Suicide Prevention Day
“WILL!! OY WILLIAM!!” William, pemuda dengan rambut nyentrik hitam blonde itu pun menoleh ke belakang. “Wih halo bang Jun!! Tumben main ke FIB” kata William pada Arjuna. “Hehe gabut sekalian minta tolong” kata Arjuna.
“Minta tolong apa bang?” Tanya William. “Gue pengennya sih minta tolong ke Sandy. Tapi gue belom ketemu Sandy dari kemaren. Mau ngechat lupa terus. Jadi gue titip pesen ya. Tanyain Sandy, mau ga kalo dia jadi bintang tamu podcast gue minggu ini” kata Arjuna. “Lah? Tumben. Harus Sandy banget bang?” Tanya William.
“Gue kepikirannya cuma sama Sandy sih. Tanggal 10 September itu ada Hari Pencegahan Bunuh Diri. Dan, lo tau alesan gue kenapa pilih Sandy” kata Arjuna. William terdiam. Memorinya membawa pada kejadian beberapa tahun lalu. Ketika ia menemukan Sandy, kekasihnya dengan tangan berlumuran darah di kamarnya sendiri.
“Gue coba tanya Sandy dulu ya bang” kata William. Arjuna mengangguk. “Kalo dia mau, langsung kabarin gue ya” kata Arjuna. “Siap bang” kata William.
Arjuna pun pamit untuk pulang. Dan tidak lama Arjuna pulang, Sandy pun datang menghampiri William. “Hai pacarku sayang.. Udah lama nungguin?” Tanya Sandy yang langsung mengusak rambut William. “Aduhh Sandy please gausah acak-acak rambut orang bisa?” Kata William dengan sebal.
“Hehehe kamu lucu soalnya” kata Sandy. “Gimana hari kamu?” Tanya William. “Hm not bad. Hari ini matkulnya enak jadi ya baik-baik aja” kata Sandy. “Oh ya, tadi bang Arjuna nanya” kata William. “Nanya apa tuh?” Tanya Sandy. “Katanya, mau jadiin kamu bintang tamu buat podcastnya minggu ini” kata William.
“Oh ya? Temanya apa? Biar aku siap-siap dulu” kata San. “Temanya Suicide Prevention Day” kata William. Sandy pun terdiam. “Kalo kamu ga mau gapapa kok. aku bisa bilang ke bang Jun kalo kamu belum siap” kata William sambil mengenggam tangan Sandy.
Sandy mengatur pernafasannya. “Aku mau. Aku mau speak up. Aku yakin di luar sana banyak yang ngalamin kaya aku. Aku mau bantuin mereka” kata Sandy. “Beneran?? Kamu gapapa?” Tanya William. “Iya, aku gapapa. Nanti temenin pas ke apart bang Juna ya” kata Sandy. William pun mengangguk, memberikan support secara moral untuk Sandy.
“Sandy, podcast gue hari ini, gue serahin semuanya ke lu. Lu bebas ngomongin apa aja hari ini” kata Arjuna. “Beneran bang? Gue takut salah ngomong” kata Sandy. “Engga. Gue percaya sama lu. Gue buka dulu, nanti sisanya lu yang ngomong” kata Arjuna.
“Semangat Sandy!! Pacarnya gue pinjem dulu ya.. Mau bikin cookies” kata Sena sambil merangkul William. “Aduh ka Sena, jangan tarik-tarik dong..” seru William. “Yuk kita mulai” kata Arjuna sambil menepuk bahu Sandy. Sandy pun mengangguk mantap.
“This is the coolest thing on this world!! Halo halo kembali lagi bersama Arjuna dalam Cerita Arjuna. Hari ini, hari yang spesial. Kenapa? Ada yang tau ga hari ini tanggal berapa? Yup, tanggal 10 September. Nah setiap 10 September, kita memperingati Suicide Prevention Day atau Hari Pencegahan Bunuh Diri.
Kali ini, yang bawain podcast bukan gua, tapi sobat gue yang berisik, untung temen HAHA.. Please welcome Sandy dari jurusan Pendidikan Anak Luar Biasa” seru Arjuna.
“Yayy!! Haloo para pendengar setia Cerita Arjuna!! Kenalin gua Sandy. Suatu kehormatan nih bisa jadi bintang tamu salah satu podcast paling terkenal di kampus” kata Sandy. “Anjir, kaga terkenal weh” kata Arjuna. “Ah merendah untuk meroket lu bang” kata Sandy.
“Rencananya lu mau ngapain nih hari ini San?” Tanya Arjuna. “Heum... Gue lebih kepengen speak up sih bang. Pengen cerita banyak. Kalo gue juga pernah di posisi ini” kata Sandy. “Okee, kalo gitu, gue serahin podcast ini ke lu. Semangat!! Lo bisa” kata Arjuna sambil menepuk punggung Sandy.
“Oke.. Huft... Bentar ya guys, gue deg-degan hehe.. Jadi, gue mau cerita. Gue pernah berpikir untuk bunuh diri. Gue pernah nyoba buat mengakhiri hidup gue sendiri. Alesannya apa? Karna gue dibully” kata Sandy. Sandy menarik nafasnya dan menghembuskannya kembali.
