The Captain and His Lover

Kapal “Wave” adalah kapal terbesar di kala itu. Kapal ini dinamakan Wave, dengan arti bahwa kapal ini mampu menerjang segala badai yang akan dihadapi. Wave telah banyak berjasa pada negeri ini. Beberapa di antaranya adalah mengangkut bahan makanan dari satu pulau ke pulau lain dan menemukan harta terpendam di pulau terpencil.

Saat ini, Wave sedang dalam perjalanan menemukan harta terpendam milik mendiang raja. Wave ditugaskan langsung oleh raja saat ini, untuk menemukan barang pusaka milik kerajaan yang disembunyikan. Kapten Wave, yang biasa dipanggil Hongjoong tentu saja langsung mengiyakan.

Siapa yang menolak untuk petualangan?

Dan disinilah Hongjoong. Membawa kapal sekaligus rumahnya itu menuju tempat yang ditujukan oleh peta tersebut. Walaupun ia adalah seorang kapten, Hongjoong tetap bekerja membantu para awak kapalnya. Biasanya ia akan memegang kemudi kapal di pagi hingga siang hari.

Namun apabila ada badai, Hongjoong menyerahkan pekerjaan kemudi itu pada orang lain. Ia biasa membantu awak kapalnya mempertahankan kapal, misalnya dengan membentangkan bendera kapal atau memastikan tidak ada yang terjatuh.

Dalam perjalanannya kali ini, Hongjoong membawa serta adiknya, Yeosang untuk menjelajah bersama. Yeosang saat ini sedang turun dari menara pengawas. Penglihatan tajam Yeosang sangat berguna untuk kelangsungan perjalanan mereka. “Hyung, kurasa kita harus beristirahat. Malam ini sepertinya akan ada badai” kata Yeosang. “Benarkah? Baiklah. Kau melihat pulau di sekitar sini? Karena seingatku tidak ada pulau kecil disini dan pulau besar masih sangat jauh” kata Hongjoong.

Yeosang mengangguk. “Ada pulau kecil jika kita pergi ke arah timur laut. Tidak jauh dari posisi kita saat ini” kata Yeosang. “Oh? Bagus sekali. Kita bisa beristirahat sejenak disana” kata Hongjoong yang tanpa basa-basi langsung mengarahkan kapalnya menuju arah timur laut.

“Tapi hyung, aku ingat cerita masa lalu yang diceritakan ayah” kata Yeosang sambil menahan Hongjoong. “Apa itu?” Tanya Hongjoong. “Jika kau tiba-tiba menemukan pulau kecil di tengah laut, itu adalah tempat tinggal para duyung” kata Yeosang.


Sesampainya di pulau tersebut, para awak kapal Wave segera membangun tenda untuk menjadi tempat istirahat mereka sementara. “Sepertinya kita harus pergi agak ke tengah pulau. Badainya akan parah jika dilihat dari awannya” kata Hongjoong. “Lalu kapalnya?” Tanya Yeosang. “Aku akan disini. Tenang saja. Kau ikut saja dengan awak yang lain” kata Hongjoong.

“Baiklah hyung. Aku pergi ya. Panggil kami jika ada yang mengancammu” kata Yeosang. “Yeosang, aku sudah menjadi kapten seumur hidupku jadi lebih baik sekarang kau tutup mulutmu dan ikut pergi dengan mereka” kata Hongjoong. Yeosang hanya tersenyum kemudian pergi mengikuti awak kapal Hongjoong yang lain.

Hongjoong mengambil tenda khusus miliknya. Kapal Wave sendiri berada di dalam gua besar dekat bibir pantai pulau tersebut. Hal itu dilakukan Hongjoong agar kapalnya lebih aman dari badai. Hongjoong turun dari kapalnya dan mulai membangun tenda miliknya. Ia juga menyalakan api unggun untuk menghangatkan tubuhnya.

Badai mulai mengganas di luar sana. Dan untung saja badai itu terhalang oleh kapalnya yang ada di mulut gua. “Sial, sepertinya perjalanan ini akan lama” kata Hongjoong. “Tidak baik mengumpat dalam badai, tuan.” Hongjoong menoleh ke belakangnya. Tidak ada orang di belakangnya, tetapi ia dapat mendengarkan suara itu.

