You did well!!

Yeosang memarkirkan mobilnya di depan rumah Jongho. Ia menekan bel rumah Jongho. “Siapa??” tanya seseorang dari intercom. “Saya Yeosang. Saya mau ketemu Jongho” kata Yeosang. Gerbang rumah pun dibuka oleh security rumah Jongho. “Selamat malam nak Yeosang” kata security tersebut.

“Selamat malam pak. Saya parkir dimana ini ya pak?” Tanya Yeosang. “Di parkiran dalem aja nak Yeosang. Bapak sama ibu ada di dalam” kata security tersebut. “Baik pak, saya parkir ya pak” kata Yeosang.

Yeosang pun naik ke mobilnya kembali dan memarkirkan mobilnya di dalam rumah Jongho. “Nak Yeosang langsung masuk aja” kata security. “Oh? Oke pak. Makasih banyak ya pak” kata Yeosang. “Iya nak Yeosang” kata security tersebut.

Yeosang mengetuk pintu rumah Jongho, dan pintu tersebut dibuka oleh ibu dari Jongho. “Yaampun Yeosang, udah lama banget ga kesini. Dipanggil Jongho ya?” Kata mamanya Jongho. “Iya nih tan. Si gembul lagi banyak pikiran kayanya, minta ditemenin” kata Yeosang.

“Yaampun, sana cepetan naik gih. Nginep juga kan kamu?” Tanya mamanya Jongho. “Iya tante, rencananya Yeosang mau izin nginep” kata Yeosang. “Ah kamu mah gausah pake izin-izin segala. Dateng aja langsung” kata mamanya Jongho.

“Ehehe iya ma. Ini Yeosang bawain martabak buat tante sama om” kata Yeosang sambil menyerahkan sekotak martabak manis pada mamanya Jongho. “Yaampun repot-repot, makasih ya Yeosang” kata mamanya Jongho.

Yeosang pun masuk ke rumah Jongho dan menemukan papanya Jongho dan Jongho yang lagi masak di dapur. “Malem om” sapa Yeosang. “Eh Yeosang. Tuh pacarmu dateng” kata papanya Jongho pada Jongho. “Iya aku tau. Tapi, papa, biarin Jjong aja yang masak napa” kata Jongho.

“Heh enak aja. Itu tangan kiri masih di gips mau masak. Papa buang nih mienya” kata papanya Jongho. “Ya jangan dong papaku sayang. Mienya mending aku makan” kata Jongho. “Makanya diem. Duduk manis aja disitu” kata papanya Jongho. Jongho cemberut dan Yeosang terkekeh sambil mencubit pipi Jongho dengan gemas.

“Kakak udah makan?” Tanya Jongho. “Udah tadi sebelum kesini” kata Yeosang. “Langsung ke atas aja yuk ka. Aku mau makan es krimnya” kata Jongho. “Oh, gajadi makan mie?” Tanya Yeosang. “Ih itu mah papa aja yang pengen aku temenin. Papa sebenernya yang mau makan mie” kata Jongho. “Oh yaudah kita ke atas aja” kata Yeosang.

“Pa, ma, Jongho ke kamar ya” kata Jongho. “Iya sayang. Mimpi indah ya” kata mamanya Jongho. “Om, tante, Yeosang ke kamar Jongho ya” kata Yeosang. “Iya Yeosang. Jangan macem-macem ya” ancam papanya Jongho. “Gak lah om” kata Yeosang sambil tersenyum dan mengikuti Jongho ke atas.


Sesampainya di kamar Jongho, Yeosang meletakkan 2 kotak es krim yang dibelinya ke kulkas mini yang ada di kamar Jongho. “Kak, peluk dong” kata Jongho sambil merentangkan tangannya (hanya tangan kanan sih mengingat tangan kiri si gemas masih digips).

Yeosang memeluk Jongho dengan erat. Tangannya menepuk-nepuk punggung Jongho. “Kenapa nih bayi kakak yang gemes ini, hm?” Tanya Yeosang. “Hm.. Kangen kakak” kata Jongho. “Ey, kamu ga jago bohongnya. Ayo cerita sama kakak. Kita udah janji kan untuk saling terbuka satu sama lain” kata Yeosang.

