pria tersebut terkejut namun akhirnya terkekeh. “Ada kok kak Yeo. Dan aku mau. Sampe ketemu besok kak” kata pria tersebut. “Oke, sampe ketemu besok” kata Yeosang dan keduanya pun beranjak pergi.
Yeosang pun akhirnya masuk ke mobil. “Cieee character development nih” kata Wooyoung yang duduk di samping kursi pengemudi. “Gas duluan lah daripada diambil orang” kata Yeosang. Yeosang pun melajukan mobilnya dengan tenang.
Namun, entah bagaimana mobil yang dikendarai Yeosang tiba-tiba tergelincir. “SANG!! KENAPA INI??” seru Hongjoong. “GATAU!! REMNYA BLONG” kata Yeosang dengan panik. Dan akhirnya mobil yang ditumpangi Yeosang pun menabrak pembatas jalan dan jatuh ke laut.
“Sebuah mobil menabrak pembatas jalan di jalan XX. Menurut team SAR, diperkirakan ada dua korban dalam mobil tersebut“
Yeosang membuka matanya perlahan ketika sinar matahari menusuk matanya. Yeosang terkejut ketika dirinya berada dalam sebuah kamar yang sangat mewah. Namun Yeosang tau, dirinya tidak berada di rumahnya.
Yeosang langsung terduduk ketika memori ketika ia jatuh ke laut muncul dalam otaknya. “Oh tidak tidak” kata Yeosang sambil memegang kepalanya yang sangat pusing. Yeosang memeluk dirinya sendiri.
Ia menangis.
Yeosang ingat bahwa Hongjoong dan Wooyoung ikut bersamanya. Berarti hanya dia yang selamat. Yeosang menangis mengingat bagaimana memori persahabatan mereka. Bagaimana perjalanan mereka selama ini.
“Ka Hongjoong.. Wooyoung..” kata Yeosang sambil menangis. Yeosang rasanya ingin ikut dengan kedua sahabatnya.
“Kamu ga akan bisa mati bocah” kata seseorang yang tiba-tiba masuk ke kamar Yeosang. “Loh kakak?” Tanya Yeosang bingung. “Kita ini abadi. Engga deng, kita bisa mati kalo ketusuk sama pisau ini” kata kakak Yeosang sambil menunjukkan pisau yang dipegangnya.
“Hah? Kak, jangan aneh-aneh deh” kata Yeosang. Kakaknya Yeosang mendekatinya dan melempar dua buah foto. Yeosang mengambil foto tersebut dan terkejut. “I-Ini Wooyoung sama Ka Hongjoong?? Kok ada foto mereka kecebur di laut juga?” Tanya Yeosang.
“Yeosang, kita ini adalah grim reaper. Pekerjaan kita adalah mencabut nyawa manusia yang akan meninggal. Dua hari sebelum kematiannya, manusia akan mendapatkan foto mereka dan bagaimana mereka akan meninggal. Dan tugasmu adalah melancarkan kematian tersebut” jelas kakaknya Yeosang.
Yeosang tidak percaya akan hal ini. Jadi secara tidak langsung, ia adalah penyebab kematian kedua sahabatnya? “Aku tau ini berat untukmu. Tapi, kamu akan terbiasa dengan hal ini. Aku juga sama sepertimu, kehilangan sahabat-sahabatku. Tapi, kita bisa apa?” Kata kakak Yeosang.
Kakaknya Yeosang mengeluarkan sebuah kantung yang Yeosang yakini berisikan pisau dengan ukiran yang indah, seperti yang kakaknya tadi tunjukkan. “Ini milikmu. Ayah memintaku memberikannya padamu. Gunakan ini sebaik-baiknya” kata kakak Yeosang. Kakaknya pun menggunakan topi hitam dan langsung menghilang dari kamar Yeosang.
Selembar amplop pun datang tiba-tiba di atas kasurnya. Yeosang menahan nafasnya. Dia tau siapa ini. Ini adalah kekasih Wooyoung, yaitu San. Berdasarkan foto tersebut, San sepertinya akan meninggal karena ia menenggak terlalu banyak obat tidur.
“Hhh.. Maafkan aku San” kata Yeosang.
