I Would
“Gue udah lama ga liat Yasa sama Mahes sejak mereka putus” kata Sena pada Sandy, William, Yohanes dan Jovi. “Gue masih sering liat ka Yasa. Dia kan anak BEM FISIP. Kalo ka Mahes gue ga pernah liat sama sekali” kata Jovi.
“FMIPA paling jauh sendiri sih. Jadi suka males jalannya” kata Yohanes. “Eh itu Yasa bukan sih??” Tanya William menunjuk seorang pemuda tinggi dengan rambut blonde. “Eh iya itu Yasa. YASA!!” Panggil Sena. Pemuda itu, Yasa, pun menengok ke arah Sena. “Oh?? Ka Sena?? Loh ada Sandy, William, Yohanes sama Jovi juga” kata Yasa ketika sampai di kursi yang diduduki Sena dan yang lain.
“Oy Yas, udah lama ga keliatan” kata Sandy. “Hehehe sibuk sama acara fakultas nih. Tanya aja sama Jovi” kata Yasa. “Gue mah nganggur ka. Anak PDD kan ribetnya di hari H” kata Jovi. “Bener juga HAHAHA” kata Yasa sambil tertawa.
“Eh btw, sorry nih gue nanya. Tapi, Mahes kemana?? Kok kayanya sejak kalian putus, Mahes ga keliatan?” Tanya William. Yasa tiba-tiba terdiam. Sorot matanya tiba-tiba berubah panik dan tanpa sadar, Yasa menggigit bibirnya sendiri.
“Yas, lo kenapa?? Lo gapapa??” Tanya Yohanes dengan panik. “Mahes.. Dia koma” kata Yasa.
“Halo Mahes... Apa kabarnya hari ini??” Tanya Yasa ketika masuk ke ruangan ICU, tempat Mahes yang sedang tertidur selama sebulan ini. “Mahes, hari ini aku ga dateng sendirian. Ada ka Sena sama Sandy disini. Di depan juga ada William, Yohanes sama Jovi yang bakal gantian nengokin kamu” kata Yasa sambil merapikan selimut Mahes.
“Mahes.. Apa kabar?? Sorry gue baru dateng.. Gue baru tau kalo lu comma” kata Sandy. “Dia masih bisa denger semua ucapan lo, San. Jadi kalo mau ngomong, ngomong aja hehe” kata Yasa. “Lo dari kapan disini terus?” Tanya Sena.
“Dari pertama kali Mahes masuk rs. Gue yang hubungin papa mamanya juga. Tapi papa mamanya kan di kota sebelah, jadi cuma bisa nengokin seminggu dua tiga kali aja. Jadi gue yang tiap hari disini” kata Yasa. “Kenapa lo jagain Mahes? Maksud gue, lu udah putus kan?” Kata Sena.
“Ka.. Mahes kecelakaan tepat setelah gue mutusin dia. Gimana gue bisa tinggalin dia?” Kata Yasa sambil memandang Sena.
“Kamu abis darimana??” Tanya Arjuna ketika Sena masuk ke apartemen mereka. “Oh Jun!! Kamu udah selesai rekaman??” Tanya Sena. “Iya udah. Dan jawab dulu pertanyaanku” kata Arjuna. “Aku abis ke rumah sakit” kata Sena.
“Siapa yang sakit??” Tanya Arjuna. “Hah.. Mahes kecelakaan sebulan lalu. Yasa ga cerita gimana kejadiannya, tapi intinya, Yasa mutusin Mahes, Mahes kecelakaan sampe koma dan sekarang Yasa jagain Mahes” cerita Sena. “HAH? SEBULAN LALU? YASA KOK GA CERITA??” tanya Arjuna.
“Dia ga cerita. Tapi aku yakin dia ngerasa bersalah. Karena kejadian Mahes kecelakaan terjadi tepat setelah Yasa mutusin Mahes” kata Sena. “Yaampun.. Kasian Mahes sama Yasa” kata Arjuna. “Makanya.. Ini aku mau bawain makanan buat Yasa. Kasian belum makan dia” kata Sena.
“Aku jadi inget, tema podcast minggu ini kayanya related sama keadaan Yasa” kata Arjuna. Sena pun terdiam kemudian menengok kepada Arjuna. “Kamu cenayang??” Tanya Sena. “Bukan. Aku dukun” kata Arjuna dan berakhir Sena melemparnya dengan tissue yang ada di ruang tamu.
“This is the coolest thing on this world!! Halo halo kembali lagi bersama Arjuna dalam Cerita Arjuna. Kali ini, kita ngobrol-ngobrol santai aja ya... Oke yang pertama, Bang Arjuna, gue mau bilang makasih sama lo. Podcast lo selalu terbaik. Setiap dengerin Cerita Arjuna, gue berasa dipeluk.
Hai siapapun lo, terima kasih udah suka sama Cerita Arjuna. Gue sangat bersyukur ketika podcast yang awalnya cuma iseng ini bisa bermanfaat buat lo semua. Gue harap, apapun masalah lo, lo bisa melalui semua itu. Karna gue, bakal nemenin lo disini, lewat Cerita Arjuna.
Bang, gue numpang cerita ya. Jadi gue lagi ada satu masalah. Dan gue rasa, gue biang kerok dari masalah itu. Gue penyebab dari masalah itu. Makanya gue pendem dan biarin cuma gue yang tau masalah itu. Tapi gue capek..
