TW : Mention of trauma, blood, self harm, violance, toxic parent, drugs.
Jadi satu-satunya anak dengan posisi bottom di keluarga enak ga sih? Kalo kata Jongho sih enak-enak aja. Apalagi dia anak bungsu, dan tiga kakaknya top semua, ya makin dimanjain deh.
Jadi, Jongho punya 3 kakak, yang posisinya top, beda sama dia yang bot. Kakak tertuanya, dipanggil mas Seonghwa. Seonghwa baru aja sidang skripsi minggu lalu, dan hal itu bikin Seonghwa punya banyak waktu buat manjain adek bungsunya.
Kalo liat Seonghwa sekilas, orang pasti ga bakal mikir kalo Seonghwa itu top, karena Seonghwa emang lembut dan baik banget. Tapi, ya semuanya terpatahkan ketika Seonghwa umbar statusnya sebagai top dan punya pacar namanya Hongjoong.
Ngomong-ngomong, Jongho juga seneng kalo diajak jalan sama Hongjoong, soalnya pacar masnya itu seneng banget jajanin dia. Hongjoong satu tingkat sama masnya itu, beda jurusan doang. Masnya jurusan bisnis, Hongjoong jurusan seni rupa.
Kakak keduanya, namanya San. Jongho manggil dia pake abang. San sekarang lagi kuliah tahun kedua di kampus yang sama kaya Seonghwa. San ini kakak yang ngenalin dia sama dunia ngegym. Papinya sampe bikin tempat gym sendiri di rumah demi dua anaknya ini.
Setau Jongho, abangnya ini udah punya pacar. Pacarnya sekelas sama kakak ketiganya, jadi lebih muda. Cuma, kalo Jongho tanya ke pacarnya, ngakunya sih mereka masih belum pacaran karena pacar kakaknya yang mau fokus masuk ke kampus favorit. Ngomong-ngomong, namanya Wooyoung.
Wooyoung sering dateng ke rumah mereka dan sering banget menginvasi dapur sama mamanya. Wooyoung bisa bikin makanan enak dan sering kasih jatah lebih buat Jongho.
Terakhir, kakak ketiganya dipanggil ka Mingi. Mingi ini yang paling tinggi di keluarganya. Walaupun gitu, dia sering dikira yang paling tua karena tinggi sama suara beratnya.
Ya lagian, siapa yang mau percaya anak SMA kelas 3 tingginya udah 184 cm?? Emang kakaknya yang satu itu dapet kalsium berlebih. Walaupun gitu, menurut Jongho, ka Mingi ini enak banget diajak berantem + diisengin.
Beda sama Wooyoung, Mingi mau masuk kampus yang sama kaya kedua kakaknya (karena swasta). Jadi ya gitu, Mingi banyak leha-leha dan PACARAN! Gini-gini, pacarnya Mingi tuh seangkatan sama San dan temen deket San, namanya Yunho.
Pagi itu, hari pertama Jongho masuk SMA. Jongho satu sekolah sama Mingi dan karena Jongho pinter, dia mutusin masuk IPA, ngikutin Mingi. “Ayo dek, makan. Kamu nanti di ospek pasti” kata mamanya.
“Hayoloh digalakin sama kakak kelas nanti” kata Mingi sambil nakut-nakutin Jongho. “Kakak, jangan gitu sama adeknya. Mama tau ya kamu panitia ospek. Jangan jailin adeknya” kata Mama. “Tuh ka dengerin” kata Jongho sambil memeletkan lidahnya.
“Pagii.. Udah aktif aja nih” kata Seonghwa dengan wajah segar dan San yang masih mengantuk. “Kok bangun pagi, mas? Ada janjian di kampus?” Tanya mama. “Loh, aku kan mau nganterin bayi ke SMA, ma hehe.. Sekalian nyapa guru-guru lah. Terus siangan aku mau nemenin Hongjoong. Dia sidang hari ini” kata Seonghwa.
“Loh iya? Yaudah nanti suruh mampir ke rumah, mas. Mama kasih nastar deh. Hongjoong kan suka nastarnya mama” kata Mama. “Abang, kenapa bangun pagi?” Tanya Jongho pada San yang meluk dirinya.
“Abang ada kelas pagi. Duh kenapa sih kelas pagi harus ada” kata San. “Biar anak males kaya lu bisa bangun pagi. Dah sana buruan makan. Lu kan harus jemput Yeosang dulu” kata Seonghwa. “Yeosang siapa ka? Kok aku ga pernah denger?” Tanya Jongho. “Temen abang. Udah abisin makannya. Nanti keburu telat” kata San.
