Sunshinecjh

“Woo!! Udah woo, udah jangan nangis lagi” seru Seonghwa. Sedangkan yang dipanggil, malah semakin mengeraskan tangisannya. “Hiks.. Kenapa?? Kenapa semua ninggalin Wooyoung?? Pertama San, sekarang abang.. Hiks.. Mereka udah ga sayang Wooyoung ya?? Hiks..” tangis Wooyoung.

“Engga, Wooyoung sayang.. Kakak juga gatau Hongjoong kemana.. Tapi kakak ga ninggalin Wooyoung. Kakak ada disini buat Wooyoung” kata Seonghwa sambil menepuk-nepuk punggung Wooyoung. Wooyoung sendiri masih sibuk menangis hingga nafasnya tersendat-sendat.

“Kakak.. Hiks.. Kenapa San jahat sama aku??” Tanya Wooyoung. Seonghwa mengelus rambut Wooyoung. Seonghwa tebak, San tidak mampu menjelaskan kepada Wooyoung apa yang terjadi. Atau Wooyoung yang tidak mau mendengarkan San.

“San ga jahat.. Kamu udah denger alesan dia belum?” Tanya Seonghwa. “Ga mau!! Aku ga mau denger alesan dia!!” Kata Wooyoung. Tuh kan! Bener dugaan Seonghwa. “Kak, aku ga mau ketemu San dulu” kata Wooyoung. “Yaudah.. iya.. Nanti kakak bilangin ke dia buat ga ketemu kamu dulu” kata Seonghwa.

Di sisi lain, setelah Wooyoung pergi tanpa mau mendengarkan alasannya, San langsung beranjak menuju kosan Mingi. Ternyata kebetulan, Yunho juga sedang berada disana. “Napa lo bro? Nekuk amat tuh muka?” Tanya Mingi.

San menelungkupkan badannya di kasur Mingi. “Gue nginep disini boleh ga?” Tanya San. “Enak aja!! Gue tidur dimana?” Kata Yunho. “Lo ke atas aja sih, ke rumah Yeosang. Anaknya pasti ngizinin” kata Mingi. “Iya ya, ah tapi pasti ada bapaknya” kata San.

“Bukannya bapaknya lagi ada rapat sama rektor univ lain ya?” Tanya Yunho. “Kok lo tau, yang?” Tanya Mingi. “Lu ga jadi simpenan bapaknya Yeosang kan?” Tanya San. Yunho pun memukul kepala dua orang di hadapannya ini. “NGADI NGADI!! GUE KAN KETUA ACARA JURUSAN GUE!! YA GUE AJUIN PROPOSAL KE SIAPA LAGI KALO BUKAN KE BAPAKNYA YEOSANG??” seru Yunho.

“Aduh, suara lo semua kedengeran sampe luar.” Mingi, Yunho dan San menengok ke arah pintu dan mendapati Yeosang dan Jongho disana. “Yeosang huhu.. Gue numpang di rumah lo hari ini boleh ga??” Tanya San sambil memeluk Yeosang. “Ck lo disini aja gih sama Mingi. GAUSAH PELUK-PELUK GUE NYET” seru Yeosang sambil melepaskan pelukan San.

“Jongho nginep?” Tanya Yunho dan Jongho mengangguk. “Papi sama Mami lagi pergi, urusan bisnis biasa. Jadi nginep disini” kata Jongho. “Tuh kan, mending gue nginep biar lo berdua ga bisa skidipapap” kata San. Dan kali ini, kepala San dipukul oleh Yeosang. “Ya kali gue ngerusak Jongho” kata Yeosang.

“Lo kenapa sih? Tumben banget kesini. Biasanya ngerusuh sama Wooyoung” kata Mingi yang gerah. Kemudian tiba-tiba San terduduk di lantai. Ngomong-ngomong, ini posisinya pintu kamar kosan Mingi belom ditutup. Jadi posisinya Yeosang sama Jongho di depan kamar Mingi, Mingi sama Yunho di dalem. Terus San yang duduk di lantai.

“Hiks... Gue.. Berantem” kata San sambil nangis. “Berantem? Tunggu berantem sama Wooyoung?” Tanya Yeosang. San mengangguk. “Cerita sini. Masuk masuk, tutup pintunya” kata Mingi. San pun berpindah ke dekat Mingi dan pintu ditutup oleh Yeosang.

San pun menceritakan hal yang terjadi antara dirinya dan Wooyoung. “Gue padahal beliin dia cincin sama kalung. Tapi, dianya ga mau dengerin omongan gue” kata San sambil masih meneteskan air matanya. “Ya lu bego” kata Yeosang. “Ka Yeo” ancam Jongho.

“Ga salah sih Ho. Beneran ni anak bego banget. Udah tau Wooyoung suka insecure sama mantan-mantan dia, malah jalan sama mantan” kata Yunho. “Ya gue pikir gapapa? Ria juga udah punya pacar” kata San. “Ya kan gapapa menurut lo. Tapi menurut Wooyoung?” Kata Mingi.

“Ya emang sih Wooyoung disini juga ada salah, soalnya dia ga dengerin penjelasan lo. Intinya lo berdua salah” kata Yeosang. “Woo pasti sedih banget. Apalagi ini bang Hongjoong tiba-tiba ngilang” kata Mingi. “Gue harus apa...” kata San. “Ya lo harus hidup lah. Terus berusaha sampe Wooyoung mau ngobrol sama lo” kata Yunho.

“Wooyoung pasti ga mau ngobrol sama lo dulu. Jadi ya lebih baik lo biarin aja dia. Maksudnya kalo dia lagi main sama kita, lo ngalah dulu” kata Yeosang. San menghela nafasnya, bahunya pun ikut turun bersamaan dengan helaan nafasnya. “Dah lo ikut gue. Tidur di atas. Tapi di kamar tamu ya. Gue tidur sama Jongho soalnya” kata Yeosang. San pun mengangguk dan mengikuti Yeosang dan Jongho untuk naik ke rumah Yeosang.

“Kasian mereka..” kata Yunho. “Tinggal butuh komunikasi aja sih” kata Mingi. “Dah ah, mau tidur, ngantuk” kata Yunho. “Yaudah tidur aja beb” kata Mingi.


“Ka Hwa, Bang Hongjoong belum bisa dihubungin??” Beberapa minggu kemudian, Wooyoung mulai kembali menjadi pribadi yang ceria. Namun, tetap saja tidak ada satu pun dari mereka yang membahas San di hadapan Wooyoung.

“Belom nih.. Hadehh bener-bener dah itu orang kemana” kata Seonghwa. “Skripsi kakak gimana?” Tanya Jongho. “Lancar sih Jong. Kakak kepikiran Hongjoong aja” kata Seonghwa. “Sekarang Mingi sama Yunho ikut-ikutan ngilang juga” kata Wooyoung sambil melihat handphone nya.

Jongho berdehem kecil. Sebenernya, Mingi sama Yunho bukannya ngilang sih. Kebetulan aja Yunho sibuk sama acara jurusannya, dan Mingi yang nemenin San kemana-mana. “Kamu ga dijemput Yeosang??” Tanya Wooyoung. “Ka Yeo lagi anterin kakaknya ke bandara. Katanya mau ada rapat di luar negeri gitu” kata Jongho.

“Kangen Yunho” kata Wooyoung. “Yaudah lo samperin aja ke fakultasnya. Dia cari ketua pelaksana, makanya sibuk banget” kata Seonghwa. “Kangen ngumpul lagii” kata Wooyoung. “Ya kan kita lagi ngumpul ini?” Tanya Seonghwa. “Huhu bang Hongjoong kemana sih” kata Wooyoung sambil memeluk Jongho. “Apa sihh bang” kata Jongho sambil berusaha menyingkirkan tangan Wooyoung.

Seonghwa hanya terkekeh melihat pertengkaran kecil antara Wooyoung dan Jongho. Emang ya, dua termuda di antara mereka itu kalo deketan berantem, kalo jauhan saling nyariin. Kaya anak kembar.

Seonghwa mengedarkan pandangannya dan menemukan Mingi dan San di ujung sana. Bibirnya menyunggingkan senyuman ketika mendapati San mengangguk pelan pada Seonghwa, sebelum menarik tangan Mingi. Memilih untuk berpindah tempat agar pemuda kecil kesayangannya lebih nyaman.


“SELAMAT KA SEONGHWA!!!!” Seonghwa terkejut ketika mendapati Mingi, Yunho, San, Yeosang dan Jongho di hadapannya. Hari ini, Seonghwa melakukan sidang skripsinya dan tentu saja sebagai teman yang baik, kelima pemuda ini menunggu Seonghwa selesai sidang.

“Wooyoung mana?” Tanya Seonghwa. “Masih kelas. Kelasnya padet hari ini” kata Yeosang. “Dapet apa ka?” Tanya Yunho. “A dongg!!” Seru Seonghwa. “AAAAA SELAMATTTT!!! AYO TRAKTIR MINUMAN KA!! JONGHO MAU COKLAT” kata Jongho sambil memeluk Seonghwa. Well, tumben sekali si bungsu mau memeluk kakaknya itu.

“Dihh ngadi-ngadi lo. Eh tapi gue juga mau sih ka” kata San dan berakhir kepalanya ditoyor pelan oleh Yunho. “Tenang-tenang, gue traktir kalian minuman” kata Seonghwa sambil terkekeh.

Tiba-tiba HP mereka berbunyi bersamaan. “Kok bisa samaan gini sih?” Tanya Mingi penasaran. Mereka pun segera membuka HP mereka dan kemudian mereka terkejut. Karena terlalu terkejut, tidak ada satupun dari mereka yang sanggup berbicara, bereaksi atau pun membalas pesan dari orang yang mengirimi mereka pesan tersebut.

Hai“ “Kangen gue ga? Hahaha“ “Minggu depan gue sidang. Dateng ya“ “Kita bakal ngumpul abis gue sidang

“BANG HONGJOONG??” seru Yunho, Mingi, Yeosang, San dan Jongho bersamaan. Sedangkan Seonghwa hanya bisa terdiam. Melihat rentetan kalimat itu. Well, sebenarnya apa yang terjadi dengan Hongjoong??

Inspired by A Song to the Sun film (2006/Jpn), Midnight Sun film (2018/US), Midnight Sun musical drama (2021/Kor)

18.30

Seonghwa tersenyum ketika matahari sudah tenggelam sepenuhnya. Ia pun membuka gorden jendela kamarnya dan melihat bulan yang sudah bertahta di atas langit. “Ma, Hwa ke rumah Yunho ya!!” Seru Seonghwa pada mamanya. “Iya sayang!! Yunho suruh makan malem disini aja” kata mamanya. “Siap!!” Seru Seonghwa.

Seonghwa pun mengambil jaketnya, kemudian dia pergi keluar dari rumahnya menuju rumah di seberangnya. “Yunho!! Ayo kita ke pasar malam!!” Seru Seonghwa. Seonghwa ingat bahwa Yunho pernah berjanji untuk membawanya ke pasar malam. “Sebentar ka!!” Seru Yunho dari dalam rumahnya.

Tak lama kemudian, Yunho keluar dari rumahnya dengan jaket denim kesayangannya. “Yuk kak” kata Yunho. Seonghwa pun mengangguk. “Eh, nanti makan di rumah ya. Mama masak banyak” kata Seonghwa. “Duh tante baik banget deh, perhatian sama anak kos macem aku. Tau aja lagi akhir bulan, seret duit” kata Yunho. “Mohon maaf nih, anak kos mana yang bawa civic ya? Kamu mah ga ada istilah akhir bulan atau seret duit” kata Seonghwa.

“HAHAHA iya sih. Eh tapi itu kan duit orang tuaku, bukan duit aku. Terus mobilnya kan punya papaku” kata Yunho. “Ya sama aja Jung Yunho” kata Seonghwa sambil menabok bahu Yunho. “Udah ah ayo jalan. Nanti aku keburu pingsan duluan digebukin kamu terus” kata Yunho sambil mengenggam tangan Seonghwa.

