Sunshinecjh

“Kamu tau, kita dapet anggota baru?” Tanya siswa dengan syal merah-emas tersampir di lehernya. Siswa yang ditanyanya, dengan syal biru-perunggu hanya melanjutkan makannya. Tidak tertarik dengan ucapan temannya itu.

Mereka menjadi bahan perbincangan. Tentu saja, sungguh aneh melihat anak Gryffindor dan Ravenclaw dapat bercengkrama saat waktu makan. Kepala sekolah saat ini, McGonagall, membuat peraturan baru. Dimana semua siswa Hogwarts dapat makan bersama teman dari asrama lain. Dan itu membuat dua sahabat sejak kecil yang terpisah asrama bisa bercengkrama bersama.

“Jung Wooyoung, aku hanya ingin makan. Bukan mendengar ocehanmu. Kenapa kamu ga ngajak Yunho atau Mingi yang senantiasa bakal dengerin ocehan kamu?” Kata Yeosang, pemilik syal biru-perunggu itu. “Hishh aku kasih tau kamu lebih dulu soalnya anak itu punya kemampuan sama sepertimu. Yep, ramuan” kata Wooyoung.

Yeosang menaikkan sebelah dahinya. Ia mulai tertarik dengan pembicaraan Wooyoung. “Dari asrama mana? Kalo dia Slytherin atau Ravenclaw, tidak aneh” kata Yeosang. “NAH ITU!! HE'S FROM GRYFFINDOR!!” Kata Wooyoung dengan semangat. “Aku beneran kaget. Dia sejago itu?” Tanya Yeosang. “Dia bisa bikin amortentia, walaupun ga sempurna. Kamu tau kan amortentia baru diajarin di tahun ketiga?” Kata Wooyoung.

“Aku bahkan bisa bikin felix felicis” kata Yeosang. “Itu beda, kamu emang jenius” kata Wooyoung. “Rame banget, suara kalian kedengeran sampe keluar.” Wooyoung dan Yeosang menolehkan kepalanya, mendapatkan dua pasang manusia tinggi mendekati meja mereka. “Halo twins” kata Wooyoung. “Halo juga kecil” kata seseorang dengan syal berwarna kuning-hitam.

“Padahal kita ini pacaran, bukan kembaran, kenapa juga aku yang dipanggil kembar sama Yunho?” Tanya orang disebelahnya dengan syal berwarna hijau-silver. “Soalnya kalian temanan dari kecil, jadi banyak yang ga nyangka kalian pacaran” kata Wooyoung.

“Lagi ngomongin apa nih?” Tanya Yunho, si pemilik syal berwarna kuning-hitam tersebut. “Kalian tau kalo kita bakal ada anggota baru?” Tanya Wooyoung. “Beneran?? Dia direkomendasiin siapa?” Tanya Mingi, pemilik syal berwarna hijau-perunggu itu. “Kepala asramamu” kata Wooyoung.

“Professor Slughorn?? Dia pinter ramuan?” Tanya Mingi. “Iya katanya gitu. Jadi Yeosang punya temen sekarang” kata Wooyoung. “Sialan!! Kamu pikir aku ga punya temen hah?” Tanya Yeosang. “Temenmu kan kita doang” kata Yunho. Yeosang ingin menabok Yunho, tapi ucapannya benar :(

“Aktif banget kalian pagi-pagi” kata seseorang dengan syal yang sama seperti Mingi datang ke meja makan, diikuti pemuda lainnya dengan syal seperti Yunho. “Hai San, hai Ka Seonghwa” sapa Wooyoung. San, si pemuda dengan syal sama seperti Mingi itu menghampiri Wooyoung dan mengecup kepala Wooyoung.

“Enemy in public, bucin in private ya kalian” komentar Yeosang. “Ga private juga sih Yeo. Semua orang bisa liat” kata Yunho. “Gini, yang bener tuh, enemy in Quidditch, bucin sisanya” kata Mingi. “Kita tuh harus profesional” kata San. “Bacot” kata Seonghwa sambil mendorong San. “Aduh galak banget” kata San.

“Ka Hongjoong mana Ka?” Tanya Yeosang. “Dipanggil professor McGonagall. Kayanya dia mau bawa anak baru itu hari ini” kata Seonghwa. “Keren ga sih? Baru tahun pertama langsung ketauan bakatnya apa” kata Wooyoung. “Iya keren banget. Kaya ka Hongjoong sama Yeosang juga tahun pertama” kata Yunho.

“Jadi, nanti kumpul oke? Di ruangan biasa. Mungkin Hongjoong bakal ngenalin ke kita” kata Seonghwa. “Siap!!” Seru yang lainnya.


“So, ini Jongho. Tingkat pertama Gryffindor. Keahliannya ramuan. Dia akan mulai bergabung dengan kita dan akan menjadi partner Yeosang” kata Hongjoong sambil menepuk bahu pemuda dengan syal merah-emas. “Halo.. Perkenalkan aku Jongho. Mohon bantuannya” kata pemuda itu sambil tersenyum.

“Hai Jongho!! Kita dari asrama yang sama” kata Wooyoung dengan semangat. “Iya ka hehe!! Seneng banget dapet temen seasrama. Ku pikir aku bakal sendirian” kata Jongho. “Yaampun gemes gemes gemes. Pengen ku pelukk” kata Seonghwa. Jongho yang mendengarnya langsung memeluk Seonghwa. “Kakak bisa peluk aku kok” kata Jongho.

“Aduhhh gemesnya huhu.. Ayo kamu pulang ke Hufflepuff aja please gemes banget” kata Seonghwa sambil menepuk-nepuk kepala Jongho. “Ga cemburu, ka?” Tanya Mingi. “Santaii.. Dia tuh gitu kalo nemu yang gemes-gemes” kata Hongjoong. “Jadi, Jongho, kamu akan jadi partner Yeosang buat lomba ramuan. Aku harap kalian bisa bekerja sama” kata Hongjoong pada Jongho.

“Halo aku Yeosang. Ayo bekerja sama dengan baik ya” kata Yeosang. “Baik ka Yeosang” kata Jongho.

Beberapa hari kemudian, Yeosang mengajak Jongho pergi ke kelas ramuan yang sedang kosong saat itu. “Oke, jadi untuk lomba nanti, kita bakal bikin polyjuice. Ini saran dari professor Slughorn sih. Tapi, kita bikin dari bahan baru dan bisa bertahan lebih lama” jelas Yeosang.

“Wow menarik. Kakak udah nemu semua bahan-bahannya?” Tanya Jongho. “Ada beberapa yang belum. Nanti bisa bantu cariin deh ya” kata Yeosang. “Oke ka” kata Jongho. Jongho kemudian diam menatap Yeosang yang berusaha memotong salah satu bahan dari polyjuice tersebut.

“Bukannya disayat dikit ya ka? Terus kita ambil sarinya?” Tanya Jongho. “Engga, kan kita mau bikin yang baru” kata Yeosang singkat. “Ya ga bisa dong ka? Bahan itu esensial banget buat polyjuice” kata Jongho. “Jongho, ini beda. Kita mau bikin yang beda. Jadi pasti ada cara yang harus diubah” kata Yeosang.

“Ya tapi ga bisa gitu dong ka. Kalo kita ubah caranya, yang ada gajadi polyjuice. Bahannya aja yang kita ubah” kata Jongho. “Kamu bisa ga sih ikutin aja? Professor Slughorn udah bilang kalo caraku udah bener” kata Yeosang sambil menggebrak meja yang mereka gunakan.

“Professor Slughorn juga bilang bawa aku disini buat bantuin kakak, yang berarti aku bisa kasih kritik ke kakak kalo apa yang kakak lakuin itu salah” kata Jongho dengan tidak mau kalah. “Ck elah. Kita sampai disini dulu” kata Yeosang dengan kesal dan keluar dari kelas.

“KA YEOSANG BANGSATT!!” seru Jongho ketika Yeosang sudah keluar dari kelas.


“Gimana hari ini?? Hari ini kalian mau coba bikin polyjuice kan?” Tanya Wooyoung pada Jongho yang baru masuk ke ruang rekreasi Gryffindor. “Aku sebel ka. Ka Yeosang tuh keras kepala banget” kata Jongho. “Hm.. So, tidak berjalan dengan baik ya?” Tebak Wooyoung.

“Kita bahkan belum mulai” kata Jongho. “Udah istirahat dulu aja kamu hari ini. Besok, kamu coba cari bahan-bahan aja dulu. Biar intensitas ketemu Yeosangnya ga sering” kata Wooyoung. “Iya deh, aku coba cari bahan-bahan lain aja” kata Jongho.

Keesokan harinya, Jongho pergi ke Diagon Alley untuk mencari beberapa bahan. “Hah? Wait? Unicorn's Hair?? Buat apa??” Tanya Jongho sambil membalikkan buku yang diberikan Yeosang padanya. Buku itu berisi bahan-bahan yang akan mereka gunakan untuk membuat ramuan baru polyjuice.

“Kalau beli di toko harganya bakal mahal banget nih. Dimana nyarinya ya?” Kata Jongho sambil menimbang-nimbang. Jongho membalikkan kertasnya lagi untuk menemukan fakta dimana ia bisa mendapatkan rambut unicorn tanpa mengeluarkan biaya mahal.

Rambut unicorn biasanya bisa didapatkan di hutan terlarang. Seringkali rambut unicorn jatuh di tanah. Oke kalau gitu nanti malem aku ke hutan terlarang deh. Kalo siang pasti Hagrid masih bangun” kata Jongho.

Jongho pun kembali ke Hogwarts dan menyimpan bahan-bahan yang didapatkannya dari Diagon Alley. “Astaga, aku kaget” kata Yeosang ketika membuka pintu kelas ramuan dan mendapati Jongho di dalemnya. “Lebay banget ka” kata Jongho.

“Ya maaf” kata Yeosang dengan kesal. “Kamu udah dapet semua bahannya?” Tanya Yeosang melanjutkan ucapannya. “Ada yang belum. Rencananya malem ini aku akan cari bahannya” kata Jongho. Yeosang mengerutkan dahinya mendengar penuturan Jongho.

“Kan ada jam malam” kata Yeosang. “Aku ga keluar sampai Hogsmeade atau Diagon Alley kok. Santai” kata Jongho. Yeosang hanya mengangkat bahunya acuh dan mulai meracik kembali ramuannya.

Tentunya dengan pertengkaran antara dirinya dan Jongho.


Malam itu, sekitar pukul 9 malam, Jongho mengendap-ngendap untuk pergi keluar dari asramanya dan berjalan menuju hutan terlarang. “Huft.. Semoga ga ketauan” kata Jongho. “Malam anak muda! Sedang apa malam-malam di tepi hutan terlarang??” Tanya seseorang pada Jongho.

Jongho menoleh ke belakang dan mendapati sesosok orang yang sangat tinggi. “Oh hehehe hai Hagrid. Aku.. Aku.. Eum.. Sedang mencari barangku hehe.. Tadi siang karena terburu-buru sepertinya barangku ada yang terjatuh” kata Jongho. “Oke oke.. Jangan masuk terlalu dalam oke?” Kata Hagrid. “Siap” kata Jongho.

Selepas kepergian Hagrid, Jongho segera masuk ke dalam hutan terlarang. “Lumos” katanya pelan dan muncul sepercik cahaya terang dari ujung tongkat sihirnya. “Ayo kita cari dan pulang dengan selamat” kata Jongho.

Di sisi yang lain, Yeosang sedang menyelesaikan ramuan yang dibuatnya itu. “Loh? Yeosang sendirian aja?” Ternyata itu Seonghwa, Hongjoong dan Wooyoung yang datang. “Tumben ga sama pacar, Woo” kata Yeosang. “Abis berantem mereka. Tadi Slytherin yang menang soalnya” kata Seonghwa.

“Ah..” kata Yeosang. Sudah terbiasa dengan tabiat Wooyoung dan San yang akan bertengkar setelah pertandingan Quidditch antar asrama. “Jongho dimana?” Tanya Hongjoong. “Dia bilang lagi nyari bahan satu lagi. Gatau dimana. Katanya sih ada di dalam Hogwarts” kata Yeosang.

“Bahan apa emangnya? Kamu kurang bahan apa lagi?” Tanya Wooyoung sambil memisah-misahkan bahan ramuan dan mengeceknya di buku. “Ga ada sih, aku rasa” kata Yeosang. “Oh? Rambut Unicorn?” Tanya Seonghwa ketika Wooyoung membalikkan buku Yeosang.

“Itu optional. Ga ada juga gapapa” kata Yeosang. “Dan kamu udah kasih tau Jongho?” Tanya Hongjoong. Seketika itu juga tangannya yang sedang mengaduk ramuan tiba-tiba berhenti. “Jangan bilang kamu ga kasih tau?? ASTAGA YEOSANG!!” seru Hongjoong.

Yeosang menggigit bibirnya panik. Jongho langsung pergi tepat setelah mereka bertengkar lagi karena masalah ramuan. “Cari. Bawa pulang Jongho sekarang juga. Kalian lapor ke Professor McGonagall” kata Hongjoong pada Yeosang, kemudian pada Seonghwa dan Wooyoung.

Yeosang segera berlari keluar dari Hogwarts, diikuti oleh Hongjoong. Dan ketika mereka memasuki hutan, mereka merasakan hawa yang begitu dingin. “Dementors. Untuk apa mereka disini?” Tanya Hongjoong. “Gatau. Dan perasaanku ga nyaman ka” kata Yeosang.

“Ayo kita lari” kata Hongjoong dan diangguki Yeosang.


“Gryffindor, Hufflepuff!! Kenapa kalian lari-lari di koridor? Ini sudah melewati jam malam!! Potong..”

“TUNGGU PROFESSOR.. Hah.. Hah.. Sebentar.. Kami butuh bantuan professor” kata Seonghwa sambil mengatur nafasnya. “Bantuan? Bantuan apa maksud kalian?” Tanya orang yang menegur mereka dan kebetulan itu adalah Professor McGonagall.

“Professor, anda tau Jongho kan? Anak baru Gryffindor?” Tanya Wooyoung. “Tentu saja. Kenapa memangnya?” Tanya Professor McGonagall. “Yeosang lupa memberitau Jongho kalau rambut unicorn adalah bahan opsional. Tapi Jongho udah pergi duluan” kata Wooyoung.

“Dia kemana?” Tanya Professor McGonagall. “Hutan terlarang professor. Yeosang dan Hongjoong sedang menyusulnya saat ini” kata Seonghwa. “Kenapa ga bilang daritadi?? Ayo kita pergi sekarang” kata Professor McGonagall dengan cepat.

Di sisi yang lain, Jongho berjalan cepat di dalam hutan terlarang tersebut. “Ini udaranya makin dingin atau apa sih?” Kata Jongho. Jongho terus berjalan sampai ia menemukan danau di tengah hutan terlarang.

“Aduh cape.. Duduk dulu deh ya” kata Jongho. Dan ketika Jongho duduk, ia menemukan sehelai rambut Unicorn. “Asikk ketemu. Yuk ah langsung pulang” kata Jongho. Jongho memasukkan rambut unicorn tersebut ke dalam wadah dan wadah tersebut dimasukkan ke dalam jubahnya.

Ketika Jongho berbalik, ia terkejut menemukan dua dementor melayang ke arahnya. “Expecto patronum” kata Jongho dengan cepat. Dan patronus berbentuk kucing pasir itu pun segera muncul dari tongkat sihirnya. Tapi, Jongho tau, patronusnya tidak akan menghalangi dementor karena ia yang belum mahir dalam menggunakannya.

“AAAA” teriak Jongho. Kedua dementor itu melayang mendekatinya. Jongho merasakan jiwanya disedot oleh kedua mahluk itu. Dalam kondisi seperti itu, Jongho pasrah jika ia tidak bisa selamat.

EXPECTO PATRONUM!!

Jongho melihat sesosok patronus harimau menyelamatkannya. Jongho tersenyum lemah, pandangannya pun mengabur. “Terima kasih” katanya pelan sebelum ia kehilangan kesadarannya.


Jongho terbangun ketika melihat sinar matahari menyinarinya. “Jongho?? Astaga akhirnya kamu bangun!!” Teriak seorang perawat. Jongho dibantu untuk duduk oleh perawat tersebut dan diberi air minum. “Aku, kenapa?” Tanya Jongho.

“Jiwamu hampir dilahap dementor, tau? Untung saja Yeosang segera menyelamatkanmu” kata perawat tersebut. “Benarkah?” Tanya Jongho. “JONGHOOO!!!” Jongho menengok ke arah pintu rumah sakit dan mendapati senior-seniornya tersebut mendekatinya bersamaan dengan Professor McGonagall.

