Sorry, I love you
Vampire dan werewolf. Dalam sejarah manapun, keduanya selalu dikatakan tidak memiliki hubungan yang baik. Vampire si penghisap darah, serta werewolf si pemburu ulung.
Kisah ini pun dimulai dengan perseteruan antara bangsa Vampire dan Werewolf. Terlihat sekumpulan vampire berkerumun di tengah hutan, mengelilingi seekor werewolf yang terluka.
“Kau tidak diizinkan masuk kawasan kami, Tuan Jung. Kau sudah tau hal tersebut” kata salah satu vampire. Tuan Jung, atau werewolf yang terluka itu hanya terkekeh kecil mendengar penuturan vampire tersebut. “Tuan Park, anak saya tidak sengaja memasuki kawasan anda karena mengejar bola. Apakah hal tersebut dilarang? Saya hanya ingin menjemput anak saya” kata Tuan Jung.
“Tetap tidak boleh tuan Jung. Kesepakatan adalah kesepakatan. Dan sesuai kesepakatan, kau akan dihukum mati” kata vampire tersebut atau Tuan Park. “Baiklah, jika memang seperti itu. Bisa apa saya?” Kata Tuan Jung sambil terkekeh.
“Ikat dia” kata Tuan Park. Beberapa vampire itu segera bergerak dan mengikat Tuan Jung pada sebuah tiang yang memang dijadikan tempat penghakiman untuk para vampire dan werewolf yang melanggar kesepakatan area. “Tapi, sebelumnya, apakah saya boleh mengatakan sesuatu kepada anda, para kaum vampire?” Kata Tuan Jung.
“Tentu” kata Tuan Park tanpa pikir panjang. “Tepat setelah kematianku, ucapanku akan menjadi sebuah kutukan bagi kalian. Keturunan dari 4 keluarga bangsawan vampire akan ditakdirkan memiliki pasangan dari bangsa kami, ras werewolf” kata Tuan Jung.
“HUKUM DIA!! CEPAT!!” seru Tuan Park bahkan ketika Tuan Jung baru saja menyelesaikan ucapannya. Para vampire tersebut segera melempar api pada tiang dan Tuan Jung seketika tewas di terikat pada tiang. “Tuan Park, apa yang akan kita lakukan?” Tanya salah satu vampire disana. “Tidak mungkin. Kutukan itu tidak mungkin terjadi” kata Tuan Park.
Seonghwa memijat keningnya pelan. Lagi-lagi ramalan itu membuatnya sakit kepala. Hey, siapa bilang vampire tidak pernah sakit? Buktinya saat ini ia sedang merasa sakit kepala karena ramalan yang sering datang tiba-tiba.
“Hai Ka Seonghwa!! Butuh bantuan?” Seorang pemuda yang berkulit pucat, sama seperti Seonghwa memasuki ruangan Seonghwa. “Oh, San? Tidak apa-apa. Kepalaku hanya sedikit sakit” kata Seonghwa. “Kakak belum minum darah seminggu ini. Akan aku buka kantung darah dari rumah sakit” kata San.
“Tidak usah San. Aku belum lapar saat ini. Yeosang dan Mingi ada dimana?” Tanya Seonghwa. “Mingi ada di ruang tamu. Kalau Yeosang, dia pergi berburu dari tadi pagi” kata San. “Baiklah, silahkan lanjutkan aktivitasmu San. Aku baik-baik saja” kata Seonghwa. San pun mengangguk dan meninggalkan ruangan Seonghwa dengan cepat.
Seonghwa, merupakan keturunan dari Tuan Park, Vampire yang menghukum mati werewolf bernama Tuan Jung tersebut. Sejak ia kecil, kenangan ratusan tahun itu selalu ia impikan. Para bangsawan lain berkata bahwa itu adalah ramalan sekaligus kutukan bagi bangsa mereka. Dan Seonghwa harus menghindari kutukan tersebut.
Salah satu caranya adalah Seonghwa harus membunuh pasangannya tersebut.
Malam harinya, Seonghwa memutuskan untuk mengadakan rapat dengan Mingi, San dan Yeosang. “Bagaimana? Apakah kalian menemukan orang dalam ramalan kita?” Tanya Seonghwa. “Ka, kita hidup di dunia modern. Sangat sulit mencari yang mana werewolf dan yang mana manusia biasa” kata San. “Aku setuju. Pekerjaanku di stasiun TV juga tidak membuahkan hasil” kata Mingi.
“Yeosang? Bagaimana denganmu?” Tanya Seonghwa. Yeosang yang sedang melamun pun langsung tersentak. “Heum... Sama. Aku juga tidak pernah bertemu dengan werewolf” kata Yeosang. Seonghwa memperhatikan Yeosang, namun ia mengacuhkannya kembali. Lagian, Seonghwa tidak bisa membaca pikiran Yeosang, sedangkan ia bisa membaca pikiran San dan Mingi.
