Sunshinecjh

Jongho terbangun dengan mata yang berat. “Ung?? Celana Jjongie basah” kata Jongho sambil memperhatikan celana pendeknya yang basah. Jongho pun turun dari kasur dan berjalan dengan merangkak keluar kamarnya bersama Yeosang dan Wooyoung.

Sesampai di ruang tamu, Jongho melihat ada Hongjoong dan Wooyoung yang tertidur di sofa. “Hngg pacii..” kata Jongho sambil mengerucutkan bibirnya. Matanya berbinar ketika menemukan tas milik Hongjoong di samping sofa! Jongho ingat kalau hyungnya selalu menyimpan pacifier miliknya di tas.

Jadi Jongho merangkak menuju tas Hongjoong. Setelah itu, Jongho menempatkan tas itu di antara kedua kakinya. “Paci.. Pacii” gumam Jongho. Kemudian, Jongho tersenyum ketika tangannya mendapatkan pacifier berwarna kuning dengan gambar bebek.

Tangannya langsung membuka tutup pacifier tersebut dan ia memasukkan pacifier ke mulutnya. Jongho mulai merangkak menuju kamar Yunho dan San. “Shibel!!!” Pekik Jongho ketika mendapati boneka milik San ada di lantai. Sepertinya San tidak sengaja melemparnya hingga jatuh saat tertidur.

Jongho pun menidurkan kepalanya di atas Shiber dan mulai menjemput tidurnya.


Yeosang terbangun karena mencium aroma yang kurang mengenakkan. “Bau banget. Bau apaan nih?” Kata Yeosang. Yeosang bangun dan berjalan menuju kasur Jongho. “Dia slip?” Tanya Yeosang waktu menemukan sprei kasur Jongho yang basah. Untungnya, tidak sampai terkena kasur karena ada lapisan karet di atas kasur Jongho. antisipasi.

Yeosang mengambil ponsel Jongho yang tergeletak begitu saja. Ketika dilihat, ternyata ada banyak hate comment yang ditunjukkan ponsel tersebut. “Pantes aja slip” kata Yeosang sambil mengunci ponsel Jongho dan menyimpannya di laci nakas.

Yeosang segera berjalan keluar kamarnya dan tidak menemukan Jongho di ruang tamu. “Waduh, anaknya kemana?” Tanya Yeosang. Yeosang segera masuk ke kamar Seonghwa. Bermaksud membangunkan member tertua itu. “Hyung, Jongho slip. Dia ngompol tapi anaknya ga ada” kata Yeosang.

Seonghwa langsung terduduk ketika mendengar ucapan Yeosang. “Di ruang tamu ga ada?” Tanya Seonghwa. “Ga ada hyung” kata Yeosang. Seonghwa segera bangun dan keluar dari kamarnya. Yeosang menyalakan lampu ruang tamu. “Liat, tasnya Hongjoong berantakan. Pasti diacak-acak Jongho” kata Seonghwa.

“Hng?? Jam berapa ini?” tanya Hongjoong yang terbangun karena cahaya lampu. “Maaf Joong. Tapi Jongho slip, terus ini kita lagi nyari dia” kata Seonghwa. “Coba cek kamar anak-anak lain” kata Hongjoong. “Kamu cek kamar Yunho, San. Aku cek kamar Mingi” kata Seonghwa sambil mendorong Yeosang.

Seonghwa membuka pintu kamar Mingi, dan ternyata tidak ada Jongho di dalamnya. “Hyung, ada disini” kata Yeosang. Seonghwa berjalan menuju kamar Yunho dan San, kemudian tersenyum melihat Jongho yang tertidur pulas di lantai. “Aduh kamu ini ya, bikin khawatir” kata Seonghwa.

“Hngg?? Hyungiee?? Ini Shibel!!” Kata Jongho yang terbangun karena suara Seonghwa. “Iya ini shiber punya San hyung. Kita ganti celana yuk? Celana Jjongie basah” kata Seonghwa. “Ung!!” Angguk Jongho sambil merentangkan tangannya. Meminta Seonghwa menggendongnya. “Astaga bayi besar. Yeosang, tolong siapin alas karet, diaper sama celana baru buat Jongho ya” kata Seonghwa.

Yeosang segera mengambil alas karet dan juga diaper. Ternyata Hongjoong dan Wooyoung juga sudah terbangun. “Joong, tolong gantiin sprei Jongho dong. Wooyoung, tolong temenin Jongho main biar dia diem. Yeosang tolong ambilin air di baskom. Pake air anget ya. Buat bersihin bagian bawahnya Jongho” kata Seonghwa.

Ketiganya pun mengangguk. Yeosang segera pergi ke kamar mandi dan mengambil air hangat di baskom. Hongjoong juga segera pergi ke kamar Jongho dan mengganti spreinya. Wooyoung menempatkan dirinya di dekat kepala Jongho. “Jjongieee!! Liat nih hyung punya apa” kata Wooyoung sambil membentuk tangannya seperti kupu-kupu.

Namun Jongho memegang jari-jari Wooyoung dan hanya memainkannya. “Yaampun lucu bangetttt” kata Yeosang. “Abis ngapain dia? Kok bisa slip?” Tanya Seonghwa yang masih sibuk membersihkan bagian bawah Jongho. “Baca hate comment. Tadi aku sempet liat hpnya” kata Yeosang. “Pantesan” kata Wooyoung.

Seonghwa pun menyelesaikan pekerjaannya memasangkan diaper pada Jongho. “Dah, selesai” kata Seonghwa sambil mendudukkan Jongho. “Jjongie lapar?? Mau hyung bikinin mam?” Tanya Seonghwa. Jongho menggeleng sambil memeluk Shiber. “Mau susu..” kata Jongho. “Oke hyung bikinin yaa” kata Seonghwa.

“Hwa, aku udah ganti sprei Jongho ya. Ini aku mau mandi, mau ke agensi” kata Hongjoong. “ANI.. ANI.. HYUNGIE.. HUWAAAAA!!” Tiba-tiba Jongho menangis dengan keras mendengar Hongjoong yang mau pergi ke agensi. Jongho segera bangun dan berlari kecil menuju Hongjoong. “Ani.. Ani.. Hyungie dicini aja.. Nda boyeh pelgiii” kata Jongho dengan cadel.

“Aduhh.. Gimana ini??” Tanya Hongjoong sambil menepuk-nepuk Jongho yang menangis. “Jjongie~~~ Kenapa nangis sayang??” Ternyata itu San yang datang. Hongjoong melihat Mingi dan Yunho yang terbangun juga. Pasti karena tangisan Jongho. “Joong hyungie.. Mau pelgi.. Hiks” adu Jongho pada San.

“Udahlah hyung, dia lagi sensitif. Hari ini gausah ke studio dulu. Eden hyung pasti ngerti kok” kata San. “Kenapa sensitif banget ya??” Tanya Hongjoong sambil mengelus kepala Jongho yang masih terisak. “Oh? Demam” kata Hongjoong. “Hah? Demam?” Tanya Seonghwa. “Iya nih anget badannya” kata Hongjoong. “Pantesan aja sensitif banget” kata Yeosang.

“Waduh, kalo gitu aku mandi dulu ya” kata Yunho yang langsung bangun dari sofa dan beranjak ke kamar mandi. Biasanya kalau sakit, Jongho akan menempel pada Yunho seharian. Makanya, Yunho mau menyelesaikan rutinitas paginya dulu.

Jongho merangkak menuju Hongjoong dan mendudukan dirinya di paha Hongjoong sambil memeluk lehernya. Hongjoong bisa merasakan hawa panas dari tubuh adiknya itu. “Wah, demam beneran ini mah” kata Hongjoong. “Nih Jjongie, minum susu dulu ya” kata Seonghwa sambil memberikan botol susu pada Jongho.

Jongho tidak mengambil susunya dan malah menenggelamkan hidungnya di leher Hongjoong. “Aku pegangin aja Hwa” kata Hongjoong. “Mau Yuno hyung..” kata Jongho. “Yunho hyungnya lagi mandi, baby” kata Wooyoung. “Sama hyung dulu mau? Tapi susunya diminum” kata Mingi. Jongho pun merentangkan tangannya pada Mingi dan Mingi menggendongnya.

Jongho mengambil botol susu yang dipegang Seonghwa dan meminumnya pelan-pelan. Mingi mengelus kepala Jongho pelan. “Aduh pusing ya?? Adek pusing hm??” Tanya Mingi. “Igi hyung nda boyeh pelgi..” kata Jongho pelan. “Iyaa hyung ga akan pergi kok” kata Mingi. “Hyung yang lain juda.. nda boyeh pelgi.. sama Jjongie aja” kata Jongho lagi. “Engga kok. Siapa yang mau ninggalin anak lucu kaya Jjongie??” Kata San.

“Udah selesai mandi nih. Mana Jonghonya?” Kata Yunho yang sudah segar. “Hyunggg..” Jongho merentangkan tangannya, meminta Yunho menggendongnya. “Dah Yun, kamu jagain si bayi dulu ya. Kita mau masak, sama bebersih rumah” kata Seonghwa. “Yeosangie hyung...” panggil Jongho.

“Yeosang!! Dipanggil nih” seru Yunho. “Kenapa sayang?” Tanya Yeosang. “Dicini aja..” kata Jongho. “Tapi hyung harus beresin kamar kita, baby. Hyung bersih-bersih dulu ya?? Abis itu kita main” kata Yeosang. Jongho mengerucutkan bibirnya tapi mengangguk. Yeosang pun pergi untuk beberes kamar mereka.

Tidak lama setelah minum susu, Jongho pun terlelap di pangkuan Yunho. “Kasiann.. pasti dia nangis semaleman karna baca hate comment terus jadinya demam. Karna demam jadinya slip” kata Yunho sambil mengelus rambut Jongho. “Aku tuh pengen larang dia main hp, tapi mana bisa” kata San.

“Segimana pun kita suka waktu dia slip, kita ga suka kalo dia slip karena dia stress berat” kata Mingi. “Walaupun dia keliatan kuat, tetep aja dia yang paling muda di antara kita” kata Wooyoung. “Udahlah.. Biarin dia istirahat dulu. Kalian juga gunain waktu istirahat ini dengan baik. Jangan berisik ya” kata Hongjoong. “Siap hyung!!” Kata Yeosang.


Beberapa jam kemudian, Jongho terbangun. Jongho terkejut karena mulutnya tersumpal sippy cup dan terlebih lagi, ia saat ini berada di pangkuan Yunho. Karena terlalu terkejut, Jongho pun melempar sippy cupnya, kemudian terjatuh dari pangkuan Yunho. “Aduhh” rintih Jongho.

Hal itu membuat Yunho terbangun. Tidak hanya Yunho, tapi Mingi dan San yang tertidur di lantai pun ikut terbangun. “Jongho!! Astaga” kata Yunho sambil berjongkok di depan Jongho. “Ini Jongho, hyung” kata Jongho. “Kita tau. Tapi tetep aja, kamu jatoh dari sofa dan harus kita tolongin” kata San.

“Gapapa hyung. Aku bisa sendiri. Maaf udah nyusahin kalian” kata Jongho. “Siapa yang nyusahin sih Jongho?? Kamu kan maknae kita, ya kita urusin” kata Mingi. “Tapi ga ada orang normal yang mau nerima aku hyung. Maaf udah ganggu waktu libur kalian” kata Jongho sambil berdiri dan berjalan menuju kamarnya.

“Biarin aja dia sendiri dulu. Nanti juga pasti keluar” kata Mingi sambil menahan San dan Yunho yang mau menyusul Jongho.

Ketika Jongho masuk ke kamarnya, ia langsung mencari ponselnya tentu saja. “Dimana mereka menyimpannya?” Tanya Jongho. “Kamu nyari apa?” Jongho terkejut untuk kedua kalinya dan mendapati Yeosang. “Ponselku. Hyung simpen dimana?” Tanya Jongho. Yeosang menghela nafasnya dan menahan tangan Jongho. “Tidak ada ponsel hari ini. Sebelum aku atau member lain menghapus semua postingan jelek itu” kata Yeosang.

“Hyung tidak perlu segitunya. Apa yang mereka katakan memang benar. Aku tidak tampan seperti kalian dan hanya bisa menyusahkan kalian” kata Jongho dengan pelan. “Siapa yang menyusahkan?” Tanya Yeosang. “Aku!! Tidak ada orang normal yang menerimaku hyung. Dengan semua peralatan bayi itu!!” Seru Jongho.

“Berarti kami lah orang yang tidak normal itu” kata Yeosang dengan enteng. “Bukan itu poinnya hyung” kata Jongho. “Jongho.. Listen to me. Ketika kami memutuskan untuk debut bersamamu, artinya kami menerimamu apa adanya. Termasuk syndrome itu. Kami sudah berjanji untuk menjagamu, merawatmu. Sebagaimana adanya dirimu.

Walaupun kamu adalah member terkuat di dalam grup, kamu tetaplah maknae kami. Yang termuda di antara kami. Kami tidak akan meninggalkanmu. Paham?” Kata Yeosang. “Paham, hyung” kata Jongho pelan sambil menundukkan kepalanya.

“Sini” kata Yeosang sambil membawa Jongho ke dalam pelukannya. “It's okay.. Kami tidak pernah berpikir bahwa kamu menyusahkan. You're special” kata Yeosang. Dan Jongho pun meneteskan air matanya, terharu dan menyadari betapa semua hyungnya menyayangi dirinya.

“Kalian sampai kapan mau di kamar? Ayo makan.” Pintu kamar terbuka dan mendapati Seonghwa serta Wooyoung dan Hongjoong di depan pintu. “Hyunggg” kata Jongho sambil berdiri dan memeluk Seonghwa. Yeosang tersenyum dan ikut mendekati mereka.