“Mas, ntar turunin adek di perempatan aja ya” kata Jongho. “Loh? Kenapa ga sampe sekolah?” Tanya Seonghwa. “Ihh adek sama ka Mingi udah bikin perjanjian, jangan sampe ada yang tau kalo adek itu adeknya ka Mingi” kata Jongho.
“Kenapa?” Tanya Mama. “Kakak jadi komdis ma. Nanti kalo pada tau, Jongho bisa dibully atau ga dibilang kakak pilih kasih” kata Mingi. “Oh yaudah kalo gitu. Nanti kalo dah pulang, telepon mas, oke? Kita jemput ka Hongjoong nanti” kata Seonghwa sambil mengusak rambut adik bungsunya itu.
Sesampai di sekolah, Jongho membaurkan diri dengan siswa-siswa baru disana. Matanya melihat Mingi yang masuk ke ruang OSIS dan Seonghwa yang berbincang dengan guru pengawas di pinggir lapangan.
“Eh maaf udah nabrak” kata Jongho saat dia tidak sengaja menabrak seseorang. “Oh? Gapapaa kok. Kenalin, aku Seungmin. Sepuluh IPA 1. Kamu?” Kata orang tersebut. “Wah kita satu kelas!! Kenalin aku Jongho” kata Jongho dengan semangat. “Wahh akhirnya. Ayo ke barisannya bareng ya” kata Seungmin.
Jongho dan Seungmin beranjak menuju barisan kelas X Ipa 1. Dan tidak berapa lama, seluruh anak OSIS pun datang. Acara ospek itu pun dimulai.
Setelah upacara, anak-anak kelas sepuluh itu dibawa ke aula untuk bermain game. “Jongho, kamu aja yang jadi ketuanya” kata salah satu teman sekelasnya. “Kenapa aku?” Tanya Jongho. “Kamu katanya suka main game, pasti bisa jadi ketuanya” kata temennya. “Tapi kalo kalah gimana? Nanti aku yang dilempar pake bola warna” kata Jongho.
“Ya gapapa Jong, kan ramean ini HAHA” kata temennya. “Huft yaudah. Tapi kalo sampe kalah, jangan nyalahin aku ya!!” Seru Jongho. “Enggak lah, ngapain? Kita takut sama kamu gegara kamu bisa belan apel pake tangan” kata temennya yang lain.
Jongho tersenyum kemudian mereka pun bermain secara kelompok. Dan seperti yang ditakutkan Jongho, kelasnya kalah dalam permainan. “Nah karena kelas sepuluh ipa 1 kalah, lawannya lempar bola-bola warna ini. Jadi ini plastik isinya balon berwarna. Jadi kalo kena badan langsung pecah dia. Makanya kenapa kita minta kalian pake baju putih yang udah ga kepake” kata MC dari acara tersebut.
“Kotor dong ka, aulanya?” Tanya salah satu murid. “Ya gapapa, nanti kan kita yang bersihin. Kalian main aja sepuasnya, oke?” Kata MC tersebut. Dan akhirnya lawan dari sepuluh ipa 1 itu mulai melemparkan bola warna tersebut ke anak-anak ipa 1.
Awalnya, masih terdengar tawa, sampai Jongho menyadari bahwa baju putihnya memiliki warna merah yang pekat. Nafas Jongho tercekat. Bayangan masa lalu dan trauma yang dialaminya membuat jantung Jongho rasanya berhenti berdetak.
“Ka-Kak!!! KAK OSIS!! ITU ADA YANG GEMETER!!” Seru salah satu murid dari kelas lawan tersebut. Seluruh perhatian pun dipusatkan pada Jongho. Terlihat Jongho gemetar dan akhirnya jatuh berlutut. Jongho kesulitan bernafas.
“KENAPA?? ANAK KESEHATAN!! MANA ANAK KESEHATAN?” seru seseorang yang memiliki badge ketua osis di seragamnya tersebut sambil mendekati Jongho. “Dek, kamu gapapa?” Tanyanya. Jongho malah semakin ketakutan. Air matanya semakin merembas dan nafasnya makin tersendat-sendat.
“Minggir, Bin. Dia urusan gua.” Ternyata Mingi yang datang. Mingi melepas jaketnya dan memakaikannya pada Jongho. Jongho yang melihat sosok kakaknya langsung memeluknya erat. “Gue bawa dia ke UKS dulu. Kalian lanjutin aja acaranya” kata Mingi sambil menggendong Jongho.
Jongho masih terdiam, pandangannya kosong. Bahkan ketika Mingi membersihkan badannya dan menggantikan pakaiannya dengan seragam sekolah, Jongho masih terdiam.