Keduanya pergi ke pasar malam yang diadakan dekat rumah mereka. “Yunho, kalo siang, pasar malemnya ada yang datengin ga?” Tanya Seonghwa. “Ya ga ada dong ka, namanya juga pasar malem. Kalo siang, kita tuh main ke amusement park” kata Yunho. “Di amusement park ada apa aja Yun?” Tanya Seonghwa.

“Hm kaya pasar malem, tapi lebih banyak permainan ekstremnya. Kaya roller coaster, gyro drop. Banyak pokoknya deh” kata Yunho. “Pasti seru bisa main siang-siang” kata Seonghwa. “Seru. Tapi ga enaknya, kita jadi gampang keringetan tau” kata Yunho. “Huft.. Sayang banget aku ga bisa keluar rumah kalo siang-siang” kata Seonghwa sambil mendengus.

Yunho mengelus rambut kekasihnya dengan sayang. Seonghwa mengidap penyakit Xeroderma pigmentosum. Penyakit ini merupakan gangguan genetis dimana penderitanya mengalami penurunan kemampuan untuk memperbaiki DNA yang rusak karena sinar ultraviolet. Maka dari itu, Seonghwa tidak bisa terkena cahaya matahari sedikit pun, atau ia akan mengalami sunburn yang parah dan berujung pada kerusakan sistem saraf.

“Tapi langit malem juga ga kalah indah loh kak. Kalo siang kita ga bisa liat bintang, tapi kalo malem bisa liat bintang” kata Yunho sambil menunjuk langit malam yang bertabur bintang. “Hm.. Iya sih.. Tapi matahari itu kan bintang terbesar di alam semesta” kata Seonghwa. “Duh susah ngomong sama orang pinter” kata Yunho dan Seonghwa pun tertawa lepas setelahnya.

Mereka pun sampai di pasar malam. Dan tanpa disangka, mereka bertemu dengan San serta kekasihnya Wooyoung. Seonghwa mengenalnya sebagai sahabat dari kekasihnya, namun Seonghwa juga dekat dengan keduanya. Bahkan ia menganggap Wooyoung seperti adiknya sendiri. “Ka Seonghwa~~~” seru Wooyoung sambil memeluk Seonghwa.

“Wooyoung!! Aduh kakak kangen banget sama kamu” kata Seonghwa sambil menepuk-nepuk punggung Wooyoung. “AKU? KANGEN AKU GA??” seru San. “Berisik” kata Yunho sambil menutup mulut San. “Iyalah kangen juga sama San” kata Seonghwa sambil menepuk kepala San pelan.

“Kakak mau main apa? Kita mau masuk ke rumah hantu” kata Wooyoung setelah ia melepaskan pelukannya pada Seonghwa. “Kita mau keliling-keliling dulu. Dan aku ga berniat masuk ke rumah hantu” kata Seonghwa. “Ihh ka Hwa payah” kata San. “Aku ga ngerti kenapa ada orang yang mau bayar buat ditakut-takutin” balas Seonghwa.

“Udah udah, ayo kita jalan lagi” kata Yunho sambil mendorong Seonghwa. Kalau dilanjutkan, bisa-bisa mereka gagal bermain di pasar malam. “Tau kamu mah San. Jangan ganggu ka Hwa” kata Wooyoung sambil menarik tangan San menjauhi keduanya.

Setelah berpamitan dengan San dan Wooyoung, Yunho mengajak Seonghwa bermain di stand melempar kaleng. “Ayo kita main” kata Yunho. “Okee!!” Seru Seonghwa. Keduanya pun bermain sampai lelah dan kembali ke rumah Seonghwa untuk makan malam.

Dalam perjalanan pulang ke rumah Seonghwa mengenggam erat tangan Yunho. “Bentar lagi kamu ulang tahun ka. Mau hadiah apa?” Tanya Yunho. “Gausah hadiah. Kamu aja udah jadi hadiah terbaik aku, my personal sunshine” kata Seonghwa sambil menarik pelan hidung Yunho.

Yunho pun terkekeh kemudian merangkul Seonghwa. “Tapi aku punya satu impian sih” kata Seonghwa. “Apa tuh?” Tanya Yunho. “Aku mau ngerayain ulang tahunku di pantai sambil liat sunrise. Aku liat temen-temenku sering kaya gitu” kata Seonghwa. Yunho pun terdiam, tidak tau harus merespon apa.

“Tapi ka, kakak tau hal itu mustahil bisa diwujudin kan kak?” Tanya Yunho dengan ragu. Seonghwa tersenyum, kemudian ia berjinjit untuk mengecup bibir Yunho. “Yunho, penyakitku udah komplikasi. Udah ga ada harapan lagi. Setidaknya, sebelum aku pergi, aku pengen liat matahari terbit, sekali aja” kata Seonghwa.

“Kak..” kata Yunho dengan lirih. “Tapi, itu nanti aja dipikirin hehe.. Yang penting aku masih bisa sama kamu” kata Seonghwa sambil menggandeng tangan Yunho. Yunho menghela nafasnya. Ia tau, cepat atau lambat, kekasihnya pasti akan pergi, mengingat penyakit itu sangat rentan terhadap sinar ultraviolet.

“Yunho, gausah dipikirin oke? Biarkan waktu yang menjawab aja. Aku masih kuat kok” kata Seonghwa sambil menangkup pipi Yunho. Yunho akhirnya mengangguk mantap, “aku percaya sama kamu kak. Kamu orang yang kuat” kata Yunho.

Beberapa hari kemudian, Yunho mendapatkan telepon dari orang tua Seonghwa jika Seonghwa saat ini berada di rumah sakit. Tanpa basa-basi, Yunho segera pergi menuju rumah sakit tempat Seonghwa dirawat.

Sesampainya disana, Yunho melihat raut wajah kedua orang tua Seonghwa yang terlihat sedih. Yunho tau, waktunya tidak lama lagi. “Om, tante..” panggil Yunho. “Yunho, kamu udah dateng, nak?” Kata Mamanya Seonghwa sambil menghampiri Yunho. “Ka Seonghwa.. Gimana?” Tanya Yunho.

Mamanya Seonghwa hanya menggeleng, kemudian ia pun menangis. Papanya Seonghwa hanya mampu menepuk-nepuk punggung istrinya tersebut. “Yunho, Seonghwa punya satu impian. Dia mau ulang tahunnya dirayain di pantai. Sambil liat matahari terbit. Kamu mau bantu om sama tante wujudin itu?” Tanya papanya Seonghwa.

Yunho pun mengangguk walaupun dengan perasaan yang tidak rela. “Ayo kita wujudkan permintaan terakhir ka Seonghwa” kata Yunho sambil memaksakan dirinya tersenyum.


Beberapa jam setelahnya, Seonghwa pun terbangun. Ia sadar dirinya berada di rumah sakit, namun anehnya, tidak ada infus yang biasanya menghiasi tangannya. Matanya menatap jam yang ada di ruang rawat itu, jam 4 pagi.

Seonghwa menatap sekelilingnya, dan mendapati Yunho di sampingnya. “Yunho?” Panggil Seonghwa. Yunho pun membuka matanya. “Ka?? Udah sadar? Masih pusing ga?” Tanya Yunho. Seonghwa menggeleng, dia beneran udah ga pusing kok!!

“Ikut aku yuk” kata Yunho. “Kemana?” Tanya Seonghwa. “Liat sunrise. Katanya mau rayain ultah sambil liat sunrise” kata Yunho. “Ultahku kan minggu depan?” Tanya Seonghwa. “Early birthday ka” kata Yunho. Seonghwa pun terkekeh, “Ayo!!” Kata Seonghwa.

Yunho pun mengendarai mobilnya menuju salah satu pantai terindah di kota mereka. “Udah sampe ka. Yuk keluar. Kita bawa kuenya” kata Yunho. “Yey!!! Berapa lama lagi sunrisenya??” Tanya Seonghwa dengan semangat. Yunho mengecek jam tangannya, “harusnya bentar lagi sih ka” kata Yunho.

“Yaudah yuk keluar” kata Seonghwa sambil membawa kuenya perlahan. Yunho dan Seonghwa pun berjalan keluar dari mobil. Seonghwa terpekik senang ketika kakinya menginjak pasir. “Seneng ka?” Tanya Yunho. “Seneng lah!!” Seru Seonghwa. “Yuk kita duduk, terus kita nyalain lilinnya” kata Yunho.

Keduanya pun terduduk di pasir. Yunho menusuk lilin di atas kue ulang tahun Seonghwa dan kemudian menyalakan apinya. “Selamat ulang tahun pacarnya Yunho!!” Kata Yunho. “Terima kasih Yunho!!” Kata Seonghwa sambil tersenyum. Seonghwa pun menutup matanya untuk berdoa, kemudian meniup lilinnya.

“Apa harapan kamu?” Tanya Yunho. “Buat ketemu kamu di kesempatan kedua” kata Seonghwa. Yunho mengelus rambut Seonghwa dan membawa tubuh kurus itu ke pelukannya. “Aku juga berharap yang sama. Di kehidupan kedua, aku nemuin kamu lagi, tapi dalam keadaan yang sehat” kata Yunho. “Haruslah” kata Seonghwa sambil tersenyum.

Sinar matahari perlahan muncul di pantai yang gelap itu. “Liat udah mau sunrise kak” kata Yunho. Seonghwa pun melepaskan pelukannya pada Yunho dan memandang matahari yang perlahan terbit. “Wahh bagus banget ya..” kata Seonghwa. Yunho pun memandang sunrise tersebut sambil tersenyum. Dia bisa mewujudkan permintaan terakhir Seonghwa.

Yunho menangis ketika ada beban yang menimpa bahunya. “Yunho, jangan sedih ya.. Seonghwa seneng banget hari ini. Seonghwa tidur dulu ya Yunho..” kata Seonghwa sambil menutup matanya. Sudah. Seonghwa menghembuskan nafas terakhirnya, tepat ketika matahari telah terbit sepenuhnya.

Yunho pun menangis kencang. Meraung karena kekasihnya meninggal tepat di pelukannya. Yunho melihat wajah Seonghwa yang penuh dengan sunburn. “Even with sunburn, kamu tetep indah ka. Sampai bertemu lagi di kehidupan selanjutnya” kata Yunho sambil tersenyum.


I'll go meet you when the sunsets So you won't be lonely I'll go meet you when the moonlight comes down I'll go to you

Shinee Onew/Nu'est Baekho/Got7 Youngjae/Day6 Wonpil – When the Sun Goes Down

Yunho tersenyum ketika Mingi mengangkat video callnya. “Malem Mingi!!” Seru Yunho. “Selamat pagi, Prince. Disana jam 7 pagi kan?” Kata Mingi. “Iya, di Seoul jam 7 pagi. Disana jam berapa Gi?” Tanya Yunho. “Jam 11 malem nih” kata Mingi.

“Gimana hari ini Gi?” Tanya Yunho dengan semangat. “Lumayan cape. Aku hari ini ikut penelitian dosen lain. Terus aku bantuin temenku yang baru buka cafe. Baru pulang tadi jam setengah 11 terus aku langsung mandi” kata Mingi.

“Huhu kasian pacar aku cape banget :(( Kamu kenapa ga bobo aja? Kenapa kamu telepon aku??” Kata Yunho. “Aku mau mastiin pacarku yang suka telat bangun ini bisa bangun cepet terus mandi” kata Mingi sambil tersenyum. “Hehe kamu tau darimana aku suka bangun telat?” Kata Yunho.

Siapa lagi kalo bukan mama kamu” kata Mingi sambil terkekeh. Yunho pun ikut tertawa mendengar tawa Mingi. Namun tiba-tiba wajahnya menjadi sendu. “Aku kangen Igi” kata Yunho. Mingi pun ikut tersenyum sendu melihat wajah Yunho. Apalagi ketika Yunho sudah memanggilnya dengan panggilan Igi.