“Anda tidak akan menemukan saya di darat” kata orang tersebut. Hongjoong memperhatikan adanya pergerakan air laut di belakang kapalnya. Hongjoong membawa senternya kemudian menyorotkan sinarnya ke arah tersebut. “AAAA!!” seru Hongjoong ketika mendapati wajah orang yang muncul dari dalam laut. Hongjoong pun reflek melempar senternya hingga terjatuh di atas pasir.

“Aduh maaf, aku mengejutkanmu ya?” Kata orang tersebut. “Jangan mendekat!!” Seru Hongjoong. “Saya tidak punya kaki, mana bisa saya mendekat??” Kata orang tersebut. Hongjoong tertegun ketika mendengar ucapan orang tersebut. Ia mengambil senternya dan kembali menyorotkannya pada orang itu. “Kau hantu?” Tanya Hongjoong.

“Hantu itu tidak ada, tuan. Saya yakin anda orang terpelajar, harusnya anda tau mahluk apa saya ini” kata orang tersebut. Hongjoong tentu saja tau mahluk apa yang tinggal di dalam laut. Apalagi tadi Yeosang sempat menyinggungnya. Hanya saja, ia tidak menyangka bisa bertemu mahluk itu secara langsung.

“Duyung?” Tanya Hongjoong memastikan. “Pintar” kata orang tersebut. “Kau tidak akan menyerangku kan?” Tanya Hongjoong dengan curiga. “Tidak, tentu saja. Anda sepertinya orang baik” kata orang tersebut. Hongjoong pun perlahan mendekati orang tersebut dan mematikan senternya.

Dari dekat, Hongjoong dapat melihat seorang pria dengan rambut hitam legam. Pemuda itu tidak menggunakan pakaian untuk tubuh atasnya. Tentu saja mereka kan hidupnya di air, untuk apa pakaian -Hongjoong menyalahkan pemikirannya sesaat.

Dari dekat, Hongjoong dapat melihat tubuh bagian bawah pria tersebut. Bagian bawahnya berupa ekor, seperti ikan. Ekor tersebut memiliki perpaduan warna biru laut, dan putih. Sangat indah. Hongjoong sampai terpana melihat keindahan ekornya.

“Suka dengan apa yang kau lihat, tuan?” Tanyanya. Hongjoong tersentak, dia sangat malu karena terlalu gamblang bahwa ia menikmati keindahan orang tersebut. “Maaf. Ekormu indah sekali. Aku sampai terpana” kata Hongjoong dengan jujur. Tanpa disangka, orang itu pun tertawa. Hongjoong ikut tertawa ketika mendengar tawa yang sangat indah menurutnya itu.

“Seonghwa. Namamu, kapten?” Kata pria tersebut atau Seonghwa. “Hongjoong. Darimana kau tau kalau aku ini kapten?” Tanya Hongjoong. “Seorang kapten tidak mungkin meninggalkan kapalnya. Persis dengan apa yang kau lakukan saat ini” kata Seonghwa. “Ah benar sekali. Aku tidak mungkin meninggalkan kapalku” kata Hongjoong.

“Badai sepertinya akan bertahan dua sampai tiga hari. Aku akan menemanimu sampai badai mereda” kata Seonghwa. “Kau tidak tidur?” Tanya Hongjoong. “Duyung tidak tidur, Hongjoong. Sebaiknya kau istirahat. Aku akan membangunkanmu jika sudah pagi” kata Seonghwa.

Hongjoong pun mengangguk. Ia berdiri dan berjalan menjauhi Seonghwa. Hongjoong pun masuk ke tendanya dan beristirahat.

Keesokan paginya, Hongjoong terbangun karena ada yang memanggil namanya. Ketika ia membuka matanya, ada Yeosang yang membawa beberapa makanan. “YA!! KAU MENERJANG BADAI??” Tanya Hongjoong. Yeosang terkekeh kemudian memberikan makanan yang dibawanya. “Jelas. Aku membawa makanan untukmu, hyung” kata Yeosang.

“Kenapa kau disini?” Tanya Hongjoong. “Para awak kapal itu berisik sekali. Mereka membahas soal sisik duyung yang bisa membawa kekayaan. Cih, kekanakan sekali. Kaya duyung ada aja” kata Yeosang. Hongjoong tercekat tentu saja. Ia memperhatikan belakang kapalnya, dan tidak ada Seonghwa disana.