“Adek? Mau istirahat? Atau mau cerita dulu?” Tanya Mingi dengan lembut. Dalam keadaan seperti ini, adiknya tidak bisa dipanggil dengan suara keras. “Halo Mingi, aku dengar kamu membawa siswa yang sakit.” Ternyata itu adalah dokter di sekolah mereka.
“Ah dokter Eunkwang. Dia bukan sakit secara fisik, dok” kata Mingi menjelaskan. “Ohh begitu. Mau ku panggilkan psikolog? Saya punya kenalan psikolog” kata dokter Eunkwang. “Tidak perlu dok. Jongho akan baik-baik saja. Mungkin nanti saya yang akan membawanya ke psikiaternya” kata Mingi. “Baiklah kalo begitu. Saya tinggal dulu ya” kata Dokter Eunkwang.
Sepeninggalan dokter Eunkwang, Mingi merasakan seragamnya dicengkram dengan kuat. “A-Adek lemah ya ka? Adek takut” kata Jongho. “Gapapa dek, wajar. Kamu ngalamin itu semua, kamu sama mas Seonghwa. Wajar kalo kalian takut ketika badan kalian kena sesuatu yang berwarna merah” kata Mingi.
“Adek mau tidur ka, maaf ga bisa ikut ospeknya” kata Jongho. “Yaudah tidur aja. Nanti kakak yang lapor” kata Mingi sambil mengelus rambut Jongho. Beberapa saat kemudian, nafas Jongho mulai teratur, menandakan Jongho sudah terlelap.
Tangan sebelah Mingi yang bebas mencengkram seragam sekolahnya. Ia benci melihat Seonghwa dan Jongho yang ketakutan ketika melihat pakaian atau diri mereka yang terkena warna merah. Itu semua karena pria sialan itu. Beruntung Seonghwa bertemu dengan Hongjoong, membuat intensitas terapinya berkurang menjadi 3 bulan sekali. Namun, Jongho yang masih sering relapse, harus mendatangi psikiater sebulan sekali.
“Mingi? Anak yang tadi udah mendingan?” Mingi melihat para BPH OSIS menghampirinya. Dan tadi yang bertanya adalah ketua osisnya. “Oh Changbin. Udah mendingan kok” kata Mingi. “Kok, lo ngurusin dia? I mean, maksudnya mau bawa dia ke UKS. Setau gua, lu kan agak apatis urusan begituan” kata Doyeon, BPH yang lain.
“Dia adek gua Doy. Ya kali gak gue urusin” kata Mingi. “Lah? Gue pikir lo paling bungsu” kata Changbin. “Kaga. Emang bocahnya ga mau ketauan. Tapi karena kalian temen gua, yaudah gue bocorin sekalian aja” kata Mingi. “Dia gapapa kan, Gi tapi?” Tanya Changbin lagi. “Gapapa, gua kakaknya dan gua tau kondisi adek gua. Paling gue izin, adek gue pulang duluan. Kayanya, dia butuh ketemu sama psikiaternya” kata Mingi.
“Iya gapapa, pulang aja. Daripada adek lo makin kalut kan? Gue izinin, nanti gue yang bilang ke guru” kata Changbin. “Makasih Bin” kata Mingi. “Sama-sama. Lo temen gue, Gi. Jangan sungkan” kata Changbin sambil menepuk bahu Mingi dan pergi keluar UKS.
Mingi mengeluarkan HPnya. Tangannya mendial nomor San. Dalam kondisi relapse, Jongho sebaiknya tidak dipertemukan dengan Seonghwa, mengingat kakak tertuanya itu juga mengalami hal yang sama. Yang ada, dua-duanya akan relapse bersamaan dan hal tersebut akan menyakiti mereka.
San sampai di sekolah Jongho dengan motor sportnya. Ngomong-ngomong, San mendapatkan motor ini setelah bekerja part time di cafè dan sisanya ditambahkan oleh mamanya. “Halo adek manis, apa kabar?” Sapa San.
Wooyoung mendengus mendengar sapaan San, walaupun semburat merah tidak dapat disembunyikannya. “Hai Ka San. Jongho masih di UKS, tadi Mingi bilang lagi siap-siap dulu” kata Wooyoung. “Sip makasih ya.. Kalo Jongho kenapa-kenapa, kasih tau kakak langsung ya. Mingi kadang ga bisa diandelin” kata San.