“Kamu gapapa?” Tanya Seonghwa. “Gapapa ka” kata Jongho. “Lain kali, ga ada seperti itu lagi. Paham?” Tanya Hongjoong. “Paham ka” kata Jongho. “Beruntung Hongjoong dan Yeosang bertindak cepat. Dan untungnya Yeosang sudah belajar mantra Expecto Patronum sehingga dia bisa menyelamatkanmu” kata Professor McGonagall.

“Maaf Professor” kata Jongho. “Aku tidak akan memotong poinmu. Tapi, jangan sampai terulang lagi ya?” Kata Professor McGonagall. “Baik Professor. Terima kasih” kata Jongho. “Minta maaf ke Jongho” kata Hongjoong pada Yeosang. “Kita pergi dulu ya Jongho. Sampai ketemu besok di ruang kelas ramuan” kata Yunho.

“Oke ka Yun. Terima kasih sudah menjengukku” kata Jongho. Selepas kepergian Professor McGonagall dan yang lainnya, Yeosang menggeser kursinya ke dekat kasur Jongho. “Maaf” kata Yeosang.

“Bukan salah kakak juga kok. Aku yang salah karena terlalu nekat” kata Jongho. “Aku yang salah Jongho. Harusnya aku kasih tau kamu kalo rambut unicorn itu bahan opsional” kata Yeosang. “Udah, intinya itu salah kita berdua” potong Jongho dengan cepat.

“Aku takut tau. Aku takut terlambat menyelamatkanmu” kata Yeosang. Jongho jadi teringat apa kata perawat tadi pagi. “Kakak yang menyelamatkanku? Patronus harimau itu milikmu?” Tanya Jongho. Yeosang mengangguk.

“Lebih tepatnya, Harimau Siberia. Hewan langka yang banyak hidup di daerah Rusia. Hewan itu bisa hidup di daerah yang ekstrem sekalipun” kata Yeosang. “Wow. Bagus sekali” kata Jongho. “Kamu, bisa bikin patronus?” Tanya Yeosang.

Jongho mengangguk. “Tapi belum sempurna. Makanya aku gagal menyelamatkan diri dari dementor” kata Jongho. “Bentuknya apa?” Tanya Yeosang. “Kucing pasir” kata Jongho. “Wow. Itu kucing yang lucu tapi kalo lagi ngejar mangsa bisa lari 40 km/jam?” Kata Yeosang.

“Iya hehe” kata Jongho. “Unik banget loh itu” kata Yeosang. “Terima kasih ka” kata Jongho. “Ehm, Jongho” kata Yeosang. “Yaa??” Tanya Jongho. “Jangan terluka lagi ya? Kalau kamu dalam bahaya, tolong panggil namaku. Aku akan menyelamatkanmu” kata Yeosang.

Jongho sedikit berdeham, kemudian rona merah samar muncul di kedua pipi tembamnya. “Oke. Kakak juga” kata Jongho. Yeosang tersenyum mendengar tanggapan dari Jongho. Tangannya mengusak rambut Jongho dan ia pun pergi dari rumah sakit karena memiliki kelas.

Yeosang memang baru memendam rasa pada juniornya tersebut. Tapi, biarlah ia dan Jongho berjalan perlahan dalam memulai kisah mereka. Semoga Yeosang dan Jongho memiliki kisah yang menyenangkan ke depannya!!

San membuka matanya ketika alarm HPnya berbunyi. Ia mengambil Hpnya dan mematikan alarm tersebut. Dirinya tersenyum ketika melihat tanggal yang menunjukkan 12 oktober. “Adek ulang tahun hari ini” kata San.

San segera bangkit dari kasurnya dan bergegas mandi. Anak satu-satunya dan kesayangannya harus mendapatkan kado terbaik darinya. San mengenakan kemeja putih dan juga celana jeans. San ingat Jongho pernah berkata bahwa ia sangat menyukai proporsi tubuh San ketika menggunakan kemeja putih, sehingga San memilih menggunakan pakaian itu.

Setelah ia siap, San melajukan mobil menuju cafè terdekat. Cafè ini adalah cafè langganan Jongho. Jongho biasa membeli segelas americano dan juga kue coklat. Baik Jongho, maupun suaminya, Wooyoung, keduanya sangat menyukai americano. Kadang San tidak mengerti juga mengapa dua kesayangannya itu sangat menyukai sensasi rasa pahit yang masuk ke dalam tubuh mereka.

“Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?” Tanya pelayan cafè tersebut. “Saya pesan americano segelas dan kue coklat itu” kata San. “Baik, ada lagi?” Tanya pelayan cafè. “Bisa saya beli lilin ulang tahun disini?” Tanya San.


San membuka pintu mobilnya ketika ia sampai di pantai yang indah. Tangannya mengenggam kotak kue dan juga americano. Sesampainya di pantai, San langsung mendudukkan dirinya di pasir pantai.

Tangannya dengan cekatan membuka kotak kue dan mengeluarkan kue coklat tersebut. Setelahnya, San menusukkan lilin di atas kuenya dan mulai menyalakan lilinnya. Untungnya, saat itu angin di pantai tidak berhembus dengan kencang, sehingga api dari lilin tetap terjaga.

“Selamat ulang tahun anak papa. Pasti kamu di atas sana lagi main sama ayah ya? Terima kasih udah jadi anak ayah dan papa yang paling baik dan paling pinter” kata San sambil menatap langit di atas sana. San berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh, namun sepertinya gagal untuk dilakukannya.

“Papa ga nangis kok beneran. Ini cuma kelilipan aja” kata San sambil mengelap air matanya dengan bajunya. Nyatanya, San tidak pernah ada dalam kondisi yang baik. Setelah kepergian dua orang tersayangnya, San menjadi orang yang workaholic dengan dalih berusaha untuk tidak memikirkan kesedihannya.

“Wooyoung, kamu pasti seneng kan ya ditemenin sama adek disana? Aku gapapa Woo, aku cuma sedikit kangen kalian” kata San sambil tersenyum. “Papa kangen kalian. Semoga kalian bahagia di atas sana. Tunggu papa ya” kata San. San pun meniup lilin dari kue ulang tahun Jongho.

“Maaf... Harusnya tahun lalu aku nemenin kalian. Harusnya tahun lalu, aku ikut kalian nyari kado buat adek. Maaf, hiks..” kata San sambil menutup wajahnya dan menangis. “Papa jangan nangis!!

DEG!

Jantung San rasanya berhenti berdetak ketika mendengar suara familiar milik Jongho. “Jongho?” Panggil San memastikan. “Papa ga boleh sedih. Nanti Jongho sama ayah sedih juga loh.” San tersenyum kemudian mengelap air matanya. Entah ini hanya halusinasinya atau apapun itu, San senang bisa mendengar suara Jongho.

San?? Jangan pernah merasa bersalah ya? Kamu harus menjalani hidup dengan baik. Aku sama Jongho udah bahagia disini, jadi kamu juga harus bahagia. Please be happy, until we meet again.” Kali ini, suara Wooyoung lah yang bisa didengarnya.

San mengangguk, kemudian ia pun berdiri sambil membawa kembali makanan dan minuman yang ia bawa tadi. “Wooyoung, Jongho, papa janji akan hidup bahagia. Sampai jumpa lagi” kata San sambil tersenyum dan meninggalkan pantai.

Wooyoung tersenyum ketika mendapati seseorang datang ke apartementnya. “JONGHO!!” seru Wooyoung dengan semangat. “Ka Wooyoung!!!” Seru Jongho. Wooyoung menghampiri Jongho kemudian mereka berdua pun melompat bersama-sama. Kedua telinga hewan dan ekor mereka ikut bergerak dengan ceria.

Yup, betul sekali, Jongho juga merupakan hybrid, sama seperti Wooyoung. Dan Jongho merupakan adik angkat San. Keluarganya mengadopsi Jongho karena hybrid itu dulunya dibully di panti asuhan khusus hybrid. Jongho merupakan hybrid kucing.

“Aku hari ini masak pasta!! Kamu mau ga?” Tanya Wooyoung. “Mau!! Tadi mama bikin roti daging loh ka!! Aku bawa buat kakak” kata Jongho sambil membuka tempat makan yang dibawanya. “Aaaaaa makasih Jongho!! Nih pastanya. Dimakan ya” kata Wooyoung sambil mengusak rambut hitam Jongho.

Jongho pun makan dengan nikmat, karena telinga serta ekornya bergerak-gerak. “Enak??” Tanya Wooyoung. “Enak!!” Seru Jongho. “Hehe bagus deh..” kata Wooyoung. “Kakak, Jongho mau jemput ka Yeosang!!” Seru Jongho. “Ka Yeosang siapa??” Tanya Wooyoung.

“Temennya kakak!! Kata kak San, ka Yeosang suka sama adek!! Ka Yeosang baik, suka beliin es krim!!” Kata Jongho dengan semangat. “Temennya San? Berarti satu kampus sama San dong?” Tanya Wooyoung. Jongho mengangguk semangat.

Memang dibandingkan Wooyoung, Jongho masih agak kesulitan dengan pemilihan kata yang akan digunakannya. Dan baru sekitar setahun ini, Jongho dibiarkan keluar dari rumah, melihat dunia luar.

“Yaudah kita ke kampus San ya” kata Wooyoung. “YEY!!” seru Jongho. Padahal dalam hati, Wooyoung tidak tau apa itu kampus dan bagaimana bentuknya. Semoga saja mereka berdua bisa bertemu dengan San di kampus.


“Kak Wooyoung, kok banyak orang??” Tanya Jongho sambil mengenggam tangan Wooyoung erat. “Kakak juga ga tau” kata Wooyoung yang membalas genggaman tangan Jongho dengan erat. Keduanya menyembunyikan telinga dan ekor mereka, karena hybrid belum banyak di negara mereka.

“Kakak... Kak San dimanaa?” Rengek Jongho pada Wooyoung. Sepertinya, hybrid kucing itu ketakutan melihat banyaknya orang di kampus. “Halooo, kalian cari siapa??” Wooyoung menengok pada seseorang dengan rambut pirang menghampiri mereka. “Eum.. kami..” Wooyoung ragu untuk mengatakan keinginannya.

“Gausah takut.. Aku ga bakal apa-apain kalian kok. Liat, aku ga bawa benda tajem atau benda yang bisa nyakitin kalian kan?” Kata orang tersebut. Wooyoung pun menggigit bibirnya karena ragu, namun akhirnya ia mengatakan keinginannya. “Kami mau bertemu Choi San. Kakak kenal Choi San?” Tanya Wooyoung.

“San?? Yaampun itu mah temen kakak. Yuk kakak anterin” kata si rambut pirang sambil mengulurkan tangannya pada Wooyoung. “Kakak kenal kak San?” Tanya Jongho. “Iya kenal. Mau kakak telepon dulu biar kalian percaya??” Tanya si rambut pirang. “Boleh ka!!” Seru Wooyoung.

Si rambut pirang pun membawa Wooyoung dan Jongho duduk di kursi. Kemudian ia menghubungi San dan menggunakan loudspeaker agar keduanya dapat mendengar suara San. “Halo Ka Seonghwa. Kenapa telepon??

Itu suara San!!! “KAKAK!!! INI JONGHO!!” Teriak Jongho. “Jongho? Kok bisa sama Ka Seonghwa? Jongho sama ka Wooyoung?” tanya San. “Iya sama ka Wooyoung. Jongho mau jemput kak Yeosang yang suka beliin es krim” kata Jongho. “Yaudah.. Jongho, kasih teleponnya ke ka Seonghwa dulu” kata San. “Daritadi aku yang pegang. Kenapa? Bawa ke markas??” Tanya si rambut pirang atau yang dipanggil Seonghwa sama San.

Iya ka hehe.. Hati-hati ya ka, jangan sampe lecet” kata San. “Iya santai” kata Seonghwa sebelum mematikan teleponnya. “Kakak namanya ka Seonghwa?” Tanya Wooyoung. “Iya, nama kakak, Seonghwa” kata Seonghwa. “Ka Seonghwa baik!! Terima kasih!!” Kata Jongho sambil membungkuk pada Seonghwa. “Terima kasih banyak ka. Lain kali aku akan membawakan makanan untuk kakak” kata Wooyoung.

“Cuteeee!! Yuk kita ketemu San” kata Seonghwa sambil menggandeng Wooyoung dan Jongho dengan kedua tangannya.


“KAKAK!!” seru Jongho sambil menubruk pada San. “Hai kitten.. Kamu kenapa kesini hm??” Tanya San. “Mau ketemu kak Yeosang” kata Jongho. “Tunggu sebentar ya.. Yeosang lagi makan. Foxie, come here baby” kata San. Wooyoung pun memeluk erat San. “Aku takut.. Banyak orang disana” kata Wooyoung. “It's okay Foxie.. Aku disini” kata Wooyoung.

“Pet namenya lucu. Foxie dan kitten” kata pria tinggi di samping Seonghwa. Kalau tidak salah, dia memperkenalkan dirinya sebagai Yunho. “Itu bukan sekedar pet name” kata San lalu menatap Jongho dan Wooyoung. “Kalian bisa mengeluarkannya. Mereka teman-temanku. Mereka tidak akan melukai kalian” kata San.

Maka Jongho dengan cepat mengeluarkan telinga dan ekor kucing berwarna hitam. Begitu juga Wooyoung yang langsung mengeluarkan telinga dan ekor rubah berwarna oranye. “HYBRID?” seru Seonghwa. “Iya hehe.. Wooyoung kekasihku. Jongho adik angkatku” kata San.

“HAI, Eh ada kucing lucu” kata Yeosang yang baru masuk ke ruangan tersebut. “Ka Yeosang!!” Seru Jongho sambil memeluk Yeosang dengan erat. “Nah kalo Jongho lagi pdkt sama kakak yang suka beliin es krim” kata San sambil terkekeh. “Kamu kok bisa sampe kesini, kitten?” tanya Yeosang. “Mau ketemu kamu katanya” kata San.

“Yaampun.. Karna Jongho udah ada disini, gimana kalo kita beli es krim?” Tanya Yeosang. “YEY!! Ka San, Jongho mau es krim boleh?” Tanya Jongho. “Boleh” kata San. “YEY!! Ayo ka!! Kita pergi ke tempat.. Euhm... Apa itu namanya.. Yang besar, terus banyak makanan, ada ikan yang hidup juga” kata Jongho.

“Supermarket?” Tanya Seonghwa. “Iya itu!! Ka Seonghwa pinter” kata Jongho sambil bertepuk tangan. “Yaudah kita ke supermarket sekarang ya” kata Yeosang sambil mengelus rambut Jongho. “Yey!!” Kata Jongho.

“Sann” panggil Wooyoung. “Kenapa sayang?” Tanya San. “Kita harus ke supermarket juga. Ada yang mau aku beli” kata Wooyoung. “Okee kita ikut ke supermarket” kata San.


Sesampainya di supermarket, Jongho langsung menarik Wooyoung menuju chiller es krim. Jongho menatap kumpulan es krim itu dengan mata berbinar. “Jjongie, kalo beli es krim itu terakhir. Nanti kalo ka Wooyoung udah di kasir” jelas Wooyoung. “Kenapa??” Tanya Jongho.

“Kalo Jongho ambil es krimnya sekarang, nanti mencair es krimnya” kata Wooyoung. “Mencair itu apa ka Wooyoung?” Tanya Jongho. Wooyoung terdiam, memikirkan bagaimana menjelaskan peristiwa mencair dengan bahasa yang mudah dipahami Jongho.

“Intinya, kalo udah mencair, nanti ga enak lagi, Jjongie” kata Yeosang yang datang bersama San. “Iya kah? Oke, Jongho ambil es krimnya kalo ka Wooyoung udah di kasir” kata Jongho. “Pinternya” kata San sambil mengelus rambut Jongho.

“Ka Yeosang, Jongho mau es krim ini. Boleh?” Tanya Jongho. “Boleh sayang” kata Yeosang. “YEYY!! Ka Wooyoung ayo belanjanya cepetan!! Hoho mau es krim” kata Jongho. “Iya-iya” kata Wooyoung sambil menepuk kepala Jongho.

“Gue nemenin Wooyoung dulu ya. Lu jagain adek gua Sang. Inget yang tadi gue omongin” kata San. “Tenang. Emang kapan sih gue nyakitin adek lu” kata Yeosang. “Yaaa gue kan cuma ngingetin” kata San. “Iya iya bawel. Sana temenin Wooyoung” kata Yeosang sambil mendorong San.