Sabar ya, prince. Aku masih gatau bisa pulang kapan. Kerjaanku disini masih banyak banget” kata Mingi. “Aku pengen peluk Igi, mau ikut Igi jalan-jalan” kata Yunho. “Iya, nanti kalo aku pulang ke Korea, kita jalan-jalan yaa.. Kita beli jajanan yang banyak terus kita nonton deh” kata Mingi. “Mingi cepet pulang ya. Yunho kangen banget sama Igi” kata Yunho.

Iya sayang. Mingi juga kangen banget sama kamu. Yuyu mau nungguin Igi kan?” Kata Mingi. “Iya!! Yuyu selalu nunggu Igi!!” Kata Yunho dengan senyuman paling manis. Mingi ikut tersenyum melihatnya. Memang, senyuman Yunho tidak pernah gagal membuatnya terpukau.

Udah dulu teleponannya ya Yun. Kamu harus bantuin cafenya mama kan? Aku juga harus tidur” kata Mingi. “OH IYA!! Selamat malem Igi. Semoga mimpi indah!! Jangan lupa sayang sama aku. Aku sayang Mingi!!” Kata Yunho. “Aku juga sayang sama Yunho” kata Mingi.

Kemudian keduanya pun hening, tanpa ada niat mematikan sambungan video call tersebut. “KOK GA DIMATIIN?” tanya Yunho. “Kamu aja yang matiin” kata Mingi. Dan akhirnya Yunho pun memutuskan sambungan tersebut.

Mingi memperhatikan layar hitam di hadapannya sambil tersenyum. Tangannya membuka laci meja belajarnya, kemudian mengambil passport dan tiket dari sana. “Aku pulang sayang” kata Mingi.


Yunho tersenyum ketika mendapati Seonghwa, Wooyoung dan Jongho yang datang berkunjung ke cafenya. “Sudah lama sekali ya kita ga ngumpul kaya gini” kata Seonghwa. “Betul!! Kakak sih sibuk banget” kata Wooyoung pada laki-laki paling tua itu. Seonghwa mencubit pipi Wooyoung dan si empunya pipi hanya bisa meringis.

“Kakak kan kerja di kantor, ya makanya jam kerjanya juga formal. Emang kamu yang freelancer?” Kata Seonghwa. “Ka Wooyoung tuh definisi pengangguran banyak duit” kata Jongho. “Mulut kamu makin pedes sejak tunangan sama Yeosang” kata Wooyoung.

Di antara mereka berempat, memang Jongho yang sudah selangkah lebih maju dalan hubungannya. Jongho sudah bertunangan dengan Yeosang, yang merupakan CEO dari perusahaan dimana Seonghwa bekerja. “Kamu udah kasih tau Mingi? Kakakmu itu bisa ngambek kalo ga dikasih tau” kata Yunho.

Mingi sendiri adalah kakak tiri dari Jongho. Walaupun status mereka adalah saudara tiri, Mingi sangat menyayangi dan melindungi Jongho layaknya adik kandung. “Udah kok!! Tapi ka Igi bilang dia belum tau kapan pulang” kata Jongho sambil mengerucutkan bibirnya.

Yunho mengelus kepala Jongho. Seberapapun rindunya dia, Jongho pasti lebih merindukan Mingi. “Sabar ya, ka Igi pasti pulang bentar lagi” kata Seonghwa. “Nanti kalo dia ga pulang, aku seret dia” kata Wooyoung. Dan keempatnya pun tertawa.

Sampai, Seonghwa melebarkan matanya ketika matanya menangkap pria yang datang ke cafe Yunho. Wooyoung juga sama terkejutnya, karena mereka berdua duduk berhadapan dengan pintu cafe. Pria tersebut meminta Seonghwa dan Wooyoung untuk diam. Ia merangkul dua sosok pria manis di hadapan Seonghwa dan Wooyoung itu.

“Haloooo, Igi disini” kata pria tersebut yang adalah Mingi. Dan sudah dipastikan, Yunho serta Jongho segera berbalik dan memeluk Mingi. “Hueeeee ka Igi pulang!! Ka Igi pulang!!” Seru Jongho sambil memeluk leher Mingi. Yunho sendiri melepaskan pelukannya sebentar. Jongho pasti merindukan Mingi.

“Katanya adek kecil kakak tunangan ya?? Selamat dong kalo gitu. Nanti ga bisa kakak peluk-peluk lagi” kata Mingi sambil mengelus rambut Jongho. “Engga kok!! Kakak bisa tetep peluk-peluk aku” kata Jongho dengan gemas. Mingi pun mengusak rambut Jongho.

“Nah ini bayi gede ga kangen aku?” Tanya Mingi. Yunho mendengus kemudian memeluk Mingi dengan erat. Yunho rasanya mau menangis ketika ia dapat menghirup parfum Mingi. “Jangan nangis” kata Mingi sambil mengelus punggung Yunho.

“Siapa yang nangis??” Tanya Yunho. “Iya iya ga nangis” kata Mingi sambil terkekeh. “Kamu lagi libur apa gimana?” Tanya Seonghwa. “Aku balik ka. Kerjaanku di Inggris udah selesai. Jadi ya balik kesini” kata Mingi. “Berarti kamu kerja di kampus lagi?” Tanya Yunho. Mingi mengangguk, “minggu depan mulai kerja. Minggu ini fokus dulu ke diri sendiri supaya ga jetlag, HAHA” kata Mingi.

“Asik Yunho udah ga LDR” kata Wooyoung. Yunho rasanya mau melempar gelas ke kepala sahabatnya itu, tapi ia urungkan. Cafènya masih ada orang. Ga lucu kalo nanti ada berita 'seorang owner Cafè ditangkap setelah melakukan kekerasan pada sahabatnya sendiri.'

“Eh iya, Yunhonya gue pinjem dulu ya” kata Mingi sambil menggenggam tangan Yunho. “Eh kamu ga balik dulu? Kopernya gimana?” Tanya Yunho. “Santai sih ka, ada Jongho ini. Udah sana kalian pergi berdua” kata Jongho sambil mendorong Yunho. “Jangan berantakin cafè loh!!” Seru Yunho. “Iya iya bawel” kata Wooyoung.


“Kamu ga cape gi??” Tanya Yunho ketika mereka sampai di tempat tujuan. Mingi membawanya menuju sebuah bukit yang tidak begitu jauh dari cafènya berada. “Cape ku ilang ketemu kamu” kata Mingi. “Dih gombal, ga mempan” kata Yunho tertawa.

Yunho memeluk lengan kanan Mingi dan menyandarkan kepalanya di bahu Mingi. “Kangen” kata Yunho. “Aku juga. Kamu makan bener kan disini?” Tanya Mingi. “Tenang, kamu kan tau urusan makan mah aku paling depan” kata Yunho.

Keduanya pun terdiam, menikmati kehadiran satu sama lain. Sebelum Mingi bergerak, merogoh sesuatu dari kantongnya. “Kenapa Gi?” Tanya Yunho yang penasaran. “Hehe.. Aku tuh bukan orang romantis, kamu tau kan? Jadi ini, buat kamu” kata Mingi sambil memberikan sekotak beludru.

Yunho terkejut, ia pun menutup mulutnya dengan tangan. Mingi membuka kotak beludru tersebut dan ada sepasang cincin di dalam kotak tersebut. “Ayo habiskan waktu bersamaku sampai kita tua dan meninggal bersama” kata Mingi sambil tersenyum.

Yunho tidak dapat menahan air matanya, ia pun memeluk Mingi dengan erat. “Makasih.. Hiks.. Mingi makasihh..” kata Yunho. Mingi terkekeh sambil mengelus punggung Yunho. “Jadi akunya diterima ga nih?” Tanya Mingi. “KOK MASIH NANYA?” tanya Yunho. “HAHAHA iya iya aku tau jawabannya kok” kata Mingi sambil mengecup pelipis Yunho.

Hari itu, adalah hari paling menyenangkan untuk Yunho. Selain Mingi yang kembali di dekapannya, Yunho mendapati dalam beberapa bulan ke depan, namanya akan berganti menjadi Song Yunho. Selamat Yunho!!

cw// angst, major character death

I’ve been quietly living In a deep tunnel Me in the black and white photo My world that has spread black

Dulu, aku hanyalah orang biasa. Mahasiswa pada umumnya. Pergi kuliah, belajar, ujian, dapat nilai bagus. Semua ini aku lakukan setiap harinya. Bosan? Tidak. Ku pikir awalnya ini lah memang kehidupan mahasiswa. Apa lagi yang bisa dilakukan mahasiswa memangnya selain belajar?

The colors of you that I see from time to time It raises me up because You’re the only one with your own color

Sampai aku bertemu dengannya. Rambutnya yang saat itu berwarna coklat dengan pirang di bagian poni. Orang dengan dimple termanis yang pernah ku temui. Aku bertemu dengannya ketika kami berada dalam kepanitiaan yang sama.

Aku awalnya tertawa geli melihat rambutnya yang unik. “Kenapa?” tanyanya saat itu. “Tidak ada. Rambutmu bagus” kataku. “Benarkah? Akhirnya ada yang memiliki pendapat sama denganku” katanya dengan dramatis.

“Aku jadi ingin mengecat rambut juga” kataku. “Ayo cat saja!! Hmm sepertinya warna ungu cocok untukmu” katanya. “Benarkah? Baiklah aku akan mencoba warna ungu” kataku.

Beberapa hari kemudian, kampus tempatku belajar gempar. Tentu saja gempar, karena aku datang dengan rambut berwarna ungu. Aku yang adalah mahasiswa apatis, tiba-tiba datang dengan rambut berbeda.

Aku risih, tentu saja. Diperhatikan segitu rupa oleh orang-orang. Namun, perasaan risih itu menguap ketika aku bertatapan dengannya. Mata berbinar yang melihatku itu, selalu ada di memoriku.

Di antara orang-orang yang memperhatikanku, dia datang menghampiriku. “Kamu manis banget. Kaya gulali rasa anggur” katanya. Tanpa sadar pipiku memanas mendengar pujian darinya. “Terima kasih” kataku.

Dia mengulurkan tangannya di hadapanku. “Kita belum berkenalan. Namaku San” katanya. Ah benar!! Aku lupa jika kami belum berkenalan. “Namaku Wooyoung. Senang berkenalan denganmu” kataku.


I see the dry land From far away But your touch is like the sweet rain It colors my heart

Sejak pertemuan 'mari-mewarnai-rambut' aku dan San semakin dekat. Hari-hariku semakin berwarna dengan kehadirannya. Aku yang selama ini hanya berfokus dengan studi, bisa merasakan liburan bersamanya.

Wooyoung!! Ayo kesini!!” serunya. Aku menggeleng tentu saja. Tidak suka jika kakiku harus terkena air laut. Nanti pas aku berjalan ke tempat lain, pasirnya akan menempel di kakiku. Tapi, ternyata seorang Choi San memiliki banyak ide di kepalanya.

Tiba-tiba ia mengangkat tubuhku dan menurunkanku di dekat laut. Untungnya dia menurunkan kakiku terlebih dahulu. “Ihhh San apa-apaan sih kamu??” Kataku sambil memukul tangannya. “Abisnya kamu ga nurut. Kita udah jauh-jauh ke pantai, kita harus main air” katanya.

Aku pun mendengus. Kemudian, terlintas sebuah ide jahil di otakku. Aku pun mencipratkan air laut ke wajahnya. “Hey!! Apa-apaan sih!!” katanya. Aku pun tertawa ketika ia membalaskan perbuatanku tadi. Kami pun tertawa menghabiskan sore itu dengan bermain air.