“Ka, menurutmu ini cara yang terbaik?” Tanya San. “Petinggi mengatakan hal yang sama. Satu-satunya cara adalah kita membunuh pasangan kita” kata Seonghwa. “Bukankah itu cara yang kejam, ka?” Tanya Yeosang. “Maksudmu?” Tanya Seonghwa.
“Maksud Yeosang, kita sudah hidup di zaman modern ka. Kita harus berhati-hati dalam bertindak atau kita akan ditangkap oleh kepolisian. Ditambah lagi, akan jadi sesuatu yang menghebohkan jika ada 4 orang yang ditemukan tewas secara tiba-tiba” kata Mingi.
Seonghwa terdiam. Betul juga dengan apa yang dikatakan oleh Mingi. Mereka sudah hidup di zaman modern. Dan kematian 4 orang secara mendadak, akan menghebohkan jagat raya.
“Aku akan pikirkan itu lagi. Aku mau berburu dulu” kata Seonghwa yang segera pergi ke balkon dan melompat ke dalam hutan. “Kalian pikir, kita akan baik-baik saja?” Tanya San. “Aku pikir iya. Selama orang itu baik, untuk apa kita harus membunuhnya?” Tanya Yeosang sebelum beranjak dari kursinya dan masuk ke dalam kamarnya.
“Kau memikirkan apa yang ku pikirkan?” tanya Mingi pada San lewat pikiran mereka. San mengangguk kecil. Ia akan melaporkannya pada Seonghwa saat tertua mereka itu kembali dari perburuannya.
Seonghwa mengangkat kepalanya setelah ia meminum darah seekor rusa. Tangannya mengelap darah di mulutnya dan memperhatikan hutan yang gelap. Walaupun hidup di zaman modern, negaranya saat ini tetap memelihara hutan lebat di pinggiran kota. Hal ini dimaksudkan agar ekosistem dan rantai makanan hewan tetap terjadi, serta tidak menganggu aktivitas manusia di kota.
Maka dari itu, vampire seperti Seonghwa, dapat berburu di malam hari seperti ini dengan bebas. Telinganya menajamkan pendengarannya ketika ada orang yang berjalan ke arahnya. Namun, entah bagaimana, Seonghwa tidak bisa bergerak. Seperti ada tenaga tak kasat mata yang menahannya disini.
“Wow..”
Seonghwa menolehkan kepalanya, dan mendapati seorang pemuda dengan rambut hitam mendekatinya. Pemuda itu memiliki tubuh yang lebih pendek dibandingkan dengannya dan pemuda itu menggunakan baju lengan pendek yang digulung, sehingga terlihat seperti menggunakan sleeveless.
“Vampire?? Ku kira selama ini vampire itu tidak ada” katanya. “Jika saja saat ini aku tidak terperangkap, akan ku minum darahmu” kata Seonghwa. “Aku tidak takut. Lagian, aku tidak berniat mengganggu waktu makanmu. Aku hanya butuh daging rusa itu. Adikku ingin makan daging hari ini” kata pemuda itu.
Pemuda itu mendekatkan diri ke arah Seonghwa dan dengan mudahnya menggendong Seonghwa serta memindahkannya. Seonghwa pun terkejut, kekuatan yang menahannya tadi hilang begitu saja.
“Aku tidak takut dengan vampire. Kebetulan adikku memiliki kekasih seorang vampire. Dan aku juga sebenarnya tidak sepenuhnya manusia biasa, tapi aku tidak tau keturunan apa aku ini” kata pemuda itu.
“Aku tidak peduli dan tidak mau mendengarnya” kata Seonghwa. “Vampire yang sombong” kata pemuda itu. Seonghwa memperhatikan pemuda tersebut memotong rusa yang sudah mati itu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan membungkusnya dalam bungkusan kulit. “Sudah. Aku akan pergi. Terima kasih atas dagingnya. Dan aku minta maaf jika aku menganggu waktu makan malammu” kata Pemuda itu sambil berjalan pergi.
Seonghwa terdiam memandang pemuda tersebut. “Apa yang aku lakukan? Kenapa aku malah memandanginya?” Tanya Seonghwa. Seonghwa pun hendak kembali ke rumahnya, sebelum ia menginjak sesuatu. Seonghwa mengambil barang yang tidak sengaja ia injak.
Ternyata itu adalah kalung. Sebuah kalung bertuliskan Wooyoung. “Oh? Jadi pemuda itu namanya Wooyoung? Sangat menarik” kata Seonghwa. Seonghwa mengenggam kalung tersebut dan kembali ke rumahnya.
“Panggil San ke ruanganku” kata Seonghwa pada Mingi ketika ia sampai di rumahnya. “Oh? Baik ka, sebentar” kata Mingi sambil beranjak ke ruangan San. “Aku dengar kakak pulang” kata San yang langsung keluar kamar bahkan ketika Mingi belum mengetuk pintunya. “Astaga kaya hantu aja” kata Mingi.