“Siapa yang ga bisa diandelin, bangsat” kata Mingi sambil menabok helm kakaknya itu. “HEH!! Ga sopan gi” kata Wooyoung. “Tau lu anak jerapah” kata San. “Nih dek. Kamu ikut ka San ke kampus aja” kata Mingi sambil menyerahkan tas Jongho kepada pemiliknya. “Kenapa ga ke rumah aja?” Tanya Jongho.
“Kamu pasti nanya itu dan jawabannya engga. Ga ada yang bisa awasin kamu” kata San. Wooyoung mengerutkan dahinya. Kan Jongho udah gede, kok masih harus diawasin? “Udah ya bang. Gue balik ke atas dulu. Kamu kalo mau ketemu dokter, bilang ke mama dulu” kata Mingi.
Jongho pun naik ke motor San dan keduanya melaju pergi. “Gi, Jongho kan udah gede, ngapain di awasin lagi?” Tanya Wooyoung. “Lo belom pernah liat adek gua -ralat, adek dan mas Seonghwa kalo lagi relapse ya? Jangan pernah liat gua saranin. Lo ga bakal tega liatnya” kata Mingi.
Sesampainya di kampus, San mengenggam erat tangan Jongho. Kelasnya baru akan dimulai jam 2 siang, jadi dia akan membawa adiknya ke kantin, bertemu dengan dua sahabatnya. “Sorry lama. Ga expect macet di bunderan” kata San.
“Santuy. Nih pesenan lo” kata Yunho sambil menggeser sepiring nasi goreng pesanan San. “Halo Jongho... Apa kabar?” Kata Yunho pada Jongho. “Halo ka Yunho.. Adek baik kok” kata Jongho pelan. “Adek mau makan?” Tanya San. Jongho menggeleng. “Ga nafsu makan” kata Jongho.
Yeosang yang melihat Jongho pun beranjak ke kios es krim di kantin fakultasnya dan memberikan es krim tersebut kepada Jongho. “Nih, katanya es krim bisa ningkatin mood seseorang” kata Yeosang. Jongho terkesiap, kemudian memandang San. “Gapapa, terima aja. Ini temennya abang” kata San.
Kemudian Jongho mengambil es krim tersebut setelah menggumamkan terima kasih pada Yeosang. “Enak” kata Jongho. “Kalo enak, Jongho mau lagi? Atau mau french fries? Katsu? Roti bakar?” Tanya Yeosang. “Mau katsu..” cicit Jongho. “Mau ikut? Siapa tau Jongho mau pilih menu yang lain?” Tanya Yeosang.
Jongho menatap kakaknya sekali lagi dan San mengangguk. Jongho mengikuti Yeosang dengan mencengkram baju bagian belakang Yeosang. “Kak, jangan jauh-jauh. Aku takut” kata Jongho. “Oke oke, tenang, kakak disini kok” kata Yeosang.
Sepeninggalan Yeosang, Yunho terkejut dengan perubahan sikap Yeosang. “Anjir. Gue pertama kali ngeliat Yeosang jajanin orang” kata Yunho. “Kaget kan lu? Sama gue juga. Emang pesona adek gue ga bisa ditolak” kata San.
“Gue juga pertama kali liat Jongho mau deket sama orang asing. Deket sama gue aja berapa lama anjir waktu itu” kata Yunho. Tidak berapa lama, Jongho dan Yeosang kembali dengan Jongho membawa sepiring chicken katsu dan french fries. “Yeo, ntar gue gantiin ya duit lu” kata San.
“Santai, gausah gantiin gapapa. Gue ikhlas kok” kata Yeosang. “Lu kesambet apa anjir?” Tanya Yunho. “Ga kesambet kok. Gue tau rasanya jadi lo San” kata Yeosang. San pun bingung dengan perkataan Yeosang, namun menjadi paham ketika Yeosang menjelaskannya di chat.
“Adek mau liat ka Hongjoong sidang” kata Jongho. “Kamu yakin? Ada mas Seonghwa loh. Kamu beneran udah gapapa?” Kata San memastikan. “Iya bang, gapapa” kata Jongho sambil tersenyum.
Mereka pun pergi menuju ruang yang akan jadi tempat sidang untuk Hongjoong. “Ka Hongjoong~~~” seru Jongho sambil memeluk pacar kecil kakak tertuanya itu. “Halo adekk.. Ih lucu banget sih kamu. Tunggu kakak sidang ya? Nanti malem, kita makan di alun-alun. Call?” Kata Hongjoong. “Heung!! Aku dah lama ga makan disana” kata Jongho.
“Kok Jongho udah pulang?” Tanya Seonghwa kepada San. “Lo tau alesannya, mas” kata San. “Ahh. Btw, pegangin. Punya Hongjoong. Gue takut tumpah” kata Seonghwa menyerahkan tas hitam milik Hongjoong. “Lah? Emang isinya apa?” Tanya San.