Hold out your hand Color me like that red sunset So I won’t lose myself

Aku pun akhirnya memiliki hubungan yang lebih spesial dengannya. Iya, aku dan San memutuskan untuk berpacaran. Rasanya menyenangkan bisa memiliki hubungan spesial dengan pelukis hidupku ini.

Tidak banyak yang berubah dari hubungan kami. Kami tetap sering berjalan-jalan bersama, tertawa berasama, melakukan hal konyol bersama dan melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak bisa ku lakukan sendiri, kini bisa ku lakukan berdua dengannya.

Aku juga mendapatkan teman baru darinya. San punya adik juga btw, namanya Jongho dan dia menggemaskan!! Aku suka mengajaknya jalan bertiga dengan kami, walaupun San akan cemberut sepanjang perjalanan karena aku sibuk memanjakan Jongho.


I try holding out my hand To catch you But you get farther away

Aku menutup buku berisikan foto-foto polaroid kami. Aku menyentuh dadaku yang terasa sangat sakit dan menyesakkan. “San.. Aku kangen kamu” kataku sambil menepuk-nepuk dadaku sendiri.

Aku melipat lututku dan menyembunyikan wajahku. Aku menangis tentu saja. Dua tahun bersama San, berhasil membuat hidupku yang kelam menjadi berwarna.

Namun setelahnya, hidupku kembali kelam. San menghembuskan nafas terakhirnya. Ternyata ia selama ini menyembunyikan penyakit ganas di dalam tubuhnya. Aku sangat tertekan ketika San menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuanku.

Dan setelah itu, San membawa warna dalam hidupku. Hidupku tidak lagi berwarna tanpa kehadirannya. Dan hari ini, adalah tepat setahun kepergiannya, serta tahun ketiga kami.

Terima kasih San sudah membawa warna dalam hidupku. Pelukis kehidupanku, aku harap kamu bahagia di atas sana. Aku berharap, suatu saat kita akan bertemu lagi. Dari aku, Wooyoung yang selalu merindukanmu

“Woo!! Udah woo, udah jangan nangis lagi” seru Seonghwa. Sedangkan yang dipanggil, malah semakin mengeraskan tangisannya. “Hiks.. Kenapa?? Kenapa semua ninggalin Wooyoung?? Pertama San, sekarang abang.. Hiks.. Mereka udah ga sayang Wooyoung ya?? Hiks..” tangis Wooyoung.

“Engga, Wooyoung sayang.. Kakak juga gatau Hongjoong kemana.. Tapi kakak ga ninggalin Wooyoung. Kakak ada disini buat Wooyoung” kata Seonghwa sambil menepuk-nepuk punggung Wooyoung. Wooyoung sendiri masih sibuk menangis hingga nafasnya tersendat-sendat.

“Kakak.. Hiks.. Kenapa San jahat sama aku??” Tanya Wooyoung. Seonghwa mengelus rambut Wooyoung. Seonghwa tebak, San tidak mampu menjelaskan kepada Wooyoung apa yang terjadi. Atau Wooyoung yang tidak mau mendengarkan San.

“San ga jahat.. Kamu udah denger alesan dia belum?” Tanya Seonghwa. “Ga mau!! Aku ga mau denger alesan dia!!” Kata Wooyoung. Tuh kan! Bener dugaan Seonghwa. “Kak, aku ga mau ketemu San dulu” kata Wooyoung. “Yaudah.. iya.. Nanti kakak bilangin ke dia buat ga ketemu kamu dulu” kata Seonghwa.

Di sisi lain, setelah Wooyoung pergi tanpa mau mendengarkan alasannya, San langsung beranjak menuju kosan Mingi. Ternyata kebetulan, Yunho juga sedang berada disana. “Napa lo bro? Nekuk amat tuh muka?” Tanya Mingi.

San menelungkupkan badannya di kasur Mingi. “Gue nginep disini boleh ga?” Tanya San. “Enak aja!! Gue tidur dimana?” Kata Yunho. “Lo ke atas aja sih, ke rumah Yeosang. Anaknya pasti ngizinin” kata Mingi. “Iya ya, ah tapi pasti ada bapaknya” kata San.

“Bukannya bapaknya lagi ada rapat sama rektor univ lain ya?” Tanya Yunho. “Kok lo tau, yang?” Tanya Mingi. “Lu ga jadi simpenan bapaknya Yeosang kan?” Tanya San. Yunho pun memukul kepala dua orang di hadapannya ini. “NGADI NGADI!! GUE KAN KETUA ACARA JURUSAN GUE!! YA GUE AJUIN PROPOSAL KE SIAPA LAGI KALO BUKAN KE BAPAKNYA YEOSANG??” seru Yunho.

“Aduh, suara lo semua kedengeran sampe luar.” Mingi, Yunho dan San menengok ke arah pintu dan mendapati Yeosang dan Jongho disana. “Yeosang huhu.. Gue numpang di rumah lo hari ini boleh ga??” Tanya San sambil memeluk Yeosang. “Ck lo disini aja gih sama Mingi. GAUSAH PELUK-PELUK GUE NYET” seru Yeosang sambil melepaskan pelukan San.

“Jongho nginep?” Tanya Yunho dan Jongho mengangguk. “Papi sama Mami lagi pergi, urusan bisnis biasa. Jadi nginep disini” kata Jongho. “Tuh kan, mending gue nginep biar lo berdua ga bisa skidipapap” kata San. Dan kali ini, kepala San dipukul oleh Yeosang. “Ya kali gue ngerusak Jongho” kata Yeosang.

“Lo kenapa sih? Tumben banget kesini. Biasanya ngerusuh sama Wooyoung” kata Mingi yang gerah. Kemudian tiba-tiba San terduduk di lantai. Ngomong-ngomong, ini posisinya pintu kamar kosan Mingi belom ditutup. Jadi posisinya Yeosang sama Jongho di depan kamar Mingi, Mingi sama Yunho di dalem. Terus San yang duduk di lantai.

“Hiks... Gue.. Berantem” kata San sambil nangis. “Berantem? Tunggu berantem sama Wooyoung?” Tanya Yeosang. San mengangguk. “Cerita sini. Masuk masuk, tutup pintunya” kata Mingi. San pun berpindah ke dekat Mingi dan pintu ditutup oleh Yeosang.

San pun menceritakan hal yang terjadi antara dirinya dan Wooyoung. “Gue padahal beliin dia cincin sama kalung. Tapi, dianya ga mau dengerin omongan gue” kata San sambil masih meneteskan air matanya. “Ya lu bego” kata Yeosang. “Ka Yeo” ancam Jongho.

“Ga salah sih Ho. Beneran ni anak bego banget. Udah tau Wooyoung suka insecure sama mantan-mantan dia, malah jalan sama mantan” kata Yunho. “Ya gue pikir gapapa? Ria juga udah punya pacar” kata San. “Ya kan gapapa menurut lo. Tapi menurut Wooyoung?” Kata Mingi.

“Ya emang sih Wooyoung disini juga ada salah, soalnya dia ga dengerin penjelasan lo. Intinya lo berdua salah” kata Yeosang. “Woo pasti sedih banget. Apalagi ini bang Hongjoong tiba-tiba ngilang” kata Mingi. “Gue harus apa...” kata San. “Ya lo harus hidup lah. Terus berusaha sampe Wooyoung mau ngobrol sama lo” kata Yunho.

“Wooyoung pasti ga mau ngobrol sama lo dulu. Jadi ya lebih baik lo biarin aja dia. Maksudnya kalo dia lagi main sama kita, lo ngalah dulu” kata Yeosang. San menghela nafasnya, bahunya pun ikut turun bersamaan dengan helaan nafasnya. “Dah lo ikut gue. Tidur di atas. Tapi di kamar tamu ya. Gue tidur sama Jongho soalnya” kata Yeosang. San pun mengangguk dan mengikuti Yeosang dan Jongho untuk naik ke rumah Yeosang.

“Kasian mereka..” kata Yunho. “Tinggal butuh komunikasi aja sih” kata Mingi. “Dah ah, mau tidur, ngantuk” kata Yunho. “Yaudah tidur aja beb” kata Mingi.


“Ka Hwa, Bang Hongjoong belum bisa dihubungin??” Beberapa minggu kemudian, Wooyoung mulai kembali menjadi pribadi yang ceria. Namun, tetap saja tidak ada satu pun dari mereka yang membahas San di hadapan Wooyoung.

“Belom nih.. Hadehh bener-bener dah itu orang kemana” kata Seonghwa. “Skripsi kakak gimana?” Tanya Jongho. “Lancar sih Jong. Kakak kepikiran Hongjoong aja” kata Seonghwa. “Sekarang Mingi sama Yunho ikut-ikutan ngilang juga” kata Wooyoung sambil melihat handphone nya.

Jongho berdehem kecil. Sebenernya, Mingi sama Yunho bukannya ngilang sih. Kebetulan aja Yunho sibuk sama acara jurusannya, dan Mingi yang nemenin San kemana-mana. “Kamu ga dijemput Yeosang??” Tanya Wooyoung. “Ka Yeo lagi anterin kakaknya ke bandara. Katanya mau ada rapat di luar negeri gitu” kata Jongho.

“Kangen Yunho” kata Wooyoung. “Yaudah lo samperin aja ke fakultasnya. Dia cari ketua pelaksana, makanya sibuk banget” kata Seonghwa. “Kangen ngumpul lagii” kata Wooyoung. “Ya kan kita lagi ngumpul ini?” Tanya Seonghwa. “Huhu bang Hongjoong kemana sih” kata Wooyoung sambil memeluk Jongho. “Apa sihh bang” kata Jongho sambil berusaha menyingkirkan tangan Wooyoung.

Seonghwa hanya terkekeh melihat pertengkaran kecil antara Wooyoung dan Jongho. Emang ya, dua termuda di antara mereka itu kalo deketan berantem, kalo jauhan saling nyariin. Kaya anak kembar.

Seonghwa mengedarkan pandangannya dan menemukan Mingi dan San di ujung sana. Bibirnya menyunggingkan senyuman ketika mendapati San mengangguk pelan pada Seonghwa, sebelum menarik tangan Mingi. Memilih untuk berpindah tempat agar pemuda kecil kesayangannya lebih nyaman.


“SELAMAT KA SEONGHWA!!!!” Seonghwa terkejut ketika mendapati Mingi, Yunho, San, Yeosang dan Jongho di hadapannya. Hari ini, Seonghwa melakukan sidang skripsinya dan tentu saja sebagai teman yang baik, kelima pemuda ini menunggu Seonghwa selesai sidang.

“Wooyoung mana?” Tanya Seonghwa. “Masih kelas. Kelasnya padet hari ini” kata Yeosang. “Dapet apa ka?” Tanya Yunho. “A dongg!!” Seru Seonghwa. “AAAAA SELAMATTTT!!! AYO TRAKTIR MINUMAN KA!! JONGHO MAU COKLAT” kata Jongho sambil memeluk Seonghwa. Well, tumben sekali si bungsu mau memeluk kakaknya itu.

“Dihh ngadi-ngadi lo. Eh tapi gue juga mau sih ka” kata San dan berakhir kepalanya ditoyor pelan oleh Yunho. “Tenang-tenang, gue traktir kalian minuman” kata Seonghwa sambil terkekeh.

Tiba-tiba HP mereka berbunyi bersamaan. “Kok bisa samaan gini sih?” Tanya Mingi penasaran. Mereka pun segera membuka HP mereka dan kemudian mereka terkejut. Karena terlalu terkejut, tidak ada satupun dari mereka yang sanggup berbicara, bereaksi atau pun membalas pesan dari orang yang mengirimi mereka pesan tersebut.

Hai“ “Kangen gue ga? Hahaha“ “Minggu depan gue sidang. Dateng ya“ “Kita bakal ngumpul abis gue sidang

“BANG HONGJOONG??” seru Yunho, Mingi, Yeosang, San dan Jongho bersamaan. Sedangkan Seonghwa hanya bisa terdiam. Melihat rentetan kalimat itu. Well, sebenarnya apa yang terjadi dengan Hongjoong??