“Anak pinter, abis ini kalo ada yang macem-macem sama kamu, bilang sama hyung, oke?” Kata Seonghwa. “Iya hyung!! Terima kasih sudah mau menerimaku” kata Jongho. “Kamu kan adik kami. Masa ga terima apa adanya?” Kata Hongjoong sambil mengusak rambut Jongho. “Dah ayo makan. Nanti ayamnya keburu diabisin sama Mingi” kata Wooyoung.

“MINGI HYUNG JANGAN ABISIN AYAMNYAAA” seru Jongho sambil berlari ke arah dapur. Seonghwa hanya menggeleng kecil melihat Jongho dan Mingi yang bertengkar memperebutkan ayam. “Ayo hyung, kita makan juga” kata Yeosang. Seonghwa mengangguk dan mereka pun makan bersama.

“Gue udah lama ga liat Yasa sama Mahes sejak mereka putus” kata Sena pada Sandy, William, Yohanes dan Jovi. “Gue masih sering liat ka Yasa. Dia kan anak BEM FISIP. Kalo ka Mahes gue ga pernah liat sama sekali” kata Jovi.

“FMIPA paling jauh sendiri sih. Jadi suka males jalannya” kata Yohanes. “Eh itu Yasa bukan sih??” Tanya William menunjuk seorang pemuda tinggi dengan rambut blonde. “Eh iya itu Yasa. YASA!!” Panggil Sena. Pemuda itu, Yasa, pun menengok ke arah Sena. “Oh?? Ka Sena?? Loh ada Sandy, William, Yohanes sama Jovi juga” kata Yasa ketika sampai di kursi yang diduduki Sena dan yang lain.

“Oy Yas, udah lama ga keliatan” kata Sandy. “Hehehe sibuk sama acara fakultas nih. Tanya aja sama Jovi” kata Yasa. “Gue mah nganggur ka. Anak PDD kan ribetnya di hari H” kata Jovi. “Bener juga HAHAHA” kata Yasa sambil tertawa.

“Eh btw, sorry nih gue nanya. Tapi, Mahes kemana?? Kok kayanya sejak kalian putus, Mahes ga keliatan?” Tanya William. Yasa tiba-tiba terdiam. Sorot matanya tiba-tiba berubah panik dan tanpa sadar, Yasa menggigit bibirnya sendiri.

“Yas, lo kenapa?? Lo gapapa??” Tanya Yohanes dengan panik. “Mahes.. Dia koma” kata Yasa.


“Halo Mahes... Apa kabarnya hari ini??” Tanya Yasa ketika masuk ke ruangan ICU, tempat Mahes yang sedang tertidur selama sebulan ini. “Mahes, hari ini aku ga dateng sendirian. Ada ka Sena sama Sandy disini. Di depan juga ada William, Yohanes sama Jovi yang bakal gantian nengokin kamu” kata Yasa sambil merapikan selimut Mahes.

“Mahes.. Apa kabar?? Sorry gue baru dateng.. Gue baru tau kalo lu comma” kata Sandy. “Dia masih bisa denger semua ucapan lo, San. Jadi kalo mau ngomong, ngomong aja hehe” kata Yasa. “Lo dari kapan disini terus?” Tanya Sena.

“Dari pertama kali Mahes masuk rs. Gue yang hubungin papa mamanya juga. Tapi papa mamanya kan di kota sebelah, jadi cuma bisa nengokin seminggu dua tiga kali aja. Jadi gue yang tiap hari disini” kata Yasa. “Kenapa lo jagain Mahes? Maksud gue, lu udah putus kan?” Kata Sena.

“Ka.. Mahes kecelakaan tepat setelah gue mutusin dia. Gimana gue bisa tinggalin dia?” Kata Yasa sambil memandang Sena.


“Kamu abis darimana??” Tanya Arjuna ketika Sena masuk ke apartemen mereka. “Oh Jun!! Kamu udah selesai rekaman??” Tanya Sena. “Iya udah. Dan jawab dulu pertanyaanku” kata Arjuna. “Aku abis ke rumah sakit” kata Sena.

“Siapa yang sakit??” Tanya Arjuna. “Hah.. Mahes kecelakaan sebulan lalu. Yasa ga cerita gimana kejadiannya, tapi intinya, Yasa mutusin Mahes, Mahes kecelakaan sampe koma dan sekarang Yasa jagain Mahes” cerita Sena. “HAH? SEBULAN LALU? YASA KOK GA CERITA??” tanya Arjuna.

“Dia ga cerita. Tapi aku yakin dia ngerasa bersalah. Karena kejadian Mahes kecelakaan terjadi tepat setelah Yasa mutusin Mahes” kata Sena. “Yaampun.. Kasian Mahes sama Yasa” kata Arjuna. “Makanya.. Ini aku mau bawain makanan buat Yasa. Kasian belum makan dia” kata Sena.

“Aku jadi inget, tema podcast minggu ini kayanya related sama keadaan Yasa” kata Arjuna. Sena pun terdiam kemudian menengok kepada Arjuna. “Kamu cenayang??” Tanya Sena. “Bukan. Aku dukun” kata Arjuna dan berakhir Sena melemparnya dengan tissue yang ada di ruang tamu.


“This is the coolest thing on this world!! Halo halo kembali lagi bersama Arjuna dalam Cerita Arjuna. Kali ini, kita ngobrol-ngobrol santai aja ya... Oke yang pertama, Bang Arjuna, gue mau bilang makasih sama lo. Podcast lo selalu terbaik. Setiap dengerin Cerita Arjuna, gue berasa dipeluk.

Hai siapapun lo, terima kasih udah suka sama Cerita Arjuna. Gue sangat bersyukur ketika podcast yang awalnya cuma iseng ini bisa bermanfaat buat lo semua. Gue harap, apapun masalah lo, lo bisa melalui semua itu. Karna gue, bakal nemenin lo disini, lewat Cerita Arjuna.

Bang, gue numpang cerita ya. Jadi gue lagi ada satu masalah. Dan gue rasa, gue biang kerok dari masalah itu. Gue penyebab dari masalah itu. Makanya gue pendem dan biarin cuma gue yang tau masalah itu. Tapi gue capek..

Jujur, gue pernah kaya lo. Gue rasa ini masalah gue, dan orang lain ga perlu tau masalah gue. Yang ada orang lain ikut merasakan beban yang lagi gue tanggung ini. Gue sok kuat banget, senyam-senyum di depan orang. Cape ga? Cape, tapi gue ga bisa bilang karena gue pikir gue bakal nyusahin mereka.

Itu nyiksa banget. Worst condition ever that i ever feel. Gue jadi ngerasa makin sendirian, makin ga punya siapa-siapa. Padahal gue punya Sena, punya temen-temen yang lain, yang selalu ada buat gue.

Dan akhirnya karna ga tahan, gue tumpahin semuanya ke Sena. Gue cerita semua dari A sampai Z ke Sena. Dan disitu gue sadar, kalo kita butuh cerita sama orang ketika ada masalah. Mereka mungkin ga bisa bantu kita, tapi dengan cerita, setidaknya bisa meringankan beban kita. Serius, kita harus hargai mereka yang mau hadir dan mendengarkan kita.

Pura-pura kuat, gak bikin lo keren dan bikin lo ga bisa survive dari masalah. Dengan lo pura-pura, itu secara ga langsung lo bikin perangkap kesendirian yang makin bikin lo ngerasa sendirian. Karna apa yang lo harepin? Lo aja bohong sama diri sendiri. Lo menutup diri sendiri dan ga ngebiarin orang-orang di sekitar lo buat bantuin lo.

It hurts to be alone, lo sendiri tau hal itu. Gue harap, setelah ini lo sadar bahwa terkadang kita butuh bantuan orang. Ketika lo ngerasa temen lo ga bisa bantu, ada orang-orang profesional seperti konselor dan psikolog yang mau bantuin lo. Ke konselor atau psikolog bukan hanya orang dengan gangguan jiwa kok.

Gue sendiri pernah ke psikolog waktu itu karena gue ga nyaman dengan emosi dan pikiran gue saat itu. Gue cerita banyak ke psikolog dan mereka membantu gue berpikir ulang tentang hal baik yang terjadi dalam hidup gue. Pencapaian gue, temen-temen gue dan hal-hal baik lainnya. Dan mereka bilang, wajar kalo gue sedih ketika ada masalah.

Mereka membantu gue untuk berpikir dari sisi yang lain, sehingga gua bisa menemukan jalan keluar dari permasalahan gue. Kadang, gue juga dateng ke psikolog ketika gue cuma pengen didengerin.

Jadi, yuk kita sama-sama jalan. Kita semua bisa laluin permasalahan kita. Gapapa untuk istirahat sebentar, karena kehidupan kita bukan lari sprint. Kehidupan kita tuh kaya lari marathon. Panjang kan jalurnya? Makanya ketika ada kesempatan istirahat, maka istirahat. Kalo bisa jalan, ya jalan. Ga perlu lari hehe..

Semangat!! Gue yakin lo semua bisa!! Sekian Cerita Arjuna hari ini. Semangat buat kalian semua. I'm proud of you!! Selamat malam!!”


Sandy dan Jovi saat ini sedang duduk di depan ruang ICU Mahes. Hari ini mereka yang menjaga Mahes, karena Yasa sedang sibuk mengurus persiapan acara fakultasnya, sedangkan yang lain masih ada kelas.

“Maaf, keluarga pasien Maheswara ada?” Tanya suster dari dalam ruang ICU. “Kami temannya suster. Kebetulan keluarga Maheswara lagi kembali ke kota asalnya. Baru datang lagi lusa” kata Sandy. “Ohh.. Baiklah.. Saya mau mengabarkan kalau pasien Maheswaea sudah sadar” kata suster tersebut.

“HAH?” seru Sandy dan Jovi bersamaan. “Kami akan memindahkan pasien Maheswara ke ruang rawat biasa terlebih dahulu” kata suster tersebut. Kemudian, beberapa perawat terlihat mendorong kasur rawat Mahes menuju ruang rawat biasa dan benar, Mahes sudah sadar.

“KA MAHES!!” seru Jovi. “Halo Jovi..” kata Mahes dengan lirih. “Mahes astaga... Seneng banget gue” kata Sandy. “Gue... Tidur berapa lama?” Tanya Mahes. “Sebulan. Dan kita baru tau seminggu yang lalu karna Yasa baru ngasih tau” kata Sandy. “Yasa?” Tanya Mahes memastikan.

“Iya ka. Ka Yasa jagain lo dari hari pertama lo kecelakaan. Hari ini dia ga bisa jenguk soalnya dia lagi ngurusin acara fakultas” kata Jovi. Mahes terdiam, “bukannya dia mutusin gue?” Tanya Jovi pelan.

Sandy dan Jovi pun memandang satu sama lain. “Em.. Kayanya lo butuh ngobrol sama Yasa. Tapi nanti. Lo fokus aja pulihin kesehatan lo” kata Sandy sambil memperbaiki selimut Yasa. “Makasih” kata Mahes.

Kira-kira, apa yang terjadi pada Yasa dan Mahes?? Ngomong-ngomong, terima kasih pada Arjuna, karena diam-diam Yasa merasa tersindir dengan podcast Arjuna. Tapi, Yasa berjanji, mulai hari ini, dia akan terbuka dengan teman-temannya. Semangat Yasa!!

Yohanes, Arjuna, Sandy dan William saat ini sedang duduk di kantin FIB. William yang maksa, katanya males kalo jalan ke kantin fakultas lain. Untungnya mereka bertiga sayang pada William, makanya diturutin.

“Lu tumben ga sama pacar lu? Biasanya kemana-mana bareng dia” kata William. “Pacar gue mau diculik sama ka Sena. Dia ga ada kelas hari ini” kata Yohanes. “Dih lu mah ga pernah ngenalin ke kita. Siapa sih namanya? Anak mana?” Tanya Sandy. “Anak kampus sini juga kok. Lebih muda setahun dari gua. Anak Ilkom dia” kata Yohanes.

“Siapa? Kita kenal ga?” Tanya William. “Harusnya kalian tau sih. Mukanya seliweran terus” kata Yohanes. “Ya kasih tau dong ganteng” kata William. “Jovi. Ga mungkin lo ga kenal, Extrovert” kata Yohanes pada William. “HAH? JOVI YANG JADI MODEL KAMPUS ITU??” seru Sandy.

“Jovi yang kemaren menang lomba nyanyi senasional itu bukan sih?” Tanya Arjuna. “Jovi yang pernah ikut audisi Indonesia Idol itu kali bang” kata William. “Duh pinter banget sih temen-temen gua. Itu semua Jovi yang sama. Iya, Jovi yang jadi model kampus, Jovi yang kemaren menang lomba nyanyi sama Jovi yang ikut audisi Indonesia Idol” kata Yohanes.

“Kok dia mau pacaran sama lu sih? Lu kan apatis” kata Sandy. Yohanes pun ancang-ancang mau melempar garpunya dan Sandy pun buru-buru menyembunyikan dirinya di belakang William. “Ga guna sih San lo sembunyi dibalik William. William lebih kecil dari lo” kata Arjuna. “Iya yang, ga guna lu sembunyi di balik gua” kata William.

“Eh Sena telepon. Diem-diem” kata Arjuna sambil mengangkat panggilan pada ponselnya. “Halo Sena. Kenapa?? HAH?? JOVI MASUK RUMAH SAKIT??” Teriak Arjuna. Yohanes segera merapikan barang-barangnya. “Lu pergi sama gue aja. Gue naik motor bisa selap selip. Lu sama bang Jun ya” kata William pada Yohanes dan Sandy. “Oke kasih tau aja di rs mana. Kita nyusul” kata Arjuna sambil menutup panggilan teleponnya pada Sena.