Yeosang duduk di balkon kamar San. Ia melihat bagaimana sahabatnya itu sangat menderita setelah kehilangan Wooyoung. “Maafkan aku San. Aku berharap, kamu tidak bertemu denganku di kehidupan selanjutnya” kata Yeosang.
Yeosang menyelipkan amplop tersebut dan secara ajaib, amplop tersebut terbang ke arah San. San menerima amplop tersebut dan kemudian ia menangis kembali. Yeosang yang tidak tahan pun akhirnya pergi meninggalkan rumah San.
“Sudah selesai?” Tanya kakaknya Yeosang. “Sudah” kata Yeosang. “Bagus, sekarang ikut kakak” kata kakaknya Yeosang. Yeosang pun mengangguk dan mulai mengikuti perjalanan kakaknya. Bagaimana kakaknya mendekati orang yang akan meninggal dan bagaimana memberikan foto tersebut.
Dalam sepuluh tahun perjalanannya, Yeosang bertemu dengan Seonghwa, seorang pemuda yang memiliki toko bunga. Yeosang senang berteman dengannya. Pemuda itu memiliki wawasan pengetahuan yang sangat luas. Tutur kata dan perilakunya juga sangat baik.
Yeosang akhirnya memutuskan untuk berteman dengan pemuda itu. Namun kurang lebih 2 tahun setelah persahabatan mereka, Yeosang menerima amplop berisikan foto Seonghwa yang mengalami kecelakaan bus.
Yeosang panik dan akhirnya ia bertanya kepada kakaknya, apakah ada cara untuk menyelamatkannya. “Tidak ada caranya. Walaupun kamu punya kekuatan untuk menahan bisnya, dia akan tetap meninggal lusa” kata kakaknya. Dan Yeosang akhirnya mengirimkan amplop tersebut kepada Seonghwa.
Dua hari kemudian, Yeosang menyaksikan sendiri bagaimana bis yang ditumpangi Seonghwa tergelincir dan akhirnya terguling di jalanan. Yeosang mendekati Seonghwa yang sudah tidak bernyawa tersebut. “Ka Seonghwa, aku harap kamu tidak bertemu denganku lagi di kehidupan selanjutnya” kata Yeosang sambil menatap sendu Seonghwa.
Beberapa tahun setelahnya, Yeosang kembali bertemu dengan seseorang bernama Yunho. Pemuda yang lebih tingi darinya itu sangat playful dan aktif. Yunho adalah guru dari taman kanak-kanak. Yeosang senang bersahabat dengannya karena ia bisa merasakan bagaimana indahnya hidup dengan tertawa bersama.
Namun, sama seperti Seonghwa, 2 tahun setelahnya, Yeosang menerima amplop berisikan foto Yunho. Dimana Yunho mengalami kecelakaan tunggal ketika akan pergi ke sekolah. Tidak seperti Seonghwa, Yeosang kali ini langsung mendatangi Yunho. Tangannya menyerahkan amplop tersebut kepada Yunho.
“Kamu akan tiada Yunho” kata Yeosang. Tanpa disangka, Yunho justru tersenyum mendengar penuturan Yeosang. “Aku tau Yeosang. Aku tau umurku tidak akan panjang” kata Yunho sambil tersenyum. Sama seperti kejadian yang sudah lalu, Yeosang menyaksikan sendiri bagaimana Yunho mengalami kecelakaan dan menghembuskan nafas terakhirnya.
Ketika melihat Yunho, Yeosang memutuskan, bahwa ia tidak akan pernah percaya dan menumbuhkan rasa sayang pada orang-orang yang ia temui. Sudah cukup ia merasakan sakit kehilangan 5 orang berharga dalam hidupnya. Mulai sekarang, Yeosang hanya akan mempercayai dirinya dan juga kakaknya, karena ia tidak ingin merasakan rasa sakit karena kehilangan.
Tahun 20xx
Yeosang menghentikan langkahnya di sebuah taman kota yang luas. Taman kota tersebut berbatasan langsung dengan sungai yang indah. Manusia di kota itu menyebutnya dengan Sungai Han atau Hangang River.