Beberapa bulan kemudian, Yeosang semakin mahir dalam bertarung. Bersama Seonghwa, keduanya dijuluki setan arena, karena belum ada satupun orang yang mampu mengalahkan strategi mereka.

“Aku penasaran jika ka Seonghwa dan ka Yeosang dalam satu tim” celutuk Wooyoung ketika mereka sedang bercengkrama. “JANGAN!! PLIS OMONGANMU DIJAGA YANG” seru San. “Wooyoung, lain kali kalo ngomong tuh dijaga. Mimpi buruk tau ga kalo mereka sampe dijadiin satu tim” kata Hongjoong.

“Lagian, mereka tuh udah cocok sama team masing-masing. Ka Hongjoong sama ka Seonghwa, Yeosang sama Jongho. Perpaduan yang wow” kata Mingi. “Betul. Jongho tuh otaknya diem-diem lancar buat mikir strategi” kata Yunho. “Jongho tuh galak aja di luar, tapi aslinya baik banget” kata Yeosang.

“Bener. Buktinya ka Seonghwa jadiin Jongho anak” kata Yunho. Seonghwa pun berpura-pura mau memukul Yunho dan Yunho hanya tertawa dan bersembunyi di balik punggung Mingi. “Aku yang ngurusin dia sejak dia masuk ke camp. Makanya aku tau luar dalemnya dia kaya gimana” kata Seonghwa.

“Anaknya tertutup tapi ya” kata Yeosang. “Setuju. Dia terlalu tertutup, entah apa alasannya. Jarang ada yang deket sama dia juga, selain ka Eunbi sama ka Seonghwa” kata San. “Dan sekarang Yeosang” kata Seonghwa. Yeosang bingung dengan perkataan Seonghwa.

Sampai sore dan mereka berpisah masing-masing, Yeosang masih memikirkan perkataan Seonghwa. Yeosang membawa dirinya menuju kebun bunga milik anak-anak Demeter dan Persephone. Matanya menyusuri kebun yang indah itu, sampai matanya menangkap seseorang yang sedang berjongkok di antara bunga-bunga yang indah.

Itu Jongho.

Yeosang tersenyum ketika melihat mata Jongho yang begitu berbinar ketika memandangi bunga berwarna pink itu. Yeosang kurang tau sih itu bunga apa, tapi tampaknya bunga itu sangat indah.

“Itu bunga mawar pink. Jongho senang sekali dengan bunga itu. Hampir setiap hari dia kesini untuk menyiram bunga itu, padahal ada aku yang menumbuhkannya” kata seseorang yang datang. Ah Yeosang mengenalnya, itu adalah Seungmin, son of Demeter.

“Bunga mawar pink memiliki dua warna, dark pink dan light pink. Dark pink sendiri melambangkan rasa terima kasih pada seseorang. Sedangkan light pink melambangkan kekaguman pada seseorang. Jongho pernah bercerita padaku, bahwa ia ingin ada orang yang memberikan bunga padanya. Bunga yang memiliki arti indah tentunya” lanjut Seungmin.

“Dia pantas mendapatkan bunga dengan arti indah” kata Yeosang. “Betul. Sayang banget banyak yang salah paham sama dia. Dia galak banget di arena, tegas dan disegani. Jadi dia ga punya banyak temen dan itu yang bikin dia jadi tertutup. Padahal dia tuh lembut banget dan kadang tingkahnya bikin gemes” kata Seungmin.

He deserve to be happy” kata Yeosang. Seungmin pun mengangguk. “Ah ngomong-ngomong, kalo kamu butuh bunga, tinggal petik sendiri aja oke? Asal jangan rusak bunga yang lain” kata Seungmin. “Akan ku ingat” kata Yeosang.


“Jongho!! Ada paket!!” Jongho yang baru selesai mandi segera melesat keluar dari kamarnya. “Malam ka Yunho!!” Sapa Jongho. “Malam Jongho, ini ada paket untukmu” kata Yunho sambil memberikan sebuket bunga. Jongho melebarkan matanya. “I-Ini buatku?” Tanya Jongho.

“Emangnya di kabin Ares ada yang namanya Jongho selain kamu? Jelas tertulis disini untuk Jongho, si petarung hebat dari kabin Ares” kata Yunho. Jongho yang senang pun mengambil buket bunga tersebut dengan tangan yang gemetar. Yunho jadi senang melihatnya. “Terima kasih ka Yunho!!” Seru Jongho.

Jongho pun masuk ke kamarnya. Ternyata buket tersebut adalah buket bunga mawar pink. Jongho tersenyum, dia tau arti bunga tersebut, tapi ia tidak tau siapa pengirimnya. Karena, pengirimnya tidak menuliskan nama di kartu yang datang bersama buket tersebut.

You're so beautiful when you smile So whenever I see you’ve lost your smile I want to give it back to you Whatever it takes

“Makasih banyak” kata Jongho sambil tersenyum. Jongho melepas bungkus buket bunga tersebut dan meletakkan bunganya di dalam gelas yang sudah diisi sedikit air. “Siapapun kamu, terima kasih” kata Jongho lagi.

Esok paginya, Jongho pergi menemui Seungmin yang sedang merawat bunga-bunga di padang. “Seungmin!!” Panggil Jongho. “Oh pagi Jongho” kata Seungmin. “Kamu tau siapa yang memberikan bunga mawar pink padaku?” Tanya Jongho tanpa basa-basi. “Aku tau, tapi tidak akan ku beri tau” kata Seungmin sambil mengedipkan matanya.

Jongho terdiam kemudian wajahnya memerah perlahan. “Ada yang suka sama kamu berarti. Mungkin nanti sore dia kirim bunga lagi” kata Seungmin. “Aaaa kasih tau aku dong” kata Jongho. “Ga mau. Aku dah janji sama dia ga bakal kasih tau kamu” kata Seungmin.

Setelah merengek kepada Seungmin, Jongho menghentakkan kakinya. Kesal, karena tidak mendapatkan jawaban dari Seungmin. Jongho pun pergi ke arena untuk menenangkan diri dari rasa kesalnya. “Jongho!!”

Jongho mendongak dan mendapati Yeosang sedang tersenyum padanya. Jongho pun ikut tersenyum. Rasanya semua rasa kesalnya ikut hilang bersama senyuman Yeosang. “Ka Yeosang!!” Seru Jongho. “Muka kamu nekuk, kenapa tuh?” Tanya Yeosang. Jongho menimbang-nimbang apakah ia perlu bercerita pada Yeosang mengenai buket bunga tersebut. Dan Jongho sepertinya akan bercerita mengenai hal itu, mengingat Yeosang sudah menjadi teammatenya akhir-akhir ini.

“Aku kemaren dapet kiriman bunga mawar pink. Tapi ga ada nama pengirimnya. Aku nanya sama Seungmin, tapi dia ga mau jawab. Kesel banget tau ga” kata Jongho. “Cieee yang punya penggemar” kata Yeosang sambil menyenggol bahu Jongho.

“Ga mungkin lah ka” kata Jongho. “Loh kenapa?” Tanya Yeosang. “Aku tuh galak. Lagian, siapa yang mau sama anak kabin Ares yang sukanya main panas-panasan sama pedang? Ga bakal ada yang suka sama aku, ka” kata Jongho. “Lah siapa bilang? Buktinya ada yang ngasih kamu bunga” kata Yeosang.

“Hm bener sih.. Kakak pasti banyak yang kasih bunga ya? Secara kakak anak Aphrodite, pasti banyak yang suka sama kakak” kata Jongho. “Iya lumayan banyak yang suka kasih bunga, tapi ga ada satu pun dari mereka yang masuk tipe aku” kata Yeosang. “Oh ya?? Tipe ka Yeosang emang yang kaya gimana?” Tanya Jongho.

“Hm... Pokoknya dia tuh orangnya kuat banget, hebat deh pokoknya” kata Yeosang. “Siapa tuh ka?” Tanya Jongho. “Kepo kamu. Ayo ah kita latihan. Nanti kalo ga latihan, diomelin ka Eunbi” kata Yeosang sambil merangkul Jongho. “Ka Eunbi tuh emang galak banget ka” kata Jongho. Dan Yeosang pun tertawa mendengar celutukan Jongho.

Sore harinya, saat Jongho hendak masuk ke kabinnya, suara Wooyoung menahannya. “Jongho!!! Tunggu!! Nih kamu dapet kiriman!!” Seru Wooyoung sambil memberikan buket bunga mawar orange. “Lagi??” Tanya Jongho. “Hah? Lagi?” Tanya Wooyoung balik. Jongho mengangguk, “kemarin ka Yunho bawa kiriman buket bunga juga buat aku. Tapi kayanya ini warnanya beda” kata Jongho.

“Wahh kamu ada penggemar!!” Seru Wooyoung. “Hushh jangan nyebarin rumor ka” kata Jongho. Tau betul jika Wooyoung tau satu berita, besoknya semua orang akan tau berita tersebut. “Hehe iya deh ga bakal aku kasih tau siapa-siapa. Semoga cepet ketemu sama penggemarnya!!” Kata Wooyoung sambil meninggalkan Jongho.

Jongho mengambil kartu yang ada di dalam buket tersebut. Jongho tersenyum ketika mendapati tulisan dalam kartu tersebut.

Today is orange rose. It means enthusiasm and giving spirit for someone. I hope you are always excited every day, because looking at you, making my heart feels comfortable

“Terima kasih. Di saat yang lain jauhin aku, cuma kamu yang deketin aku. Terima kasih siapapun kamu. Aku pengen banget ketemu kamu” kata Jongho. Kemudian, tiba-tiba sebuah ide terlintas di kepalanya.

Jongho berlari masuk ke kamarnya. Ia menyimpan buket mawar orange itu di mejanya. Ia mengambil kertas dan menuliskan sesuatu di kertasnya. Jongho akan meminta Seungmin mengirimkan ini pada pengirim buket bunga ini, karena hanya dia yang mengetahui siapa pengirimnya.

Hello, thank you for always caring me. Thank you for bouquet of flowers that you gave me. I want to meet you. Let's meet at flower garden tomorrow. 9PM after dinner” tulis Jongho.

Setelah menghiasnya sedikit, Jongho memasukkan kertas tersebut ke dalam amplop dan bergegas menuju kabin Demeter. “SEUNGMIN!!” seru Jongho. Seungmin pun keluar dari kabinnya. “Kenapa Jongho?” Tanya Seungmin. “Tolong kasih ini buat yang selalu ngirimin aku bunga” kata Jongho.

“Kenapa aku?” Tanya Seungmin. “Kan cuma kamu yang tau siapa pengirimnya. Gimana sih?” Kata Jongho. “Oh iya hehe.. Sip, aku bakal sampein ke dia” kata Seungmin. “Terima kasih Seungmin” kata Jongho. “Sama-sama” kata Seungmin.


Setelah makan malam, Jongho izin pada Eunbi untuk pulang larut malam, dan untungnya Eunbi langsung mengizinkan. Jongho merapikan pakaian yang digunakannya. Jongho menggunakan kaus hitam dan celana hitam serta jaket berwarna coklat. Jongho berusaha terlihat lebih rapi dibandingkan biasanya.

Alasannya, ia hanya tidak mau membuat pengirim buket bunga itu kecewa. Walaupun Jongho tau, pasti orang itu sering melihatnya di arena hanya dengan kaus dan celana training. Entahlah, Jongho hanya ingin terlihat lebih rapi malam ini.

Jongho sampai di tempat pertemuan mereka 10 menit lebih dulu. Kebun bunga Demeter berada di atas bukit perkemahan, dan jika langit sedang cerah, mereka bisa melihat bintang dan bulan bersinar dari atas sana.