“Tapi kau kemarin mengingatkanku soal dongeng ayah” kata Hongjoong. “Itu kan hanya mitos. Hyung percaya? Ku pikir hyung bukan tipe yang percaya mitos” kata Yeosang. “Tentu saja tidak. Sudahlah aku akan kembali. Hujannya sudah berhenti. Aku mau menjelajah pulau ini” kata Yeosang. “Hati-hati” kata Hongjoong.

Setelah memastikan Yeosang pergi, Hongjoong segera pergi menuju belakang kapalnya. “Seonghwa?” Panggil Hongjoong. “Aku disini” kata Seonghwa yang menyembulkan kepalanya dari air. “Tadi itu adikmu? Dia tampan” kata Seonghwa. “Tentu. Siapa dulu kakaknya” kata Hongjoong dengan bangga.

“Aku mendengar perkataanmu dengan Yeosang” kata Seonghwa. “Soal apa?” Tanya Hongjoong. “Awak kapalmu” lirih Seonghwa. Ah benar! Hal itu pasti membuat Seonghwa takut. “Maaf. Aku akan memastikan mereka tidak akan mendekati tempat ini. Aku akan menjagamu” kata Hongjoong pada Seonghwa.

Seonghwa yang mendengar pernyataan Hongjoong pun akhirnya ikut tersenyum. “Aku percaya pada Hongjoong” kata Seonghwa. Hongjoong terpaku, Seonghwa sangat indah. Jantungnya semakin berdegup kencang melihat keindahan Seonghwa.

“Seonghwa... Boleh aku memelukmu?” Tanya Hongjoong. Seonghwa pun terkekeh, “silahkan” kata Seonghwa. Hongjoong pun membawa Seonghwa dalam pelukannya. Tubuh Seonghwa sangat pas berada di pelukannya. “Kita memang baru bertemu. Tapi izinkan aku mencintaimu” kata Hongjoong pada Seonghwa.

“Hongjoong, kita berbeda” kata Seonghwa. “Tidak masalah. Aku akan menjagamu. Kemana pun kamu pergi, aku akan menyusulmu” kata Hongjoong. “Terima kasih Hongjoong. Ini pertama kalinya ada yang mencintaiku” kata Seonghwa. Matanya berkaca-kaca ketika memandang Hongjoong.

“Apa aku boleh menciummu?” Tanya Hongjoong. Seonghwa mengangguk dan membiarkan bibirnya dipagut lembut oleh Hongjoong. Biarlah untuk saat ini mereka saling mencintai. Saling mengingat kehadiran satu sama lain selagi bisa.

Siang harinya, badai mulai reda. “Aku harus bersiap, sepertinya kami akan pergi siang hari ini, supaya cepat sampai ke tempat tujuan” kata Hongjoong pada Seonghwa. Seonghwa pun mengangguk dan masuk ke laut kembali. “Kamu harus pergi sekarang sebelum awak kapalku kembali. Mereka bisa membahayakanmu” kata Hongjoong.

“Aku akan mengikutimu” kata Seonghwa. “Baiklah. Hati-hati ya” kata Hongjoong. Seonghwa pun mengangguk dan berenang menuju laut terlebih dahulu. Tak lama kemudian, awak kapal Wave bersama Yeosang datang ke tempat Hongjoong. “Ayo kita jalan sekarang” kata Hongjoong.

Kapal Wave pun memulai perjalanannya kembali. “Kapten, kau tau? Kami menemukan catatan tua di pulau itu!! Katanya kalau kita berhasil menemukan duyung dan mengambil sisiknya, kita akan jadi kaya” kata salah satu awaknya. “Hal seperti itu tidak ada. Itu hanyalah mitos, kau tau kan?” Kata Hongjoong.

“Bagaimana kalau kita buktikan saat ini?” Sahut awak yang lain. Hongjoong tersentak, gila. Awak kapalnya benar-benar gila. “Sudahlah kalian. Kita pergi kesini untuk menuntaskan pekerjaan kita. Bukan mendengarkan ocehan tidak berguna kalian” kata Yeosang.

“Baiklah, kami akan membuktikan sendiri. Kami akan memanah ke arah laut. Dan jika kami berhasil membawa duyung, jangan ikut dalam pembagian hasil” kata awak kapal tersebut. Hongjoong cemas sekali. Seonghwa mengikuti kapalnya dan ia berharap Seonghwa mendengar ocehan para awaknya tadi dan segera pergi menjauh.