Setelah berpuluh-puluh tahun mengikuti kakaknya, Yeosang akhirnya ditugaskan untuk pergi ke sebuah negara bernama Korea Selatan. Yeosang sih tidak masalah, hanya saja, cuacanya sedikit berbeda dari negara dimana ia tinggal sebelumnya.
Yeosang berjalan-jalan di taman tersebut dan tiba-tiba ada orang yang menabrak tubuhnya. “Ma-Maaf tuan. Aku tidak sengaja” kata orang tersebut. “Tidak masalah” kata Yeosang. Orang tersebut mengangkat wajahnya kemudian tersenyum pada Yeosang.
Deg!!
Rasanya jantung Yeosang berhenti berdetak. Wajah itu, adalah cinta pertamanya saat itu. Saat ia masih disibukkan dengan sekolah. Saat Hongjoong dan Wooyoung masih hidup.
“Maafkan aku tuan. Sebagai permintaan maafku, anda bisa datang ke cafe ini tuan. Bilang saja anda ingin bertemu dengan Choi Jongho. Saya akan mentraktir anda” kata orang tersebut atau Jongho sambil menyerahkan sebuah pamflet.
“Namanya sama. Nama indah itu” gumam Yeosang dalam hatinya sambil mengambil pamflet tersebut. “Jangan lupa datang ya tuan. Maaf saya harus kembali” kata Jongho sambil membungkuk dan berjalan menjauhi Yeosang.
“Ada apa ini? Dia bereinkarnasi?” Tanya Yeosang. Yeosang memutuskan untuk pergi ke alamat cafe yang tertera dalam pamflet tersebut. “Selamat datang!! Untuk berapa orang?” Tanya salah satu pegawai tersebut. “Saya mencari Choi Jongho” kata Yeosang tanpa basa-basi.
“Jongho? Sepertinya dia belum datang tuan, dia tadi izin untuk datang telat. Ada keperluan apa dengan Jongho?” Kata pegawai tersebut. Yeosang melirik nama yang tersemat di seragam pegawai tersebut. “Song Mingi?” Tanya Yeosang. “Ya?” Tanya pegawai tersebut atau Mingi.
“Saya akan menunggu disini. Jika Jongho datang, suruh dia bertemu dengan saya” kata Yeosang. “Baik. Silahkan duduk disini tuan” kata Mingi sambil mengarahkan Yeosang untuk duduk di sebuah kursi dan meja untuk dua orang.
Mingi kembali meneruskan pekerjaannya, sampai ia melihat Jongho memasuki cafe melalui pintu karyawan. “Maaf aku terlambat!!” Seru Jongho. “Jongho, sebentar. Kamu dicari pria aneh” kata Mingi. “Hah? Pria aneh?” Tanya Jongho. Mingi mengarahkan telunjuknya pada Yeosang.
“Oh? Tuan itu langsung datang?” Tanya Jongho. “Kamu mengenalnya?” Tanya Mingi. “Tidak tidak. Aku tidak sengaja menabraknya tadi di jalan. Dan sebagai permintaan maaf, aku memintanya datang kesini. Aku akan mentraktirnya” kata Jongho. “Ohh.. Eh tapi hati-hati. Kayanya dia pria yang aneh” kata Mingi.
“Tidak apa-apa ka Mingi. Aku bisa menghajarnya kalo dia ingin melakukan sesuatu yang aneh” kata Jongho. “Ah baiklah” kata Mingi. Jongho pun menepuk bahu Mingi dan berjalan mendekati Yeosang. “Tuan? Aku tidak percaya kau langsung datang” kata Jongho.
Yeosang yang sedang termenung pun terkejut mendengar suara Jongho. “O-Oh? Itu karena kau mirip sekali dengan seseorang di masa laluku” kata Yeosang dengan gugup. “Ah benarkah? Kebetulan sekali” kata Jongho. “Namamu Jongho kan?” Tanya Yeosang.
“Iya, itu namaku” kata Jongho. “Ah perkenalkan namaku Yeosang” kata Yeosang. “Wah nama yang indah, tuan Yeosang” kata Jongho dengan mata yang berbinar. Yeosang berdehem melihat mata yang cantik itu. Dia merindukannya.