“Yuk berangkat” kata Arjuna.


Yohanes langsung mendobrak pintu ruang rawat Jovi begitu sampai di rumah sakit. “Hai ka Yo” kata Jovi dengan lemas. Wajah Jovi terlihat pucat, dengan infus terpasang dan oral nasal (masker oksigen) di wajahnya. “Jov, lu kenapa?” Tanya Yohanes ketika masuk ke ruang rawat Jovi. “Lu berdua ngobrol ya. Gue tau sih kejadiannya, tapi gue rasa, Jovi yang harus ngomong langsung ke lu” kata Sena sambil menepuk bahu Yohanes.

“Yah terus kita diusir pulang nih?” Tanya Sandy. “Ke cafetaria aja yuk. Tungguin dua orang ini ngobrol” kata Sena. “Yodah. Padahal gue pengen kenalan sama Jovi” kata William sambil mengerucutkan bibirnya. “Yaudah sih ntar aja” kata Arjuna. “Oke deh, kakak tinggal dulu ya Jov” kata Sena. “Iya ka, makasih” kata Jovi.

Sepeninggalan Sena dan yang lain, Yohanes mengambil kursi dan duduk di samping Jovi. Yohanes mengelus rambut Jovi dan membuat Jovi merasa tenang. “Jadi.. Udah siap cerita?” Tanya Yohanes. “Huft... Jadi.. Ya apalagi sih masalah gua ka?” Kata Jovi sambil menghela nafasnya. “Mama lagi?” Tanya Yohanes. Jovi pun mengangguk.

“Tapi lebih parah. Gue.. Gue laper.. Ga ada buah di rumah. Oatmeal, susu juga abis. Cuma ada telor di rumah. Jadi gue terpaksa goreng telor pake nasi. Dan mama pulang. Lo tau apa yang terjadi ka” kata Jovi sambil meremas erat selimut yang menutupi tubuhnya.

“Mama.. Dia narik gue, suruh gue muntahin makanan yang baru gue makan tadi. Ya makanannya ga gampang keluar pastinya. Dan mama maksa gue masukin jari gue sendiri ke mulut supaya makanannya bisa gue muntahin” kata Jovi sambil menahan tangisannya. Yohanes mengenggam erat tangan Jovi, memberikan dukungan pada Jovi.

“Abis makanannya keluar, mama nyiram gue pake air seember. Mama ngata-ngatain gua.. Bilang gue gendut dan bikin malu dia.. Abis itu mama pergi.. Gue berusaha ambil hp gue di luar kamar mandi dan ngepas banget sama ka Sena telepon. Dan akhirnya gue disini” kata Jovi.

“Dokter bilang apa?” Tanya Yohanes. “Kalo menurut BMI, berat badan gue masih normal. Tapi engga dengan kandungan gizi yang gue makan. Hampir ga ada karbo dan lemak yang masuk. Makanya bikin gue gampang lemes. Lo inget kan waktu itu pas gue nganterin lo balik, gue hampir pingsan di jalan? Padahal posisinya gue lagi bawa motor” kata Jovi.

“Iya gue inget. Yang sempet oleng, untung lagi di deket trotoar jadi bisa berhenti sebentar” kata Yohanes. “Nah itu ka.. Gue cape jadi bonekanya mama. Gua ga pengen jadi model. Gue cape ka” kata Jovi dengan lirih.

“Lo mau gue peluk?” Tanya Yohanes. “Boleh ka. Tolong peluk gue” kata Jovi sambil merentangkan tangannya. Yohanes pun membawa tubuh Jovi ke dalam pelukannya. “Jovi anak pinter, Jovi anak baik. Ka Yo sayang banget sama Jovi. Ka Yo bangga punya pacar kaya Jovi” kata Yohanes sambil menepuk-nepuk bahu Jovi.

Jovi tidak menjawab dan hanya memeluk erat Yohanes. “Jovi kesayangan kak Yo” kata Yohanes sambil mengelus rambut Jovi.


“Jovi udah mau makan, Will?” Tanya Yohanes pada William. Yohanes ada kelas hari ini dan kebetulan William bisa menjaga Jovi di rumah sakit. William menggeleng, “ga nafsu makan katanya. Udah gue bujukin, dari ngomong baik-baik, sampe gue ancem ga bakal gue tengokin lagi, tetep ga mau makan” kata William.

“Gue pikir, dia bahagia dengan jadi model. Temen gue bilang, dia banyak senyum kalo lagi pemotretan. Pokoknya jadi happy virus. Tapi ternyata, dia tersiksa ya” kata Yohanes. “Lo gapapa Yo?” Tanya Arjuna yang kebetulan datang bersama mereka.

“Gue.. Ngerasa ga pantes jadi pacarnya Jovi. Gue ngerasa bodoh, kok bisa-bisanya gatau kalo Jovi ga bahagia” kata Yohanes sambil mengusak dahinya. “Jangan gitu Yo.. Kalo lu ngomong gitu ke Jovi, gue yakin dia bakal marah” kata William. “Jangan nyalahin diri lu sendiri Yo” kata Arjuna.

Mereka bertiga pun diam di depan ruangan Jovi. Sampai, bunyi alarm hp Arjuna mengejutkan mereka. “Gue balik dulu. Harus bikin podcast” kata Arjuna. “Iya bang balik aja. Makasih ya udah nemenin” kata Yohanes. “Santuy. Will gue balik ya? Ntar Sandy sama Sena kesini” kata Arjuna. “Oke bang” kata William.


“This is the coolest thing on this world!! Halo halo kembali lagi bersama Arjuna dalam Cerita Arjuna. Hari ini, gue mau cerita tentang kehadiran seorang teman. Cerita gue kali ini, gue tujuin buat pacarnya temen gue. Tapi karna dia pacarnya temen gue, otomatis jadi temen dan adek gua. Gue juga berharap, buat kalian semua yang mungkin ada di posisi yang sama, kembali dikuatkan.

Setiap orang, punya cerita hidupnya masing-masing. Setiap orang punya cerita hidup yang berbeda. Kalo kita liat misalnya artis, selebgram, influencer. Kita melihat mereka bahagia dengan kehidupannya. Tapi, kita ga tau kehidupan mereka di balik kamera.

Apakah mereka sebenernya bahagia? Kita ga pernah tau dalemnya mereka seperti apa. Mereka terkadang berbicara kepada publik bagaimana mereka kesepian, bagaimana mereka membutuhkan pertolongan. Tapi, publik malah memanggil mereka dengan sebutan pencari perhatian. See? Dunia udah sejahat itu untuk saling memahami.

Gue juga kadang gitu. Jujur aja, ga setiap hari gue merasa bahagia. Tapi gue sangat bersyukur. Di saat kebahagiaan tidak berpihak pada gua, gua masih punya orang-orang yang peduli sama gue. Masih ada orang yang menerima gue dengan segala kelemahan gue.

Gue yakin kalo kita semua punya teman. Punya tempat dimana kita bisa pulang. Bahkan temen yang cuma kita temui di sosmed, bisa jadi teman kita yang baik. Kenapa? Kadang kita butuh seorang stranger yang mendengarkan kita dengan baik, daripada jutaan teman yang menghujat kita.

Kenapa sih Tuhan nyiptain dua bahu pada manusia? Karna satu bahu diciptakan untuk tempat orang lain bisa bersandar, dan satunya untuk menerima tepukan semangat serta dorongan dari orang lain.

Satu kalimat 'you have doing well' membuat orang merasa dihargai. Satu kalimat 'you never be alone' membuat orang sadar bahwa mereka tidak pernah sendirian. Dan satu rangkulan membuat orang sadar bahwa mereka dicintai.

Jangan pernah malu untuk berkata I'm not okay atau 'I need a friend.' Because, it hurt to be alone. Remember that you're never be alone. Sebenernya ada kok yang mau dengerin cerita lo, yang bisa jaga rahasia cerita lo dengan baik. Tinggal lo nya aja mau cerita atau engga. Semua pilihan ada di tangan lo.

Kalo lu mau pendam, ya itu pilihan lo. Tapi, balik lagi, diri kita punya kapasitasnya masing-masing. Sewaktu-waktu bisa meledak tanpa bisa kita kontrol. Jadi, lebih baik bercerita, daripada dipendam.

Sekian Cerita Arjuna malam ini. Remember, you're never be alone. Sampai jumpa di lain kesempatan. Semangat!!”


“Kak Yo.. Maaf.. Maaf kalo selama ini gue ga pernah mau cerita sama lo. Gue pikir gue bakal ganggu lo. Gue takut lo bosen denger cerita gue yang itu itu aja. Maaf” kata Jovi pada Yohanes sore itu. “Jov, lo tuh.. Hadeh..” kata Yohanes sambil mengusap wajahnya sendiri.

“Maaf..” kata Jovi. “Janji lain kali ga kaya gini lagi ya? Kalo ada apa-apa, cerita ke gue. Oke?? Gue kan pacar lo, gue pengen jadi tempat lo pulang ketika lo lagi ada masalah” kata Yohanes. “Iya ka Yo. Janji ga gitu lagi” kata Jovi.

“Gue juga belajar, harusnya gue lebih peka sama perubahan mood dan fisik lo. Jadi, kita sama-sama belajae untuk lebih memahami lagi ya” kata Yohanes. Jovi pun mengangguk dan keduanya saling melemparkan senyuman.

“Dah, lo istirahat aja hari ini. Perbaikin gizi lo selama di rumah sakit” kata Yohanes. “Okey ka Yo!!” Kata Jovi dengan semangat.

Hari ini, kita belajar dari Yohanes dan Jovi kalau kita harus terbuka satu sama lain. Kita belajar, kalau kita tidak pernah sendirian. Kita punya teman, namun kadang tidak kita sadari. Semoga lewat cerita Yohanes dan Jovi, kita sadar bahwa kita tidak pernah sendirian. Selamat malam 💙

“WILL!! OY WILLIAM!!” William, pemuda dengan rambut nyentrik hitam blonde itu pun menoleh ke belakang. “Wih halo bang Jun!! Tumben main ke FIB” kata William pada Arjuna. “Hehe gabut sekalian minta tolong” kata Arjuna.

“Minta tolong apa bang?” Tanya William. “Gue pengennya sih minta tolong ke Sandy. Tapi gue belom ketemu Sandy dari kemaren. Mau ngechat lupa terus. Jadi gue titip pesen ya. Tanyain Sandy, mau ga kalo dia jadi bintang tamu podcast gue minggu ini” kata Arjuna. “Lah? Tumben. Harus Sandy banget bang?” Tanya William.

“Gue kepikirannya cuma sama Sandy sih. Tanggal 10 September itu ada Hari Pencegahan Bunuh Diri. Dan, lo tau alesan gue kenapa pilih Sandy” kata Arjuna. William terdiam. Memorinya membawa pada kejadian beberapa tahun lalu. Ketika ia menemukan Sandy, kekasihnya dengan tangan berlumuran darah di kamarnya sendiri.

“Gue coba tanya Sandy dulu ya bang” kata William. Arjuna mengangguk. “Kalo dia mau, langsung kabarin gue ya” kata Arjuna. “Siap bang” kata William.

Arjuna pun pamit untuk pulang. Dan tidak lama Arjuna pulang, Sandy pun datang menghampiri William. “Hai pacarku sayang.. Udah lama nungguin?” Tanya Sandy yang langsung mengusak rambut William. “Aduhh Sandy please gausah acak-acak rambut orang bisa?” Kata William dengan sebal.

“Hehehe kamu lucu soalnya” kata Sandy. “Gimana hari kamu?” Tanya William. “Hm not bad. Hari ini matkulnya enak jadi ya baik-baik aja” kata Sandy. “Oh ya, tadi bang Arjuna nanya” kata William. “Nanya apa tuh?” Tanya Sandy. “Katanya, mau jadiin kamu bintang tamu buat podcastnya minggu ini” kata William.

“Oh ya? Temanya apa? Biar aku siap-siap dulu” kata San. “Temanya Suicide Prevention Day” kata William. Sandy pun terdiam. “Kalo kamu ga mau gapapa kok. aku bisa bilang ke bang Jun kalo kamu belum siap” kata William sambil mengenggam tangan Sandy.

Sandy mengatur pernafasannya. “Aku mau. Aku mau speak up. Aku yakin di luar sana banyak yang ngalamin kaya aku. Aku mau bantuin mereka” kata Sandy. “Beneran?? Kamu gapapa?” Tanya William. “Iya, aku gapapa. Nanti temenin pas ke apart bang Juna ya” kata Sandy. William pun mengangguk, memberikan support secara moral untuk Sandy.


“Sandy, podcast gue hari ini, gue serahin semuanya ke lu. Lu bebas ngomongin apa aja hari ini” kata Arjuna. “Beneran bang? Gue takut salah ngomong” kata Sandy. “Engga. Gue percaya sama lu. Gue buka dulu, nanti sisanya lu yang ngomong” kata Arjuna.

“Semangat Sandy!! Pacarnya gue pinjem dulu ya.. Mau bikin cookies” kata Sena sambil merangkul William. “Aduh ka Sena, jangan tarik-tarik dong..” seru William. “Yuk kita mulai” kata Arjuna sambil menepuk bahu Sandy. Sandy pun mengangguk mantap.

“This is the coolest thing on this world!! Halo halo kembali lagi bersama Arjuna dalam Cerita Arjuna. Hari ini, hari yang spesial. Kenapa? Ada yang tau ga hari ini tanggal berapa? Yup, tanggal 10 September. Nah setiap 10 September, kita memperingati Suicide Prevention Day atau Hari Pencegahan Bunuh Diri.