“Jongho??” Jongho membalikkan tubuhnya ketika ada yang memanggil namanya. Tiba-tiba seluruh sarafnya seperti berhenti bergerak ketika ia melihat siapa pengirim buket bunga tersebut. “Ka-Ka Yeosang?” Tanya Jongho dengan tidak percaya. Yeosang terlihat tampan dengan beanie hitam, atasan dan celana hitam serta coat berwarna hitam juga.

“I've got your letter. Ga nyangka kamu secepet ini mau ketemu sama aku. Tadinya aku masih mau kirim bunga mawar lain” kata Yeosang. “Kakak yang kirim bunganya?” Tanya Jongho. “Ya iyalah. Buktinya aku disini. Ini surat yang kamu titip ke Seungmin” kata Yeosang sambil mengangkat amplop surat yang Jongho tulis semalam.

Jongho masih terkejut, tidak percaya jika Yeosang lah yang ada di hadapannya saat ini. “Aku mau kasih mawar lagi tadinya. Tapi berhubung aku udah ketauan, aku kasih kamu bunga Tulip aja” kata Yeosang sambil memberikan sebuket tulip dengan warna yang berbeda-beda.

Jongho menerima buket bunga tersebut dengan tangan yang gemetar. “Te-Terima kasih ka” kata Jongho dengan terbata-bata. “Sama-sama. Tapi kamu tau arti bunga tulip ga?” Kata Yeosang. Jongho sontak menggeleng. Dia cuma tau arti bunga mawar pink aja karena itu bunga kesukaannya.

“Bunga tulip melambangkan pernyataan cinta, cinta yang sempurna. Tapi kalo warnanya macem-macem, melambangkan keindahan cinta yang tidak bisa diucapkan oleh kata-kata” jelas Yeosang. Jongho terdiam, otaknya masih memproses rentetan kata yang diucapkan Yeosang. Ini maksudnya Yeosang ngungkapin perasaannya ke dia?

“Kenapa?” Tanya Jongho. Yeosang menaikkan sebelah alisnya, tidak mengerti dengan pernyataan Jongho. “Kenapa kakak suka sama aku? Aku ga ada bagus-bagusnya ka. Kakak anak Aphrodite yang keindahannya sudah terkenal. Aku cuma anak Ares. Kakak harusnya suka sama orang yang lebih pantas sama kakak” kata Jongho dengan tegas.

“Because, it's you. Aku suka kamu karena itu kamu. Di saat orang lain liat aku sebagai anak Aphrodite yang indah dan tampan, kamu tau bakat aku, kamu bisa liat aku dan kamu memperlakukan aku sesuai dengan bakatku. Itu yang bikin aku suka sama kamu” kata Yeosang. Yeosang memeluk Jongho dan menepuk bahu pemuda yang lebih muda itu. “Kamu lebih dari pantas buat aku, petarung hebat dari kabin Ares” kata Yeosang.

Jongho perlahan mulai tersenyum. Hatinya menghangat mengetahui bagaimana Yeosang mampu mencintai dirinya bahkan ketika Jongho tidak mencintai dirinya sendiri. Jongho sebenarnya juga memiliki perasaan terhadap Yeosang. Selalu bersama dalam arena membuatnya perlahan menumbuhkan rasa cinta.

Namun, Jongho selalu merasa tidak pantas untuk Yeosang. Makanya Jongho tidak pernah berusaha mengungkapkan perasaan itu pada Yeosang. Dan melihat Yeosang saat ini sedang memeluknya dengan erat, membuat hatinya menghangat. “Terima kasih ka Yeo” kata Jongho.

“Namanya lucu. Ka Yeo. Kalo gitu aku panggil kamu Jjongie mulai sekarang” kata Yeosang. “Sure..” kata Jongho. “Tapi, ga boleh panggil aku gitu kalo di arena ya?” Lanjut Jongho. “Iya iya, tenang aja” kata Yeosang. “Terima kasih karena sudah mencintaiku, Setan Arena” kata Jongho sambil mengedipkan sebelah matanya.

“Ya!! Kenapa harus setan sih? Aku manusia” protes Yeosang. “Kakak setengah dewa” kata Jongho. “Ya itu maksudnya” kata Yeosang. Jongho pun terkekeh, kemudian ia menarik tangan Yeosang. “Ayo pulang, aku ngantuk mau tidur” kata Jongho. Yeosang mengangguk dan membiarkan tangannya ditarik oleh Jongho.

Berawal dari kekaguman semata, kini Yeosang dan Jongho merasakan indahnya cinta, sehingga tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Semoga mereka langgeng ya!!

Yeosang tau, hidupnya 100 persen telah berubah. Di usianya yang ke 18, tiba-tiba dia bisa membaca huruf-huruf dalam bahasa Yunani. Kemudian, banyak yang mengirimkan surat cinta dan hadiah padanya (ini tidak sepenuhnya buruk karena beberapa hadiah itu merupakan barang yang berguna untuknya).

Dan terakhir, tiba-tiba rumahnya diserang oleh monster aneh. Sumpah Yeosang selama ini ga percaya dengan namanya monster atau hal apapun itu. Dan ketika monster itu muncul di hadapannya, ia hanya bisa termangu tentu saja.

Untungnya, ayahnya dengan gesit langsung menariknya ke dalam mobil dan mereka segera melaju pergi. “Pa, monster tuh nyata?” Tanya Yeosang. “Ya kamu liat tadi tuh nyata ga?” tanya ayahnya balik. “Nyata sih. Kok bisa ada monster nyerang kita sih pa? Tapi yang lain engga” kata Yeosang. “Ya karena monster itu cuma nyerang kamu” kata papanya.

“Lah? Ngapain nyerang aku?” Tanya Yeosang. “Yeosang, kamu itu demigod. Setengah dewa” kata papanya. Yeosang terkejut, otaknya memaksa untuk menerima informasi lagi. “Pa, ga lucu deh sumpah. Yeosang udah gede pa, ga cocok denger dongeng-dongeng kaya gitu” kata Yeosang.

Papanya Yeosang tidak menjawab perkataan Yeosang dan hanya terdiam di sepanjang perjalanan. Kemudian, mereka pun sampai di sebuah hutan. Terdapat gerbang besar yang bertuliskan “Half-Blood Camp.” Ayahnya mengeluarkan satu koper besar dan menyerahkannya pada Yeosang.

“Ibumu, Dewi Aphrodite, adalah dewi tercantik dan terbaik yang pernah ku temui. Selepas ia melahirkanmu, ia memintaku untuk menjagamu karena ada peraturan konyol di Olympus bahwa dewa tidak boleh mengasuh anaknya sendiri. Dan ibumu mengatakan, di usia ke 18, kamu harus pindah ke camp ini.

Camp ini berisi anak-anak demigod lainnya. Kalian akan dilatih berperang, karena seperti yang kamu lihat tadi, ada monster yang mengincar kalian, para demigod” jelas ayahnya panjang lebar. “Jadi, papa ga bohong?” Tanya Yeosang.

“Untuk apa aku berbohong, Kang Yeosang. Keselamatanmu yang utama untukku. Jadi sekarang masuk lah. Temui saudaramu dan rekan-rekanmu” kata ayahnya. “Papa gimana?” Tanya Yeosang. “Aku punya tempatku sendiri. Jadi, pergilah” kata ayahnya. Yeosang pun memeluk ayahnya dan segera turun dari mobil ayahnya.

Yeosang menarik kopernya memasuki camp ketika mobil ayahnya pergi meninggalkannya. “Perpisahan yang mengharukan.” Yeosang yang terkejut karena tiba-tiba ada yang berbicara, secara refleks menjatuhkan kopernya. “Astaga” seru Yeosang. “Maaf, aku mengejutkanmu ya?” Tanya orang itu.

“Iyaa” seru Yeosang. “Maaf hehe.. Perkenalkan aku Hongjoong, son of Zeus. Harusnya ka Eden yang menjemputmu, tapi dia harus mengurus monster yang mengejarmu, jadi aku disini” kata orang tersebut atau Hongjoong. “Yeosang, son of Aphrodite” kata Yeosang memperkenalkan dirinya.

“Aku sudah tau. Kamu jadi bahan pembicaraan tau ga?” Kata Hongjoong. “Kenapa?” Tanya Yeosang. “Ayo sambil masuk. Akan aku jelaskan” kata Hongjoong. Yeosang pun mengambil kopernya dan menariknya. Ia berjalan di samping Hongjoong dengan tenang.

“Anak Aphrodite biasanya adalah wanita. Makanya ketika Aphrodite datang ke camp dan mengatakan bahwa anak laki-lakinya akan datang ke Camp membuat kami semua heboh” kata Hongjoong.

“Tapi, memangnya kenapa dengan anak Aphrodite tapi berjenis kelamin pria?” Tanya Yeosang. “Belum pernah ada kejadian seperti itu. Tapi, aku punya hipotesa” kata Hongjoong. “Apa tuh?” Tanya Yeosang. “Mematikan” kata Hongjoong sambil menatap Yeosang.


Yeosang diantar sampai kabin Aphrodite. Dan ada seorang wanita yang menyambutnya. “Ini saudaramu. Namanya Sakura. Sakura, ini Yeosang” kata Hongjoong. “Hai Yeosang, senang bertemu denganmu” kata wanita tersebut yang diperkenalkan sebagai Sakura. Yeosang mengakui saudaranya ini benar-benar cantik dan indah.

“Hai Sakura” sapa Yeosang. “Aku tinggal ya? Jangan lupa sarapan besok pagi” kata Hongjoong. “Terima kasih Hongjoong sudah mengantar saudaraku” kata Sakura. Hongjoong mengangguk kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

“Dulu dia pemalu banget. Sejak pacaran sama Seonghwa, mulai nunjukin sifat Zeusnya. Dasar Hongjoong” kata Sakura. “Seonghwa siapa?” Tanya Yeosang. “Pacarnya Hongjoong, son of Athena. Orang paling bijaksana yang pernah aku temuin. Tapi kalo di Arena, gila banget” kata Sakura. Yeosang jadi ikut bergidik ngeri. “Dah sana tidur. Kamarmu disitu. Aku besok pagi harus ke dapur lebih pagi buat nyiapin makanan. Aku kirim orang buat anterin kamu ke dapur nanti” kata Sakura.

Yeosang pun mengangguk dan ia pun pergi ke kamarnya untuk beristirahat. “Hah... Semangat Yeosang. Kehidupanmu mulai sekarang berubah” kata Yeosang.

Keesokan paginya, Yeosang terbangun karena ada yang berteriak sambil memanggil namanya. “YEOSANG!! AYO BANGUN!! NANTI GA DAPET MAKAN LOH!!” Yeosang pun mengerang dan akhirnya ia terbangun. Yeosang mengganti piyamanya dengan kaus kasual dan keluar dari kabinnya.

Yeosang mendapati 4 orang di hadapannya. “Yeosang kan? Kenalin, aku Wooyoung, son of Hermes. Ini Yunho, saudara gue. Ini San, son of Hades dan ini Mingi, son of Poseidon” kata salah satu orang dengan rambut hitam-blonde. Yeosang yakin dia pasti yang berteriak memanggilnya, karena suaranya mirip.

“Hah, wait. Tadi, San sama Mingi anak siapa?” tanya Yeosang. “Anak tiga dewa besar. San anaknya Hades, Mingi anaknya Poseidon. Anaknya Zeus ya ka Hongjoong” kata Wooyoung. “Kaget ya? Hehe.. Santaii.. Kita ga sangar kaya ka Hongjoong kok” kata San. Yeosang mengerutkan dahinya. San ini beneran anak Hades? Kok ga nyeremin?

“Udah ayo makan. Nanti keburu abis makanannya” kata Mingi sambil merangkul Yeosang. “Aduhh. Iya iya sabar dong” kata Yeosang. Kelimanya pun berjalan menuju dapur bersama. Terlihat sudah banyak orang yang berkumpul untuk sarapan.