“Kamu bekerja disini?” tanya Yeosang. “Iya. Ah benar, saya kan mengundang anda datang untuk mentraktir anda. Minuman apa yang paling anda suka?” Kata Jongho. “Apa saja. Saya suka minuman apa saja” kata Yeosang. “Kalau begitu, saya akan membawakan anda minuman spesial dari cafe ini” kata Jongho sambil beranjak dari kursinya dan pergi ke counter khusus barista.
Tidak berapa lama, Jongho kembali membawakan sebuah minuman. “Ini adalah Chocolate Everest. Katanya, minuman coklat ini adalah yang paling enak di kota kami. Silahkan diminum” kata Jongho. Yeosang pun menyesap minuman tersebut. Benar, rasanya sangat lezat dan berbeda dibandingkan minuman coklat manapun.
“Enak kan? Saya mentraktir anda saat ini. Tapi, jika anda lain kali datang, anda harus membayar” kata Jongho sambil tersenyum. “Baiklah, saya akan sering datang” kata Yeosang. “Benarkah?” Tanya Jongho. Yeosang mengangguk, “tapi dengan satu syarat” lanjutnya.
“Tolong panggil saya dengan Yeosang dan jangan gunakan bahasa yang formal.”
Would love never again come? And could I say from my heart that I was truly happy? Yes, we always wish tonight could last forever
Hari-hari pun berlalu. Yeosang hampir setiap hari mengunjungi cafe tempat Jongho bekerja. Bahkan Mingi, kerap kali mengejeknya bahwa ia tidak memiliki pekerjaan. Ya, walaupun Mingi tidak salah sepenuhnya. Dia tidak memiliki pekerjaan akhir-akhir ini.
Kedatangan Jongho dalam hidupnya membuat Yeosang kembali merasakan hidupnya. Tawa manis yang menyambutnya ketika ia datang ke cafe, wajah memerahnya ketika Yeosang memujinya dan afeksi yang dapat ia berikan kepada pria manis itu.
Berbulan-bulan mengenal si manis itu, Yeosang mengambil keputusan besar. Yaitu menyatakan cintanya pada Jongho dan tentu saja disanggupi oleh pria manis tersebut. Yeosang benar-benar bahagia dengan kehidupannya.
Sore itu, Yeosang berniat menjemput kekasih manisnya. “Sore Yeo, jemput lagi nih?” Tanya Mingi. “Iya haha.. Sekalian ngasih ini” kata Yeosang sambil menyerahkan sebuah undangan pada Mingi. “HAH? UNDANGAN PERNIKAHAN? KAMU MAU NIKAH SAMA JONGHO?” Tanya Mingi dengan heboh.
“Ya aku pacarannya sama siapa? Jongho kan? Ya aku nikahin dia lah” kata Yeosang. “Apa nih ada apa?” Tanya Jongho yang sudah mengganti seragam kerjanya. “Jongho kalo udah nikah jangan lupa sama ka Mingi ya” kata Mingi. “Engga lah? Kan aku tetep kerja disini” kata Jongho. “Oh iya hehe” kata Mingi.
“Kak Mingi ga jelas banget. Dah ah aku balik dulu. Bye ka Mingi!! Jangan lupa kunci cafenya ya” kata Jongho sambil menggandeng tangan Yeosang dan keluar dari cafe.
Yeosang memandang keindahan pria yang menggandeng tangannya ini. “Kenapa ka Yeo?” Tanya Jongho. “Gapapa. Kamu indah banget” kata Yeosang pada Jongho. Wajah Jongho pun memerah mendengar ucapan Yeosang. “Ih gombal malesin deh” kata Jongho. Yeosang terkekeh mendengar penuturan Jongho dan merangkul Jongho.
“Kak, pernikahan kita tinggal menghitung hari. Aku ga sabar banget bisa menghabiskan waktu sama kakak” kata Jongho. “Kakak juga sama. Aku sayang banget sama kamu” kata Yeosang sambil mengecup dahi Jongho dan keduanya pun tersenyum.
Cause we can see how it’s going to end But I got my love for you
Dua hari menjelang pernikahannya, Jongho menyerahkan sebuah amplop pada Yeosang. “Kak Yeo, aku tadi pas bangun nemu amplop itu masa” kata Jongho. Yeosang melebarkan matanya ketika melihat amplop di tangan Jongho.