Kali ini, yang bawain podcast bukan gua, tapi sobat gue yang berisik, untung temen HAHA.. Please welcome Sandy dari jurusan Pendidikan Anak Luar Biasa” seru Arjuna.

“Yayy!! Haloo para pendengar setia Cerita Arjuna!! Kenalin gua Sandy. Suatu kehormatan nih bisa jadi bintang tamu salah satu podcast paling terkenal di kampus” kata Sandy. “Anjir, kaga terkenal weh” kata Arjuna. “Ah merendah untuk meroket lu bang” kata Sandy.

“Rencananya lu mau ngapain nih hari ini San?” Tanya Arjuna. “Heum... Gue lebih kepengen speak up sih bang. Pengen cerita banyak. Kalo gue juga pernah di posisi ini” kata Sandy. “Okee, kalo gitu, gue serahin podcast ini ke lu. Semangat!! Lo bisa” kata Arjuna sambil menepuk punggung Sandy.

“Oke.. Huft... Bentar ya guys, gue deg-degan hehe.. Jadi, gue mau cerita. Gue pernah berpikir untuk bunuh diri. Gue pernah nyoba buat mengakhiri hidup gue sendiri. Alesannya apa? Karna gue dibully” kata Sandy. Sandy menarik nafasnya dan menghembuskannya kembali.

“Gue dapet perlakuan kasar dari mereka yang punya privillege. Hanya karna gue tinggal berdua sama bunda, mereka ngebully gue. Mereka bilang gue anak haram lah. Mereka juga nendang gue, mukul gue sampe gue pernah masuk rumah sakit.

Apa yang gue rasain? Gue takut. Sekolah rasanya adalah neraka buat gua. Setiap hari gue takut. Tapi gue tetap pergi ke sekolah, karna gue sayang sama bunda. Setiap hari, gue denger suara-suara di kepala gue. Gue terngiang-ngiang gimana pas mereka ngehina bunda, ngehina William yang saat itu masih jadi temen gue.

Dan lebih parahnya, ada bagian dari kepala gue yang nyuruh gue untuk mati. Gue ngedengerin itu. Gue berpikir kalo gue beneran ga ada gunanya di dunia ini, dan lebih baik gue mati daripada jadi beban semua orang.

So, gue ambil cutter yang saat itu ada di kamar gue. Gue sayat tangan gue sendiri sampe keluar darah. Gue biarin darahnya netes ke kasur gue. Gue pikir saat itu, gue bakal mati. Tapi, ternyata Tuhan masih sayang sama gua.

William dateng ke kamar gue saat itu. Dia panik dan langsung nyeka darah di tangan gue. Dia bilang 'kenapa ga cerita? Kan gue selalu ada buat lo.' Disitu gue sadar, kalo gue ga pernah sendiri. Ada banyak orang yang mau nolong gue, tapi guenya aja yang terlalu ngerendahin diri” cerita Sandy.

Sandy kembali menarik nafas dan membuang nafasnya. Berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdetak dengan cepat. “Lo masih kuat San?” Tanya Arjuna. “Gapapa bang. Butuh waktu aja sebentar” kata Sandy.

“Jadi, itu cerita gue. Gue memilih untuk bercerita karena gue yakin di luar sana banyak Sandy lainnya. Teruntuk kalian yang lagi tertindas, tertekan dan tidak bisa bercerita. Gue tau kalian kuat, karena kalian udah bertahan dengan beban berat itu sendirian. Kalian kuat banget.

Tapi, benteng kekuatan yang kalian bangun itu sangat rapuh dan bisa hancur kapan aja. Kenapa? Karena kuat itu juga punya batas waktunya, asal kamu tau.

Berceritalah. Karena, tanpa kalian sadari, dengan bercerita, kalian bisa menyelamatkan nyawa-nyawa lain yang mungkin merasakan hal yang sama sepertimu. Gue tau, pasti berat banget. Gue juga dulu susah untuk cerita sama William. Sama Bang Juna. Tapi gue pelan-pelan percaya sama mereka.

Kalian berhak bahagia, kita semua berhak bahagia. Ayo keluar dari lingkungan berduri itu. Cari hak kalian, kalian ga pantes dipukul, dihina atau perilaku kasar lainnya. Kalian manusia, kalian bukan hewan yang harus dipecut dulu baru jalan.

Jangan lagi ada yang diperlakukan semena-mena. Jangan lagi ada yang tertindas. Jangan lagi ada yang menderita dan menangis sendirian. Kalian berharga, dan kalian pantas untuk dicintai.

Dan aku mohon buat kalian yang melihat orang-orang yang ditindas, gue harap kalian menjadi berani untuk bergerak, mengambil tindakan. Karena dari satu gerakan kecil, ada banyak kehidupan yang bisa kalian selamatkan” kata Sandy.

Arjuna bertepuk tangan kecil. Sahabatnya sudah betul-betul berubah. Sandy sudah berubah jadi orang yang kuat. Tidak ada Sandy yang dulu takut dan ragu untuk bercerita. Yang ada hanyalah Sandy yang kuat dan terbuka pada mereka.

“Sekian cerita gue hari ini. Gue harap, cerita gue bisa menguatkan kalian. Sebenernya, ada banyak orang yang mau jadi pendengar kalian, tapi terkadang mereka belum berani. Atau kitanya terlalu menutup diri.

Ingat ini, kalian berharga dan kalian pantas untuk dicintai. Gue, lo dan kita semua deserve to be happy. Semangat!! Gue yakin kalian semua bisa. Sekian cerita dari Sandy. Thank you buat bang Juna udah bolehin gue cerita banyak disini hehe” kata Sandy.

“Thank you juga Sandy udah cerita banyak. Lo hebat banget San udah bertahan sampai sejauh ini” kata Arjuna. “Hehe.. Itu karena kalian juga kan” kata Sandy. “Oke deh kalo gitu, sekian Cerita Arjuna minggu ini. Sampai jumpa di lain kesempatan. Byee!!” Kata Arjuna.


“Lo hebat.” Sandy menengok ke arah William yang saat itu duduk di kursi penumpang. Sandy memaksa William untuk membiarkannya menyetir malam ini, karena tadi siang, William yang menyetir. “Makasih Will. Lo juga hebat, karena milih bertahan sama gue” kata Sandy.

“Terus kaya gini ya San? Tolong cerita sama gue apapun yang lagi lo rasain. Gue pengen ada buat lo” kata William. “Sure, prince. Lo juga. Cerita ya sama gue. Terbuka sama gue juga” kata Sandy. “Pasti San” kata William sambil tersenyum.

Terima kasih atas ceritanya Sandy!! Semoga kita bisa kuat dan terbuka, sama seperti Sandy. Good night 💙

Arjuna tersenyum ketika pintu apartemennya terbuka. Itu pasti Sena, kekasih tingginya yang sudah menemaninya sejak SMA hingga ia kuliah saat ini. “Halo, sayang. Gimana harinya?” tanya Arjuna.

Sena tidak menjawab dan hanya menghela nafasnya. “I'm fine. Cuma cape aja” kata Sena. “Beneran?” Tanya Arjuna. “Iya Jun. Aku mau istirahat. Kamu ada isi podcast malem ini?” Kata Sena. “Ada” kata Arjuna. “Yaudah, semangat ya!! Maaf aku ga bisa nemenin” kata Sena.

“It's okay. Kamu istirahat aja oke? Nanti cucian piring aku aja yang cuci” kata Arjuna. “Makasih” kata Sena. “No problem. Dah sana istirahat okay??” Kata Arjuna sambil menepuk bahu Sena. “Arjuna” panggil Sena. “Yaa??” Kata Arjuna. “Aku sayang kamu” kata Sena. “Aku juga. Selalu sayang kamu” kata Arjuna.


“This is the coolest thing on this world!! Halo halo kembali lagi bersama Arjuna dalam Cerita Arjuna. Hari ini gue bakal bacain pertanyaan-pertanyaan yang udah kalian tanyain ke gua. Jadi ya santai aja podcast kali ini.

Oke, kita mulai. Pertanyaan pertama. Ka Arjuna kenapa milih masuk jurusan Seni Rupa Murni? Emang ga takut nanti ga dapet kerjaan?? Aduh pertanyaan kaya gini lagi hahaha.. Udah dapet pertanyaan kaya gini dari sejak masuk kuliah.

Gue merasa seni murni itu sesuatu yang menarik dan menantang. Orang tua gue juga ga menentang pilihan gue. Dan soal kerjaan, kebetulan gue udah dapet kerjaan jadi guru seni rupa di sekolah. Jadi ya, gue ga takut sih buat ga dapet kerjaan. Semua jurusan kuliah tuh sama baiknya kok. Jadi jangan merendahkan jurusan yang satu dan jurusan yang lain” kata Arjuna.

Arjuna terus membaca pertanyaan yang masuk ke dm twitternya satu persatu. Sampai tangannya berhenti pada satu pertanyaan yang diajukan oleh akun kosongan.

Pertanyaan selanjutnya, “Lo Arjuna dari Seni Murni kan ya? Pacarnya Sena yang anak Teknik Elektro. Gue mau nanya, emang lo ga malu ya pacaran sama Sena? Gue liat kok dia ga ada cocok-cocoknya jadi cowo sih?

Gue liat dia pake softlens, pake piercing panjang. Terus dia kek selebgram gitu kan ya? Masa endorsenya skincare? Cowo pake skincare? Ga salah tuh?? Apalagi anak teknik, ga cocok banget cuyy pake skincare.

Dia anak teknik, cowo lagi tapi ga pernah ikut berantem. Ga pernah ikut tawuran kampus. Cowo apa bukan? Kasih tau gitu ya ke Sena.

Arjuna terdiam setelah membaca kalimat yang diajukan oleh akun kosongan tersebut. Rasanya ia marah sekali, ingin menonjok orang yang mengolok-olok Sena. Arjuna menarik dan membuang nafasnya secara perlahan agar dia merasa tenang sebelum berbicara kembali.

“Hhh.. Gue sebelumnya minta maaf kalo nanti cara bicara gue agak jutek atau gimana. Tapi gue beneran kesel sama entah siapa lo yang ngomong ini. Gue rasa komentar lu terlalu kasar. Untung lu ngomongnya ke gue yang biasa aja. Gimana kalo lu ngomong ini ke Sena langsung? Emangnya lo mau tanggung jawab kalo komentar lu bikin dia sakit hati??

Pertama, Lo harus inget, untuk menjaga ketikan lo. Worst case scenario, lo komen jahat ke orang, dan orang itu mikirin komentar itu terus dan akhirnya dia memutuskan untuk bunuh diri.

Lu bisa bertanggung jawab atas tindakan dia? Atau kalo semisalnya orang itu adalah tulang punggung keluarga, lu bisa gantiin dia? Engga kan? Makanya, lo harus jaga ketikan lo sama seperti lo menjaga ucapan lo.

Kemudian, soal Sena yang pake softlens, skincare, piercing panjang dan ga pernah tawuran. Emang apa yang salah dengan hal-hal kaya gitu? Lu pikir dia gaya dengan pake softlens? Engga, Sena tuh matanya minus, dan dia teledor nyimpen kacamata. Makanya dia lebih seneng pake softlens soalnya praktis.

Soal piercing panjang, hello, open your eyes, please. Piercing itu masuknya fashion. Fashion itu ga memandang gender. Gue sama Sena sama-sama pake piercing, tapi kenapa dia doang yang dipermasalahin? Ayo ngomong dong soal piercing gua sekarang.

Kemudian soal skincare. Sama kaya fashion, sebenernya skincare diciptakan tanpa memandang fashion. Namanya juga skincare, perawatan kulit, dirancang untuk kulit. Kalian tau kan, sekarang kita harus pake skincare supaya ga kena kanker kulit.

Jangankan Sena, gua juga pake. Tapi gue emang ga pernah upload kaya Sena. Soalnya gue bukan selebgram. Sena upload pake skincare soalnya ya itu kerjaan sampingan dia. Emang lu yang bayar Sena? Kok sampe komen segitunya.

Dan terakhir soal tawuran. Emang jadi cowo dan anak teknik tuh harus tawuran? Setau gue ini ada istilahnya, namanya Toxic Masculinity. Ya jadi cowo emang harus kuat, tapi apa harus sampe ikut tawuran? Harus pamer kekuatan dengan tawuran?

Sena ga pernah ikut tawuran karena waktu SMA, dia pernah jadi korban tawuran. Dia masih trauma karna dia ga tau apa-apa, tapi dipukul pake kayu.”

Arjuna berusaha menetralkan nafasnya. Dia tidak mau marah-marah di acara podcast yang sudah susah payah ia bangun. Lagian, menjawab komenan orang yang marah, harus membutuhkan kepala yang dingin.

“Gimana? Apakah pertanyaan lo udah kejawab?? Semoga udah ya.. Jadi gue tekanin sekali lagi kepada lo dan semua pendengar podcast gua. Lo berhak menjadi diri lo sendiri, selama hal itu ga ngerugiin orang lain.

Selama pilihan lo tidak melukai orang lain, selama pilihan lo tidak membuat orang lain terluka, jalani pilihan lo sendiri. Lo cantik, lo ganteng dengan cara lo sendiri. Lingkungan aja yang terkadang memaksa kita untuk menjadi sesuai dengan ekspektasi lingkungan.

Gue jadi inget kata-kata salah satu artis Korea, namanya Hwasa. Dia bilang, ketika lo ga bisa mengikuti standard kecantikan suatu lingkungan, maka ciptakan standard kecantikan yang baru.

Gue yakin lo bisa dan gue mendorong kalian untuk lebih percaya diri dengan penampilan fisik kalian. Karena, ya itu tadi. Lo semua itu indah dengan cara kalian sendiri.