Jujur, gue pernah kaya lo. Gue rasa ini masalah gue, dan orang lain ga perlu tau masalah gue. Yang ada orang lain ikut merasakan beban yang lagi gue tanggung ini. Gue sok kuat banget, senyam-senyum di depan orang. Cape ga? Cape, tapi gue ga bisa bilang karena gue pikir gue bakal nyusahin mereka.
Itu nyiksa banget. Worst condition ever that i ever feel. Gue jadi ngerasa makin sendirian, makin ga punya siapa-siapa. Padahal gue punya Sena, punya temen-temen yang lain, yang selalu ada buat gue.
Dan akhirnya karna ga tahan, gue tumpahin semuanya ke Sena. Gue cerita semua dari A sampai Z ke Sena. Dan disitu gue sadar, kalo kita butuh cerita sama orang ketika ada masalah. Mereka mungkin ga bisa bantu kita, tapi dengan cerita, setidaknya bisa meringankan beban kita. Serius, kita harus hargai mereka yang mau hadir dan mendengarkan kita.
Pura-pura kuat, gak bikin lo keren dan bikin lo ga bisa survive dari masalah. Dengan lo pura-pura, itu secara ga langsung lo bikin perangkap kesendirian yang makin bikin lo ngerasa sendirian. Karna apa yang lo harepin? Lo aja bohong sama diri sendiri. Lo menutup diri sendiri dan ga ngebiarin orang-orang di sekitar lo buat bantuin lo.
It hurts to be alone, lo sendiri tau hal itu. Gue harap, setelah ini lo sadar bahwa terkadang kita butuh bantuan orang. Ketika lo ngerasa temen lo ga bisa bantu, ada orang-orang profesional seperti konselor dan psikolog yang mau bantuin lo. Ke konselor atau psikolog bukan hanya orang dengan gangguan jiwa kok.
Gue sendiri pernah ke psikolog waktu itu karena gue ga nyaman dengan emosi dan pikiran gue saat itu. Gue cerita banyak ke psikolog dan mereka membantu gue berpikir ulang tentang hal baik yang terjadi dalam hidup gue. Pencapaian gue, temen-temen gue dan hal-hal baik lainnya. Dan mereka bilang, wajar kalo gue sedih ketika ada masalah.
Mereka membantu gue untuk berpikir dari sisi yang lain, sehingga gua bisa menemukan jalan keluar dari permasalahan gue. Kadang, gue juga dateng ke psikolog ketika gue cuma pengen didengerin.
Jadi, yuk kita sama-sama jalan. Kita semua bisa laluin permasalahan kita. Gapapa untuk istirahat sebentar, karena kehidupan kita bukan lari sprint. Kehidupan kita tuh kaya lari marathon. Panjang kan jalurnya? Makanya ketika ada kesempatan istirahat, maka istirahat. Kalo bisa jalan, ya jalan. Ga perlu lari hehe..
Semangat!! Gue yakin lo semua bisa!! Sekian Cerita Arjuna hari ini. Semangat buat kalian semua. I'm proud of you!! Selamat malam!!”
Sandy dan Jovi saat ini sedang duduk di depan ruang ICU Mahes. Hari ini mereka yang menjaga Mahes, karena Yasa sedang sibuk mengurus persiapan acara fakultasnya, sedangkan yang lain masih ada kelas.
“Maaf, keluarga pasien Maheswara ada?” Tanya suster dari dalam ruang ICU. “Kami temannya suster. Kebetulan keluarga Maheswara lagi kembali ke kota asalnya. Baru datang lagi lusa” kata Sandy. “Ohh.. Baiklah.. Saya mau mengabarkan kalau pasien Maheswaea sudah sadar” kata suster tersebut.
“HAH?” seru Sandy dan Jovi bersamaan. “Kami akan memindahkan pasien Maheswara ke ruang rawat biasa terlebih dahulu” kata suster tersebut. Kemudian, beberapa perawat terlihat mendorong kasur rawat Mahes menuju ruang rawat biasa dan benar, Mahes sudah sadar.
“KA MAHES!!” seru Jovi. “Halo Jovi..” kata Mahes dengan lirih. “Mahes astaga... Seneng banget gue” kata Sandy. “Gue... Tidur berapa lama?” Tanya Mahes. “Sebulan. Dan kita baru tau seminggu yang lalu karna Yasa baru ngasih tau” kata Sandy. “Yasa?” Tanya Mahes memastikan.
“Iya ka. Ka Yasa jagain lo dari hari pertama lo kecelakaan. Hari ini dia ga bisa jenguk soalnya dia lagi ngurusin acara fakultas” kata Jovi. Mahes terdiam, “bukannya dia mutusin gue?” Tanya Jovi pelan.
Sandy dan Jovi pun memandang satu sama lain. “Em.. Kayanya lo butuh ngobrol sama Yasa. Tapi nanti. Lo fokus aja pulihin kesehatan lo” kata Sandy sambil memperbaiki selimut Yasa. “Makasih” kata Mahes.
Kira-kira, apa yang terjadi pada Yasa dan Mahes?? Ngomong-ngomong, terima kasih pada Arjuna, karena diam-diam Yasa merasa tersindir dengan podcast Arjuna. Tapi, Yasa berjanji, mulai hari ini, dia akan terbuka dengan teman-temannya. Semangat Yasa!!