“Emang kamu ngomong apa sama Yeosang?” Tanya Wooyoung setelah keduanya menjauh dari Yeosang dan Jongho. “Biasa. Aku ngingetin dia supaya ga nyakitin Jongho. Pokoknya kalo dia sampe berani nyakitin Jongho, aku bakal ngejar dia, bahkan sampai ke ujung dunia” kata San.

“Omonganmu lebay” kata Wooyoung. “Hehe.. Aku kan ga mau adekku disakitin” kata San. “Iya iya. Kamu mau makan apa? Aku masakin” kata Wooyoung. “Masakin sup rumput laut dong, babe” kata San sambil merangkul Wooyoung. “Oke, sana cari rumput lautnya” kata Wooyoung.

Cup!!

Wooyoung berjengit terkejut ketika San mengecup pipinya. “Rubah kecilku yang lucuu, aku sayang kamu” kata San sambil berlalu dari Wooyoung. Wooyoung hanya terkekeh kemudian pergi ke rak yang berlawanan arah dengan San untuk mencari bahan-bahan lainnya.

“WOY!! ROK SIAPA NIH??!!” Teriakan Mingi di pagi itu memecahkan keheningan dorm Ateez. Mingi membentangkan sebuah rok berwarna coklat dengan motif kotak-kotak, persis seperti baju yang mereka gunakan saat promosi lagu Thanxx.

“Ka Hongjoong, itu punya kakak bukan? Kan kakak pernah pake rok waktu Inception” kata Wooyoung. “Gue ga inget pernah pake rok kaya gitu” kata Hongjoong. “Mungkin stylist nuna numpang nyuci disini kali ya” kata Mingi dengan pemikiran positifnya itu.

“Yaudah simpen dulu aja. Jong, kamu yang simpen aja ya. Soalnya kamu rapi kalo nyimpen barang orang” kata Seonghwa. Jongho yang sedang termenung itu pun terkejut. “Iya hyung” kata Jongho. “Aku mau ke supermarket, siapa yang mau ikut?” Tanya Seonghwa.

“AKU!!!” seru Wooyoung dan San bersamaan. “Gue mau ke agensi sama Mingi, Yeosang. Tapi Yunho juga ikut, mau ketemu sama guru dance. Jongho gapapa di rumah sendiri?” Tanya Hongjoong. “Gapapa hyung!! Aku lagi mau sendirian” kata Jongho. “Dasar introvert” kata Yeosang. “NGACA HYUNG” kata Jongho pada Yeosang.

“Udah udah. Jangan lupa kunci pintu ya Jong” kata Seonghwa. Ketika Jongho memastikan semua membernya telah pergi, tangannya membuka lipatan rok yang ada di pahanya itu. “Huft.. Untung ga ketauan. Duh kenapa bisa teledor gini sih” kata Jongho.

Ya, benar!! Maknae dari grup Ateez ini senang sekali menggunakan rok sebenarnya. Tapi, ia takut hyungnya, terutama kekasihnya Yeosang akan membenci Jongho yang senang memakai rok. “Sekarang ayo kita simpan terus pake rok yang lain” kata Jongho sambil tersenyum.

Jongho membuka lemari bajunya dan mengambil satu rok berwarna putih. Jongho melepas celana pendeknya dan menggantinya dengan rok putih. “Looks good” kata Jongho ketika melihat pantulan dirinya di cermin. Jongho saat ini menggunakan sweater berwarna biru muda dan rok putih, sehingga ia terlihat sangat lucu.

Jongho memotret dirinya dan tersenyum. Biarlah, untuk saat ini, biarkan rahasia ini hanya diketahui oleh dirinya sendiri.


Yeosang terdiam di depan laptopnya sambil memikirkan kekasihnya yang ada di dorm. Yeosang merasa bahwa akhir-akhir ini, kekasihnya selalu ingin di rumah sendirian ketimbang ikut ke agensi atau supermarket.

Yeosang juga memperhatikan bahwa Jongho akhir-akhir ini selalu memekik senang ketika memegang Hp nya dan berulangkali menerima paket. Yeosang jadi berpikiran apa Jongho selingkuh kali ya.

“Ga bakal. Adek gua ga bakal selingkuh Sang” kata Hongjoong. “Kok lu tau isi pikiran gua?” Tanya Yeosang. “Lu ngomong daritadi, ga cuma di otak doang” kata Mingi. “Oh ya? Ga sadar gua” kata Yeosang sambil menutup laptopnya. “Coba aja lu samper ke dorm. Tanya dia baik-baik” kata Hongjoong.

“Iya lu samperin gih. Kalo emang dia nyembunyiin sesuatu, tanya baik-baik alesannya. Jangan langsung marah” kata Mingi. “Have I ever mad to him?” Tanya Yeosang bingung. “Never. Tapi kita ngingetin” kata Hongjoong. “Oke. Thanks for the advice. I'll go home” kata Yeosang sambil membawa laptopnya dan pulang ke dorm.


Jongho sedang menonton tv ketika ada orang yang menekan password dorm mereka. Jongho yang panik tidak sengaja menjatuhkan popcorn di tangannya ke lantai. “Haduh gimana” kata Jongho sambil memungut popcorn tersebut.

Babe, I'm...” Jongho membulatkan matanya terkejut ketika mendengar suara Yeosang. Begitu juga Yeosang yang terkejut melihat penampilan Jongho dengan rok putih tersebut. “K-Ka Yeo??” Cicit Jongho. “Wait wait.. Jadi, ini alasan kamu lebih sering di dorm akhir-akhir ini?” Tanya Yeosang.

Jongho menggigit bibirnya dan kemudian mengangguk. “So, the brown skirt that Mingi found, is yours?” Tanya Yeosang. Jongho pun mengangguk lagi menjawab pertanyaan Yeosang. “Wah..” Yeosang hanya bisa tertawa, tidak percaya bahwa kekasihnya menyembunyikan hal seperti ini.

“K-Ka Yeo.. If you think that I'm disgusting, just said it..” cicit Jongho pelan. Yeosang terdiam dan memandang Jongho yang sepertinya sedang menahan air matanya untuk tidak jatuh. “I know it's weird. I'm a boy, but I'm really like to using a skirt. It makes me comfy” kata Jongho.

Jongho tidak bisa menahan air matanya karena Yeosang yang tidak menjawab perkataannya. Pemikirannya melayang bahwa Yeosang menganggapnya aneh dan akan memutuskan hubungan mereka. Sebelum, Jongho merasakan tubuhnya ditarik dan dipeluk erat oleh Yeosang.

“Kenapa aku harus jijik sama pacarku sendiri? You looks really good, babe. Kalo boleh jujur, aku pernah mimpiin kamu pake rok” kata Yeosang. Jongho dengan wajah memerah pun langsung mendorong Yeosang. “APA-APAAN SIH?” tanya Jongho. Yeosang hanya tertawa dan Jongho mendengus keras ketika mendengar tawa kekasihnya.

But seriously babe, you looks so gorgeous. Jangan malu-malu lagi dong. Kamu kalo mau pake rok di dorm gapapa. Aku yakin hyung yang lain juga ga akan berpikir kamu aneh” kata Yeosang sambil menangkup pipi tembam Jongho.

Jongho menghela nafasnya kemudian mengangguk. “Good. Baru itu pacar aku” kata Yeosang sambil mengusak rambut Jongho. “Sini dong liat ke aku. Aku mau liat pacarku yang lucu ini” kata Yeosang sambil sedikit menjauh dari Jongho, untuk melihat Jongho dengan rok putihnya itu.

“Bagus ga ka? Aku kemaren beli pas lagi ada diskon” kata Jongho. “Perfect. Kamu kalo mau beli rok lagi, kasih tau aku ya. Nanti aku beliin” kata Yeosang. “Aaaaa thank you kaa Yeo” kata Jongho sambil memeluk lengan berotot Yeosang. “Sama-sama sayang” kata Yeosang.


Keenam member Ateez, kecuali Yeosang dan Jongho saat ini sedang duduk di ruang tamu. Ada yang menonton, bermain hp atau berbincang. “Guys” panggil Yeosang. Keenam orang tersebut pun mengalihkan pandangan mereka ke arah Yeosang. “Kenapa Yeo?” Tanya Yunho.

“Ada yang mau nunjukin sesuatu ke kalian” kata Yeosang sambil bergeser. Dan Jongho pun keluar dari kamarnya menggunakan rok putih yang sedari tadi masih digunakannya. “K-Kam.. Aku mau bilang kalo aku suka pake rok... Maaf kalo aku keliatan menjijikan.. Kalian boleh hujat aku, tapi jangan benci aku” kata Jongho dengan cepat.

Keenam member Ateez itu hanya terpaku melihat Jongho. Jongho sendiri hanya bisa menundukkan kepalanya sambil meremas sweaternya. Tapi, semua kekhawatirannya itu berubah ketika Seonghwa menyentuh bahunya dan menyamakan tingginya dengan Jongho.

“Kamu ga perlu ngerendahin diri gitu ih, sayang. Kamu lucu bangett!! Yaampun adeknya siapa sih kamu” kata Seonghwa sambil membawa Jongho ke dalam pelukannya dan menepuk-nepuk punggungnya. Jongho sendiri pun langsung memeluk erat kakak tertuanya itu.

“Kalo ada yang bilang adek jelek, bilang Ka Wooyoung. Nanti ka Wooyoung tonjok orangnya” kata Wooyoung. “Jangan kaa~ Gapapa kok hehe” kata Jongho sambil mengenggam tangan Wooyoung. “Eh kakak mau nyoba pame rok juga dong, kasih rekomendasi ke kakak juga” kata Seonghwa.

“YANG?” tanya Hongjoong yang panik. “Dah, sabar aja ya Ka. Gue doain yang terbaik buat lo, hehehe” kata San. “Aku juga dong. Kasih rekomendasi ke aku” kata Wooyoung pada Jongho dan kali ini San yang panik.

“Dah, lo berdua yang sabar ya. Kuat-kuatin aja liat pacar pake rok” kata Yeosang. “Untung pacar gue ga mau pake rok” kata Mingi. “GUE MAH SADAR DIRI GI, GA ADA ROK BUAT UKURAN GUE” kata Yunho. “Ada kok ka!! Kaka mau ku pesenin juga?” Tanya Jongho.

“Welcome to the club, Gi” kata Yeosang sambil tertawa. Mingi sendiri hanya bisa termenung mendengar jawaban Jongho. “Dahlah anjir gue pasrah” kata Mingi.

Seonghwa berkacak pinggang ketika mendapati raga seorang pemuda berambut hitam yang memiliki tinggi lebih pendek darinya itu. “Jam berapa sekarang? Tadi janjinya pulang jam berapa?” Tanya Seonghwa.

“Hehehe... Jangan marah gitu dong. Serius deh tadi tuh rencananya aku mau langsung pulang abis ngambil laptop. Terus Eden hyung tiba-tiba nyamperin, ngasih demo lagu” kata Hongjoong. Seonghwa pun menghela nafasnya.

“Hwa, serius deh maaf. Aku beneran ga niat begadang lagi di studio” kata Hongjoong sambil meletakkan kedua tangannya di bahu Seonghwa dan mengguncangnya pelan. “Kamu tau kan aku peduli sama kamu?” Tanya Seonghwa lirih.

“Iya sayang. Maaf ya? Aku janji ga bakal pulang larut lagi. Okay? Aku janji bakal istirahat juga” kata Hongjoong. Seonghwa pun mengangguk dan Hongjoong mengusak rambut Seonghwa. “Aku bersih-bersih dulu ya? Abis itu kita cuddle” kata Hongjoong sambil membuka jaket dan maskernya.

Seonghwa tertegun ketika melihat kumis tipis di wajah Hongjoong. Kumis tipis di wajah kekasihnya menambah kesan tampan, dan Seonghwa jujur sangat menyukai hal itu. “Joong” panggil Seonghwa. “Ya?” Jawab Hongjoong.

“Mau ku bantuin cukuran?” Tawar Seonghwa.


Keduanya saat ini berada di kamar mandi. Tenang, mereka tidak melakukan apa-apa kok. Seonghwa menawarkan bantuan untuk mencukur kumis tipis Hongjoong dan disetujui olehnya. Hongjoong terkadang tidak rapi ketika mencukur dan Seonghwa bisa mencukur lebih rapi, makanya ia langsung menyetujuinya.

Seonghwa merapatkan tubuhnya dengan washtafel kamar mandi, sedangkan Hongjoong mengukung tubuhnya. Seonghwa mengusapkan krim pencukur di wajah Hongjoong dengan perlahan dan lembut. Setelah selesai mengoleskan krim, Seonghwa membersihkan tangannya sejenak dan menyalakan razor.

Tidak ada percakapan di antara keduanya. Hanya ada suara dari alat razor yang Seonghwa gunakan. Tak lama kemudian, Seonghwa pun selesai dengan kegiatannya mencukur kumis Hongjoong. “Kamu mau cuci muka atau aku bersihin pake handuk basah?” Tanya Seonghwa.

“Kamu aja yang bersihin” kata Hongjoong. Seonghwa pun mengambil handuk kecil dan membasahinya, kemudian ia mengusap wajah Hongjoong yang masih menyisakan krim pencukur di wajahnya itu. “Udah selesai” kata Seonghwa sambil tersenyum.

Hongjoong pun menarik pinggang Seonghwa untuk mendekat padanya. “Makasih, sayang” kata Hongjoong. “Sama-sama. Aku harus ngerawat pacarku yang jarang pulang ini kan? Supaya ga berpaling ke yang lain” kata Seonghwa sambil menangkup wajah Hongjoong ketika ia sudah menyimpan razor di tempatnya kembali.

“Mana bisa sih aku berpaling, Hwa. Kamu udah cakep, baik, sayang sama aku lagi” kata Hongjoong sambil mencium perpotongan leher Seonghwa. Hongjoong rasanya ingin membuat parfum dengan wangi khas Seonghwa. Karena wangi tersebut, bisa membuatnya lebih tenang.

“Aku sayang kamu” kata Seonghwa. “Aku juga” kata Hongjoong.

Hongjoong pun mengecup bibir Seonghwa. Seonghwa terlihat sangat manis ketika Hongjoong melepaskan kecupannya. Hongjoong pun memberanikan diri untuk menempelkan bibirnya lebih lama sebelum pintu kamar mandi terbuka dan ada Jongho di depan pintu.

“HUAAA MAAF HYUNG!! Kenapa sih ga ada yang bilang ke aku kalo Hongjoong hyung sama Seonghwa hyung lagi pacaran??? Ka Yeoooo” kata Jongho sambil berlari mencari Yeosang. Hongjoong dan Seonghwa pun terkekeh kemudian mereka keluar dari kamar mandi.

“Ayah pulang!!” Ucap Hongjoong sambil membuka pintu apartemen tempat tinggalnya. “AYAH!!” seru si kembar San dan Wooyoung sambil berlari ke arah Hongjoong. “Halo anak ayah!! Udah mandi?” Tanya Hongjoong sambil menyesuaikan tingginya dengan kedua anak kembar itu.

“Udah!! Tadi Sanie sama Wuyo dimandiin ka Igi!!” Kata San dengan senyuman. “Terus ka Iginya dimana?” Tanya Hongjoong. “Mingi kan lagi les, yah. Dia mau masuk SMA kan tahun ini? Dia mau masuk sekolah Yeosang kemaren” kata Yunho, anak tertuanya. “Sini yah aku bantuin bawain tasnya” kata Yunho. “Gapapa ka, ayah bisa sendiri kok” kata Hongjoong sambil menepuk bahu Yunho.

“Ayah, ka Yeosang ga keluar kamar dari kemaren!! Papa selalu bawa makanan ke kamar ka Yeosang. Wuyo juga ga boleh masuk kamar ka Yeo” lapor Wooyoung pada sang ayah. “Yeosang lagi ada proyek ya?” tanya Hongjoong. “Iya yah. Katanya proyeknya lumayan gede. Jadi ya gitu ngurung di kamar dia” kata Yunho.

“Padahal ayah bilang kalian fokus belajar aja, gausah nyari part time gitu” kata Hongjoong. “Ih ayah geer banget, orang kita kerja demi beliin mainan buat San, Wuyo sama Jongho. Bener ga??” Tanya Yunho pada si kembar. “Um!! Betul!!” Kata San dan Wooyoung bersamaan. Hongjoong tersenyum, Yunho benar-benar sangat dewasa.