Jongho melepas pelukan Yeosang. Tangan kanannya secara otomatis naik ke arah mulut, sebuah kebiasaan Jongho ketika gugup. “Jangan digigitin” kata Yeosang sambil menurunkan tangan Jongho.

“Aku takut sama cemas banget sekarang kak” Jongho pun mulai berbicara dengan suara yang amat pelan seperti menggumam, tetapi Yeosang masih bisa mendengarnya, ah ya Yeosang memang pendengar yang baik. “Sejak kejadian di arena beberapa hari yang lalu, aku selalu kepikiran sampe sekarang. Aku takut dia balik terus sakitin aku lagi kak.” Lanjut Jongho dengan kepala yang menunduk menahan tangis, iya Jongho kalo sudah merasa takut dan cemas ia akan menangis, Yeosang pun tidak masalah dengan itu karena menangis bisa membuat menghilangkan penat sementara.

Yeosang masih di posisi yang sama, mendengarkan keluhan Sang Kekasih dengan seksama sambil mengelus punggungnya untuk menenangkan. “Gimana kalau yang aku takutin bakal kejadian kak? Aku gak mau masa lalu ku keulang lagi, susah buat aku ngelupain masa lalu dalam waktu yang gak sebentar. Sakit rasanya kalo keinget kejadian yang dulu kak” Ujar Jongho dengan suara yang sedikit bergetar.

“Kakak sama abang yang lain jadi harus nahan nyebat kalo ada aku kan? Hiks..” kata Jongho yang akhirnya menangis. “Jangan pikirin kita. Kita bisa nyebat nanti lagi. Tapi kita semua mikirin kamu. Jadi, jangan mikir macem-macem, hm?? Kan ada aku disini. Ada bang Hongjoong juga yang bakal nonjok orang-orang yang nyakitin kamu” kata Yeosang.

“Hiks.. Aku takut ka.. Takut banget” kata Jongho sambil meremas baju Yeosang. “Jangan takut. Kakak ada disini. Dia ga bakal bisa ambil kamu dari kakak, oke? Kamu percaya sama kakak kan?” Kata Yeosang sambil mengelus rambut Jongho. Jongho mengangguk dan Yeosang mengeratkan pelukannya.

“Adek hebat banget bisa bertahan sampai sekarang. Kakak bangga banget sama adek” kata Yeosang sambil mengecupi wajah Jongho. “Hihi udah kaaa” kata Jongho. “Tuh mending kamu buka grup. Kayanya rame banget” kata Yeosang.

Jongho membuka sosial medinya dan terkekeh. “Ternyata grup kita yang rame ka. Ka Hwa udah diinvite ke grup” kata Jongho. “Oh ya? Terus yang ngechat siapa?” Tanya Yeosang. “Bang Igi. Yaampun bang Igi gabut banget keliatannya” kata Jongho.

“Halah dia mah cupu. Tau ga sih dek, dia tuh tiap kakak main ke kamarnya, curhatin Yunho mulu. Tapi ga ada kemajuan” kata Yeosang. Ngomong-ngomong, kosan Mingi merupakan usaha lain yang dimiliki orang tua Yeosang. Dan rumah mereka tepat di atas kosan yang Mingi tempati, jadi Yeosang seringkali turun ke kamar Mingi untuk berbincang.

“Mungkin ka Yunhonya yang belum yakin sama bang Igi. Bang Igi harus lebih meyakinkan berarti” kata Jongho. “Hahaha bener juga” kata Yeosang. Yeosang beranjak dan mengambil es krim tadi. “Ayo buka mulut, kakak suapin” kata Yeosang.

“Yeyyy es krim!!” Seru Jongho. Malam itu, Jongho semakin dikuatkan bahwa Yeosang menerima dirinya. Dan Jongho yakin bahwa Yeosang akan melindunginya.