Sekian podcast Arjuna hari ini. Gue minta maaf kalo ada perkataan gue yang menyinggung kalian. Selamat malam!!”


“Sena, aku tau kamu belum tidur” kata Arjuna di depan kamar mereka berdua. “Kenapa?” Tanya Sena tanpa mengalihkan pandangannya kepada Arjuna. “Ayo kita ngobrol” kata Arjuna. Sena pun akhirnya duduk di kasur. Arjuna masuk ke kamar dan duduk di kursi setelah menutup pintu kamar mereka.

“Kamu, kenapa?” Tanya Arjuna. “Gapapa” kata Sena. “Sena, kita udah janji untuk saling terbuka satu sama lain. Lagian aku udah kenal kamu dari SMA. Jadi, ayo cerita” kata Arjuna. Sena pun menghela nafasnya kasar. Benar, dia tidak bisa menyembunyikan apapun dari Arjuna.

“Kamu nangis?” Tanya Arjuna. “Engga. Cowo kan ga boleh nangis” kata Sena. “Siapa bilang? Cowo boleh kok nangis. Kan ada yang bilang, ketika mulut tidak bisa berucap, biarkan air mata yang berbicara” kata Arjuna.

“Sok puitis kamu” kata Sena sambil terkekeh. “Enak aja. Gini-gini aku sering baca puisi tau” kata Arjuna. “Apa hubungannya?” Tanya Sena. “Ya adalah pokoknya. Kaya aku sama kamu ada hubungannya” kata Arjuna. Sena pun menoyor pelan kepala Arjuna. “Gausah gombal kamu. Ga cocok” kata Sena.

Arjuna pun terkekeh mendengar perkataan Sena. “Jadi.. Mau cerita?” Tanya Arjuna. Sena menghela nafasnya, dan ia mulai bercerita. “Ya apalagi sih masalahku? Tadi ada yang comment di postingan terbaru aku. Katanya 'cowo kok endorse skincare' gitu. Trus ya ada beberapa yang bawa-bawa masalah aku pake softlens, piercing panjang sama aku yang ga pernah ikut tawuran kampus” kata Sena.

“Sena, kamu tau kan kamu bebas jadi apapun yang kamu mau selama ga ngerugiin orang lain?” Tanya Arjuna. Sena mengangguk, “tapi cape juga Jun. Aku tuh cape diomongin terus. Apalagi pas mereka bilang aku ga cocok jadi pacar kamu” kata Sena.

“Dih? Kamu udah baik begini, ganteng lagi. Masa ga cocok jadi pacar aku” kata Arjuna. “Hhh... Gatau lah. Aku pusing. Aku sempet kepikiran gitu. Kaya salah ga sih aku ngejar kamu dulu. Apa jangan-jangan aku tuh emang ga cocok pacaran sama kamu” kata Sena.

“Kalo ga cocok, ga mungkin aku nembak kamu, Sena. Kamu emang kejar aku, tapi aku yang ambil tindakan buat resmiin kamu. Jadi, ga ada istilah kamu ga cocok sama aku atau aku ga cocok sama kamu” kata Arjuna. Sena pun menundukkan kepalanya. Memeluk guling yang sedari tadi ada di pelukannya.

“Sena, you are precious. Kamu pantes dicintai. Jadi, jangan mikir aneh-aneh lagi ya? Wajar kok kamu punya pemikiran kaya gitu. Aku juga sering punya pemikiran yang aneh. Tapi, kamu harus inget kalo aku ga akan ninggalin kamu” kata Arjuna.

“Aku tau kok, kamu bucin sama aku soalnya” kata Sena. “Hehehe.. Iyalah. Sena kan orang paling ganteng, lucu, dan gemes buat Arjuna. Jadi, kalo ada orang yang komen aneh-aneh lagi, jangan dengerin ya. Ngerti ga cakep??” Kata Arjuna.

“Ngerti Jun. Makasih” kata Sena. “Sama-sama” kata Arjuna sambil mengacak rambut Sena. “Ke mekdi yuk. Aku bayarin. Sebagai tanda terima kasih” kata Sena. “Strawberry Choco Pie??” Tanya Arjuna. “Call. Aku juga mau itu. Yuk pergi sekarang. Kamu yang bawa mobil ya” kata Sena. “Siap pangeran!!” Kata Arjuna.

Terima kasih Arjuna buat podcast hari ini!! Semoga Sena bisa menjadi dirinya sendiri mulai hari ini. Kalian juga bisa menjadi diri kalian sendiri dan menjalani pilihan kalian, jika itu tidak merugikan orang lain!! Yuk, kita tinggalkan Arjuna dan Sena yang akan bersiap pergi ke mekdi. See you soon~

Yeosang membuka pintu rooftop agensi malam itu. Tangannya memegang dua cup kertas berisi coklat hangat. Setelah pintu itu terbuka, ia tersenyum melihat seseorang yang sedang duduk di salah satu kursi rooftop sambil memandangi langit malam.

“Aku cariin. Ternyata kamu disini” kata Yeosang. Orang tersebut menoleh ke arah Yeosang dan tersenyum manis padanya. Yeosang bersumpah, pantulan cahaya pada matanya membuat mata tersebut terlihat lebih indah dari biasanya. Semburat merah di pipinya yang muncul karena rasa dingin menambah kadar kelucuannya.

“Langit malemnya lagi bagus, hyung” katanya sambil menunjuk langit di atas sana. Yeosang memberikan salah satu cup kertas padanya dan diterima dengan baik. “Hyung ga perlu nyusul aku kesini padahal. Nanti aku bisa balik sendiri” katanya sambil menyesap minuman tersebut.

“Aku yang mau kok. Masa pacarku yang namanya Kang Jongho ini harus sedih sendirian?” Kata Yeosang sambil menepuk kepala Jongho pelan. “Namaku Choi Jongho, hyung. Jangan mengganti namaku sembarangan” kata Jongho sambil terkekeh.

Yeosang pun ikut tersenyum mendengar tawa Jongho yang begitu tulus. Setelahnya, keduanya dilanda keheningan sembari melihat langit malam bertabur bintang. Hal yang sulit dilakukan karena mereka yang harus latihan. Ditambah lagi, langit Seoul akhir-akhir ini tertutup oleh awan gelap dan rintik hujan.

“Apa kata dokter?” Tanya Yeosang. “Tidak ada masalah serius. Sepertinya karena terlalu dipaksakan berlatih. Hyung tau sendiri setelah aku sembuh, kita harus berlatih untuk kingdom. Aku juga syuting drama. Mungkin hal itu yang membuat bekas cederanya tertekan kembali, dan membuatku merasakan sakit lagi” kata Jongho sambil menatap kaki kirinya.

“Tapi, kamu bisa tampil kan?” Tanya Yeosang. “Gerakanku akan dibatasi. Dan aku akan duduk selama event Jepang berlangsung” kata Jongho. “Itu bagus untukmu. Kamu harus istirahat banyak supaya kakimu cepat membaik, dan bisa kembali menari” kata Yeosang.

Jongho menghela nafasnya. Yeosang mengerti, Jongho pasti memiliki banyak pikiran di kepalanya itu. Yeosang memilih untuk diam. Jongho pasti akan bercerita sendiri padanya jika hal tersebut sudah sangat menganggunya.

“Maaf. Aku, ga bisa bilang itu sama Hongjoong hyung. Sama hyung yang lain juga. Aku nyusahin. Udah tiga kali aku cedera. Banyak koreo yang harus diganti. Pasti kalian cape banget” kata Jongho. Yeosang terdiam, tapi tangannya mengelusi punggung Jongho dengan bermaksud agar yang kekasihnya itu lebih tenang.

“Aku.. Aku mikirin ini dari tadi. Aku nyusahin banget. Padahal kalian semua berharap besar sama aku. Tapi yang aku bisa lakuin cuma nyusahin kalian doang” kata Jongho. Tangan Yeosang berpindah untuk mengelus rambut Jongho pelan. Tiba-tiba, ia teringat sesuatu.

Tangannya merogoh ponsel miliknya, membuka salah satu platform musik korea. Tangannya mengetik satu judul lagu dan memutar lagu tersebut. Yeosang mulai bersenandung pelan mengikuti irama lagu.

“Lagu apa ini hyung?” Tanya Jongho. “Superstar. Salah satu ostnya Hospital Playlist. Seonghwa hyung waktu itu kasih rekomendasi ke aku buat dengerin lagu ini. Liriknya juga bagus, dan aku rasa lagu ini cocok buat kamu” kata Yeosang.

It’s alright, it’ll be alright You have a dazzling future It’s alright, it’ll be alright We believe you, never doubt you

Jongho tersentak ketika lagu tersebut memasuki reff. Liriknya cukup membuatnya memikirkan masalahnya yang sedang dihadapinya saat ini. “Gwaencanha. Sakit adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Begitu pula dengan cedera. Ketika seseorang itu masih sakit, artinya dia manusia. Kamu masih manusia kan?” Kata Yeosang.

“Iyalah” kata Jongho. “Nah itu. Kalo tubuh kita sakit, itu sebuah pertanda kalo kita sebenernya cape dan butuh istirahat. Kalo kita istirahat biar bener, tubuh kita bisa sehat lagi.

Makanya aku mau, kamu bener-bener istirahat total. Istirahat yang cukup, supaya pemulihan kamu bisa cepet, dan kamu bisa balik nari lagi” kata Yeosang sambil menangkup pipi Jongho.

The reason for your life, whatever it is If you can live without regret, you are a superstar

“Ketika kita ada dalam masalah, kadang kita berpikir, kenapa sih kita harus ngalamin ini? Kenapa hal ini terjadi sama kita dan pemikiran-pemikiran semacamnya. Hal itu normal. Maksudku, ya wajar setiap orang memikirkan hal itu. Aku juga sering berpikiran seperti itu.

Tapi dari situ, aku belajar bagaimana mengubah sudut pandangku. Aku mencoba melihat kehidupanku menggunakan helicopter view. Aku lihat kehidupanku dari atas. Dan, boom. Ternyata aku bisa lihat sesuatu yang baru di balik permasalahanku” jelas Yeosang panjang lebar.

“Aku belum paham hyung” kata Jongho. “Eum... Misalnya gini deh. Kamu lagi cedera sekarang. Coba kita lihat dari sudut pandang lain. Kamu bisa istirahat untuk sementara. Nah itu kan contohnya kita memandang dari sudut pandang yang lain” kata Yeosang.

“Tapi susah ga sih hyung? Kita cenderung langsung punya pikiran yang jelek ketika kita ada masalah. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi” kata Jongho. “Emang susah. Siapa bilang gampang?? Haha” kata Yeosang sambil tertawa.

All the things that gave you a hard time All the sweat and tears you spilled Drink it all up in this glass

Yeosang menghabiskan minuman di cup kertas tersebut dan mengenggam tangan Jongho. “Memang sulit untuk menghilangkan pemikiran otomatis tersebut. Tapi, kita bisa. Kamu bisa, dan aku juga bisa. Pepatah bilang, ada 1000 jalan menuju Roma. Dan itu berarti juga, ada 1000 jalan untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi” kata Yeosang.

It’s alright, it’ll be alright You have a dazzling future It’s alright, it’ll be alright We believe you, never doubt you

Everything gonna be okay. Semua member Ateez percaya sama kamu, agensi percaya sama kamu, Atiny percaya sama kamu. Dan aku, aku percaya sama kamu. Jadi, ayo kita lewatin comeback kali ini, dan cedera kamu dengan semangat dan dengan senyuman” kata Yeosang sambil menepuk tangan Jongho yang berada di genggamannya.

“Jadilah superstar buat diri kamu sendiri. Ketika kamu bisa hidup tanpa penyesalan, eh salah. Ketika kamu memutuskan untuk tetap hidup hari ini, kamu adalah superstar” kata Yeosang. “Hyung.. Makasih..” kata Jongho.

Jongho menghamburkan dirinya menuju pelukan Yeosang. Yeosang sendiri memeluk Jongho dengan erat sambil mengecup kepala kekasih manisnya itu. “Ayo kita berjalan bersama untuk hari ini, esok dan seterusnya. Karena, kamu ga pernah sendirian” kata Yeosang sambil tersenyum pada Jongho.


Ketika kamu memutuskan untuk tetap hidup hari ini, kamu adalah Superstar!! Terima kasih sudah bertahan sampai sejauh ini, Atiny!! Kalian hebat, kalian berharga dan kalian pantas untuk dicintai!!

Ingatlah, jangan lupa untuk mencintai diri kalian sendiri. Karena diri kalian lah yang udah nemenin kalian, yang udah berjalan sama kalian dan yang udah bertahan bersama kalian. Aku yakin, kita semua bisa jadi Superstar untuk diri kita sendiri. Semangat and I luv you💙

cw!! Friendzone, Friend to lover, major character death, minor character death. Tw!! Airplane accident

Pertama kali bertemunya, Yeosang langsung terpana. Saat sosok berpipi tembam dengan rambut merah itu datang bersama San, mengenalkan dirinya sebagai adik kandung pemuda Choi itu.

Halo kakak-kakak!! Namaku Jongho!!” serunya dengan semangat saat itu. Tingkahnya yang menggemaskan tentu saja langsung membuat si tertua dalam pertemanan mereka, Seonghwa, memeluk dengan gemas sosok Jongho. Hampir mencium pipinya namun Jongho segera menghindar sambil tertawa.

Kakak jangan cium-cium aku plisss” seru Jongho. Tapi Jongho membalas pelukan Seonghwa dengan erat. Senyumannya. Yeosang sangat terpana melihat senyumannya yang indah itu.