“Yunho, tolongㅡ Eh, ayah udah pulang?” Seonghwa keluar dari kamar mereka sambil diikuti oleh seonggok manusia menggemaskan, Jongho. “Iya Hwa. Aku baru pulang” kata Hongjoong. “Yunho, tolong jagain Jongho dulu ya. Papa mau bikin makan malem” kata Seonghwa. “Oke papa” kata Yunho sambil menggenggam tangan Jongho. “Ayah mandi dulu ya? Abis itu, kita periksa pr Sanie dan Wuyo” kata Hongjoong. “SIAPP!!” Seru San dan Wooyoung bersamaan.

Hongjoong dan Seonghwa adalah pasangan yang cukup disegani di lingkungan tempat tinggal sekaligus tempat kerja mereka. Kenapa? Karena keduanya mengadopsi banyak sekali anak.

Yang pertama adalah Yunho dan Mingi. Hongjoong mengadopsi keduanya setelah melihat Yunho memungut roti di dekat tempat sampah yang terlihat masih utuh. Yunho tidak memakan itu melainkan membiarkan Mingi memakannya. Setelah ditelusuri, ternyata Yunho adalah anak yang dibuang oleh orang tua aslinya, kemudian kabur bersama Mingi dari panti asuhannya karena pemiliknya melakukan kekerasan pada mereka.

Yunho berusia 10 tahun saat itu dan Mingi masih berusia 3 tahun. Hongjoong tanpa ba-bi-bu langsung mengurus surat adopsi di pemerintahan. Ia menyekolahkan Yunho dan Mingi di sekolah terbaik. Saat ini Yunho sedang menjalankan kuliah tahun terakhirnya di jurusan Bisnis Internasional dan Mingi yang bersiap untuk masuk jenjang SMA.

Yang kedua, adalah Yeosang dan si kembar San-Wooyoung. Seonghwa mengadopsi mereka dari panti asuhan. Tidak ada masalah dari panti asuhan tempat mereka tinggal sebenarnya, tapi hati Seonghwa tergerak setelah mendengar celoteh San hari itu. “Ga ada yang sayang sama Sanie kecuali Wuyo, Ka Yeosang, Om Hwa sama ibu panti” ocehnya hari itu.

San tidak bisa hidup tanpa Wooyoung, makanya Seonghwa mengadopsi keduanya. Wooyoung anak yang benar-benar ceria. Namun karena ia adalah anak yang tidak bisa diam, seringkali dimusuhi oleh anak lain.

Yeosang sendiri adalah orang yang sangat dekat dengan si kembar. Setelah mengadopsi si kembar, Seonghwa merasa keduanya menjadi murung. Dan akhirnya Seonghwa mengadopsi Yeosang juga. Yeosang cukup pendiam, namun kasih sayangnya itu sangat besar. Ia pandai menggambar, sehingga tahun ini, Yeosang menjadi mahasiswa baru di jurusan Arsitek.

Walaupun mahasiswa baru, Yeosang seringkali mendapatkan project, sehingga di usia muda, uangnya sudah cukup untuk membiayai kuliahnya sendiri. Sedangkan si kembar San dan Wooyoung saat ini duduk di kelas 3 SD.

Dan yang terakhir adalah Jongho. Mereka menemukan Jongho di depan pintu apartemen mereka, dan saat diperiksa ke dokter, Jongho baru berusia 10 hari. Badannya sangat kecil dan Jongho kedinginan. Namun saat ini, balita berusia 2 tahun itu sudah sangat sehat dan juga ceria.


“Igi pulang” kata Mingi sambil masuk ke dalam apartemen. “KA IGI!!” seru Wooyoung. “Halo jagoan. Udah mandi belum?” Tanya Mingi. “Udah dong!! Ka Igi ajarin Wuyo matematika dong. Wuyo ga ngerti perkalian” kata Wooyoung. “Wah Sanie sama Wuyo udah belajar perkalian?” Tanya Mingi. “Iya ka. Susah banget!!” Kata San dengan mata berapi-api tapi mulutnya mengunyah bolu buatan Seonghwa.

“Papa udah nawarin bantuan loh..” kata Seonghwa yang sedang memasak di dapur dibantu Hongjoong. “Ga mau. Kalo diajarin papa, nanti Wuyo ga ada usahanya dong” kata Wooyoung. “Betul kata Wuyo. Kalo kita nanya ke Ka Igi kan tandanya kita berusaha!!” Kata San. “Prince, kamu nanya ke papa juga usaha loh” kata Seonghwa.

“Pokoknya kita mau bisa sendiri!! Papa udah sibuk urusin dedek. Lagian Sanie sama Wuyo harus bisa sendiri” kata San dengan semangat. “Yaudah iya.. Tapi kalo butuh bantuan papa, jangan sungkan ya?” Kata Seonghwa. “Siap!!” Kata Wooyoung. “Yaudah, abis makan malem kita belajar ya?” Tawar Mingi. “Oke ka Igi” kata San.

“Duh laper” kata Yeosang yang tiba-tiba datang dan mencomot bolu di genggaman Jongho. Jongho yang duduk di pangkuan Yunho pun bingung. “IYANG!! KUE NA IYANG!!” seru Jongho sambil mengangkat bolunya yang sisa setengah. “Yaampun Yeosang iseng banget sama adeknya” kata Yunho sambil menggelengkan kepalanya.

“Hehehehe abisan gemes sama si gembul. Aduh ini pipinya bulet banget sih...” kata Yeosang sambil mencubit-cubit pelan pipi adik bungsunya itu. “Ka Yeo, kue na iyang” kata Jongho. “Ka Yeo yang ambil Jong” kata Yunho. “HUWEEE PAPA, KA YEO AMBIL KUE JONGHO” seru Jongho. “YEOSANG” seru Seonghwa. “MAAF” seru Yeosang kembali.

Jam 7 malam tiba dan mereka pun duduk di meja makan bersama. “Ka, skripsi kamu gimana? Udah diterima?” Tanya Hongjoong. Sudah jadi kebiasaan mereka untuk mendengar cerita setiap anaknya satu per satu. “Udah yah. Terus katanya paling revisi minor aja. Jadi sambil revisi minor, bisa ambil data” kata Yunho. “Bagus ka!! Kalo butuh bantuan, atau minta temenin kemana gitu, bilang ayah ya? Nanti ayah temenin” kata Hongjoong.

“Gausah ih ayah. Kakak bisa naik kendaraan umum. Lagian sekarang semua bisa dilakuin pake internet” kata Yunho. “Hm bener juga sih” kata Hongjoong. “Ih ayah kudet banget” kata Mingi. “Ayah aja gatau caranya nonton youtube, ka. Coba sekali-kali kamu ajarin ayah kamu tuh” kata Seonghwa yang sedang mengelap mulut Jongho setelah makan.

“Aku aku!! Aku aja yang ajarin!!” Kata Wooyoung. “Ih Sanie aja!!” Kata San pada Wooyoung. “Hayo yang berantem ga boleh makan cumi goreng tepung” kata Seonghwa. Otomatis San dan Wooyoung pun langsung diam dan melanjutkan makan mereka yang sempat tertunda karena adu mulut.

“Tau ga sih, ka Yunho pernah dikira punya anak gara-gara wallpaper hpnya pake foto Jongho” kata Yeosang. “Serius ka? Yaampun terus kamu bilang apa?” Tanya Seonghwa kepada Yunho. “Ya gitu aku bilang Jongho adek aku dan kita emang beda 20 tahun gitu” kata Yunho.

“Astaga.. Anak-anak jaman sekarang apa aja dikomenin” kata Hongjoong. “Tau ga sih, pa, yah, Yeosang pas baru ospek udah masuk jajaran orang-orang paling ganteng di kampus” kata Yunho. “Shutt kak!! Diem napa” kata Yeosang sambil menutup mulut Yunho. “Fansnya banyak dong?” Tanya Hongjoong sambil menggoda Yeosang.

“Banyak banget yah!! Sampe ada yang dm di Instagram Mingi nanyain nomor ka Yeosang” kata Mingi. Yeosang yang malu pun menyembunyikan wajahnya di balik tubuh gempal Jongho. “Jangan gangguin adekmu ih. Nanti ga mau makan” kata Seonghwa sambil menepuk-nepuk bahu Yeosang. “Ka Yeosang jadi artis?” Tanya Wooyoung dengan polos.

“Engga Wuyo haduh” kata Yeosang sambil menepuk dahinya. “Kamu jadi selebgram aja ka. Papa dukung” kata Seonghwa. “Hm.. Ya liat nanti deh pa. Aku lagi sibuk banget” kata Yeosang. “Oh iya, itu emang project apa ka?” Tanya Hongjoong. “Itu pa, Yeosang jadi asisten arsitek yang lagi ngerancang pembangunan hotel internasional!! Yeosang tuh kaget banget pas dikirim email sama dia” kata Yeosang.

“Wahh, hebat banget Yeo” kata Yunho. “Hehe makasih ka. Doain aja semuanya lancar” kata Yeosang. “Siap, kita semua selalu doain Yeosang kok” kata Seonghwa sambil mengelus rambut Yeosang. “Nah, kalo Mingi, kamu gimana hari ini? Oh, sama ayah mau nanya, kamu jadi mau masuk sekolahnya Yeosang?” Tanya Hongjoong.

“Jadi, yah hehe.. Kemaren aku sempet nanya-nanya ada beasiswa gitu ga, soalnya kan ya nilai aku lumayan bagus kan. Terus ternyata kata sekolahnya aku disuruh ikut test masuk dulu. Kalo nilaiku di atas 80, aku bisa dapet beasiswa 50 sampai 100%” kata Mingi. “Loh, kenapa harus pake beasiswa, ka? Ayah bisa kok biayain kalian sampe lulus” kata Hongjoong.

“Aku ga mau repotin ayah hehe.. Ayah sama papa udah baik banget ngangkat kita jadi anak kalian. Jadi, ya aku sebisa mungkin ga mau nambahin biaya buat kalian” kata Mingi. “Ka Mingi, kalian itu masih tanggung jawab papa sama ayah selama kalian belom berkeluarga. Papa hargain pemikiran kalian, tapi biarin kita biayain kalian sampe kalian lulus, oke?” Kata Seonghwa.

“Iya papa.. Tapi izinin kita juga buat cari beasiswa. Eits, ga boleh nolak, atau ga aku juga nolak buat dibiayain nih” kata Mingi. Hongjoong dan Seonghwa tersenyum kemudian mengangguk. Entah bagaimana anak-anak yang sudah mereka besarkan ini selalu mencari cara bagaimana meringankan biaya pendidikan mereka.

“Iya iya.. By the way, kamu jadinya ambil apa ka?” Tanya Hongjoong. “Ipa kayanya yah. Aku suka banget sama matematika. Nanti kuliah aku mau ambil matematika murni. Boleh ga yah, pa?” Tanya Mingi. “Sure. You can be anything” kata Hongjoong dengan cepat. “Gi, otakmu sehat belajar matematika terus?” Tanya Yunho. “Sehat kok” kata Mingi.

“Okay, twins. Apa yang kalian lakuin hari ini?” Tanya Hongjoong. “Kita tadi ke sekolah!! Ibu guru ngajarin perkalian tapi Wuyo ga ngerti” kata Wooyoung. “Sanie juga ga ngerti perkalian. Nanti mau tanya ke ka Igi aja” kata San. “Tapi ayah, tau ga? Sanie pinter bahasa Inggris loh. Tadi pas latihan bahasa Inggris nilainya seratus!!” Kata Wooyoung. “Wah, beneran San?” Tanya Hongjoong.

“Iya ayah!! Nanti abis makan, Sanie kasih liat” kata San. “Kalo Wuyo, gimana?” Tanya Hongjoong. “Heum... Nilai Wuyo ga dapet seratus kaya Sanie. Tapi kata ibu guru, nilai seni tari Wuyo bagus. Terus Wuyo tadi bantuin ibu guru masak di dapur” kata Wooyoung. “Hah? Kamu masak?” Tanya Seonghwa. “Eung!! Wuyo tadi yang masukin makanan temen-temen ke piring” kata Wooyoung.

“Love, kayanya, San ada bakat di bahasa Inggris, terus Wooyoung di masak” kata Hongjoong. “Yaampun lucu banget” kata Seonghwa. “Karna Sanie sama Wuyo pinter sekolahnya, nanti ka Yunho kasih hadiah. Buku cerita bahasa Inggris buat Sanie sama buku memasak buat Wuyo. Bagaimana?” tanya Yunho. “CALL!!” seru keduanya.

“Nah, ini bayi gede ngapain aja sama papa di rumah?” Tanya Hongjoong sambil mengelus rambut Jongho yang duduk di baby seat. “Jongho bikin kue!! Kue na di kulkas!” Kata Jongho dengan semangat. “Kuenya enak??” Tanya Hongjoong. “Enak!! Tapi kue na Jongho tadi di mam sama Ka Yeo” adu Jongho.

“Yeosang..” kata Hongjoong sambil menggelengkan kepalanya. “Hehehe.. Maaf ayah, abisan adek gemes bangett” kata Yeosang. “Ka Yeo cuma bercanda, sayang. Besok Jongho makan kuenya lagi ya?” Kata Seonghwa. “Eung!!” Kata Jongho dengan semangat.

“Ayo habisin makannya. Abis itu sikat gigi terus siap-siap tidur” kata Seonghwa. “Ayo, kakak bantuin sikat gigi” kata Yunho pada si kembar. “Gausah ka!! Kita udah bisa sikat gigi sendiri” kata Wooyoung. “Betul!! Kakak liat dari depan kamar mandi aja” kata San. Yunho pun tersenyum kemudian mengusak rambut keduanya. “Oke kakak liatin dari depan aja” kata Yunho.

“Piring makan simpen di tempat cuci piring aja. Nanti papa cuci abis temenin Jongho tidur” kata Seonghwa. “Gausah Hwa. Aku aja yang cuciin. Kamu istirahat aja” kata Hongjoong. “Tapi kamu juga cape Joong” kata Seonghwa. “Udah papa sama ayah istirahat aja. Aku aja yang cuciin” kata Mingi sambil mendorong keduanya pelan untuk masuk ke kamar.

“Nanti baju kotor juga aku aja yang masukin ke mesin cuci. Jadi besok papa bisa langsung cuci” kata Yeosang. “Gapapa ka?” Tanya Hongjoong. “Gapapa ih. Udah sana papa sama ayah istirahat aja” kata Yeosang. “Makasih ya ka” kata Seonghwa. “No problem pa. Kan ini kerjaan rumah, berarti ga cuma papa atau ayah yang lakuin” kata Yeosang.

“Langsung istirahat ya kalo udah selesai” kata Hongjoong. “Siap pa!” Kata Mingi. Hongjoong dan Seonghwa pun masuk ke kamar mereka terlebih dahulu. Dan tidak lama kemudian, Mingi dan Yeosang pun ke kamar setelah menyelesaikan tugas mereka.

Warn : blood, car accident, hospital


Jongho mengaduk kopi di hadapannya sambil mendengus. Orang di hadapannya, alias Wooyoung tidak berhenti mengoceh pasal dirinya yang terkejut jika kekasihnya adalah vampire. Ngomong-ngomong, mereka saat ini ada di apartement milik kekasih Jongho, yaitu Yeosang.

“Jong, kamu dengerin kakak ga sih?” Tanya Wooyoung sebal. “Aku dengerin ka, tapi aku pusing denger ocehan kakak. Lagian ya kenapa sih kalo kak San itu vampire juga dan ternyata masih satu keluarga sama kak Yeosang? Berarti bagus dong” kata Jongho.

“Emang kamu ga kaget pas tau pacarmu vampire? Vampire kan minum darah” kata Wooyoung. “Ya kaget lah. Tapi ka Yeosang langsung kasih tau kalo dia cuma minum darah hewan. Ka San juga sama” kata Jongho.

“Kamu.. Ga takut sama mereka?” Tanya Wooyoung. “Ngapain takut kalo selama ini ka Yeosang selalu jagain aku?” Tanya Jongho membalikkan pertanyaan Wooyoung. Wooyoung pun terdiam ketika mendengar pertanyaan Jongho.

“Sekarang gini deh, ka San pernah lukain kakak ga? Ka San pernah nyakitin kakak ga? Kalo ga pernah, yaudah ngapain kakak malah menjauh gini pas tau identitas aslinya? Namanya egois tau ka” kata Jongho sambil meminum kopinya.

“Halo, lagi ngomongin apa nih?” Jongho dan Wooyoung sontak mengalihkan pandangan mereka pada sumber suara. Ternyata itu adalah Seonghwa dan Hongjoong. Pasangan vampire yang masih satu keluarga dengan Yeosang dan San.

“Halo ka Seonghwa, ka Hongjoong. Ini nih ka Wooyoung. Dia ngejauhin ka San pas tau kalo ka San vampire” kata Jongho. “Loh, emangnya kenapa Woo? Kamu kan ga takut sama kita, kenapa jadi ngejauhin San?” Tanya Hongjoong.