“JANGAN DIBUKA!!” seru Yeosang. “Kenapa ka?” Tanya Jongho. Yeosang menggigit jarinya. Tidak, ia harusnya sudah paham. Ia merutuki kebodohannya yang terlena akan cinta, sehingga ia harus kehilangan orang yang berharga untuknya. Lagi.
“Kak Yeo, kita udah janji untuk saling terbuka. Jadi, ini apa ka?” Kata Jongho dengan lembut. Yeosang memandang wajah Jongho yang tersenyum padanya. Yeosang menghembuskan nafasnya dengan kasar. Lalu duduk di hadapan Jongho.
“Jongho, aku sebenarnya adalah Grim Reaper. Pekerjaanku adalah mengirimkan amplop berisikan foto bagaimana seseorang akan meninggal. Amplop tersebut aku kirimkan dua hari sebelum waktu kematiannya” kata Yeosang.
Jongho terdiam mendengar penjelasan dari Yeosang. Tangannya membuka amplop tersebut dan menemukan ia menemukan fotonya yang ditusuk oleh sebuah pisau. Yeosang juga ikut terkejut melihat foto itu. Artinya, Yeosang sendiri lah yang menjadi penyebab kematian Jongho. Ia lah yang harus mengantarkan Jongho pada kematian.
“Ini, pisau yang selalu ada di kantung coat kakak kan?” Tanya Jongho. “Iya” kata Yeosang. Jongho menarik Yeosang ke kamar mereka dan segera menutup pintu kamar tersebut. Jongho mengambil pisau tersebut dan menyerahkannya pada Yeosang. “Ayo kita lakukan sekarang kak” kata Jongho.
“Jongho..” kata Yeosang. “Aku tidak mau meninggal di hari bahagiaku. Jadi tolong lakukan itu sebelum hari pernikahan kita” kata Jongho. “A-Aku tidak bisa Jongho” kata Yeosang sambil menitikkan air matanya. Jongho tersenyum kemudian mengelus punggung tangan Yeosang yang bergetar.
“Lakukan pekerjaanmu kak. Aku tidak akan marah” kata Jongho. Air mata Yeosang pun semakin keluar dengan deras. “Kak Yeosang, terima kasih untuk kenangannya selama ini. Aku sayang kakak, aku selalu mencintai kakak. Jika aku bisa mendapatkan kehidupan selanjutnya, aku ingin kembali bertemu dengan kakak” kata Jongho.
“Jangan. Jangan bertemu denganku lagi” kata Yeosang. “Tapi aku akan tetap mencarimu” kata Jongho. Jongho menangkup wajah Yeosang dan mengecup bibir Yeosang. Tangannya ia arahkan untuk menghapus air mata tersebut. “Ayo ka Yeosang. Lakukan pekerjaanmu” kata Jongho.
Yeosang pun akhirnya menusuk Jongho dengan pisaunya sendiri. Setelah itu, Yeosang benar-benar meraung. Diraihnya tubuh sekarat itu dan Yeosang memeluknya dengan erat. “Maaf.. Maaf Jongho...” kata Yeosang sambil menangis. “Ga usah minta maaf ka..” kata Jongho. “Aku sayang kamu” kata Yeosang. “Aku juga” kata Jongho sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Yeosang pun menangis dan terus memeluk tubuh Jongho. “Jongho.. Jongho” panggil Yeosang berkali-kali. Yeosang melihat pisau yang tertancap di tubuh Jongho tersebut. Yeosang mencabut pisau tersebut dan ia ingat bahwa kakaknya mengatakan bahwa mahluk seperti mereka, dapat meninggal apabila tertusuk pisau ini.
Dan Yeosang pun menusuk dirinya. Ia tidak akan sanggup hidup tanpa kekasih hatinya. Darah pun mengalir dari tubuh Yeosang. “Kita akan bertemu lagi Jongho..” lirih Yeosang sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya. Kemudian tidak berapa lama kemudian, ada sebuah foto yang jatuh disana. Dimana foto itu adalah foto Yeosang yang menancapkan pisau pada dirinya sendiri.
Yes, we always wish tonight could last forever I can be your side
One Ok Rock – Pierce