“Cat. Ada warna merah kata Hongjoong. Makanya aku ga duduk dari tadi, takut kalo duduk catnya tumpah kena celanaku” kata Seonghwa. “Stop. Udah, gausah nyerocos makin panjang. Nanti kalian berdua relapse, gue yang pusing. Mending lu duduk sekarang mas. Jangan mikir aneh-aneh” kata San sambil mendorong kakaknya untuk duduk di kursi.
“Aku masuk dulu ya. Tungguin” kata Hongjoong dan dia pun masuk ke dalam ruangan sidang. “Mingi ntar pulang sama siapa?” Tanya Seonghwa. “Ya mas jemput aja. Aku abis ini ada kelas jam 2 bareng Yeosang, Yunho” kata San. “Tasnya ka Hongjoong simpen di bagasi aja mas. Nanti minta tolong Mingi yang keluarin kalo ka Hongjoong tangannya ribet” kata San.
“Iya ka Seonghwa. Kakak punya adek banyak, babuin aja” kata Yunho. “Pacar lo itu heh” kata San. “Biarin, biar ga mager” kata Yunho. Kemudian, Hongjoong pun keluar dari ruangan. Seonghwa segera menghampiri pacar kecilnya itu. “Gimana?” Tanya Seonghwa.
“AKU LULUS!!!” seru Hongjoong sambil meluk Seonghwa. Seonghwa yang ikut senang pun memeluk erat pacarnya itu. “Congrats kecil!!! Yaampun seneng banget aku!! Akhirnya begadangnya kamu terbayarkan” kata Seonghwa sambil mencubit hidung pacarnya itu.
“Yaampun ka akhirnya lulus ya!! Congrats ka!! Jangan lupa nanti mampir ke rumah. Mama mau ngasih nastar” kata San. “Siap, nanti malem aku dateng ke rumah ya” kata Hongjoong. “Terus sekarang mau kemana?” Tanya Seonghwa. “Pulang aja yuk. Aku mau istirahat sekalian ngerayain di rumah dulu. Biar malemnya bisa ke rumah kamu” kata Hongjoong. “Oke. Yuk pulang” kata Seonghwa.
“Yaudah, kita ke kelas ya mas. Jangan lupa jemput Mingi” kata San. “Belajar yang bener!!” Kata Jongho. “Iya adekkk” kata San sambil mengusak rambut Jongho.
Malam itu Hongjoong datang ke rumah Seonghwa untuk menepati janjinya pada Jongho. Ketika Hongjoong mengetuk pintu rumah pacarnya, ternyata ibu dari kekasihnya lah yang membukakan pintu. “HONGJOONG!! Selamat ya nak udah lulus” kata mama Seonghwa kepada Hongjoong sambil memeluknya.
“Hehe makasih tante.. Aku kesini soalnya janji sama Jongho mau ajak jalan ke alun-alun” kata Hongjoong. “Pantes tuh anak udah mandi sore-sore. Masuk aja dulu. Ada Yunho, Wooyoung sama Yeosang, temennya San. Seonghwa masih mandi kayanya” kata mama Seonghwa.
Hongjoong pun masuk ke rumah pacarnya dan melihat keadaan yang ramai. “Wih halo ka Joong!! Sini duduk ka, ngemil. Si gembul bikin cheese cake tadi” kata Mingi yang lagi makan cheese cake buatan Jongho. “Adek kamu sendiri ih” kata Yunho. “Kenyataan sih ka” kata Mingi.
“Udah kalian tuh ribut terus. Ka, lo panggil mas Seonghwa aja gih. Tumben banget dia mandinya lama” kata San. Hongjoong mengangguk dan pergi ke lantai dua, dimana kamar Seonghwa berada. “Halo ka Joong!!” Sapa Jongho. “Hai Jong, kakak mau panggilin mas kamu dulu nih. Nanti kakak susul ke bawah ya” kata Hongjoong.
“Siap ka!!” Seru Jongho sambil turun ke bawah. Hongjoong mengetuk pintu kamar Seonghwa. “Hwa.. Ini aku. Kamu dah selesai mandi belum?” Kata Hongjoong. Tapi tidak ada jawaban. “Hwa??” Panggil Hongjoong. Hongjoong berusaha membuka pintu kamar Seonghwa, namun dikunci.
Hongjoong kalut, Seonghwa tidak pernah mengunci pintunya, kecuali dalam keadaan relapse. “SAN!! MINGI!! SEONGHWA RELAPSE!!” Seru Hongjoong. San dan Mingi yang mendengar teriakan Hongjoong pun berlari ke atas.