I can't, I can't hide my feelings for you anymore I bravely take a step closer to you But this step was never easy I made up my mind long ago, but I still needed more time

Yeosang pun mulai berusaha dekat dengan Jongho. Semuanya berawal dari Jongho yang nyeletuk bahwa ia lapar dan lupa membawa dompet. Yeosang segera mengajak Jongho ke kantin dan membelikan makanan untuknya. Jongho awalnya menolak, namun karena paksaan Yeosang, Jongho akhirnya menerimanya.

Aku harus beliin ka Yeo makanan juga!! Kapan-kapan kita ke mall ya ka Yeo!! Nanti aku jajanin” kata Jongho. Dan karena perkataan itu, satu hari, Yeosang mengajak Jongho pergi ke arcade. Ternyata, Jongho juga senang bermain ke arcade. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk bermain bersama dan berakhir makan di mall.

Makasih ka Yeo udah ajak main arcade!! Ka Yeo bener-bener temen terbaik aku!! Aku bersyukur banget sekarang aku punya temen yang baik kaya ka Yeo!!” Seru Jongho.

Yeosang hanya mengulum bibirnya. Yeosang ingin bilang bahwa ia menyukai Jongho, tapi ia tidak ingin mereka jadi canggung. “Sama-sama Jongho. Ka Yeosang juga seneng punya temen lucu kaya Jongho” kata Yeosang.

I said ''I miss you'' I said ''Good night'' As if I'm feeling just fine I've endured well

Sejak kejadian itu, Yeosang dan Jongho semakin lekat. Yeosang dan Jongho saling memberikan afeksi dan perhatian pada satu sama lain. Sampai San sendiri gerah melihatnya. “Lo kalo suka sama adek gua bilang” kata San pada Yeosang.

Namun, Yeosang hanya menggeleng. Pikirnya saat itu adalah, ia tidak tau bagaimana perasaan Jongho padanya. Yeosang tidak mau Jongho malah canggung dan berakhir menjauhinya. Jadi, Yeosang lebih baik menahan perasaannya daripada ia tidak bisa dekat dengan pemuda yang setahun lebih muda itu.

Because I really love you Maybe that's why it hurts this much Even if it's not the best Maybe I can still be happy That's what I thought

“San, gue sayang sama adek lo. Gue suka sama dia” kata Yeosang. San pun menoyor kepala Yeosang pelan. “Ya ngomong lah. Gue gatau sih adek gue punya perasaan yang sama kaya lo atau engga. Tapi seengaknya lo bakal lega karena udah bilang” kata San.

Yeosang pun menghela nafasnya. Dia tidak tau harus memilih jalan yang mana. Mengungkapkan perasaannya, atau lebih baik menahannya demi pertemanan mereka. “Now or never, kan?” kata San.


“Yeosang? Kamu mikir apa?” Yeosang segera tersadar. Ternyata ia dari sedang termenung sambil melihat langit malam dari jendela lotengnya. “Ka Seonghwa? Udah malem ini. Kenapa belum tidur?” Kata Yeosang. Yeosang pun menarik kursi ke sebelahnya dan menuntun Seonghwa untuk duduk.

“Ga ada. Tiba-tiba kepikiran Jongho” kata Yeosang. “Kamu masih nyesel ga bisa ungkapin perasaan kamu ke dia?” Tanya Seonghwa. Yeosang mengangguk dan menyandarkan dirinya pada kursi. “Aku udah ngerelain perasaanku. Lagian aku udah punya kakak sekarang. Cuma, kadang masih suka kepikiran” kata Yeosang.

“Mau mampir ke tempat penyimpanan abu Jongho? Besok Wooyoung mau mampir ke tempat abunya San. Tempat mereka kan sebelahan” kata Seonghwa. “Gausah. Kita bisa kesana kapan-kapan. Besok kan kita mau ke amusement park. Aku udah janji sama kakak kan” kata Yeosang sambil mengelus rambut Seonghwa.

Seonghwa pun menidurkan kepalanya di bahu Yeosang. “Makasih ya kakak udah nemenin aku waktu aku terpuruk. Aku shock banget waktu denger kabar pesawat Jongho sama San jatoh. Untung banget juga jenazah mereka ditemuin jadi kita bisa kremasiin mereka dengan baik” kata Yeosang. “Mereka temen aku juga Yeo. Apalagi Jongho itu cinta pertama kamu. Kan katanya cinta pertama itu ga bisa dilupain” kata Seonghwa.

“He's my first love, but you're my last love. My finale” kata Yeosang sambil tersenyum pada Seonghwa. Dari kisah cintanya dengan Jongho, Yeosang belajar bahwa ia harusnya lebih berani untuk mengungkapkan perasaannya sebelum terlambat. Dan dari kisah cintanya itu, Yeosang akhirnya menyatakan cintanya pada Seonghwa.

Karena, ketika Yeosang terpuruk dengan Jongho yang telah tiada, disitu Seonghwa hadir untuknya. Seonghwa yang mengurusinya sampai akhirnya ia mulai mencintai pemuda itu. Dan Yeosang memberanikan dirinya untuk mengungkapkan perasaannya untuk Seonghwa.

“I love you” kata Yeosang pada Seonghwa. “I love you too” kata Seonghwa sambil mengecup pipi Yeosang.

Jongho, terima kasih sudah hadir dalam hidupku dan menjadi cinta pertamaku. Sekarang, aku akan terus hidup dan bahagia bersama cinta terakhirku, Ka Seonghwa. Bahagia di atas sana, sampai kita bertemu kembali. Titip salam buat San. Bilang kalau Wooyoung juga mulai menerima Yunho dan bahagia bersamanya” kata Yeosang dalam hati.

“Aku pulang” kata Jongho sambil membuka pintu kediamannya. Tentu saja tidak ada siapa-siapa. Orang tuanya baru akan pulang sore nanti. Jongho merebahkan tubuhnya ke sofa. Matanya menatap amplop yang dibawanya dari rumah sakit.

Amplop itu pun akhirnya diletakkan di meja ruang tamu. Jongho berkali-kali menghela nafasnya. Entah apa yang dipikirkannya, tapi pemikirannya sangat kacau hari ini. Jadi Jongho memutuskan untuk tertidur sebentar di sofa berwarna biru itu.

Kemudian, Jongho terbangun ketika mencium aroma kopi. “Jongho? Udah bangun?” Ternyata itu adalah papinya, Seonghwa. Seonghwa membuatkan kopi americano kesukaannya. Memang, di keluarganya, hanya ia pecinta kopi. Sehingga orang tuanya membelikan biji kopi khusus untuk Jongho.

“Papi kapan pulang??” Tanya Jongho sambil berjalan ke arah mini bar, tempat papinya berada. “Setengah jam yang lalu. Papi sengaja ga bangunin kamu. Kayanya kamu cape banget” kata Seonghwa. Seonghwa menyodorkan gelas berisi americano itu pada Jongho dan diterima Jongho dengan senang.

“Itu surat apa dek? Tadi papi mau buka, tapi ga sopan kalo main buka” kata Seonghwa. Jongho pun menjadi sendu kembali. Seonghwa yang melihat raut wajah sedih Jongho pun bertanya-tanya dalam hatinya. Ada apa dengan anak bungsunya itu?

“Adek.. Abis test secondary gender tadi” kata Jongho. “Terus?” Tanya Seonghwa. “Adek hasilnya Omega” kata Jongho pelan. Walaupun pelan, Seonghwa dapat menangkap dengan baik perkataan Jongho. Ingatkan bahwa mereka bukan manusia biasa.

“Bagus dong. Papi jadi ada yang nemenin” kata Seonghwa. “Iya sih.. Tapi..” kata Jongho sambil mengulum bibirnya sendiri. Seonghwa tau, Jongho sedang banyak pikiran di kepalanya dan ia sedang menimbang apakah hal tersebut harus diceritakan pada dirinya atau tidak.

“Adek.. Kalo adek mau cerita sekarang, papi dengerin. Tapi kalo mau cerita nanti juga gapapa” kata Seonghwa. Jongho pun menghela nafasnya. Memang, dia tidak bisa menyembunyikan apapun dari papinya itu. “Adek ngerasa ga cocok? Adek ga cantik kaya omega lain, kaya ka Wooyoung misalnya. Adek juga kuat, setara sama alpha-alpha lain. Adek juga belum heat kaya omega lain” kata Jongho.

“Emang jadi omega tuh harus lemah gitu?” Tanya Seonghwa. “Ya engga sih. Tapi biasanya Alpha seneng sama omega yang mau dibantu. Sedangkan adek kaya mandiri? Bisa ngelakuin apa-apa sendiri. Bisa ngelawan orang jahat sendiri” kata Jongho. “Adek, dengerin papi deh. Jadi omega, bukan berarti adek harus lemah. Adek bisa kok jadi omega yang kuat.

Jadi, adek bisa nolongin temen-temen omega lain yang ga sekuat adek. Terus kalo adek kuat, adek nanti ga sakit pas heat pertama. Dan masalah heat, kadang ada beberapa yang telat. Papi juga dulu telat. Lagian, kalo belum ketemu mate tuh, sakit banget tau” kata Seonghwa panjang lebar.

“Banget pi?” Tanya Jongho. Seonghwa mengangguk. “Biasanya kalo mau heat, feromon kita bakal kecium lebih pekat. Itu mengundang banyak Alpha untuk nandain kita. Tapi kalo udah mating, feromon kita cuma bisa dicium oleh mate kita dan sesama omega” kata Seonghwa.

“Tapi aku ga bisa cium feromon papi” kata Jongho. “Hahaha karna kamu lagi minum kopi. Feromon papi itu campuran kopi sama kayu manis” kata Seonghwa. “Wah. Pantes aja. Tapi papa bisa bedain mana wangi kopi sama wangi feromon papi?” Tanya Jongho. “Ya bisa lah adek hahaha.. Kan papa matenya papi” kata Seonghwa sambil tertawa.

“Aku pengen tau feromonku sendiri” kata Jongho sambil menangkup pipinya. “Mungkin bentar lagi. Nanti deket-deket hari pertama heat, biasanya kecium feromon kamu” kata Seonghwa. “Oke deh kalo gitu. Makasih papi!! Papi emang orang tua terbaikkk yang adek punya” kata Jongho sambil memeluk Seonghwa. “Hahaha sama-sama bayii” kata Seonghwa sambil mencubit pipi tembam Jongho.


Malamnya, Seonghwa tersenyum mendapati Hongjoong yang pulang lebih cepat dari biasanya. Ya walaupun tetap larut malam sih, tapi setidaknya lebih cepet. “Udah makan belum?” Tanya Seonghwa pada Hongjoong. Hongjoong tidak menjawab dan malah menarik Seonghwa ke pelukannya.

“Babe, aku cape banget. Atasanku rese” kata Hongjoong. Hongjoong mendekati perpotongan leher Seonghwa. Menghirup feromon belahan jiwanya itu dengan rakus. Seonghwa hanya mampu menepuk-nepuk punggung Hongjoong. “Aku ga bisa kasih advice apa-apa. Tapi siapa tau cerita adek hari ini bikin kamu seneng” kata Seonghwa.

“Adek kenapa?” Tanya Hongjoong cepat. Tuh kan bener kata Seonghwa. “Duduk dulu. Aku ambilin air” kata Seonghwa. Hongjoong pun duduk di kursi mini bar dan membiarkan Seonghwa mengambilkan air untuknya. “Adek abis test secondary gender. Dan dia omega” kata Seonghwa. “Benarkah? Wah, kita punya sepasang dong ya. San yang Alpha, Jongho omega” kata Hongjoong.

“Tapi dia sempet sedih tau. Dia pikir dia bukan omega yang bakal disukai sama alpha. Karna ya kamu tau sendiri kekuatan dia setara kaya alpha” kata Seonghwa. “Yaampun kasian anakku” kata Hongjoong. “Tapi tenang. Dia udah ku tenangin kok. Aku bilang kalo ga ada salahnya jadi omega yang kuat” kata Seonghwa.

“Ya emang ga salah? Malah keren tau. Aku jadi inget waktu kita pacaran dulu, kamu nendang orang yang bully aku” kata Hongjoong. “Duh gausah diingetin. Aku masih kesel tau ga sama kejadian itu” kata Seonghwa. “Hahaha our little prince tau, darimana dia belajar” kata Hongjoong sambil mengelus rambut Seonghwa.

“San ga pulang?” Tanya Hongjoong. “Wooyoung jadwal heatnya lusa. Jadi dia nemenin Wooyoung” kata Seonghwa. “Aku jadi penasaran sama matenya adek nanti” kata Hongjoong. “Anakmu baru 18 tahun. Aku ga mau anakku hamil di usia muda ya” kata Seonghwa. “Iya sayang iya” kata Hongjoong sambil terkekeh.

Hongjoong menarik Seonghwa ke dalam pelukannya. “Kamu tau? Aku bangga dan seneng banget punya mate kaya kamu. Makasih udah hadir dalam hidupku” kata Hongjoong. “Aku juga bangga sama kamu, Alpha. Dan aku sayang banget sama kamu” kata Seonghwa sambil membalas pelukan Hongjoong.

Ah, mari kita tinggalkan pasangan ini. Mereka sedang asik dengan dunianya dan kita cuma ngontrak hehe..

bgm : Day6 – Finale

“Woo, ke mall yuk?” Wooyoung yang dipanggil pun segera menolehkan kepalanya ke belakang. Menghadap pria dengan surai pink kesayangannya. “Tiba-tiba banget San? Kamu biasanya paling males kalo keluar rumah” kata Wooyoung.

“Ya iyalah, emangnya aku itu kaya kau anak ekstrovert?” Kata San -si pemilik surai pink tadi. “Berisik kau introvert” kata Wooyoung sambil melempar handuk yang berada di dekat washtafel. “Eh serius ini. Ke mall hayuk” kata San. “Ya ayo aja tapi kamu belom mandi Choi San!! Aku ga mau jalan sama orang yang belum mandi” kata Wooyoung.