“Gue dapet perlakuan kasar dari mereka yang punya privillege. Hanya karna gue tinggal berdua sama bunda, mereka ngebully gue. Mereka bilang gue anak haram lah. Mereka juga nendang gue, mukul gue sampe gue pernah masuk rumah sakit.
Apa yang gue rasain? Gue takut. Sekolah rasanya adalah neraka buat gua. Setiap hari gue takut. Tapi gue tetap pergi ke sekolah, karna gue sayang sama bunda. Setiap hari, gue denger suara-suara di kepala gue. Gue terngiang-ngiang gimana pas mereka ngehina bunda, ngehina William yang saat itu masih jadi temen gue.
Dan lebih parahnya, ada bagian dari kepala gue yang nyuruh gue untuk mati. Gue ngedengerin itu. Gue berpikir kalo gue beneran ga ada gunanya di dunia ini, dan lebih baik gue mati daripada jadi beban semua orang.
So, gue ambil cutter yang saat itu ada di kamar gue. Gue sayat tangan gue sendiri sampe keluar darah. Gue biarin darahnya netes ke kasur gue. Gue pikir saat itu, gue bakal mati. Tapi, ternyata Tuhan masih sayang sama gua.
William dateng ke kamar gue saat itu. Dia panik dan langsung nyeka darah di tangan gue. Dia bilang 'kenapa ga cerita? Kan gue selalu ada buat lo.' Disitu gue sadar, kalo gue ga pernah sendiri. Ada banyak orang yang mau nolong gue, tapi guenya aja yang terlalu ngerendahin diri” cerita Sandy.
Sandy kembali menarik nafas dan membuang nafasnya. Berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdetak dengan cepat. “Lo masih kuat San?” Tanya Arjuna. “Gapapa bang. Butuh waktu aja sebentar” kata Sandy.
“Jadi, itu cerita gue. Gue memilih untuk bercerita karena gue yakin di luar sana banyak Sandy lainnya. Teruntuk kalian yang lagi tertindas, tertekan dan tidak bisa bercerita. Gue tau kalian kuat, karena kalian udah bertahan dengan beban berat itu sendirian. Kalian kuat banget.
Tapi, benteng kekuatan yang kalian bangun itu sangat rapuh dan bisa hancur kapan aja. Kenapa? Karena kuat itu juga punya batas waktunya, asal kamu tau.
Berceritalah. Karena, tanpa kalian sadari, dengan bercerita, kalian bisa menyelamatkan nyawa-nyawa lain yang mungkin merasakan hal yang sama sepertimu. Gue tau, pasti berat banget. Gue juga dulu susah untuk cerita sama William. Sama Bang Juna. Tapi gue pelan-pelan percaya sama mereka.
Kalian berhak bahagia, kita semua berhak bahagia. Ayo keluar dari lingkungan berduri itu. Cari hak kalian, kalian ga pantes dipukul, dihina atau perilaku kasar lainnya. Kalian manusia, kalian bukan hewan yang harus dipecut dulu baru jalan.
Jangan lagi ada yang diperlakukan semena-mena. Jangan lagi ada yang tertindas. Jangan lagi ada yang menderita dan menangis sendirian. Kalian berharga, dan kalian pantas untuk dicintai.
Dan aku mohon buat kalian yang melihat orang-orang yang ditindas, gue harap kalian menjadi berani untuk bergerak, mengambil tindakan. Karena dari satu gerakan kecil, ada banyak kehidupan yang bisa kalian selamatkan” kata Sandy.
Arjuna bertepuk tangan kecil. Sahabatnya sudah betul-betul berubah. Sandy sudah berubah jadi orang yang kuat. Tidak ada Sandy yang dulu takut dan ragu untuk bercerita. Yang ada hanyalah Sandy yang kuat dan terbuka pada mereka.
“Sekian cerita gue hari ini. Gue harap, cerita gue bisa menguatkan kalian. Sebenernya, ada banyak orang yang mau jadi pendengar kalian, tapi terkadang mereka belum berani. Atau kitanya terlalu menutup diri.
Ingat ini, kalian berharga dan kalian pantas untuk dicintai. Gue, lo dan kita semua deserve to be happy. Semangat!! Gue yakin kalian semua bisa. Sekian cerita dari Sandy. Thank you buat bang Juna udah bolehin gue cerita banyak disini hehe” kata Sandy.
“Thank you juga Sandy udah cerita banyak. Lo hebat banget San udah bertahan sampai sejauh ini” kata Arjuna. “Hehe.. Itu karena kalian juga kan” kata Sandy. “Oke deh kalo gitu, sekian Cerita Arjuna minggu ini. Sampai jumpa di lain kesempatan. Byee!!” Kata Arjuna.
“Lo hebat.” Sandy menengok ke arah William yang saat itu duduk di kursi penumpang. Sandy memaksa William untuk membiarkannya menyetir malam ini, karena tadi siang, William yang menyetir. “Makasih Will. Lo juga hebat, karena milih bertahan sama gue” kata Sandy.
“Terus kaya gini ya San? Tolong cerita sama gue apapun yang lagi lo rasain. Gue pengen ada buat lo” kata William. “Sure, prince. Lo juga. Cerita ya sama gue. Terbuka sama gue juga” kata Sandy. “Pasti San” kata William sambil tersenyum.
Terima kasih atas ceritanya Sandy!! Semoga kita bisa kuat dan terbuka, sama seperti Sandy. Good night 💙