“Pintunya dikunci?” Tanya San. Hongjoong mengangguk cepat. “Misi ka, mau gue dobrak pintunya” kata Mingi sambil berusaha mendobrak pintu kamar Seonghwa. “Sial, gue baru inget, mas kemaren baru ganti pintu yang bahannya tebel. Pasti supaya ga bisa didobrak” kata Mingi.
“Jangan dobrak!! Nih, kunci cadangan kamar ka Seonghwa. Dikasih sama tante” kata Yunho yang tiba-tiba naik ke atas. “Thanks Yun” kata San yang langsung mengambil kunci tersebut dan membuka pintu kamar Seonghwa.
“MAS SEONGHWA!!” seru San. “MINGI PANASIN MOBIL BURUAN” seru San. Mingi pun berlari turun ke bawah untuk memanaskan mobil. San keluar sambil mengangkat tubuh Seonghwa yang pingsan. Hongjoong dan Yunho terkejut melihat pergelangan tangan Seonghwa yang berdarah.
“Kalian tolong jagain mama sama Jongho ya. Gua sama Mingi ke rumah sakit dulu” kata San. San pun turun dari lantai atas dan segera berlari keluar rumah, supaya Jongho tidak menyadari keadaan Seonghwa.
Namun sepertinya salah. Selepas kepergian Mingi dan San, Jongho pingsan tiba-tiba. “Jongho!!” Seru mamanya. “Tante, saya bawa mobil. Pake mobil saya aja” kata Yeosang. “Yaudah, kita bawa Jongho ke rumah sakit ya. Yunho atau Wooyoung, kalian bisa bawa motor Mingi ga ya? Nanti kalian nyusul ke rumah sakit” kata mama.
“Saya aja tan. Ka Yunho ga bisa bawa motor soalnya” kata Wooyoung sambil mengambil kunci motor Mingi. “Tolong kunci rumah ya Yun. Tante duluan” kata Mama sambil naik ke mobil Yeosang. Yunho segera mengunci rumah Jongho dan segera naik ke motor bersama Wooyoung. “Pegangan ya ka” kata Wooyoung.
Sesampainya di rumah sakit, Seonghwa langsung ditangani oleh dokter. “Kalian keluarga Seonghwa?” Tanya dokter IGD. “Iya dok. Kami adiknya Seonghwa” kata San. “Kami lihat di database kami kalau Seonghwa adalah pasien dokter Minhyuk dari spesialis kejiwaan. Apakah benar?” Tanya dokter IGD. “Betul dok” kata San.
“Kalau begitu, saya hanya bisa membersihkan luka pasien ya. Saya sudah panggil dokter Minhyuk dan beliau sedang dalam perjalanan kesini” kata dokter IGD. “Terima kasih banyak dokter” kata San dan Mingi.
“TOLONG!! TOLONG!! ANAK SAYA PINGSAN!!” San dan Mingi yang mendengar suara mamanya terkejut. “JONGHO!!” Seru Mingi sambil berlari mendekati mamanya. Jongho pun ditidurkan di samping Seonghwa.
“Anak saya dua-duanya pasien dokter Minhyuk” kata mamanya kepada dokter IGD. “Ibu yang tenang ya, dokter Minhyuk sudah dalam perjalanan” kata dokter tersebut. Kemudian, tidak lama, Minhyuk, yang merupakan seorang psikiater, datang ke IGD.
“Terima kasih Chan sudah merawat mereka” kata Minhyuk. “Sama-sama, dok. Saya visit dulu ya dok” kata dokter IGD tersebut atau yang dipanggil Chan. “Bu, sebaiknya ibu istirahat dan makan. Ada San dan Mingi disini yang berjaga” kata Minhyuk kepada mama dari kakak beradik ini. “Tapi dok-” ucapan mamanya tersebut diputus oleh San. “Mama belum makan. Makan dulu ya? Sama ka Hongjoong deh mama. Biar aku sama Mingi disini” kata San.
“Yaudah mama tinggal ya. Kalo ada apa-apa, kasih tau mama” kata Mamanya. “Iya ma. Dah gih sana. Kakak juga” kata Mingi pada mamanya dan Hongjoong. Selepas kepergian keduanya, Minhyuk mengecek pergelangan tangan Seonghwa dan tubuh Jongho.