“Bener tuh. Kakak harusnya malah lebih takut sama ka Seonghwa, ka Hongjoong. Soalnya kalian baru kenal” kata Jongho. “Kok kesannya kita tuh serem ya, dek?” Kata Seonghwa dan Jongho hanya tersenyum sambil memamerkan giginya.

“Eum... gimana ya ka.. San bilang kalo dia vampire baru.. jadi aku takut aja” kata Wooyoung pelan. “Halah sebaru-barunya dia, udah 300 tahun tuh dia jadi vampire. Kamu mau aja dikibulin, Woo” kata Hongjoong.

“Kalo vampire baru mah Yunho. Baru sekitar 50 tahun kali ya? Minginya sih seumuran sama San, Yeosang” kata Seonghwa. “Nah itu, kakak harusnya lebih takut sama ka Yunho, soalnya ka Yunho masih belum terlalu bisa ngendaliin lapernya ke darah manusia” kata Jongho.

“Nih korbannya. Waktu itu lagi bantuin Seonghwa masak, tangannya ga sengaja kena pisau, langsung berantakan tuh apart kita” kata Hongjoong sambil nunjuk Jongho. “Terus kamu ga kapok?” Tanya Wooyoung pelan. “Engga lah. Orang ka Yunho baik suka jajanin aku” kata Jongho.

“Kami pulang!!” Jongho tersenyum ketika melihat sumber suara. “Kak Yeo!!!!” Seru Jongho sambil menghampur ke pelukan kekasih vampirenya itu. Di belakang Yeosang, ada San yang hanya duduk di balkon. Hongjoong mendorong Wooyoung pelan. “Samperin sana. Gausah malu” kata Hongjoong.

Wooyoung pun menghampiri San. Terlihat keduanya bercakap-cakap. San pun membawa Wooyoung pergi ke tempat yang lebih kondusif untuk berbincang.

“Hahhh akhirnya. Ka Wooyoung tuh ya kerjaannya bikin pusing terus” kata Jongho. “Tapi kamu hebat loh, bear. Tahan denger omongan dia. Aku ga sanggup kayanya kalo harus dengerin ocehan Wooyoung” kata Yeosang pada Jongho.

“Wooyoung tuh bucin sama San sebenernya. Cuma dianya aja denial, dan masih ragu. Eh sama San bukannya kasih kepastian gitu, malah dikibulin” kata Seonghwa.

“Kalo ka Seonghwa sama ka Hongjoong, kenapa bisa ketemuan??” Tanya Jongho. “Dek, percaya ga kalo kita tuh udah lupa? Entah gimana caranya vampire yang ga pernah lupa sama memorinya, tapi kita berdua lupa gimana kita bisa jadi vampire dan ketemu” kata Hongjoong.

“Bener. Entah kenapa kita ga bisa inget itu. Aku udah nyari selama ini, tapi belum bisa nemuin jawabannya” kata Seonghwa.

“Ngomong-ngomong, hari ini bukannya jadwal kakak minum darah manusia?” Tanya Jongho. Memang, keluarga mereka sudah tidak mengonsumsi darah manusia, namun setiap 3 bulan sekali, Yeosang harus minum darah manusia, atau dia akan tidak terkendali dan menyerang manusia.

Alasannya, karena Yeosang dulunya adalah salah satu pasukan volturi yang minum darah manusia. Ketika Yeosang bertemu Hongjoong, ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya tersebut dan beradaptasi dengan darah hewan, mengikuti Hongjoong.

“Ah iya.. Kok kamu inget aja sih?” Kata Yeosang sambil mencubit pipi tembam Jongho. “Aku udah bawa darah dari rumah sakit tadi. Ku simpen di kulkas” kata Seonghwa. “ADEK YANG TUANGIN!!” Seru Jongho sambil berlari ke arah dapur.

Yeosang mengikuti langkah Jongho ke arah dapur. Jongho mengambil kantung darah yang dimaksud Seonghwa, mengguntingnya dengan hati-hati, kemudian menuangkannya ke gelas. Setelah itu, gelas tersebut diberikannya kepada Yeosang.

“Ini ka Yeosang. Selamat makan!!” Kata Jongho. Yeosang mengelus rambut Jongho dengan gemas lalu mengambil gelas berisi darah tersebut. Dengan tiga tegukan, gelas tersebut pun tandas.

“Yeyyy ka Yeosang makannya pinter” kata Jongho sambil bertepuk tangan. Yeosang kemudian mencium Jongho dengan intens, kemudian melepasnya. Jongho mengelap bibirnya yang memiliki sisa darah dari bibir Yeosang.

“Ka Yeosang mulutnya bau darah” kata Jongho. “Ya iyalah sayang kan aku abis makan hehe.. Dah sana kamu ke ruang tamu dulu, aku mau kumur-kumur dulu” kata Yeosang. Jongho mengangguk dan pergi ke ruang tengah.


Tak lama kemudian, San sudah kembali bersama Wooyoung di gendongannya. “Sudah baikan?” Tanya Seonghwa. “Udah hehehe” kata San. “Makanya jangan dikibulin anak orang tuh” kata Hongjoong sambil mendengus.

“Abisnya gemes tau, Joong” kata San. “Kamu kalo kibulin aku lagi, aku pergi, liat aja” kata Wooyoung. “And i'm gonna find you, dear. Kamu ga lupa kan kalo vampire punya penciuman yang tajam?” Kata San. Wooyoung pun mendengus.

“Bisa ka, kalo kakak perginya sama Felix. Nah ga bakal ketauan tuh sama ka San” kata Jongho. “LAH DEK KOK KAMU MALAH KASIH IDE?” Kata San tidak terima. “Ide bagus. Makasih Jong, nanti kaka jajanin oke?” Kata Wooyoung.

“Haloooo masyarakat!!! Mingi yang tampan dan rupawan datang!!” Ternyata Mingi dan Yunho datang melalui balkon. “Wah ada Wooyoung juga. Untung tuh kan kita beli dua bungkus” kata Yunho. Yunho memberikan dua boks makanan dari restoran ayam terkenal. “Nih, makan yang banyak ya. Kalo kurang bilang aja, nanti ku suruh Mingi beliin lagi” kata Yunho.

“Yang, kok kamu tega sama aku?” Tanya Mingi memelas dan Yunho hanya menabok main-main wajah kekasihnya itu. “Yun, lu tuh beliin pacar gue ayam terus. Apa ga mabok ayam apa?” Kata Yeosang yang baru keluar dari kamarnya.

“Shut, diam. Dilarang melawan Jung Yunho. Pacarmu aja doyan kok” kata Yunho pada Yeosang. “Tau nih ka Yeosang! Adek suka ayam kok! Bilang aja ka Yeo iri sama adek” kata Jongho.

“Adek mau jus?? Kakak bikinin mau?” Tanya Seonghwa sambil mengelus kepala Jongho. “Mau!!!” Seru Jongho. “Kamu mau juga Woo?” Tanya Seonghwa. “Boleh deh ka” kata Wooyoung.

Seonghwa pun segera beranjak ke dapur, diikuti Hongjoong. Pasangan Minyun duduk di sofa yang berhadapan dengan kedua manusia yang sibuk makan ayam tersebut. “Jong, luka kamu udah sembuh?” Tanya Yunho.

“Udah ka.. Kakak udah nanya itu berkali-kali dari kemaren. I'm fine, nih liat tinggal disini aja lukanya” kata Jongho sambil menunjukkan kakinya yang dibalut perban. “Maafin kakak ya?” Tanya Yunho. “Gapapa ish ka. Udah stop minta maafnya. Kalo kaka minta maaf lagi, nanti Jongho ngambek” kata Jongho pada Yunho.

“Udah, ikutin aja apa kata bayi, Yun” kata San. “AKU BUKAN BAYI CHOI SAN” kata Jongho. “DUHH BAYI GA SOPAN BANGET” kata San dan menggoyangkan kepala Jongho main-main. “Heh udah, ini kepala pacar gue” kata Yeosang sambil menabok tangan San.

“Hah? Wait. Choi San dan Choi Jongho. Kalian ada ikatan sodara?” Tanya Wooyoung. “Sebenernya, sebelum aku jadi vampire, aku punya adik, namanya Jongho. Dan alesan aku bisa selamat dan ketemu Hongjoong, ya karena Jongho adikku itu ngorbanin nyawanya. Dan ternyata, karena kebaikan dia, dia bisa reinkarnasi jadi Jongho yang ini. Aku ngikutin dia di setiap reinkarnasinya dan aku yang ngasih tau orang tua Jongho yang sekarang buat namain dia Choi Jongho” kata San.

“Aku bolehin ka San anggep aku kaya adeknya. Karena kalo ditarik secara genetik, ya aku emang adiknya ka San” kata Jongho yang menyelesaikan makanannya dan membuang bungkus makanan itu. “Kenapa adikmu bisa mengorbankan nyawanya?” Tanya Wooyoung.

“Ceritanya panjang. Kapan-kapan aku ceritakan ya” kata San sambil mengelus rambut Wooyoung. “Sudah, ayo minum jus nya” kata Seonghwa kepada Wooyoung dan Jongho.


Selepas makan, Yeosang membawa Jongho ke kamarnya. Jongho memandang kekasihnya itu dengan lamat. “Kenapa mine? Kamu tau kan, cuma kamu orang yang pikirannya ga bisa ku baca. Tapi aku ngerasain kalo pikiranmu mumet banget” kata Yeosang.

“Ka, kakak ga bisa jadiin aku vampire kaya kakak? Aku kasian sama ka San yang harus liat aku meninggal terus. Kalo aku jadi vampire, aku bisa sama kakak terus” kata Jongho.

Yeosang menghela nafasnya. Selalu seperti ini. “Jongho, kakak udah bilang berkali-kali sama kamu. Kehidupan vampire tidak hanya tentang immortal. Kakak malah pengen jadi manusia lagi kalo bisa” kata Yeosang.

“Ka, aku ga bisa. Aku suatu saat bakal meninggal kapan aja. Aku ga tega ninggalin ka San entah ke berapa kalinya, dan sekarang bakal ninggalin kakak juga. Emangnya kakak mau?” Kata Jongho.

“Tapi ga semudah itu, Choi Jongho!!” Seru Yeosang. Yeosang tanpa sadar menaikkan intonasinya kepada Jongho. Jongho tersentak kaget. Ini pertama kalinya, Yeosang menggunakan intonasi tinggi ketika berbicara.

“Haish” kata Yeosang. Yeosang pun keluar dari kamarnya dan pergi menuju hutan. Jongho kemudian menangis. Selalu seperti ini. Ketika Jongho membicarakan pasal keinginannya bersama Yeosang selamanya, mereka akan bertengkar.

Jongho menghapus air matanya dan kemudian membereskan barangnya. Ia mau pulang saja ke rumah. “Jong, mau pulang?” Tanya Seonghwa khawatir. “Iya ka, mau pulang aja. Kalo ka Yeosang nanyain, bilang aku kepengen sendiri dulu” kata Jongho.

Tangannya kemudian dicekal oleh Seonghwa. “Kakak sama ka Hongjoong anterin pulang. Bahaya banget kalo kamu nyetir dalam keadaan nangis” kata Seonghwa. Jongho menghela nafasnya, kemudian menyerahkan kunci mobilnya pada Hongjoong.

Pastikan kalian menjaga Jongho dari jauh” kata Hongjoong lewat mindlink pada Mingi dan Yunho. Keduanya mengangguk pada Hongjoong dan Hongjoong pun pergi mengikuti Jongho dan Seonghwa.

Tak lama ketiganya pergi, Yeosang kembali ke apartementnya. “Dimana Jongho?” Tanya Yeosang. “Pulang ke rumahnya. Dia mau sendiri dulu katanya” kata Yunho. Yeosang menghela nafasnya kemudian masuk ke kamarnya.

“Semoga Jongho ga kenapa-kenapa” kata Mingi. “Kamu dapet insight apa?” Tanya Yunho khawatir. “Entahlah. Masih samar” kata Mingi. “Kita harus berjaga kalau begitu” kata Yunho.


Dua minggu berlalu setelah Jongho bertengkar dengan Yeosang. Tidak ada tanda-tanda Jongho akan menghubungi pacar esnya itu. Hari ini, Jongho akan pergi berkemah dengan teman-temannya. Ada Bomin, Hyunjin, Han, Sunwoo, Eric, Chani dan Daehwi.

“Bawa mobil yang bener Chani. Ga lucu kalo kita nyampenya ke rumah sakit, bukan ke camp” kata Daehwi. “Iya anjir tenang aja. Gue selama ini belajar mobil sama ka Rowoon kok” kata Chani.

“Jong, cemberut aja dari tadi. Belom balikan sama mas pacar ya?” Tanya Han. “Iya. Sebel banget tau ga sih gue sama dia” kata Jongho. “Yaudah sobat, jangan pikirin doi dulu. Sekarang, waktunya kita happy happy” kata Eric.

Jongho tersenyum. Memang dalam keadaan seperti ini, teman-temannya bisa diandalkan. Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan senyuman dan diiringi lagu.

Di tengah jalan, karena mereka melewati tebing, tiba-tiba, ada batu besar yang jatuh menimpa jalan. Chani yang terkejut, langsung membanting stir ke arah kiri, dan mobil tersebut pun jatuh dan masuk ke hutan.

Jongho berusaha membuka satu matanya karena mata sebelahnya otomatis tertutup karena adanya darah yang mengalir dari dahinya. “Akhh sakittt” seru Jongho. Kakinya terjepit di antara kursi.

“Jongho, bisa keluar??” Jongho menengok dan mendapati Han dalam keadaan lumayan baik. Bagaimana bisa? “Akan aku jelaskan nanti. Aku akan mengeluarkanmu” kata Han. Han mendorong kursi yang menjepit kaki Jongho, namun, semakin kursi itu terlepas, maka darah yang keluar dari kaki Jongho semakin banyak. Karena ternyata ada bagian kursi yang menusuk kaki Jongho.

“Jongho, tahan sebentar ya. Kami akan mengeluarkan ini dari kakimu” kata Hyunjin yang juga baik-baik saja. Jongho berteriak kencang ketika kursi itu akhirnya lepas dari kakinya. Darah semakin mengucur keluar dari kaki Jongho.

Tiba-tiba, Mingi dan Yunho datang ke lokasi kejadian. “Siapa kalian?” Tanya Han. “Beta? Kalian pack Wolfgang?” Tanya Mingi. “Darimana kalian tau?” Tanya Hyunjin. “Minho mengenal kakak kami. Changbin dan Felix juga mengenal kami” kata Yunho.

Jongho pun tidak sadarkan diri karena darah yang keluar semakin banyak. Yunho sedikit memundurkan dirinya. “Kamu bisa menahannya kan sayang? Kita harus bawa Jongho ke Seonghwa” kata Mingi sambil menggendong Jongho.

Yunho mengangguk dan Mingi beserta Jongho di gendongannya pun pergi. “Terima kasih sudah menyelamatkan Jongho” kata Yunho. Dan Yunho pun pergi mengikuti Mingi.


Yeosang kebingungan ketika ia dipanggil Hongjoong ke ruangan Seonghwa di rumah sakit. “Ayolah, Seonghwa adalah perawat, Hongjoong Hongjoong dan aku pekerja IT. Tidak ada hubungannya” kata Yeosang.

“Sebentar lagi Yeosang. Kamu akan tau kenapa kami memanggilmu” kata Hongjoong. Yeosang mendengus, namun tiba-tiba hidungnya mencium aroma yang familiar. “Ini..”

Pintu rawat Hongjoong pun didobrak oleh Mingi dan Yeosang terkejut melihat Jongho yang tidak sadarkan diri dengan darah yang mengalir terus. “Aku sudah membawanya. Aku harus mengurus Yunho” kata Mingi. “Terima kasih Mingi” kata Seonghwa.

Seonghwa segera memasang infus kepada Jongho. Hongjoong segera menjahit bagian tubuh Jongho yang terluka. “Yeosang, dia tidak akan bertahan walaupun mendapatkan infus ataupun transfusi darah” kata Seonghwa.

“Ke-Kenapa?” Tanya Yeosang. “Darahnya terlalu banyak keluar, dan lukanya merusak jaringan yang harusnya bisa menutup luka tersebut. Satu-satunya jalan adalah menjadikannya bagian dari bangsa kita” kata Hongjoong.

“Hongjoong, tapi.. Aku tidak bisa” kata Yeosang. “Kamu mau kehilangan dia? Kamu mau membiarkan San kehilangan adiknya untuk yang ketiga kalinya? Jika kamu tidak bisa, aku akan meminta Seonghwa yang melakukannya” kata Hongjoong.