“Lah kamu juga belom mandi, yang?” Kata San. “Kamu masuk kamar mandi sekarang atau pisau ini aku lempar ke kamu? Aku mandi sekarang yang ada kamu ga sarapan, mau?” Kata Wooyoung sambil mengacungkan pisaunya. “Eh jangan gitu. Kalo aku mati, nanti ga bisa nikahin kamu” kata San.

“Aku bisa sama Yeosang” kata Wooyoung. “Nanti kamu dibelah kaya apel sama Jongho” kata San. “BURUAN MANDI GA?” kata Wooyoung. San pun segera berlari masuk ke kamar mandi sebelum Wooyoung kembali mengamuk kepadanya.

Setelah San selesai mandi, ia mendapati kekasihnya sedang menyajikan dua piring pancake hangat dengan sirup maple yang menggoda selera. “Wahh pancake!!” Seru San. “Aku mandi dulu ya? Gerah banget” kata Wooyoung. “Ya jangan dong, nanti pancakesnya keburu dingin” kata San sambil menahan tangan Wooyoung. Wooyoung pun akhirnya menurut untuk mengisi perutnya terlebih dahulu sebelum mandi.


Sekitar jam 11 siang, San dan Wooyoung akhirnya sampai di mall. “Kamu ke mall ngapain?” Tanya Wooyoung. “Ini, aku mau minta benerin senar gitarku ke toko musik. Sebenernya aku bisa ganti sendiri sih, tapi mending aku serahin ke orang yang udah terbiasa” kata San.

“Hm bener juga” kata Wooyoung. San pun mengenggam tangan Wooyoung. “Abis benerin senar gitar, kita jajan sama mamam yang banyak. Gimana?” Kata San. “Call!! Eh btw, aku kesana dulu ya. Ada stand jajanan” kata Wooyoung sambil menunjuk ke arah tengah mall.

“Iya gih sana. Nanti aku nyusul” kata San sambil memberikan beberapa lembar uang kepada Wooyoung. “Jangan gitu. Aku juga punya uang. Mending uangnya kamu pake buat beli keperluan apart kita” kata Wooyoung. “Sesekali Woo. Kamu nih ga pernah mau ku jajanin. Sekali aja oke?” Kata San. “Ishh ini karna kamu maksa ya” kata Wooyoung sambil mengambil uang tersebut.

“Hehe.. Oke kecil~ Have fun” kata San. Wooyoung pun mengangguk dan pergi sambil melompat-lompat kecil.


Sesampainya di stand makanan, Wooyoung segera membeli beberapa makanan yang disukainya. Stand jajanan ini tepat berada di depan panggung. “Band punya Bang Hongjoong kalo manggung disini heboh kali ya” kata Wooyoung sambil terkekeh geli.

“Test test selamat siang pengunjung mall Horizon sekalian!! Wah siang-siang gini enaknya ngemil ga sih? Yuk di depan kita saat ini ada stand makanan...”

Wooyoung mendengarkan celotehan mc di panggung itu. “Yaampun jadi flashback dulu suka disuruh jadi mc dadakan” monolog Wooyoung sambil terkekeh. “Ini ka makanannya” kata penjaga stand tersebut pada Wooyoung. “Oh? Oke ini uangnya ya mas. Makasih banyak” kata Wooyoung sambil memberikan uang pada penjaga stand tersebut dan mengambil makanannya.

“Siang ini, kita punya request spesial nih. Katanya ada yang mau ngelamar pacarnya” kata mc lainnya. “Loh sekarang?” Tanya mc utamanya. “Iya sekarang. Namanya, bentar tadi lupa. Siapa ka namanya?” Kata mc kedua tersebut pada orang di belakang panggung.

“Choi San”

DEG! Rasanya jantung Wooyoung berhenti berdetak ketika mendengar suara yang familiar itu. “Wah ka Choi San, pacarnya yang mana nih ka? Boleh dong ditunjuk” kata mc utama. “Tuh yang lagi pegang jajanan. Yang rambutnya item sama blonde” kata San sambil menunjuk pada Wooyoung.

“Wah ini sih wajar ka Choi San bucin sama pacarnya. Gemes banget ya ka? Kalo boleh tau namanya siapa ka?” Kata mc kedua pada San. “Jung Wooyoung. Bentar lagi jadi Choi Wooyoung” kata San sambil tertawa. “Wih mantap. Percaya diri banget ya ka Choi San ini. Silahkan ka, panggung ini milik kakak” kata mc utama tersebut.

“Halo selamat siang semuanya. Maaf ya acara makan siang dan refreshingnya diganggu sama saya. Perkenalkan saya Choi San, saya hari ini berdiri di atas panggung untuk melamar pacar saya, Wooyoung. Kenapa saya sayang sama dia? Soalnya, dia udah nemenin saya selama bertahun-tahun. Baik di titik lemah saya, maupun di puncak kebahagiaan.

Saya hanya mau membawa Wooyoung ke jenjang yang lebih serius. Jadi Wooyoung, pacarku yang lucu, sebelum aku ngelamar kamu, izinin aku nyanyiin satu lagu” kata San panjang lebar. Wooyoung melihat San menggeser gitar akustik di bahunya ke arah depan.

Tangannya dengan lihai berpindah-pindah pada kunci gitar yang satu dengan yang lain. Wooyoung tau, San adalah pemain gitar yang handal. Ia seringkali bernyanyi sambil memainkan gitarnya untuk Wooyoung.

On top of the dimmed stage I’m all alone and reaching around I searched for the light So I know where I’m standing right now

Wooyoung ingat, pertemuan pertamanya dengan San. San yang saat itu menjadi ketua acara jurusannya, menemui Wooyoung. Memohon padanya agar Wooyoung mau menjadi mc untuk acara jurusannya, dikarenakan mc yang disiapkan San mendadak sakit.

Wooyoung mengiyakan dan acara itu pun sukses besar, mengingat tidak ada seorang pun yang tidak mengenal Wooyoung di kampus mereka. San pun mengajak Wooyoung untuk pergi makan di outlet fast food terkenal, sebagai ucapan terima kasih.

That smile of yours told me The thing I was always looking for You, right in that place You show me where I’m going right now

Setelah pertemuan pertama itu, Wooyoung sadar jika San memiliki perasaan lebih padanya. Namun Wooyoung masih denial. Lebih tepatnya belum siap karena ia baru saja mengalami patah hati.

Namun, ketika Wooyoung frustasi karena teman-teman kelompoknya saat itu tidak bisa diandalkan, San hadir disana. Ia membantu Wooyoung yang sibuk berjualan makanan untuk tugas mata kuliah. Wooyoung sadar, San adalah orang yang tulus. Dan detik itu, Wooyoung meyakinkan dirinya untuk belajar mencintai San.

After so many times I look into my heart After so many times our eyes meet In the end, it turns into belief

Tiga bulan setelah kejadian San membantu Wooyoung, mereka pun resmi berpacaran. Wooyoung bahagia, karena menemukan alasannya untuk tetap hidup. Yaitu San. Seorang matahari untuknya.

Ketika San membuka bisnis restoran miliknya saat masih kuliah, Wooyoung hadir disana. Bahkan ketika San sempat kabur ketika ia ditipu oleh salah satu investor restorannya, Wooyoung lah yang berhasil membujuk San untuk bangkit dan berjalan kembali.

After stumbling and falling so many times Now I have finally arrived where you are I want to walk towards the future with you Baby you are where I wanna be

Mereka pernah berselisih paham tentu. Wooyoung kesal dengan sifat San yang selalu kabur setiap ada masalah. Sifat San yang menutupi semuanya dan bersikap seolah-olah semuanya baik. Wooyoung kesal dengan hal itu dan mereka pernah bertengkar hebat.

Namun, balik lagi, keduanya saling intropeksi satu sama lain. Memperbanyak komunikasi dan membangun lagi rasa percaya. San perlahan mulai terbuka pada Wooyoung. Rasa ketakutan, keraguan, cintanya pada Wooyoung diungkapkan semuanya. Begitu juga dengan Wooyoung yang mengungkapkan rasa tidak sukanya pada sifat San yang selalu menutupi perasaan yang dialaminya. Dan setelah itu mereka berbaikan kembali.

That smile you light up is a true miracle And I’ll keep on protecting it more than anyone, my babe If you let me I can love you till the end So stay with me, don’t go anywhere

Baik Wooyoung dan San, mereka berdua saling berjanji untuk menjaga senyuman mereka untuk satu sama lain. Wooyoung yang saat ini bekerja di restoran San, berusaha semampunya untuk tetap memperhatikan San.

Begitu juga San. San tau jika Wooyoung penat bekerja seharian di restoran, maka San terkadang memberikan reward kecil pada Wooyoung. Biasanya berupa es krim, atau pelukan serta kecupan yang diberikan sebelum tidur. Sederhana, namun berarti bagi keduanya.

The best happy ending For sure, you will Be my final love story So babe please be my finale

Wooyoung tersentak ketika ia sadar bahwa San sudah ada di hadapannya. “Kamu bengong terus” kata San. “Aku kaget. Sampe ga bisa ngomong apa-apa” kata Wooyoung. San pun terkekeh mendengar jawaban Wooyoung.

San pun berlutut di hadapan Wooyoung. Tangannya mengeluarkan kotak beludru berisi sebuah cincin yang sangat indah. “Aku ga bisa merangkai kata-kata yang indah. Aku cuma bisa bilang, kalo aku bakal bahagiain kamu, sampai kita tua nanti. Sampai kita meninggal. Karena kaya frasa latin yang kamu temuin, amicus ad aras, teman sampai altar, teman sampai mati.

Aku mau jadi teman hidup kamu sampai kita tiada. So babe, will you be my finale?” Tanya San. Wooyoung yang tidak bisa berkata-kata hanya mampu memeluk leher San sambil menangis. San menepuk-nepuk punggung kecil Wooyoung. Menenangkan rubah kecilnya yang terisak di pelukannya.

“Jadi, gimana nih? Lamaranku diterima ga?” Tanya San. “Yes, of course” kata Wooyoung sambil terisak. Dan seisi mall itu pun bersorak merayakan lamaran San dan Wooyoung. Selamat ya San dan Wooyoung!! Semoga kalian bahagia selalu!!


Thanks for reading 💙

I'm really appreciate for every feedback, so jangan malu-malu kasih feedback ya hihi ^^

Kapal “Wave” adalah kapal terbesar di kala itu. Kapal ini dinamakan Wave, dengan arti bahwa kapal ini mampu menerjang segala badai yang akan dihadapi. Wave telah banyak berjasa pada negeri ini. Beberapa di antaranya adalah mengangkut bahan makanan dari satu pulau ke pulau lain dan menemukan harta terpendam di pulau terpencil.

Saat ini, Wave sedang dalam perjalanan menemukan harta terpendam milik mendiang raja. Wave ditugaskan langsung oleh raja saat ini, untuk menemukan barang pusaka milik kerajaan yang disembunyikan. Kapten Wave, yang biasa dipanggil Hongjoong tentu saja langsung mengiyakan.

Siapa yang menolak untuk petualangan?

Dan disinilah Hongjoong. Membawa kapal sekaligus rumahnya itu menuju tempat yang ditujukan oleh peta tersebut. Walaupun ia adalah seorang kapten, Hongjoong tetap bekerja membantu para awak kapalnya. Biasanya ia akan memegang kemudi kapal di pagi hingga siang hari.

Namun apabila ada badai, Hongjoong menyerahkan pekerjaan kemudi itu pada orang lain. Ia biasa membantu awak kapalnya mempertahankan kapal, misalnya dengan membentangkan bendera kapal atau memastikan tidak ada yang terjatuh.

Dalam perjalanannya kali ini, Hongjoong membawa serta adiknya, Yeosang untuk menjelajah bersama. Yeosang saat ini sedang turun dari menara pengawas. Penglihatan tajam Yeosang sangat berguna untuk kelangsungan perjalanan mereka. “Hyung, kurasa kita harus beristirahat. Malam ini sepertinya akan ada badai” kata Yeosang. “Benarkah? Baiklah. Kau melihat pulau di sekitar sini? Karena seingatku tidak ada pulau kecil disini dan pulau besar masih sangat jauh” kata Hongjoong.

Yeosang mengangguk. “Ada pulau kecil jika kita pergi ke arah timur laut. Tidak jauh dari posisi kita saat ini” kata Yeosang. “Oh? Bagus sekali. Kita bisa beristirahat sejenak disana” kata Hongjoong yang tanpa basa-basi langsung mengarahkan kapalnya menuju arah timur laut.

“Tapi hyung, aku ingat cerita masa lalu yang diceritakan ayah” kata Yeosang sambil menahan Hongjoong. “Apa itu?” Tanya Hongjoong. “Jika kau tiba-tiba menemukan pulau kecil di tengah laut, itu adalah tempat tinggal para duyung” kata Yeosang.


Sesampainya di pulau tersebut, para awak kapal Wave segera membangun tenda untuk menjadi tempat istirahat mereka sementara. “Sepertinya kita harus pergi agak ke tengah pulau. Badainya akan parah jika dilihat dari awannya” kata Hongjoong. “Lalu kapalnya?” Tanya Yeosang. “Aku akan disini. Tenang saja. Kau ikut saja dengan awak yang lain” kata Hongjoong.

“Baiklah hyung. Aku pergi ya. Panggil kami jika ada yang mengancammu” kata Yeosang. “Yeosang, aku sudah menjadi kapten seumur hidupku jadi lebih baik sekarang kau tutup mulutmu dan ikut pergi dengan mereka” kata Hongjoong. Yeosang hanya tersenyum kemudian pergi mengikuti awak kapal Hongjoong yang lain.