“Jongho tadi relapse di sekolah. Karena kena lempar bola warna merah, trus catnya nyiprat ke bajunya. Kalo mas Seonghwa, gatau ya. Kenapa bang?” Jelas Mingi pada Minhyuk. “Gatau juga dok. Tadi saya ketemu mas di kampus. Mas nanya Jongho kenapa pulang cepet, terus mas juga minta saya bawain peralatan catnya ka Hongjoong karna ada warna merah” kata San.
Kemudian, Jongho perlahan membuka matanya. “Halo Jongho.. Feel better?” Tanya Minhyuk. “Oh halo dokter.. Dokter, maaf Jongho pingsan lagi” kata Jongho. “Gapapa dek.. Kan emang kerjaan dokter kaya gini” kata Minhyuk sambil mengelus kepala Jongho.
“Jongho takut dokter. Dia ga akan dateng lagi kan? Dia ga bakal pukul Jongho lagi kan? Dia ga bakal sakitin mas Seonghwa lagi kan?” Kata Jongho sambil menahan air matanya. “Dia udah di penjara dek. Lagian, abang sama kakak bakal jagain kalian” kata Mingi. “Tuh denger kan. Ada banyak orang yang mau jagain adek” kata dokter Minhyuk.
“Maaf ya dokter. Dokter bosen ya ketemu Jongho disini?” Kata Jongho. “Ngapain bosen? Jongho itu pasien terlucu yang pernah dokter temuin” kata Dokter Minhyuk sambil tersenyum. “Makasih banyak dokter udah bantuin Jongho” kata Jongho dengan senyuman.
“Loh dokter ga bantuin apa-apa kok. Semuanya itu dari diri Jongho sendiri. Jongho yang punya keinginan kuat buat bebas dari rasa trauma itu. Makanya Jongho bisa kuat kaya sekarang” kata Dokter Minhyuk. “Jongho bisa laluin ini semua kan??” Tanya Jongho.
“Bisa. Kalo Jongho kuat. Kalo Jongho cape, ada mama, papi, mas Seonghwa, abang San sama kak Mingi yang dukung Jongho dari belakang. Yang jalan bareng sama Jongho” kata dokter Minhyuk. “Ada kakak ganteng juga” kata Jongho. Wajahnya pun memerah ketika membicarakannya.
“Siapa Ho?” Tanya dokter Minhyuk. “Itu ka Yeosang hehe.. Kakak ganteng” kata Jongho. “Cieeee abang bilangin ya” kata San. “Ihh abang jangan gitu” kata Jongho sambil cemberut. “Hahaha iya engga..” kata San.
“Yaudah kalo gitu, Jongho mah ga perlu dirawat. Minum lagi aja obatnya ya?? Kemaren sempet berhenti kan? Gapapa minum obat lagi ya?” Kata dokter Minhyuk. “Iya dok gapapa. Yang penting Jongho bisa sembuh. Makasih banyak dokter” kata Jongho.
“Sama-sama Jongho. San, Mingi, kalian bisa temenin Jongho dulu? Dokter mau periksa Seonghwa” kata dokter Minhyuk. “Iya dok. Kami permisi” kata San. San, Mingi dan Jongho pun keluar dari IGD.
“Saya tau kamu udah sadar daritadi, Seonghwa” kata dokter Minhyuk. Seonghwa pun membuka matanya perlahan. “Ah, saya ga bisa nyembunyiin apa-apa dari dokter ya” kata Seonghwa. “Kamu udah jadi pasien saya selama 3 tahun. Wajar jika saya sadar kebiasaan kamu” kata dokter Minhyuk.
“Dokter pasti cape ngadepin saya ya? Selama 3 tahun, pasti ada aja saya masuk rumah sakit karna kebiasaan ini” kata Seonghwa sambil melihat pergelangan tangannya yang di perban. “Gak kok. Untuk apa saya cape, kalau saya memang mau dengerin cerita kamu?” Kata dokter Minhyuk.
“Saya ngerasa jadi orang yang ga berguna banget. Saya ga bisa jagain Jongho, saya ngerepotin pacar saya terus, jadi bebannya mama, papi, San sama Mingi. Saya mikir, harusnya saya lebih berani waktu papa nyiksa Jongho. Supaya Jongho ga perlu ngerasain trauma itu” kata Seonghwa.
“Seonghwa, emang pacar kamu bilang kamu ngerepotin? Emang mama, papi, San dan Mingi bilang kamu jadi beban mereka? Emangnya Jongho bilang kamu ga bisa jagain dia?” Tanya dokter Minhyuk.