“TIDAK!! Tidak, tidak, Joong. Aku yang akan melakukannya” kata Yeosang. Hongjoong melihat ke arah Seonghwa. Seonghwa pun menangguk dan melepas infus dari Jongho. “Lakukan tugasmu Yeosang” kata Hongjoong.

Yeosang mendekati tubuh Jongho. “Maaf dan aku mencintaimu, selalu” kata Yeosang lalu mengecup bibir kekasihnya itu. Yeosang menggigit tengkuk Jongho, sambil meminum darah Jongho, ia membiarkan racun vampire memenuhi tubuh Jongho.

“Sudah Yeosang, sudah. Racunnya mulai menyebar” kata Hongjoong. Yeosang melepas gigitannya dan merasakan perlahan tubuh di hadapannya mulai mendingin. “Kita bawa dia ke apartmu” kata Hongjoong.


Tiga hari berlalu, dan masih tidak ada tanda-tanda bahwa Jongho akan terbangun. Luka-luka di tubuh Jongho mulai menutup dan memudar dengan cepat, khas seorang vampire. Tubuhnya pun mulai mendingin. Tapi Jongho belum sadar.

San dan Yeosang berlalu lalang di depan kamar Jongho. “Tidak biasanya selama ini kan?” Kata San. “Betul. Yunho hanya semalam” kata Mingi. “Kalian berdua juga semalam. Aku tidak tau kenapa Jongho lama sekali” kata Hongjoong.

Tanpa diketahui, ternyata Jongho membuka matanya. Mata tersebut berwarna merah di sebelah kanan, dan karamel di sebelah kiri. Jongho memandang sekitarnya. Ia bisa melihat sudut-sudut terkecil di kamar Yeosang.

Ia juga bisa mendengar suara air terjun yang berada jauh di tengah hutan. Jongho perlahan menyibak selimutnya, dan mencoba untuk bangun. Tiba-tiba, pintu kamar tersebut terbuka dan menampilkan Yeosang dan San.

“Jongho!!” Seru Yeosang. Jongho menatap Yeosang. Dan tiba-tiba, Jongho mendapatkan kilas balik kehidupan Yeosang sebelum menjadi vampire. Dimana Yeosang adalah seorang anak bangsawan yang selalu dipaksa untuk belajar dan akhirnya ia dijual kepada volturi oleh orang tuanya sendiri.

Dan ketika ia sedang menyerang manusia, disitulah ia bertemu Hongjoong. Hongjoong dan Yeosang terlibat pertengkaran. Yeosang kagum melihat Hongjoong yang bisa bertahan dengan darah hewan dan kehidupan bebas. Maka dari itu, Yeosang keluar dari kehidupan volturi dan mengikuti Hongjoong bersama Seonghwa.

“Jongho?? Sayang??” Panggil Yeosang. Jongho pun tersentak dan gambaran itu pun hilang dari pikirannya. “Aku.. Kenapa?” Tanya Jongho. “Kamu kecelakaan kemaren. Mingi dan Yunho menemukanmu, lalu aku mengubahmu jadi vampire” kata Yeosang.

“Aku.. vampire?” Tanya Jongho. “Iya Jongho. Kamu sekarang adalah vampire” kata San. Jongho memandang San dan sama seperti Yeosang, Jongho dapat melihat kilas balik kehidupan San.

Jongho menutup matanya karena ia melihat dirinya di masa lalu San dan keadaan pun kembali normal. “Jongho, kenapa? Apa yang kamu rasakan?” Tanya Yeosang.

“Aku.. Bisa melihat kehidupan kalian sebelum menjadi vampire” kata Jongho.


“Ah, kasusnya sama sepertiku” kata Mingi ketika Jongho dibawa ke ruang tamu. Mingi menutup matanya sebentar, dan mata sebelah kiri Mingi berubah menjadi ungu, sedangkan mata kanannya tetap merah.

Mingi menutup matanya lagi dan kini kedua matanya menjadi merah kembali. “Aku bisa melihat gambaran masa depan seseorang dengan mata itu. Tapi, jarang ku gunakan. Karena masa depan masih bisa berubah” kata Mingi.

“Jadi, bisa ku atur kan ka?” Tanya Jongho. “Huum. Kamu bisa mengatur kapan mau menggunakan mata itu” kata Mingi. “Ahh kekuatan kalian keren banget” kata Yunho. “Yunho, kamu harus inget kalo kamu adalah satu-satunya vampire yang bisa bermain dengan api” kata Hongjoong.

“Ah iya aku lupa” kata Yunho sambil terkekeh. “Akhirnya, aku tidak akan kehilangan adikku lagi” kata San. “Terima kasih sudah kembali” kata Yeosang. “Terima kasih ka Yeosang” kata Jongho.

“Jongho, kamu pasti laper kan? Yeosang, bawa Jongho ke hutan. Dan ajarkan dia berburu” kata Seonghwa. “Baik Hwa. Yuk ikut” kata Yeosang sambil menggandeng Jongho keluar apartemennya.

Cast : Sanwoo

Wooyoung datang ke apartemen Yeosang hari ini, mengingat beberapa hari lalu, Yeosang memberitau bahwa Jongho mengalami kecelakaan.

Sebenarnya, mereka semua sepakat untuk menyembunyikan identitas Jongho sebagai vampire baru dari Wooyoung. Alasannya, mereka tidak mau Wooyoung merasa sungkan kepada mereka dan tidak terjadi insiden yang sama seperti Jongho.

Dan semuanya setuju. Karena ternyata, Jongho sangat pandai dalam menahan nafsunya terhadap darah manusia, padahal ia adalah vampire baru. Maka dari itu, mereka berusaha bersikap biasa saja pada Jongho.

“JONGHOOOO KAMU MASIH SAKIT GA??” Seru Wooyoung sambil memperhatikan Jongho dari atas sampai bawah. “Udah engga ka Woo. Ini nih ka San sama ka Yeo lebay banget emang sampe aku ga boleh kemana-mana” kata Jongho.

“Dek, kamu kemaren hampir kehabisan darah loh” kata Yeosang. “Ya kan akhirnya aku baik-baik aja. Aku kangen sama kak Wooyoung tau” kata Jongho. “Sini sini, mereka mah gausah ditemenin Jong” kata Wooyoung sambil memeluk Jongho. “Tau nih” kata Jongho sambil membalas pelukan Wooyoung.

“Emang bener harusnya kalian berdua ga pernah ketemu” kata San. “Aku mau ke pantai. Ikut ga?” Tanya San pada Wooyoung. “Ih ikut dong. Bye Yeosang, Bye Jongho” kata Wooyoung sambil naik ke gendongan San.

“Mine? Kamu mikirin apa?” Tanya Yeosang pada Jongho. “Aku.. Ga bisa liat masa lalu ka Wooyoung. Seolah-olah ini hidup pertamanya” kata Jongho. “Rasanya ga mungkin, dear. Tapi ya kita liat aja nanti” kata Yeosang.


San dan Wooyoung pun sampai di pantai. Daerah tempat mereka tinggal memang cukup aneh, mengingat hutan yang berdekatan dengan pantai. Namun, memang pantai ini adalah salah satu pantai tersembunyi yang hampir tidak diketahui orang lain.

“San, sini aku mau nanya. Tapi kamu harus jujur sama aku” kata Wooyoung. San deg-degan jujur, ia tidak tau apa yang akan ditanyakan Wooyoung. “Jongho, dia bukan manusia lagi kan?” Tanya Wooyoung.

San tersentak. “Da-Darimana kamu tau?” Tanya San. “Kulitnya dingin San. Dan aku lihat warna matanya sempat berubah menjadi kuning keemasan. Jadi, aku satu-satunya manusia, huh?” Kata Wooyoung. “Seperti itu, Woo” kata San.

“Gapapa San. Aku ga sebocah Jongho yang ngerengek pengen jadi vampire. Aku masih pengen jadi manusia kok, selama aku kepengen” kata Wooyoung. “Kamu harus hati-hati berarti, dear. Aku ga bisa kehilangan kamu” kata San.

“Tenang aja.. Selama aku di sisi kamu, aku akan aman kan?” Kata Wooyoung. “Tentu. Kamu akan aman bersamaku” kata San.


San dan Wooyoung kembali ke apartement Yeosang dan ternyata Mingi dan Yunho ada disana. “Halo halo, kamu udah makan Woo? Aku beliin makanan nih buat kamu sama Jongho” kata Yunho.

“Udahlah kalian. Aku udah tau kalo Jongho bukan manusia lagi” kata Wooyoung. “Ka Woo??” Panggil Jongho. “Aku liat mata kamu tadi berubah sekilas pas liat aku. Dan suhu tubuhmu berbeda Jong” kata Wooyoung.

“Maafkan aku.. Aku tidak bermaksud menyembunyikannya dari kakak” kata Jongho. “It's okay baby.. Selama kamu tetep jadi adik aku yang paling gemes, aku ga masalah kok” kata Wooyoung sambil meluk Jongho. Wooyoung sedikit menghela nafasnya ketika tubuh dingin itu memeluknya. Biarlah, yang penting Wooyoung masih bisa melihat Jongho, itu adalah yang terpenting.

“Jadi, kekuatanmu apa? Biasanya kalian punya kekuatankan?” Tanya Wooyoung. “Aku bisa lihat masa lalu seseorang ka!! Mata kuning keemasan yang kaka liat tadi, itu mata yang bisa membuatku liat masa lalu seseorang” kata Jongho dengan semangat. “Oh ya? Jadi tadi kamu berusaha melihat masa lalu ku ya?” Tanya Wooyoung.

“Hehehe gitu deh ka. Aku mau liat kakak di masa lalu. Tapi ini anehnya ka” kata Jongho. “Kenapa?” Tanya Wooyoung dengan cepat. “Aku ga bisa liat masa lalu kak Wooyoung. Seolah-olah ini adalah kehidupan pertama kakak” kata Jongho.


Wooyoung duduk di kasur San, merenungkan perkataan Jongho. “San, maksudnya kehidupan pertama tuh apa?” Tanya Wooyoung. “Katanya, manusia itu diberikan 4 kehidupan. Jadi kalo kehidupan pertama dia udah mati, dia bisa bereinkarnasi. Nah kalo udah sampai di kehidupan ke 4, ya ga bisa reinkarnasi lagi” kata San.

“Kaya Jongho. Ini kehidupan ketiganya, tapi Jongho udah jadi vampire kan” kata San. “Kalo kamu?” Tanya Wooyoung. “Jongho ga ngasih tau secara spesifik. Jadi aku gatau persis ini kehidupan ke berapa ku. Yeosang juga sama. Entahlah Jongho jadi misterius banget sekarang” kata San.

“Kaya Mingi?” Tanya Wooyoung. “Iya kaya Mingi. Kaya mereka menyembunyikan sesuatu dari kita. Entah apa yang mereka sembunyikan” kata San. “Mungkin, Jongho tidak mau kalian merasa terbeban dengan masa lalu itu. Masa lalu ya masa lalu, jadi ngapain di pikirkan” kata Wooyoung.

San merebahkan tubuhnya di samping Wooyoung. “Bisa juga. Ah entahlah, aku bingung dengan sikap Jongho sebenarnya. Sifatnya sebelum dan sesudah jadi vampire betul-betul berbeda” kata San. “Mungkin karena dia masih adaptasi. Kamu jangan mikir yang jelek-jelek tentang adikmu sendiri dong” kata Wooyoung sambil mencubit hidung San pelan.

“Mungkin aku yang terlalu khawatir. Yeosang mengubahnya jadi vampire karena dia tidak mau aku kehilangan adik untuk ketiga kalinya” kata San. “Ya bagus dong.. Sekarang kalian bakal selalu bersama” kata Wooyoung.

“Woo, selalu ada di sisiku ya?? Aku tidak bisa kehilanganmu” kata San sambil mengenggam tangan Wooyoung. “I will stay here” kata Wooyoung sambil tersenyum.


Hari ini, Wooyoung berniat pergi berbelanja untuk keperluannya di apart miliknya. Wooyoung jarang sekali pulang ke apartnya, ia lebih sering menginap di apartemen Yeosang karena San yang kebetulan tinggal disana juga.

Ketika ia hendak pulang, tiba-tiba, ia dicegat oleh dua orang yang memakai pakaian serba hitam. “Ehm permisi, tapi kalian menghalangi jalanku” kata Wooyoung. “Apa kau Jung Wooyoung?” Tanya salah satu dari dua orang tersebut.

“Iya, aku Jung Wooyoung. Kalian siapa?” Kata Wooyoung. Tiba-tiba Wooyoung dibekap oleh orang tersebut. Wooyoung tidak punya kuasa untuk berontak dan berakhir pingsan. Kedua orang tersebut pun membawa Wooyoung pergi.

Sedangkan di tempat lain, ketujuh vampire tersebut sedang duduk di ruang tamu apartement Yeosang. “Wooyoung lama banget dah belanja doang” kata San. “Bucin banget sih ka” kata Jongho. “Ya kamu juga bucin sama Yeosang” kata San.

Dan tiba-tiba, mata kanan Mingi berubah menjadi ungu tanpa dikendalikan olehnya. “Mingi, matamu berubah ungu” kata Hongjoong. “Eh? Aku sedang tidak menggunakannya” kata Mingi sambil berkedip, berharap matanya berubah menjadi merah kembali.

Namun, sia-sia. Mata ungu tersebut bertahan di matanya. “Tidak berubah, Gi” kata Yunho. “Aduh ini kenapa?” Tanya Mingi panik. “Tenang tenang, mungkin kamu mau dapet pesan? Atau entah apalah itu” kata Seonghwa. “Sini Gi, coba gue baca pikiran lo” kata Yeosang.

Mingi akhirnya berhadapan dengan Yeosang. Tangannya berpegangan dengan tangan Yeosang. Berharap Yeosang dapat membaca apa yang membuat matanya berubah menjadi ungu.

Yeosang terkejut ketika menyentuh tangan Mingi. Ia melihat bayangan Wooyoung yang dirantai di sebuah ruangan dan posisi Wooyoung dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Yeosang memperhatikan secara mendalam dan terkejut ketika melihat dua sosok familiar. Itu Agatha dan Mark!! Keduanya adalah anak kembar yang dulunya bawahan dari Yeosang. “Datang dan selamatkan anak manusia ini, pengkhianat volturi” kata Agatha.

Yeosang pun kembali ke kesadarannya saat ini. “Yeosang!! Apa yang kamu lihat dari pikiranku?” Tanya Mingi. “Wooyoung diculik” kata Yeosang. “HAH? SAMA SIAPA?” Seru San. “Sama Agatha dan Mark. Bawahanku dulu. Tapi mungkin sekarang mereka ada di posisiku” kata Yeosang.

“Kalo gitu, ayo kita selamatkan Wooyoung” kata Seonghwa.


Wooyoung membuka matanya perlahan. Kepalanya sangat pusing. Dan ketika ia mencoba menggerakan tangannya, Wooyoung baru sadar jika dirinya dirantai. “Hey!! Aku dimana? Lepaskan aku!!” Seru Wooyoung.

“Ah, anak manusia ini sudah bangun rupanya.” Wooyoung menengok dan mendapati seorang pria dan wanita di hadapannya. Keduanya memiliki rambut berwarna pirang dan kulit yang pucat. “Pangeran Jung begitu pandai menyembunyikan anaknya selama berabad-abad. Tidak ku sangka akhirnya aku bertemu denganmu” kata pria tersebut.

“Apa maksudmu?” Tanya Wooyoung. “Oh, kamu tidak tau manis? Kalo kamu sebenarnya adalah orang spesial, hm? Walaupun kamu adalah orang yang buruk, tapi kami membutuhkan darahmu untuk menjadi kuat” kata wanita tersebut sambil mengelus wajah Wooyoung.

“Ternyata kalung ini lah yang menyembunyikanmu selama ini. Teman-teman vampiremu begitu bodoh karena berteman denganmu, bukannya menggunakan darahmu” kata pria itu lagi sambil mengangkat kalung yang biasa Wooyoung gunakan.

“Kembalikan kalungku!!” Seru Wooyoung. “Eits, tidak semudah itu manis. Kami ingin kau menonton pertandingan kami terlebih dahulu” kata wanita tersebut sambil tersenyum mengerikan.

Dan tiba-tiba, tubuh manita tersebut terhempas oleh es yang kuat. “Jauhi kekasihku, Agatha.” Wooyoung menoleh dan mendapati San lah yang melempar es ke arah Agatha. “Sayang, kamu baik-baik aja kan?” Tanya San sambil mengecek kondisi Wooyoung.