“Ayo cepet ambil sarapannya. Nanti keburu penuh kursinya” kata Yunho sambil mendorong Yeosang masuk ke dalam barisan. Setelah mengambil makanan, kelimanya mengedarkan pandangan ke seluruh tempat. Mencari tempat yang kosong.

“Oh itu ada sama ka Seonghwa, ka Hongjoong” kata Wooyoung. Belum Yeosang protes, mereka sudah berjalan menuju meja yang Hongjoong dan Seonghwa gunakan. “Ka Hwa, kita ikut disini ya” kata Yunho. “Silahkan” kata orang yang dipanggil Seonghwa tadi. “Ayo Yeosang duduk” kata San.

Yeosang pun duduk di kursinya, tepat di sebelah San. “Kamu Yeosang? Selamat datang di Camp!! Aku Seonghwa, son of Athena” kata Seonghwa. “Aku sudah tau. Sakura semalam memberitauku kalau kakak pacarnya ka Hongjoong” kata Yeosang. “Sakura juga seumuran dengan kami. Harusnya kamu memanggilnya kakak juga” kata Hongjoong.

Oke Yeosang baru tau. Salah sendiri Sakura tidak memberitaunya. “Wooyoung, abis ini, ajak Yeosang berkeliling” kata Seonghwa. “Siap!!” Seru Wooyoung. Yeosang ingin menolak, tapi dia tidak enak pada Seonghwa. Soalnya Wooyoung berisik :(

“Haiii!!” Seorang pemuda dengan senyum menggemaskan datang menghampiri mereka. “Jongho!! Sini duduk.. Ya ampun jarang banget liat kamu” kata Seonghwa yang langsung menyuruh Jongho duduk di sampingnya. “Hai Ka Hwa!! Aku lagi sibuk bikin strategi latihan sama ka Eunbi jadi jarang makan bareng” kata pemuda yang dipanggil Jongho itu.

“Siapa dia?” Tanya Yeosang sambil berbisik pada San. “Anak kesayangannya Ka Seonghwa. Jongho, son of Ares” kata San. “Halo, anak baru kan? Jongho, son of Ares” kata Jongho sambil mengulurkan tangannya pada Yeosang. “Yeosang, son of Aphrodite” kata Yeosang sambil menjabat tangan Jongho.

“Aku tidak sabar bertemu denganmu di arena” kata Jongho. San, Mingi dan Hongjoong pun terkejut saat Jongho berkata seperti itu. Begitu pula Seonghwa. Sedangkan Yunho dan Wooyoung terkesan tidak peduli dan melanjutkan makan mereka.

Ketika seorang anak Ares berkata seperti itu, tandanya, orang tersebut adalah petarung yang hebat. “Sangat menarik melihat pria yang merupakan anak Aphrodite memiliki bakat petarung” kata Hongjoong. “Betul. Tinggal dilatih, dan dia bisa sangat mematikan. Kartu As” kata Jongho.

“Tunggu, dari kemarin kalian bilang aku mematikan. Emangnya kenapa sih?” Kata Yeosang. “Aphrodite punya kekuatan charmspeak dimana semua orang akan menurutimu, karena kalian terlalu indah. Dan kamu cowo. Lebih bahaya lagi” kata Seonghwa. Yeosang memijit dahinya, tidak tau jika keberadaannya begitu berbahaya.

“Tapi tidak apa. Asal kamu tidak berniat mengkhianati para dewa, bakatmu tidak akan mematikan bagi kami” kata Jongho. Yeosang meneguk ludahnya sendiri. Benar-benar anak Ares di hadapannya ini tidak kenal takut.

“Bagaimana jika kamu ikut denganku ke arena habis ini?” tanya Jongho.


Yeosang mempertanyakan dirinya yang setuju untuk mengikuti Jongho ke arena. Arena itu sebenarnya adalah padang rumput yang luas, dan ada beberapa orang yang sedang berlatih pedang, panah dan pistol. Jongho berjalan menuju seorang wanita dengan rambut pendek hitam.

“Ka Eunbi!! Aku bawa orang baru” kata Jongho. Wanita yang dipanggil Eunbi itu pun berbalik dan Yeosang tercekat akan pandangan wanita itu. Sangat tajam dan seolah-olah dapat membunuhnya kapan saja. “Son of Aphrodite?” tanya Eunbi. Jongho mengangguk.

“Kenalkan, aku Eunbi, daugther of Ares. Aku pemimpin kabin Ares sekaligus pemimpin pasukan” kata Eunbi. “Halo ka Eunbi” kata Yeosang. “Aku bisa merasakan bakat petarung luar biasa dalam dirimu” kata Eunbi. “Benarkah?” Tanya Yeosang. Eunbi mengangguk, “tinggal dilatih saja” lanjutnya.

“Kamu yang latih ya” kata Eunbi sambil menepuk kepala Jongho. “Ehhh?? Kenapa aku?” Tanya Jongho. “Kamu yang nemuin dia pertama kali. Jadi kamu yang latih” kata Eunbi. “Baiklahh” kata Jongho. “Selamat tinggal. Belajar dari Jongho ya, dia galak” kata Eunbi sambil menepuk bahu Yeosang dan pergi meninggalkan keduanya.

“Ka Yeosang, pegang pedang ini. Kemudian angkat seperti ini” kata Jongho sambil memberikan pedang pada Yeosang. Yeosang pun mengikuti arahan Jongho. “Kakak harus melindungi titik vital kakak. Jangan sampai musuh liat kalo bagian itu kosong dan nyerang kakak” jelas Jongho.

Yeosang pun belajar banyak dari Jongho. Yeosang akui Jongho adalah petarung yang hebat. Jongho juga sabar mengajari Yeosang yang adalah pemula. “Sampai sini aja dulu ka. Besok kita latihan lagi” kata Jongho. “Oh? Kenapa?” Tanya Yeosang. “Kakak pasti cape. Pertama kali belajar” kata Jongho. “Lumayan sih” kata Yeosang. “Nahh, kakak bisa pulang ke kabin kalo mau. Sampai ketemu besok!!” Seru Jongho sambil merapikan pedang yang mereka gunakan tadi dan pergi menjauhi Yeosang.

Yeosang memperhatikan Jongho yang pergi sambil tersenyum. Ia pun berbalik, bermaksud untuk kembali ke kabinnya dan terkejut ketika mendapati dua anak Hermes di hadapannya. “Gimana latihannya?” Tanya Yunho. “Lumayan cape” kata Yeosang. Wooyoung pun memberikan dua coklat pada Yeosang. “Kalian dapet darimana?” Tanya Yeosang.

“Kita kan anak Hermes” kata Yunho. Tidak menjawab pertanyaan Yeosang sih tapi yaudahlah. “Kasih buat Jongho. Bilang aja kalo itu dari kamu” kata Wooyoung. Kemudian Yunho dan Wooyoung pun pergi meninggalkan Yeosang. “Kak? Belom pulang?” Tanya Jongho yang tiba-tiba muncul. “Eh ini mau pulang. Btw, buat kamu” kata Yeosang sambil memberikan coklat tersebut.

Yeosang dapat melihat rona merah samar di pipi Jongho. Yeosang gemas!! “Terima kasih ka” kata Jongho.

Jongho pun mendudukan dirinya di trotoar. Di hadapannya, ada San, Wooyoung, Yunho dan Mingi. Hongjoong tidak bisa menemani mereka mencari Yeosang karena ada urusan dan Seonghwa yang sibuk mengerjakan tugas.

“Ka Yeosang tuh kemana sih?? Kerjaannya bikin pusing orang” kata Jongho. Jongho merapatkan kakinya dan ia melipat tangannya. Setelah itu, ia menundukkan dirinya. Yap, benar, Jongho menangis. Si bungsu itu jarang menangis, dan jika ia menangis, berarti ia memang sangat lelah.

“Jongho.. Jangan nangis, kita cari lagi ya?” Kata Wooyoung sambil menepuk bahu Jongho. “Mending lo berdua pulang, San, Woo. Kalian udah nyari dari sore. Kalian belom mandi” kata Mingi. “Jongho gimana?” Tanya San. “Sans, ada kita. Dah lo balik ya? Gantian sama kita” kata Yunho. “Yodah, gue balik ya.. Gapapa kan Jong kalo abang balik?” Tanya Wooyoung.

“Iya bang gapapa. Makasih banyak” kata Jongho. “Kalo Yeosang ada kabar, kabarin ya?” Kata San. “Iyaa” kata Jongho. Kemudian, San dan Wooyoung pun pergi meninggalkan mereka bertiga. “Terus, sekarang, kita mau nyari kemana lagi?” Tanya Mingi. “Gatau bang. Cape banget gue” kata Jongho. “Coba telepon Yeosang lagi. Siapa tau dia angkat” kata Yunho.

Jongho pun kembali menghubungi Yeosang. “ADA NADA SAMBUNG!!” seru Jongho. Pasalnya, sedari sore, ketika Jongho berusaha menghubungi Yeosang, dikatakan bahwa hp Yeosang tidak aktif. Kemudian, nada dering itu pun berhenti. Jongho menggigit bibirnya, menunggu jawaban dari seberang sana.

Jongho?” Jongho rasanya ingin menidurkan dirinya di jalan saat ini ketika mendengar suara Yeosang. “KANG YEOSANG LO DIMANA SIH HAH? BIKIN KHAWATIR TAU GA?” seru Jongho. Mingi dan Yunho pun heboh sendiri ketika Jongho menjawab seperti itu, tandanya Yeosang menjawab telepon Jongho.

Maaf” kata Yeosang di seberang sana. “Dah sekarang share loc, lo ada dimana ka? Gue samperin” kata Jongho. “Lo sama siapa?” Tanya Yeosang. “Bang Igi sama bang Yunho” kata Jongho. “Mereka suruh pulang aja. Gue pengen ketemu lo doang” kata Yeosang.

“Bang, kalian berdua pulang ya? Ka Yeo maunya gue aja yang nyamperin” kata Jongho pada Mingi dan Yunho. “Beneran gapapa lo sendiri?” Tanya Yunho. “Benerann.. Gue kan cowo juga, bang. Kabarin aja kalo ka Yeo udah ketemu dan gue lagi nyamperin kesana” kata Jongho. “Oke. Yeosang, ini terakhir kalinya lo ngilang ya anjir. Ga bakal gue cariin lagi kalo ada kedua kali” kata Mingi.

Iya-iya. Aku dah share loc Jong. Hati-hati” kata Yeosang. “Oke” kata Jongho. “Hati-hati Jong” kata Yunho. “Siap bang!! Sampe ketemu besok!!” Seru Jongho. Jongho pun menggunakan helmnya dan mulai melajukan motornya menuju tempat Yeosang.


Jongho memarkirkan motornya di sebuah hotel & villa. Jongho melihat ada mobil Yeosang terparkir disana. Jongho pun memarkirkan motornya di parkiran motor dan segera masuk ke dalam. “Permisi, saya udah ada janji dengan Kang Yeosang” kata Jongho pada resepsionis hotel tersebut.

“Oh silahkan jalan lurus terus ke belakang, ka. Disana ada satu rumah, nah itu villa punya keluarga Kang” kata resepsionis tersebut. “Terima kasih” kata Jongho. Jongho pun segera berjalan menuju rumah yang dimaksud. Dan ketika Jongho sampai, Jongho terperangah melihat pemandangan di tempat itu.

Tempat itu terpisah dengan hotel di depan. Seperti ada pagar pembatas dan ada rumah bergaya modern di dalam pagar pembatas. Ketika Jongho keluar dari hotel, Jongho dapat melihat pemandangan kota pada malam hari. “Jongho!!”

Jongho menoleh dan mendapati Yeosang yang sedang duduk di rumput dan memandangi pemandangan kota. Jongho mendekati Yeosang dan duduk di samping pria tersebut. “Bagus ya??” Tanya Yeosang. “Iya bagus banget” kata Jongho. “Maaf. Kamu pasti khawatir banget” kata Yeosang.