“Ya engga sih dok.. Ini cuma perasaan saya aja” kata Seonghwa. “Nah.. Tuh kamu tau. Kalau kamu punya perasaan negatif, ya wajar. Supaya apa? Supaya kamu lebih aware lagi, lebih defensive juga. Tapi, ya jangan kebanyakan. Kamu liat realitasnya, bener ga kamu ngerepotin? Bener ga kamu jadi beban?” Kata dokter Minhyuk.
“Saya cuma mau jadi orang yang bisa diandalkan keluarga saya” kata Seonghwa. “Dan itu sudah kamu lakukan. Kamu selalu ada buat adik-adik kamu, kamu bantuin mama untuk bangkit dari rasa bersalahnya, kamu juga yang bantu adik-adik kamu untuk terima papi kalian, kamu juga yang nemenin pacar kamu selama kalian kuliah. Itu semua nunjukin kamu jadi orang yang diandalkan ga?” Kata dokter Minhyuk.
“Iya sih dokter..” kata Seonghwa. “Saya tau, pasti berat kan rasanya? Gapapa Seonghwa, semua ada waktunya. Dan kamu ga pernah sendiri. Ada keluarga kamu, ada pacar kamu dan ada saya sebagai dokter kamu. Jadi, jangan pernah merasa sendiri. Nikmati aja prosesnya, ya?” Kata dokter Minhyuk.
“Baik dokter. Terima kasih banyak” kata Seonghwa. “Saya kasih resep ya? Barengan sama Jongho. Kamu bisa pulang kalo infusnya abis” kata dokter Minhyuk. “Terima kasih dokter” kata Seonghwa.
“Kamu nih kerjaannya bikin spot jantung terus tau ga?” Seonghwa meringis, sudah tau pasti akan diomeli oleh pacar kecilnya. “Maaf maaf.. Lain kali engga lagi” kata Seonghwa. “Marahin aja mas Seonghwa, ka” kata Jongho. “Duh bayi, gemes banget deh” kata Seonghwa sambil mencubit hidung Jongho pelan.
“Obatnya ada berapa macem mas?” Tanya mamanya. “Dua doang ma. Yang satu diminum dua kali sehari, yang satu lagi sehari sekali” kata Seonghwa. “Obatnya adek beda sama mas Seonghwa, tapi diminumnya dua kali sehari” kata Jongho. “Pasang alarm di hp. Jangan sampe ga diminum. Denger ga Seonghwa? Kamu nih kadang yang suka ngeyel” kata mamanya.
“Iya ma ih.. Tenang pasti aku minum. Nanti aku diomelin Hongjoong kalo ga diminum” kata Seonghwa. “Bagus Joong, omelin aja Seonghwa kalo ga minum obatnya” kata mamanya kepada Hongjoong. “Oke tante siap” kata Hongjoong. “Yaudah, mama pulang duluan ya? Papi bentar lagi pulang. Tadinya mau nyusul ke rs, cuma mama pikir dia pasti cape” kata Mama.
“Iya ma pulang aja. San, Mingi, Hongjoong disini aja. Nanti kita pulang pake mobil. Yeosang, maaf kakak repotin lagi, tapi boleh tolong anterin mama sama Jongho pulang ga?” Kata Seonghwa. “Santai ka, gue anterin pulang kok” kata Yeosang. “Iyalah, bawa calon pacar sama calon mertua” kata San. “ABANG!!” seru Jongho. Wajahnya memerah ketika San dengan gampangnya membocorkan rahasianya.
“Shutt berisik dek, ini di rumah sakit” kata Mamanya sambil menggoda Jongho. “Yaudah, gue bawa pulang ya? Gws ka Hwa” kata Yeosang. “Kalian juga pulang ya? Maaf ga bisa anterin” kata Mingi. “Santaii, Wooyoung bawa motornya hati-hati kok” kata Yunho.
“Pelan-pelan lu bawa motornya. Bawa pacar gue nih” kata Mingi. “Bacot. Tenang aja, pacar lo selamat sampe rumah nanti” kata Wooyoung. “Kamu juga hati-hati dek. Jangan sampe kenapa-kenapa” kata San. “Iya ka San. Tenang aja. Yuk ka Yun, kita balik” kata Wooyoung.
“Nah gi, kita mau makan ga? Ga lucu kita jadi nyamuknya mereka” kata San. “Boleh banget bang, daripada panas yekan” kata Mingi. “Bacot lu berdua. Sana pergi makan. Jangan lupa beliin buat Hongjoong” kata Seonghwa. “Iyeee” seru San sambil pergi keluar dari IGD bersama Mingi.
“Ampun dah” kata Seonghwa. “Udah kamu sekarang istirahat. Gausah mikir macem-macem” kata Hongjoong. “Iya.. ” kata Seonghwa.