“San!! Aku takut San” kata Wooyoung. “Sabar sebentar, aku akan membebaskanmu” kata San. Namun, San dilempar oleh pria yang menculik Wooyoung tersebut. “Ahh kisah yang klise. Cinta ya? Oh, rupanya San sudah lupa bagaimana cinta membuatnya kehilangan adiknya sebanyak 2 kali” kata pria tersebut.

“Diam Mark!!” Seru San. “Kau lupa San? Bagaimana rasa sayang adikmu kepadamu? Bagaimana melihat adikmu yang terbunuh di hadapanmu?” Tanya pria tersebut atau Mark. San ingin menyerang Mark, namun Mark diserang oleh Jongho.

“Aku tidak akan mati lagi, bodoh” kata Jongho. “Ahh jadi kau sekarang adalah newborn? Lucu sekali” kata Mark. “SAN!! SUDAH!!” seru Yunho. San pun menggerakkan tangannya dan membangun benteng es di sekeliling tubuh Wooyoung.

“Pertarungan ini adalah tentang kalian dan kami” kata San. “Aduh, kalian ini kasar sekali” kata Agatha yang berhasil menghancurkan es buatan San. Agatha tersenyum melihat kehadiran mereka. “Ah, halo pengkhianat volturi. Sudah lama kita tidak bertemu” kata Agatha pada Yeosang.

“Menikmati di posisimu saat ini?” Tanya Yeosang. “Ya, tentu saja. Menakuti manusia, menyerang manusia, hal yang sangat mudah” kata Agatha. “Hentikan, Agatha!! Kalian sudah keterlaluan” kata Seonghwa. “Oh my flower boy!! Kita terakhir kali bertemu kapan ya? Oh ketika kamu menjadikan San sebagai newborn” kata Agatha.

“Kalian bertujuh, dan kami berdua. Tapi kami bisa melawan kalian semua” kata Mark. Dan terjadilah serangan brutal antara keduanya. Hongjoong berkali-kali mengeluarkan senjata andalannya, yaitu tombak panjang. Yunho dengan kekuatan apinya, San dengan kekuatan esnya dan Yeosang dengan kekuatan pikirannya.

Seonghwa, Mingi dan Jongho membantu keempatnya dengan kekuatan vampire. “Kalian tidak bisa mengingat masa lalu kalian kan?” Kata Mark yang saat ini tengah bertarung dengan Hongjoong dan Seonghwa. “Kau tidak perlu ikut campur masalah kami” kata Hongjoong. “Bahkan bocah newborn itu tidak bisa membaca masa lalu kalian kan?” Kata Mark.

“DIAM!!” Seru Seonghwa sambil menghunuskan tombak tersebut ke tubuh Mark. “Ku beri tau, masa lalu kalian, berhubungan dengan anak terkutuk itu” kata Mark. “Dia bukan anak terkutuk, Mark. Matilah” kata Hongjoong sambil memenggal kepala Mark.

“Yunho!!” Seru Hongjoong. Yunho pun datang dan membakar tubuh Mark. Seonghwa mendudukan dirinya di lantai ketika tubuh Mark habis dimakan api. “Ada apa ini?” Tanya Seonghwa. “Jangan dengarkan apa kata-katanya, Mine. Dia berusaha memanipulasimu” kata Hongjoong pada Seonghwa sambil merangkul pasangannya itu.

Di lain sisi, San berhasil menahan pergerakan Agatha dengan esnya. Berterima kasihlah pada kekuatan Yeosang, sehingga ia bisa membaca gerakan Agatha. Jongho menarik kepala Agatha hingga terlepas, kemudian Yunho membakarnya dengan api miliknya.

San menghancurkan benteng es tersebut dan melepaskan rantai yang melilit tubuh Wooyoung. “Wooyoung!!” Seru San. Wooyoung terlihat kedinginan, San pun melepas jaket yang digunakannya. Yunho juga membuat api untuk menghangatkan tubuh Wooyoung.

“Ka Wooyoung, apa kakak bersedia kalau aku menyentuhmu? Siapa tau aku bisa menemukan jawaban kenapa kakak diculik” kata Jongho. “Lakukan Jong, kakak juga ingin tau” kata Wooyoung. Maka Jongho mengenggam tangan Wooyoung. Dan tiba-tiba, gambaran masa lalu Wooyoung bisa dilihat oleh Jongho.

“Jadi, kamu nemu jawabannya Jong?” Tanya San. Jongho mengangguk. “Ka Wooyoung adalah anak kandung Pangeran Vampire, Pangeran Jung” kata Jongho. “Tapi, vampire tidak bisa punya keturunan” kata Mingi. “Ibunya ka Wooyoung, adalah manusia. Kejadian yang sangat langka memang. Ka Wooyoung punya kekuatan vampire layaknya kita. Ka Wooyoung bisa makan dengan makanan manusia ataupun darah” kata Jongho.

“Pangeran Jung tau bahwa anaknya akan diincar oleh volturi. Maka dari itu, dia memanggil sahabatnya, Kim Hongjoong, untuk menjaga istri dan anaknya” kata Jongho sambil menengok kepada Seonghwa.

“Aku?” Tanya Hongjoong. Jongho mengangguk. “Ka Hongjoong bersahabat dengan Pangeran Jung tanpa ia ketuhui bahwa Pangeran Jung adalah vampire. Ka Hongjoong membawa pelayannya, yang juga adalah kekasihnya, Seonghwa, untuk pergi bersama istri Pangeran Jung ke tempat persembunyian.

Karena istri Pangeran Jung mengandung anak vampire, anak tersebut menghisap darahnya. Bahkan istri Pangeran Jung, harus meminum darah secara langsung agar tubuhnya kuat bertahan.

Akhirnya, anak itu lahir, dan itu adalah ka Wooyoung. Istri Pangeran Jung tidak dapat bertahan dan akhirnya beliau meninggal. Ketika Hongjoong dan Seonghwa menjaga bayi itu, volturi datang menyerang tempat persembunyian itu.

Namun, Pangeran Jung juga datang kesana. Ka Hongjoong dan ka Seonghwa yang sekarat, akhirnya diubah menjadi vampire oleh pangeran Jung. Pangeran Jung menyegel kekuatan vampire Wooyoung dan menidurkan Wooyoung selama 500 tahun” kata Jongho panjang lebar.

“Tunggu!! Berarti jangan bilang, bayi yang aku dan Seonghwa bawa ke panti asuhan itu adalah Wooyoung yang tertidur selama 500 tahun?” Kata Hongjoong. “Tepat sekali ka. Kekuatannya disegel di kalung yang ka Wooyoung pakai” kata Jongho.

“Makanya, kamu tidak bisa lihat masa lalu Wooyoung, karena identitasnya disegel?” Tanya Mingi. “Seperti itu” kata Jongho. “Tunggu! Tapi vampire kan berhenti menua. Wooyoung tumbuh dari bayi sampai sekarang” kata Yeosang.

“Makanya ku bilang Wooyoung itu setengah vampire, kak Yeo!! Ka Wooyoung tetap bertumbuh sampai usia 20 tahun. Jadi, karena kak Wooyoung sudah 22 tahun sekarang, ia sudah abadi, seperti vampire” kata Jongho.

“Jantungnya masih berdetak” kata San. “Karena kak Wooyoung juga manusia. Kita tinggal membuka kekuatan vampire yang kak Wooyoung punya, kalo kakak mau” kata Jongho. “Darah. Tadi vampire itu bilang kalian terlalu bodoh karena tidak menggunakan darahku” kata Wooyoung.

“Itu karena darah dari setengah vampire dan setengah manusia bisa memberikan kekuatan besar pada kami. Makanya, Agatha dan Mark menculikmu” kata Yunho. “Terus, bagaimana dong sekarang?” Tanya Wooyoung panik.

“Mau tidak mau, kakak harus membangkitkan insting dan kekuatan vampire kakak. Supaya ketika volturi menyerang, kakak sudah siap” kata Jongho. Wooyoung menghela nafasnya kemudian mengangguk. Dan Wooyoung tau, setelah ini, kehidupannya akan berbeda.

Hari itu, pertama kalinya aku bertemu dengannya. Wajahnya yang manis, senyum yang menggemaskan dan rambut yang terlihat halus. “Halo, aku trainee Jung Wooyoung!! Mohon bantuannya!!” OhㅡNamanya Jung Wooyoung.

Aku melihat Yeosang, salah satu teman traineeku terlihat menghampirinya dan mereka berpelukan bersama. Aku sempat melihat Yeosang meneteskan air matanya dan keduanya tersenyum bersama. “Jung Wooyoung sangat bagus untuk urusan dance. Jadi, kalau kalian butuh bantuan dalam menari, kalian bisa meminta bantuan pada Wooyoung” kata salah satu guru dance mereka.

“Wah benarkah? Kamu bisa jadi main dancer bersama Yunho dan Mingi” kata Hongjoong pada Wooyoung. “Betul. Nanti kita berlatih bersama ya” kata Yunho sambil menepuk punggung Wooyoung.

“Kamu pindahan?” Tanya Seonghwa. “Iya. Aku berada di agensi yang sama dengan Yeosang sebelumnya” kata Wooyoung. “HAH? SERIUS?” tanya Jongho. “Iya. Aku pindah kesini karena janjiku pada Yeosang” kata Wooyoung. “Janji apa?” Tanya Mingi. “Kami akan sukses bersama dengan debut bersama. Atau jika kami gagal sekalipun, kami akan gagal bersama. Jadi daripada aku berpisah dengan Yeosang, lebih baik aku pindah bersama Yeosang” kata Wooyoung.

“Wooyoung...” lirih Yeosang. Wooyoung pun memeluk Yeosang lagi dan menepuk-nepuk punggung pria kelahiran Juni itu. “Aku disini Yeosang. Kita akan debut bersama. Kita sudah berjanji kan?” Kata Wooyoung sambil tersenyum.

Interaksi itu pun tidak luput dari pandanganku. Bagaimana Wooyoung menyemangati Yeosang dan bagaimana Wooyoung sangat memegang janji yang pernah mereka ucapkan. Aku terdiam melihat interaksi itu sampai tanpa sadar Wooyoung sudah berdiri di hadapanku.

“Halo, aku Jung Wooyoung. Mohon bantuannya” kata Wooyoung sambil mengulurkan tangannya. “Ha-Halo, aku Choi San” kataku sambil membalas jabatan tangannya.


Ternyata, dia anak yang periang. Kehadirannya membuat ruang latihan yang sebelumnya suram menjadi cerah kembali, seolah disinari sinar matahari. Bahkan Hongjoong hyung yang awalnya ingin menyerah, kembali bertahan karena semangat dari Wooyoung.

Hari ini, aku memutuskan untuk pulang larut malam karena tarianku yang masih buruk. Aku membiarkan diriku menari mengikuti alunan lagu yang sudah ku putar sebelumnya. Jarum jam menunjukkan pukul 2 dini hari, tapi aku tidak berniat untuk pulang.

Kemudian, tiba-tiba pintu ruang latihan terbuka dan aku otomatis terkejut hingga berteriak. “Eh maaf San!! Aku pikir ga ada orang. Maaf banget udah ngagetin kamu.” Ternyata itu Wooyoung yang masuk ke ruang latihan sambil membawa dua kotak susu dengan rasa coklat.

“Kamu kenapa belum pulang?” Tanyaku. “Lah kamu juga kenapa belum pulang?” Tanya Wooyoung sambil terkekeh. Manis. Tawanya sangat manis ketika ku dengar. “Kamu tau sendiri tadi aku dimarahin sama trainer karena gerakanku kurang bagus. Jadi aku latihan” kataku sambil mengelap wajahku dari keringat dengan handuk yang selalu ku bawa.

Tiba-tiba Wooyoung menyodorkan salah satu kotak susu itu padaku. “Asupan gula bagus untuk menambah energi” katanya. Aku pun menerimanya setelah mengucapkan terima kasih. Setelahnya hanya ada suara menyedot susu kotak yang kami lakukan. Sampai Wooyoung berdiri dan mengulurkan tangannya padaku.

“Kenapa?” Tanyaku bingung. “Kamu harusnya minta bantuan, San. Latihan sendirian ga seru tau” kata Wooyoung. Aku merasakan jantungku berdegup dengan kencang. Aku menyukainya. Pemuda kelahiran November dengan sejuta kebaikan itu. Orang yang sangat peduli padanya.

Aku membalas uluran tangannya dan ikur berdiri. “Tolong ajari aku, seonsaengnim” kataku sambil membungkuk. “JANGAN GITU!!” rajuk Wooyoung. Aku pun tertawa kemudian merangkulnya untuk latihan bersama.


“Kamu ngapain??” Aku pun menengok dan mendapati Wooyoung yang masuk ke kamarku dan Yunho sambil membawa segelas susu hangat. “Lagi flashback waktu kita pertama kali ketemu” kataku dengan jujur. “Tumben” kata Wooyoung sambil duduk di sampingku dan menyimpan gelas susu tersebut di meja nakas.

“Gatau sih kenapa aku tiba-tiba flashback. Tapi setelah aku mikir lagi, aku orang yang beruntung ga sih? Aku punya Jung Wooyoung yang selalu ada buat aku. Jung Wooyoung yang selalu sayang aku. I'm really a lucky guy, because I have you as my love” kataku sambil mengelus pipi Wooyoung.

So I am. Aku juga bersyukur bisa kenal kamu, bisa ketemu kamu dan akhirnya kita pacaran. I'm so lucky to have you” kata Wooyoung sambil tersenyum manis. “Yuk kita jalanin kehidupan kita bersama. Berjalan bersama, jatuh bersama, menangis bersama dan bahagia bersama” kataku sambil menggenggam tangan Wooyoung dan mengecupnya perlahan.

“Iya San. Aku mau. Mari kita terus bersama dan berjalan bersama dalam kehidupan marathon ini” kata Wooyoung. Kami pun terdiam sejenak dan menikmati eksistensi satu sama lain, sampai Wooyoung menubrukku dan aku terdorong ke arah kasur. “Aku tidur disini malem ini. Yeosang ngusir aku, katanya dia mau ngelonin Jongho” kata Wooyoung.

Sure, Foxie. Tadinya aku mau nawarin kamu buat tidur disini, soalnya Yunho diakuisisi sama Mingi” kataku. Kami pun tersenyum bersama dan akhirnya menyiapkan diri untuk tidur. Ah, tidak lupa kekasih manisku itu meminum susunya supaya ia cepat terlelap. Selamat malam semua!! Terima kasih sudah mendengar ceritaku dan kekasihku Wooyoung.

Tertanda,

Choi San

“Ka Yeosang!!” Yeosang yang sedang merapikan gitar fender kesayangannya memutar matanya malas ketika mendengar suara yang menyapanya itu. “Ka Yeosang udah mau pulang?? By the way, tadi kakak keren banget loh!! Duh aku ga nyesel dateng pagi-pagi demi nonton kakak” kata pemuda berpipi gembil itu.

“Ka Yeosang udah makan belum? Aku tadi sempet bikin nasi goreng sebelum berangkat. Udah agak dingin sih, tapi masih bisa dimakan” kata Jongho sambil memberikan tempat makan berbentuk beruang kepada Yeosang. Yeosang menerimanya dengan setengah hati. “Ya, makasih. Gausah repot padahal” kata Yeosang.

Jongho tersenyum manis sampai gigi kecilnya itu terlihat. “Gapapa kok!! Sekalian aku masakin buat ka Yunho. Ka Yunho cerewet banget hari ini minta aku masakin nasi goreng. Jadi ya sekalian aja aku bikinin buat kakak” kata Jongho. “Makasih. Sekarang permisi. Aku mau pulang” kata Yeosang dengan dingin.

“Oh? Maaf ka” kata Jongho. “Lo lebih baik pulang. Udah malem” kata Yeosang. “Ah iya.. Selamat istirahat ka Yeosang!!” Seru Jongho sambil berlari cepat menuju halte terdekat. Yeosang hanya berdecak dan pergi ke mobilnya. Ia melajukan mobilnya menuju rumah sahabatnya, Hongjoong.

“Wih, bawa makanan lagi?” Tanya Hongjoong. “Nih makan aja” kata Yeosang sambil memberikan kotak makan Jongho kepada Hongjoong. “Yeosang, harusnya lo yang makan. Kan lo yang dapet makanan itu” tegur Seonghwa. “Ga berminat sih ka” kata Yeosang.