Namun, sepertinya terlambat. Karena tepat ketika awaknya melepaskan panah ke arah laut, ternyata itu tepat terpanah di tubuh Seonghwa. Seonghwa yang terkejut melempar dirinya ke luar laut dan masuk kembali ke laut. “LIHAT? BENARKAN ADA DUYUNG!!” Kata awak kapal tersebut.

“TIDAK!! HENTIKAN!!” sahut Hongjoong. “Hyung!!” Seru Yeosang. “Yeosang, jadilah kapten kapal ini. Pergi dan selesaikan tugasku” kata Hongjoong. “HYUNG!! HYUNG MAU KEMANA??” seru Yeosang. Hongjoong melepas jaket bulu turun temurun dari ayah mereka. “Aku percaya padamu Yeosang” kata Hongjoong

“TIDAK!! HYUNG!!” seru Yeosang. Hongjoong pun terjun ke laut. Hongjoong berenang di dalam laut menuju tubuh Seonghwa yang melemas. Hongjoong berenang sampai tubuh Seonghwa berada di pelukannya. “Hongjoong..” panggil Seonghwa. Hongjoong yang masih berusaha menahan nafasnya, memeluk erat tubuh terluka Seonghwa. Bibirnya mulai bergerak, dan mencium bibir Seonghwa.

“SELAMATKAN HYUNGKU!! KU MOHON!!” teriak Yeosang pada awak kapal. “Kami akan mengambil duyung itu setelah menyelamatkan kapten” kata awak kapal. “KAU MASIH MEMIKIRKAN DUYUNG ITU BAHKAN KETIKA NYAWA KAKAKKU MENJADI TARUHANNYA?” teriak Yeosang.

Seisi kapal itu pun terdiam. Yeosang tetaplah saudara dari kapten mereka. Yeosang jarang menunjukkan emosinya. “Cepat. Selamatkan hyungku” kata Yeosang. Dan beberapa awak kapal akhirnya terjun ke laut. Yeosang menggigit jarinya cemas. Ia berdoa dalam hati Hongjoong selamat.

“Yeosang, tubuh kapten tidak ada” kata awak kapal yang ikut terjun ke laut. “Tidak mungkin” kata Yeosang. “Maafkan kami Yeosang” kata awak kapal tersebut. “TIDAK!! HONGJOONG HYUNG!!” teriak Yeosang dan ia pun menangis dengan kencang.


“Sudah? Endingnya begitu saja?” Tanya seorang pemuda yang bertubuh lebih pendek dengan rambut oranye. “Aku memang sengaja membuatnya dengan open ending. Membiarkan pembaca menafsirkan endingnya” sahut pemuda berambut hitam yang duduk di depan komputer.

“Apakah tokoh Yeosang itu melanjutkan perjalanannya? Kenapa engga diceritain?” Tanya pemuda berambut oranye itu. “Itu lah namanya open ending, Edward Kim. Pembaca akan menafsirkan sendiri. Apakah tokoh Yeosang melanjutkan perjalanannya atau kembali. Kemudian nasib tokoh Hongjoong dan Seonghwa juga akan ku serahkan pada pembaca” kata pemuda berambut hitam.

Pemuda berambut oranye -Edward Kim atau Edward mengerutkan dahinya. “Park, tapi apakah pembaca tidak akan kecewa karena ending yang menggantung?” Tanya Edward Kim. “Pertama, margaku sudah berganti jadi Kim sejak kamu menikahiku setahun yang lalu, jadi namaku Song Kim. Dan kedua, aku yakin pembaca setiaku akan mengerti jalan ceritanya. Lagian, ini akan ku setorkan pada penulis naskah drama di Korea sana. Aku membiarkan mereka yang memilih mau dibawa kemana ending cerita ini” kata pemusa berambut hitam atau Song.

“Memang kadang aku tidak bisa memahami jalan pikirmu, babe” kata Edward. “Makanya, pahami aja tuh nada-nada, synthesizer dan teman-temannya. Oh satu lagi, pahami juga bagaimana menyayangiku” kata Song sambil mengedipkan sebelah matanya. Edward tertawa kemudian ia mendekati Song dan mengecup kepala suaminya itu. “Itu selalu aku lakukan, babe. I love you and always” kata Edward.


Thank you for reading 💙

I appreciate for every feedback, so jangan malu-malu kasih feedback hihi https://secreto.site/21422917