“Aku tadi baca comment. Banyak yang bilang kalo nilaiku ga murni. Kemenanganku ga murni karna papaku rektor” kata Yeosang. Jongho mau membalas perkataan Yeosang sebelum pipinya dikecup oleh Yeosang. “Sabar. Aku belom selesai. Dan aku kesel banget ketika mereka bawa-bawa anak tongkrongan. Bawa-bawa kamu.

Dibilangnya kalian ga ada yang bener lah, apalah. Aku kesel banget, mereka gatau realitanya kaya apa. Dan aku kesel sama diri aku sendiri karena aku ga bisa belain kamu. Makanya aku kesini. Papa lupa kalo kita punya tempat ini atas namaku, dan aku sering kesini kalo lagi kalut” jelas Yeosang panjang lebar.

“Ka..” kata Jongho. “Maaf. Harusnya aku ga langsung kabur” kata Yeosang. “Ka Yeo, kita ga perlu denger omongan orang lain yang jelek. Emang orang lain tuh demen banget komentarin hidup orang. Nahh, kitanya gausah dengerin omongan yang ga guna itu. Kalo ada omongan dari orang lain, ambil yang baiknya aja. Yang buruknya gausah dengerin. Ngerti pacarnya Jongho?” Kata Jongho sambil menangkup pipi Yeosang.

“Iya iya.. Maaf ya.. Aku janji ga bakal kabur lagi” kata Yeosang. “Gitu dong..” kata Jongho. Yeosang pun menyandarkan kepalanya di bahu Jongho. “Izin ke tante, Jong. Bilangin kamu nginep sama aku” kata Yeosang. “Iya.. Kakak udah bilang sama om?” Tanya Jongho. “Udah sayang” kata Yeosang.

Malam itu, pemandangan kota ketika malam hari, menutup kisah manis antara Yeosang dan Jongho. Dalam hatinya, Yeosang berjanji untuk tidak kabur lagi dan memilih perkataan yang baik dan berguna untuknya.

Yeosang saat ini sedang duduk di kantin. Teman-teman dan kekasihnya masih ada urusan, sehingga Yeosang sebagai introvert yang berdedikasi, lebih memilih menyendiri di pojokan kantin.

Tangan kanannya mengapit rokok dan tangan kirinya sedang melakukan scrolling di sosial media. Yeosang tersenyum bangga ketika ia melihat nama dan fotonya terpampang di sosial media kampus karena kemenangannya di lomba kemarin.

“Ga sia-sia gue belajar dari pagi ketemu pagi” gumam Yeosang. Yeosang menekan kolom komentar postingan tersebut. Tangannya terus berselancar di kolom komentar tersebut. Sampai, tangannya berhenti ketika melihat beberapa komentar yang kurang mengenakan.

Eh ini Yeosang yang anak rektor itu? Dia nyuap panitianya ga sih biar menang

Enak banget ya jadi anak rektor, nilai sama lomba lancar banget

Nilai Yeosang murni ga sih? Jangan-jangan hasil manipulasi

Bisa jadi, soalnya kerjaan dia kan nongkrong doang

Kok Jongho mau sama Yeosang yang anak berandalan gitu sih? Oh dianya juga anak tongkrongan sih

Anak tongkrongan itu ga ada yang bener

Sudah!! Yeosang tidak tahan membaca komentar itu lagi. Yeosang pun mematikan koneksi internetnya. Ia beruntung jika ia tadi membawa mobil. Ia pun melajukan mobilnya pergi ke suatu tempat. Dimana hanya ia sendiri yang tau tempat tersebut.


Jongho menghela nafasnya lega setelah kelas terakhirnya selesai. “Akhirnya selesai juga” kata Jongho. “Jongho!! Tolong ambilin proposal di rektor dong. Udah ditanda tangan katanya. Gue mau ngurus venue dulu” kata teman Jongho yang merupakan ketua dari Himpunan Jurusannya.

“Yahh harus gue banget nih?” Tanya Jongho. Bukannya kenapa, dia malu sebenernya :) Rektor kampusnya kan ayahnya Yeosang. Walaupun dia pernah ketemu ayah pacarnya itu di luar kampus, tetep aja dia malu :'))

“Iya Jong, lo doang yang lagi nganggur. Anak-anak lain lagi ngurusin venue juga” kata temannya itu. “Yaudah oke. Nanti langsung gue anter atau gimana?” Tanya Jongho. “Lo bawa balik dulu juga gapapa. Bawa besok aja” kata temannya itu. “Okee” kata Jongho. “Makasih ya mbul~~” kata temannya itu. “Ishhh iya iya” kata Jongho.

Jongho pun berjalan menuju ruangan rektor. Tangannya mengetuk pintu tersebut dan masuk ke dalam ketika diperbolehkan masuk. “Selamat sore, pak. Saya dapat info katanya proposal acara jurusan Ilmu Komunikasi sudah disetujui. Saya diminta untuk mengambil proposalnya pak” kata Jongho.

“Oh iya iya, ini proposalnya. Maaf ketahan dua hari di saya, soalnya saya masih ada urusan” kata rektor kepada Jongho sambil memberikan satu proposal. “Terima kasih pak. Saya izin keluar ya pak” kata Jongho. “Tunggu sebentar Jongho” kata rektor.

Jantung Jongho pun berdegup kencang. “Jongho, om boleh minta tolong?” Tanya rektor. Jongho mengerutkan dahinya. Rektor sekaligus ayah Yeosang ini mulai menggunakan panggilan yang biasa ia gunakan untuk memanggil pria itu. “Boleh om. Kenapa ya?” tanya Jongho. “Yeosang. Dia ga angkat telepon om dari pagi. Dichat juga ceklis satu. Om cek cctv rumah sama apartemen, dia ga ada disana” jelas ayah Yeosang.

Jongho pun panik. Ia mulai menggigit bibirnya, memikirkan kira-kira kemana Yeosang akan pergi. “Tolong cari Yeosang ya, Jongho? Yang penting om tau dia ada dimana” kata ayah Yeosang.


“HAH? YEOSANG NGILANG??” Tanya San. Saat ini Jongho sedang berbincang dengan San dan Wooyoung. Keduanya kebetulan masih berada di kampus dan keduanya adalah sahabat terdekat dari Yeosang. Barangkali Jongho menemukan titik cerah dimana keberadaan Yeosang.

“Aduh Kang Yeosang bener-bener bikin pusing” kata Wooyoung sambil memijat dahinya. “Bang, abang gatau tempat sembunyi ka Yeosang? Abang kan udah temenan lama sama ka Yeo” kata Jongho pada Wooyoung. “Gatau Jong. Sumpah.. Selama ini gue cuma tau apartement dia” kata Wooyoung.

“Apalagi gue, Jong. Gue kan baru kenal deket sama Yeosang pas SMA” kata San. Bahu Jongho auto lemas. Dia khawatir banget sama Yeosang. “Duh ka Yeosang kemana sih?? Bikin khawatir aja tau ga!!!” Seru Jongho.

“Tenang, tenang. Kita bantuin cari deh ya? Kebetulan kita bawa motor masing-masing” kata San. “Iya deh. Lo pulang dulu aja. Mandi, makan abis itu baru nyari Yeosang lagi” kata Wooyoung. “Tapi bang...” Kata-kata Jongho pun dipotong oleh San. “Gue tau lo khawatir, tapi pikirin badan lo juga. Jadi mandi dulu, trus makan. Baru kita cari Yeosang” kata San.

“Iya bang..” kata Jongho. Dan akhirnya Jongho pun kembali ke rumahnya, sedangkan San dan Wooyoung mencari Yeosang.

Mingi memarkirkan motornya di halaman parkiran kampus. Seungmin pun turun dari motor Mingi. “Banggg sampe kapan sih gue pura-pura? Bosen nih ketemu lu mulu” kata Seungmin. “Anjir, adek bangke lo” kata Mingi sambil pura-pura mau menjitak Seungmin.

“Gausah anterin gue pulang ntar. Gue ntar dijemput pacar gue” kata Seungmin. “Pacar lo yang mana sih?” Tanya Mingi. “Kepo. Pacar gue om-om” kata Seungmin. “HEH” kata Mingi. “BECANDA ELAH!! Cuma beda dua tahun sama lo” kata Seungmin.

“SONG MINGIII!!” Teriakan itu membuat Mingi dan Seungmin menoleh, dan ternyata Yunho datang kesana. Yunho berlari ke arah Mingi dan menonjok wajah Mingi. Beneran ditonjok sampai Seungmin meringis ketika melihat sudut bibir Mingi yang berdarah. “LO BANGSAT BANGET TAU GA? HIKS GUE BENCI TAU GA!!” seru Yunho yang akhirnya menangis sambil memeluk Mingi.

Mingi tersenyum kemudian mengelus punggung Yunho. “Maaf.. Gue cuma pengen tau perasaan lo yang sebenernya sama gue” kata Mingi. “Hiks.. Lo.. Gue benci sama lo.. Bangsat banget” kata Yunho sambil memukul-mukul punggung Mingi. “Iya, katain aja terus sampe puas” kata Mingi.

Yunho pun kemudian melepaskan pelukannya dari Mingi. Mingi menghapus air mata Yunho sambil tersenyum. “Dah jangan nangis lagi. Lo jelek banget kalo nangis” kata Mingi. “YA LO PIKIR GUE NANGIS GARA-GARA SIAPA?” Kata Yunho dengan marah. “Yaampun galak banget” kata Mingi sambil memeluk Yunho.

“Duh gue pergi ya? Ganggu orang pacaran” kata Seungmin. Yunho melepas pelukannya pada Mingi, dia lupa pada Seungmin. “Sorry ya ka Yunho. Gue dijanjiin album band Enam Hari sama si tiang sutet ini. Lagian gue dah punya pacar kok ka. Long last ya” kata Seungmin sambil menepuk Yunho. “Dan sekarang, mana bayaran gue? Buruan. Gue mau co album Enam Hari” kata Seungmin.

“Cih, ntar gue tf” kata Mingi. “Dih jahat banget lo bang” kata Seungmin. “Mingi, kasih duitnya. Lo dah janji sama adek lo” kata Yunho. “Gue ga pegang cash Yun” kata Mingi. “Ihh lo mah banyak alesan. Awas ntar belom transfer ya” seru Seungmin sambil pergi meninggalkan Yunho dan Mingi.

“Adek lo gemesin” kata Yunho. “Aslinya ganas sih. Gue bingung pacarnya bisa tahan sama dia” kata Mingi. “Namanya juga sayang Gi” kata Yunho. “Oh iya!! Jadi, lo kenapa mau ketemu sama gue?” Kata Mingi. Yunho terdiam, kemudian menggigit bibirnya dengan ragu.

“Gue mau ngomong” kata Yunho. “Ngomong apa?” Tanya Mingi. “Guesayangsamalo” kata Yunho dengan cepat. “Hah? Apa? Jangan cepet-cepet Yun, dah tau gue lemot” kata Mingi. Ini beneran Mingi ga denger apa yang Yunho bilang.

“Gue sayang sama lo” kata Yunho. Mingi pun terkejut, namun ia langsung tersenyum hingga memamerkan giginya alias nyengir. “Gue juga sayang sama lo. Sayang bangettt” kata Mingi. Yunho pun memeluk Mingi lagi, sangat erat. “Kamu sekarang jadi pacarku ya!!” Kata Yunho. “Harusnya aku yang bilang?” Kata Mingi.

“Kelamaan!!! Kamu punyaku sekarang” kata Yunho. Mingi pun terkekeh, kemudian menepuk punggung Yunho. “Iyaaa, aku punya kamu sekarang. Dan kamu punyaku” kata Mingi.

Ah akhirnya kisah mereka berakhir indah. Semoga Yunho ga denial lagi ya dengan perasaannya!!