Hongjoong mengambil tenda khusus miliknya. Kapal Wave sendiri berada di dalam gua besar dekat bibir pantai pulau tersebut. Hal itu dilakukan Hongjoong agar kapalnya lebih aman dari badai. Hongjoong turun dari kapalnya dan mulai membangun tenda miliknya. Ia juga menyalakan api unggun untuk menghangatkan tubuhnya.

Badai mulai mengganas di luar sana. Dan untung saja badai itu terhalang oleh kapalnya yang ada di mulut gua. “Sial, sepertinya perjalanan ini akan lama” kata Hongjoong. “Tidak baik mengumpat dalam badai, tuan.” Hongjoong menoleh ke belakangnya. Tidak ada orang di belakangnya, tetapi ia dapat mendengarkan suara itu.

“Anda tidak akan menemukan saya di darat” kata orang tersebut. Hongjoong memperhatikan adanya pergerakan air laut di belakang kapalnya. Hongjoong membawa senternya kemudian menyorotkan sinarnya ke arah tersebut. “AAAA!!” seru Hongjoong ketika mendapati wajah orang yang muncul dari dalam laut. Hongjoong pun reflek melempar senternya hingga terjatuh di atas pasir.

“Aduh maaf, aku mengejutkanmu ya?” Kata orang tersebut. “Jangan mendekat!!” Seru Hongjoong. “Saya tidak punya kaki, mana bisa saya mendekat??” Kata orang tersebut. Hongjoong tertegun ketika mendengar ucapan orang tersebut. Ia mengambil senternya dan kembali menyorotkannya pada orang itu. “Kau hantu?” Tanya Hongjoong.

“Hantu itu tidak ada, tuan. Saya yakin anda orang terpelajar, harusnya anda tau mahluk apa saya ini” kata orang tersebut. Hongjoong tentu saja tau mahluk apa yang tinggal di dalam laut. Apalagi tadi Yeosang sempat menyinggungnya. Hanya saja, ia tidak menyangka bisa bertemu mahluk itu secara langsung.

“Duyung?” Tanya Hongjoong memastikan. “Pintar” kata orang tersebut. “Kau tidak akan menyerangku kan?” Tanya Hongjoong dengan curiga. “Tidak, tentu saja. Anda sepertinya orang baik” kata orang tersebut. Hongjoong pun perlahan mendekati orang tersebut dan mematikan senternya.

Dari dekat, Hongjoong dapat melihat seorang pria dengan rambut hitam legam. Pemuda itu tidak menggunakan pakaian untuk tubuh atasnya. Tentu saja mereka kan hidupnya di air, untuk apa pakaian -Hongjoong menyalahkan pemikirannya sesaat.

Dari dekat, Hongjoong dapat melihat tubuh bagian bawah pria tersebut. Bagian bawahnya berupa ekor, seperti ikan. Ekor tersebut memiliki perpaduan warna biru laut, dan putih. Sangat indah. Hongjoong sampai terpana melihat keindahan ekornya.

“Suka dengan apa yang kau lihat, tuan?” Tanyanya. Hongjoong tersentak, dia sangat malu karena terlalu gamblang bahwa ia menikmati keindahan orang tersebut. “Maaf. Ekormu indah sekali. Aku sampai terpana” kata Hongjoong dengan jujur. Tanpa disangka, orang itu pun tertawa. Hongjoong ikut tertawa ketika mendengar tawa yang sangat indah menurutnya itu.

“Seonghwa. Namamu, kapten?” Kata pria tersebut atau Seonghwa. “Hongjoong. Darimana kau tau kalau aku ini kapten?” Tanya Hongjoong. “Seorang kapten tidak mungkin meninggalkan kapalnya. Persis dengan apa yang kau lakukan saat ini” kata Seonghwa. “Ah benar sekali. Aku tidak mungkin meninggalkan kapalku” kata Hongjoong.

“Badai sepertinya akan bertahan dua sampai tiga hari. Aku akan menemanimu sampai badai mereda” kata Seonghwa. “Kau tidak tidur?” Tanya Hongjoong. “Duyung tidak tidur, Hongjoong. Sebaiknya kau istirahat. Aku akan membangunkanmu jika sudah pagi” kata Seonghwa.

Hongjoong pun mengangguk. Ia berdiri dan berjalan menjauhi Seonghwa. Hongjoong pun masuk ke tendanya dan beristirahat.

Keesokan paginya, Hongjoong terbangun karena ada yang memanggil namanya. Ketika ia membuka matanya, ada Yeosang yang membawa beberapa makanan. “YA!! KAU MENERJANG BADAI??” Tanya Hongjoong. Yeosang terkekeh kemudian memberikan makanan yang dibawanya. “Jelas. Aku membawa makanan untukmu, hyung” kata Yeosang.

“Kenapa kau disini?” Tanya Hongjoong. “Para awak kapal itu berisik sekali. Mereka membahas soal sisik duyung yang bisa membawa kekayaan. Cih, kekanakan sekali. Kaya duyung ada aja” kata Yeosang. Hongjoong tercekat tentu saja. Ia memperhatikan belakang kapalnya, dan tidak ada Seonghwa disana.

“Tapi kau kemarin mengingatkanku soal dongeng ayah” kata Hongjoong. “Itu kan hanya mitos. Hyung percaya? Ku pikir hyung bukan tipe yang percaya mitos” kata Yeosang. “Tentu saja tidak. Sudahlah aku akan kembali. Hujannya sudah berhenti. Aku mau menjelajah pulau ini” kata Yeosang. “Hati-hati” kata Hongjoong.

Setelah memastikan Yeosang pergi, Hongjoong segera pergi menuju belakang kapalnya. “Seonghwa?” Panggil Hongjoong. “Aku disini” kata Seonghwa yang menyembulkan kepalanya dari air. “Tadi itu adikmu? Dia tampan” kata Seonghwa. “Tentu. Siapa dulu kakaknya” kata Hongjoong dengan bangga.

“Aku mendengar perkataanmu dengan Yeosang” kata Seonghwa. “Soal apa?” Tanya Hongjoong. “Awak kapalmu” lirih Seonghwa. Ah benar! Hal itu pasti membuat Seonghwa takut. “Maaf. Aku akan memastikan mereka tidak akan mendekati tempat ini. Aku akan menjagamu” kata Hongjoong pada Seonghwa.

Seonghwa yang mendengar pernyataan Hongjoong pun akhirnya ikut tersenyum. “Aku percaya pada Hongjoong” kata Seonghwa. Hongjoong terpaku, Seonghwa sangat indah. Jantungnya semakin berdegup kencang melihat keindahan Seonghwa.

“Seonghwa... Boleh aku memelukmu?” Tanya Hongjoong. Seonghwa pun terkekeh, “silahkan” kata Seonghwa. Hongjoong pun membawa Seonghwa dalam pelukannya. Tubuh Seonghwa sangat pas berada di pelukannya. “Kita memang baru bertemu. Tapi izinkan aku mencintaimu” kata Hongjoong pada Seonghwa.

“Hongjoong, kita berbeda” kata Seonghwa. “Tidak masalah. Aku akan menjagamu. Kemana pun kamu pergi, aku akan menyusulmu” kata Hongjoong. “Terima kasih Hongjoong. Ini pertama kalinya ada yang mencintaiku” kata Seonghwa. Matanya berkaca-kaca ketika memandang Hongjoong.

“Apa aku boleh menciummu?” Tanya Hongjoong. Seonghwa mengangguk dan membiarkan bibirnya dipagut lembut oleh Hongjoong. Biarlah untuk saat ini mereka saling mencintai. Saling mengingat kehadiran satu sama lain selagi bisa.

Siang harinya, badai mulai reda. “Aku harus bersiap, sepertinya kami akan pergi siang hari ini, supaya cepat sampai ke tempat tujuan” kata Hongjoong pada Seonghwa. Seonghwa pun mengangguk dan masuk ke laut kembali. “Kamu harus pergi sekarang sebelum awak kapalku kembali. Mereka bisa membahayakanmu” kata Hongjoong.

“Aku akan mengikutimu” kata Seonghwa. “Baiklah. Hati-hati ya” kata Hongjoong. Seonghwa pun mengangguk dan berenang menuju laut terlebih dahulu. Tak lama kemudian, awak kapal Wave bersama Yeosang datang ke tempat Hongjoong. “Ayo kita jalan sekarang” kata Hongjoong.

Kapal Wave pun memulai perjalanannya kembali. “Kapten, kau tau? Kami menemukan catatan tua di pulau itu!! Katanya kalau kita berhasil menemukan duyung dan mengambil sisiknya, kita akan jadi kaya” kata salah satu awaknya. “Hal seperti itu tidak ada. Itu hanyalah mitos, kau tau kan?” Kata Hongjoong.

“Bagaimana kalau kita buktikan saat ini?” Sahut awak yang lain. Hongjoong tersentak, gila. Awak kapalnya benar-benar gila. “Sudahlah kalian. Kita pergi kesini untuk menuntaskan pekerjaan kita. Bukan mendengarkan ocehan tidak berguna kalian” kata Yeosang.

“Baiklah, kami akan membuktikan sendiri. Kami akan memanah ke arah laut. Dan jika kami berhasil membawa duyung, jangan ikut dalam pembagian hasil” kata awak kapal tersebut. Hongjoong cemas sekali. Seonghwa mengikuti kapalnya dan ia berharap Seonghwa mendengar ocehan para awaknya tadi dan segera pergi menjauh.

Namun, sepertinya terlambat. Karena tepat ketika awaknya melepaskan panah ke arah laut, ternyata itu tepat terpanah di tubuh Seonghwa. Seonghwa yang terkejut melempar dirinya ke luar laut dan masuk kembali ke laut. “LIHAT? BENARKAN ADA DUYUNG!!” Kata awak kapal tersebut.

“TIDAK!! HENTIKAN!!” sahut Hongjoong. “Hyung!!” Seru Yeosang. “Yeosang, jadilah kapten kapal ini. Pergi dan selesaikan tugasku” kata Hongjoong. “HYUNG!! HYUNG MAU KEMANA??” seru Yeosang. Hongjoong melepas jaket bulu turun temurun dari ayah mereka. “Aku percaya padamu Yeosang” kata Hongjoong

“TIDAK!! HYUNG!!” seru Yeosang. Hongjoong pun terjun ke laut. Hongjoong berenang di dalam laut menuju tubuh Seonghwa yang melemas. Hongjoong berenang sampai tubuh Seonghwa berada di pelukannya. “Hongjoong..” panggil Seonghwa. Hongjoong yang masih berusaha menahan nafasnya, memeluk erat tubuh terluka Seonghwa. Bibirnya mulai bergerak, dan mencium bibir Seonghwa.

“SELAMATKAN HYUNGKU!! KU MOHON!!” teriak Yeosang pada awak kapal. “Kami akan mengambil duyung itu setelah menyelamatkan kapten” kata awak kapal. “KAU MASIH MEMIKIRKAN DUYUNG ITU BAHKAN KETIKA NYAWA KAKAKKU MENJADI TARUHANNYA?” teriak Yeosang.

Seisi kapal itu pun terdiam. Yeosang tetaplah saudara dari kapten mereka. Yeosang jarang menunjukkan emosinya. “Cepat. Selamatkan hyungku” kata Yeosang. Dan beberapa awak kapal akhirnya terjun ke laut. Yeosang menggigit jarinya cemas. Ia berdoa dalam hati Hongjoong selamat.

“Yeosang, tubuh kapten tidak ada” kata awak kapal yang ikut terjun ke laut. “Tidak mungkin” kata Yeosang. “Maafkan kami Yeosang” kata awak kapal tersebut. “TIDAK!! HONGJOONG HYUNG!!” teriak Yeosang dan ia pun menangis dengan kencang.


“Sudah? Endingnya begitu saja?” Tanya seorang pemuda yang bertubuh lebih pendek dengan rambut oranye. “Aku memang sengaja membuatnya dengan open ending. Membiarkan pembaca menafsirkan endingnya” sahut pemuda berambut hitam yang duduk di depan komputer.

“Apakah tokoh Yeosang itu melanjutkan perjalanannya? Kenapa engga diceritain?” Tanya pemuda berambut oranye itu. “Itu lah namanya open ending, Edward Kim. Pembaca akan menafsirkan sendiri. Apakah tokoh Yeosang melanjutkan perjalanannya atau kembali. Kemudian nasib tokoh Hongjoong dan Seonghwa juga akan ku serahkan pada pembaca” kata pemuda berambut hitam.

Pemuda berambut oranye -Edward Kim atau Edward mengerutkan dahinya. “Park, tapi apakah pembaca tidak akan kecewa karena ending yang menggantung?” Tanya Edward Kim. “Pertama, margaku sudah berganti jadi Kim sejak kamu menikahiku setahun yang lalu, jadi namaku Song Kim. Dan kedua, aku yakin pembaca setiaku akan mengerti jalan ceritanya. Lagian, ini akan ku setorkan pada penulis naskah drama di Korea sana. Aku membiarkan mereka yang memilih mau dibawa kemana ending cerita ini” kata pemusa berambut hitam atau Song.

“Memang kadang aku tidak bisa memahami jalan pikirmu, babe” kata Edward. “Makanya, pahami aja tuh nada-nada, synthesizer dan teman-temannya. Oh satu lagi, pahami juga bagaimana menyayangiku” kata Song sambil mengedipkan sebelah matanya. Edward tertawa kemudian ia mendekati Song dan mengecup kepala suaminya itu. “Itu selalu aku lakukan, babe. I love you and always” kata Edward.


Thank you for reading 💙

I appreciate for every feedback, so jangan malu-malu kasih feedback hihi https://secreto.site/21422917