“Dari adek tingkat lo itu?” Tanya Hongjoong. “Yalah. Siapa lagi kalo bukan dia? Si berisik” kata Yeosang. “Tapi gitu-gitu dia fans loyal lo anjir sang. Dateng terus tiap lo manggung” kata Hongjoong. “Keliatannya dia suka sama lo” kata Seonghwa.

“Gue tau kok” kata Yeosang. “Terus kenapa ga digas anjir?” Tanya Hongjoong. “Lu tau kan bang. Gue masih belom move on dari Wooyoung” kata Yeosang. “Sang, mau sampe kapan? Wooyoung udah bahagia di atas sana. Dia pasti pengen liat lo bahagia juga” kata Seonghwa.

“Gatau ka. Lo tau sendiri kan katanya cinta pertama tuh susah dilupakan?” Kata Yeosang. “Ya iya sih bener” kata Seonghwa. “And then, let me. Tolong biarin gue mendam cinta gua buat Wooyoung sebentar lagi. Nanti pada waktunya, gue pasti bisa move on” kata Yeosang.


Beberapa minggu setelahnya, Yeosang kembali menyiapkan dirinya untuk tampil. “Ka Yeosang!!” Yeosang mendengus, sejujurnya dia lelah mendengar teriakan Jongho padanya. “Siang ka Yeosang!! Nanti malem tampil di festival ya??” Kata Jongho dengan semangat.

“Kalo ga tampil ngapain gua disini?” Tanya Yeosang dengan ketus. “Hehe.. iya sih.. Cuma basa-basi aja ka. By the way, ini sushi!! Aku tau kakak pasti nanti ga sempet makan malem, jadi aku bawain makanan” kata Jongho sambil memberikan sekotak sushi yang terlihat enak.

“Makasih” kata Yeosang singkat. “Eh aku baru tau kalo ternyata kakak sekelas sama kakakku, Yunho ya. Yaampun dunia sempit banget. Ka Yunho bilang kakak kalo di kelas pendiem tapi nilainya bagus” celoteh Jongho dengan riang. Yeosang hanya mendengarkan celotehan Jongho, tidak tertarik dengan obrolannya.

“Kamu udah selesai ngomong? Kakak mau latihan” kata Yeosang. “Oh.. Iya.. Maaf aku keasikan cerita hehe..” kata Jongho. Yeosang kemudian merapikan tas gitarnya dan bersiap untuk latihan. “Kak, setelah manggung nanti, bisa ga, kalo aku mau ngomong sesuatu sama kakak?” Tanya Jongho.

Yeosang mengangkat sebelah alisnya, “ngomong apa?” Tanya Yeosang. “Ya.. ngomong sesuatu aja” kata Jongho. “Sekarang aja bisa ga? Abis manggung tuh aku cape, mau langsung pulang” kata Yeosang. “Oh iya ya.. Kakak pasti cape” kata Jongho sambil mengerucutkan bibirnya.

“Jadi mau ngomong apa? Cepetan sebelum aku manggung” kata Yeosang. “Eum.. aku cuma mau bilang aku suka sama kakak!! Tapi aku yakin sih kakak ga bakal bales perasaan aku. Tapi setidaknya aku udah bilang hehe. Semanģat ka manggungnya!!” Kata Jongho kemudian pergi meninggalkannya.

“Ck, orang aneh” kata Yeosang. Yeosang pun pergi ke belakang panggung untuk berlatih sebelum tampil dalam festival.


Minggu depannya, Yeosang melakukan busking di kampusnya. Yeosang mempersiapkan dirinya untuk mendengar ocehan Jongho. Tapi, hingga saatnya dia tampil, tidak ada tanda-tanda kehadiran Jongho. “Mungkin udah bosen kali. Bagus deh ga ada yang berisik” kata Yeosang.

Namun ketika Yeosang naik ke panggung, ia tiba-tiba merasa canggung. Biasanya, ada Jongho di bangku penonton paling depan. Tetapi karena ia tidak ada, Yeosang seperti canggung terhadap penonton yang lain. “Ah itu perasaan gue aja” kata Yeosang dalam hati.

Yeosang berpikir bahwa mungkin hari itu Jongho ada urusan lain, sehingga tidak dapat menontonnya. Tetapi setelah sebulan berlalu, Yeosang masih tidak melihat kehadiran Jongho.

“Haish sial, gue harusnya ga mikirin dia. Tapi kenapa?? Kenapa gue mikirin dia??” Seru Yeosang pada Seonghwa ketika mereka bertemu. Yeosang mengajak Seonghwa bertemu dengan alasan Seonghwa bisa dijadikan tempat curhat yang baik.

“Lo terbiasa dengan kehadirannya. Jadi hal itu bikin lo berpikir secara otomatis bahwa everything gonna be fine. Selama ada dia, acara lo bakal sukses. Lo bisa manggung dengan baik selama ada dia. Dan tanpa sadar lo berpikir, dunia bisa aja jahatin lo, tapi selama ada Jongho, lo akan aman” kat Seonghwa.

“Kak tapi gue belom bisa move on dari Wooyoung, lo tau sendiri” kata Yeosang. “Lo bukan ga bisa move on. Lo terlalu takut buat jatuh cinta. Apalagi, dari cerita lo, Jongho mirip sama Wooyoung” kata Seonghwa. “Mereka, sama-sama berisik” kata Yeosang sambil tersenyum.

“Sebenernya lo bukannya belom bisa move on, lo merasa bersalah sama Wooyoung. Kejadiannya mirip sama Jongho sekarang kan? Wooyoung fans lo juga awalnya, lo ngabaiin dia karena berisik. Dan ketika dia kecelakaan, dia koma, lo baru sadar kalo lo jatuh cinta sama dia” kata Seonghwa.

Yeosang tersentak. Benar, kejadiannya sangat mirip. “Kak.. Gue.. Gue harus apa sekarang?? Gue ga mau kehilangan Jongho.. Gue.. Gue mau bales rasa cinta dia ke gue” kata Yeosang dengan bibir yang gemetar. “Usaha. Selama ini dia udah usaha dan lo ga liat itu. Sekarang, lo yang harus cari dia. Sorry, gue cuma bisa kasih lo support karena gue ga pernah ketemu Jongho” kata Seonghwa.

Yeosang mengacak rambutnya kasar. Kemana dia harus mencari Jongho? “Lo yakin Jongho ga pernah cerita tentang kakaknya atau kenalannya di kampus ini?” Tanya Seonghwa. Yeosang pun menegakkan kepalanya ketika Seonghwa bertanya seperti itu. “Yunho!” Seru Yeosang.

“Yunho? Jung Yunho anak BEM?” Tanya Seonghwa. “Iya!! Makasih ka. Abis ini ku traktir strawberry smoothies” kata Yeosang sambil pergi dari hadapan Seonghwa. “Semangat Yeosang!!” Teriak Seonghwa.


“Permisi, ada Yunho ga ya?” Tanya Yeosang ketika memasuki ruangan BEM. “Oh, Yeosang? Ada nih Yunhonya” kata seorang mahasiswa menunjuk mahasiswa lain dengan rambut biru terangnya. “Siapa? Yeosang?” Tanya Yunho ㅡsi pemilik rambut biru terang itu ketika mendapati bahwa Yeosang yang ingin menemuinya. “Gue pengen nanya sama lo” kata Yeosang.

“Privasi?” Tanya Yunho. “Iya?” Kata Yeosang dengan tidak yakin. “Oke sebentar. WOY GUE PERGI DULU YA. JANGAN BERANTAKIN RUANG BEM. Yuk Sang” kata Yunho. Yunho sebelumnya mengingatkan anak-anak BEM lainnya untuk tidak membuat ruang BEM berantakan.

“Jadi, lo mau nanya apa?” Tanya Yunho ketika mereka sudah sampai di tempat yang lebih sepi. “Jongho, adek lo kan?” Tanya Yeosang. “Iya. Adek angkat sih sebenernya. Dia sepupu gue, tapi karna orang tuanya udah meninggal karna kecelakaan pas dia kecil, jadi diangkat sama keluarga gue” kata Yunho.

“Eum.. Gue mau nanya, Jongho kemana ya? Dia biasanya selalu nonton gue, tapi sebulan ini ga pernah liat dia” kata Yeosang dengan hati-hati. “Oh lu baru sadar? Setelah sebulan baru sadar?” Kata Yunho. “Sorry bukannya gitu.. Gue pikir dia cuma sekali ga datengnya” kata Yeosang.

“Buat apa lo mau ketemu sama Jongho?” Tanya Yunho. “Ya.. Mau ketemu aja. Dan mau minta maaf. Karena selama ini gue anggep dia annoying” jujur Yeosang pada Yunho. “Lo harusnya tau pengorbanan dia buat deket sama lo. Dia rela bangun pagi, masak buat lo supaya lo makan. Dia rela pulang malem demi nungguin lo selesai manggung” kata Yunho.

“Gue tau gue salah. Please, gue mau ngomong sama dia” kata Yeosang. “Apartement Horizon, Gedung B, Lantai 20, kamar nomor 1. Gue kasih lo kesempatan buat ngobrol. Tapi, setelah itu, kalo adek gue bilang dia ga mau ketemu lo lagi, pergi jauh lo dari kehidupan Jongho” kata Yunho.

“Ga janji. By the way, thank you alamatnya” kata Yeosang yang segera kabur dari Yunho sebelum Yunho berubah pikiran. “YA!! KANG YEOSANG!!” Teriak Yunho. Ingatkan Yunho untuk menonjok Yeosang sekali karena pernah menyakiti Jongho.


Yeosang memencet bel apartement tersebut. Yeosang merasa deg-degan tentu saja. Ini pertemuan 'baik' pertamanya dengan Jongho. Dan Yeosang hanya berharap yang terbaik untuk mereka berdua. “Siapㅡ Ka Yeosang?” Pintu apartement terbuka dan ada Jongho yang duduk di kursi roda.

“Hai Jongho” kata Yeosang dengan ramah. Jongho sedikit tertegun kemudian membuka pintunya lebar. “Silahkan masuk kak” kata Jongho. Yeosang pun mengangguk dan masuk ke apartement itu setelah melepas sepatunya di luar.

“Kakak tau apartementku dari siapa?” Tanya Jongho. “Yunho. Aku nanya ke dia. Aku inget kalo kamu pernah cerita soal Yunho yang sekelas sama aku” kata Yeosang. “Heum.. Random banget ya aku bilang kaya gitu” kata Jongho. Jongho mengambil sekotak minuman coklat di kulkas dan memberikannya pada Yeosang. “Diminum ka” kata Jongho.

“Makasih” kata Yeosang. “Jadi, kakak ada urusan apa kesini?” Tanya Jongho. “Kakak.. Sebelumnya mau nanya dulu. Kamu kenapa?? Sebulan ini ga nonton penampilan kakak?” Tanya Yeosang. Jongho tertawa samar, “kakak liat sendiri apa yang terjadi sama aku. Aku ga bisa berdiri lagi ka” kata Jongho.

“Kenapa.. Bisa?” Tanya Yeosang. “Kecelakaan. Selesai festival itu, aku emang lagi apes aja. Ada mobil nabrak aku. Terus entah gimana pas aku sadar, aku ga bisa ngerasain kakiku. Dan dokter bilang aku lumpuh. So, here i am” kata Jongho.

“Jongho..” lirih Yeosang. “Gapapa ka. Aku udah nerima kok. Jadi, kenapa ka?” kata Jongho. “Gue.. Selama sebulan ga ada kamu di kursi terdepan, rasanya canggung. Aku tanpa sadar selalu berpikir bahwa selama ada kamu, everything gonna be fine. Bahkan apabila dunia jahat sama aku, kamu selalu ada. Jadi ketika, kamu ga ada, rasanya beda” kata Yeosang pada Jongho.

“Aku.. Aku sebenernya ngerasa bersalah sama seseorang. Kamu ngingetin aku sama orang itu. Dia fans aku juga dulu, dan dia kecelakaan. Dia koma dan aku baru sadar kalo aku sayang sama dia. Tapi dia ga bertahan, Tuhan lebih sayang sama dia dan dia meninggal.

Kamu sama dia sama-sama berisik. Makanya awalnya aku ga suka sama dia juga” cerita Yeosang. “Terus?” Tanya Jongho. “Aku juga sempet mikir kalo kamu annoying. Tapi ketidak hadiran kamu ternyata berdampak buat aku. Aku cerita ke temen dan dia yang nyadarin aku kalo sepertinya aku cinta sama kamu” kata Yeosang.

Jongho menghela nafasnya dengan kasar. “Ka, sorry kalo pake gue-lo. Tapi kalo lo suka gue karna kasian sama gue mending gausah. Sekarang, mending lo pulang. Udah sore” kata Jongho sambil berlalu dari ruang tamu.

“Tunggu, Jongho” panggil Yeosang sambil menahan kursi roda Jongho. “Jongho, look at me. Gue ga kasian sama lo. Ini pure dari dalam diri gue. Gue ga mau kehilangan seseorang yang mencintai gue dengan tulus untuk kedua kalinya. Jadi, tolong biarkan kali ini gue bales cinta lo, ya?” Tanya Yeosang sambil mengenggam kedua tangan Jongho.

“Ga, kak. Please, lo lebih baik pulang” kata Jongho. “Gak. Gue ga akan pulang Jongho. Gue bakal ada di sisi lo. Selama ini lo selalu jadi tameng gua. Kali ini, gue yang bakal jadi tameng lo” kata Yeosang. “Kak..” lirih Jongho.

“Boleh ya? Gue minta maaf. Atas semua perilaku gue sebelumnya. Kita mulai dari awal lagi. Gue, sayang sama lo” kata Yeosang. “Bener kak? Beneran lo suka sama gue bukan karna kasian?” Tanya Jongho memastikan. “Iya Jongho. Gue beneran” kata Yeosang. Jongho pun menghela nafasnya, “kalo gitu, ayo kita mulai dari awal” kata Jongho sambil tersenyum.

Yeosang pun membawa Jongho ke pelukannya. Dapat ia rasakan juga bahwa Jongho ikut memeluknya dengan erat. “Aku ga pernah nyangka bisa peluk kakak” kata Jongho pelan. “Maaf.. Mulai sekarang, kamu bisa peluk aku kapanpun kamu mau” kata Yeosang sambil mengelus punggung Jongho.


Yeosang membukakan pintu mobil untuk Jongho ketika mereka sampai di sebuah tempat. “Ka, tempatnya jauh? Kenapa aku ga pake kursi roda aja?” Tanya Jongho. “Tempatnya tanah, Jong. Mending aku gendong kamu sampe tempatnya” kata Yeosang.

Jongho pun melingkarkan tangannya di leher Yeosang dan Yeosang menggendong Jongho di punggungnya. “Bunganya udah dibawa?” Tanya Yeosang. “Udah~~~” kata Jongho dengan gemas. Yeosang pun tersenyum dan menutup pintu mobilnya sebelum berjalan menuju suatu tempat di atas.

“Halo, Wooyoung. Maaf ya aku baru sempet kesini” kata Yeosang ketika ia sampai di tanah datar dengan nisan bertuliskan Jung Wooyoung. “Wooyoung, hari ini, aku ga sendirian. Aku bawa pacarku, namanya Jongho. Mungkin kalo kamu masih ada disini, kamu bakal gemes sama dia” kata Yeosang.

“Halo ka Wooyoung!! Ka Yeosang banyak cerita tentang kakak.. Aku harap kakak bahagia di atas sana ya..” kata Jongho. “Aku dulu bodoh banget karena ngabaiin rasa sayang yang kamu kasih ke aku. Sekarang, aku ga akan jadi bodoh lagi. Aku bakal sayang sama Jongho dan kasih perhatian penuh ke dia” kata Yeosang.

Yeosang meletakkan buket bunga matahari yang tadi Jongho bawa di atas makam Wooyoung. “Sampai jumpa lagi Wooyoung” kata Yeosang sambil tersenyum. “Dadah ka Wooyoung!!” Seru Jongho. Yeosang pun berjalan turun untuk kembali ke mobil.

“Mau makan apa hari ini?” Tanya Yeosang. “Pizza!! Aku punya voucher pizza hari ini” kata Jongho. “Gausah pake voucher ih, aku bisa bayar” kata Yeosang. “Ka Yeosang, selama kita bisa dapet harga yang lebih murah kenapa engga?” Kata Jongho. “Dahlah, aku ga bisa debat sama kamu” kata Yeosang. “Hehe.. Itu caranya makan enak tapi murah ka Yeo” kata Jongho.

Yeosang pun tersenyum dan berjalan lebih cepat menuju mobilnya. Yeosang tau, kisahnya dan Jongho baru akan dimulai. Tapi, biarkan waktu yang membawa mereka melukiskan kenangan-kenangan dalam kehidupan mereka.