“Aku vampire, bukan hantu” kata San sambil mengerucutkan bibirnya. San pun mengikuti langkah Seonghwa untuk masuk ke ruangan khusus milik Seonghwa. Seonghwa mendesain kamarnya kedap suara, bahkan sampai vampire tidak bisa mendengar ucapannya dari dalam kamar.
“Aku punya tugas untukmu” kata Seonghwa. “Oh ya?? Akhirnya aku tidak perlu berkutat dengan pekerjaan menjadi asisten itu” kata San. “Tidak. Kau tetap bekerja disana. Aku butuh kau untuk menyelidiki pria bernama Wooyoung” kata Seonghwa.
“Ka Seonghwa, di negara ini pasti banyak yang bernama Wooyoung” kata San. “Rumahnya ada di hutan. Ku rasa, tidak banyak orang bernama Wooyoung yang tinggal di hutan” kata Seonghwa. “Betul juga. Oke ka, akan aku selidiki orang ini” kata San sambil berlalu dari hadapan Seonghwa.
Seonghwa mengangkat kalung tersebut dan menggerakannya. “Siapapun kamu, akan kutemukan dirimu dan kamu akan menjelaskan kenapa aku tidak bisa bergerak ketika bertemu denganmu” kata Seonghwa sambil menyeringai.
“Jongho, aku pulang” seru Wooyoung. “KA WOOYOUNG!!” seru seseorang sambil mendorong kursi rodanya atau yang dipanggil Jongho oleh Wooyoung. “Hello baby. Aku sudah bawakan daging rusa untukmu” kata Wooyoung sambil mengelus rambut Jongho.
Jongho, adalah anak kecil yang ditemukan ayah Wooyoung saat itu. Entah bagaimana saat ditemukan, tubuh Jongho penuh luka dan kakinya sudah lumpuh. Jongho sendiri tidak pernah ingat dengan apa yang terjadi.
Wooyoung sangat menyayanginya. Jongho adalah satu-satunya alasan ia mau bertahan untuk hidup dan bekerja. “Aku akan memasak makanan yang enak untukmu, ka” kata Jongho sambil mengambil daging buruan Wooyoung dan masuk ke arah dapur.
Wooyoung tersenyum, kemudian senyumannya luntur menjadi wajah yang waspada ketika merasakan adanya pergerakan di luar rumah. “Ini aku” kata seseorang itu. Wooyoung menghela nafas, kemudian membukakan pintu untuk 'tamu tidak diundang' tersebut.
“Untung kau kekasih adikku, Yeosang” kata Wooyoung. Benar, Yeosang sudah menjalin hubungan dengan Jongho. Berbeda dengan ketiga sahabatnya, Yeosang menerima ramalan tersebut dengan terbuka. Ia jatuh hati pada Jongho, yang ternyata merupakan keturunan ras werewolf.
Sama seperti adiknya, Wooyoung juga sebenarnya adalah keturunan ras werewolf. Hanya saja, keduanya sudah tidak memiliki kekuatan seperti werewolf lagi. “Aku bertemu vampire hari ini” kata Wooyoung pada Yeosang. Yeosang segera menghentikan langkahnya ke arah dapur ketika Wooyoung berbicara padanya.
“Seperti apa rupanya?” Tanya Yeosang dengan cepat. “Lebih tinggi dariku, tapi tidak setinggi Yunho. Rambutnya berwarna karamel, aku rasa” kata Wooyoung. “Sial” kata Yeosang. “Kau mengenalnya?” Tanya Wooyoung.
“Itu adalah Seonghwa!! Dia adalah pangeran vampire. Ayahnya membunuh leluhurmu ratusan tahun lalu. Dan dia yang dikutuk oleh leluhurmu” kata Yeosang. Wooyoung seketika tersedak teh yang sedang diminumnya.
Wooyoung mengarahkan tangannya pada dadanya. Ketika cemas, ia selalu menyentuh kalung yang dibuatkan oleh ayahnya. Namun, Wooyoung merasakan, tidak ada kalung pada lehernya. “Sial, kalungku hilang” kata Wooyoung. Yeosang pun menggigit bibirnya cemas.
“Wooyoung, kita harus menyembunyikan Jongho” kata Yeosang padanya.
San mengutuk dirinya yang harus bersikap seolah dirinya manusia normal. Iya, di antara sahabat merangkap sebagai saudaranya itu, hanya San yang 'bekerja.' Pekerjaannya adalah menjadi asisten manager purchasing di sebuah perusahaan makanan. “Selamat pagi Tuan San” sapa para bawahannya dan rekan kerjanya.
“Selamat pagiii!!” Seru San. San memaksakan dirinya untuk tersenyum, walaupun dalam hatinya ia mengoceh karena ia tahu bagaimana cara berpikir rekan kerjanya serta bawahannya. Keistimewaan menjadi vampire menjadikannya memahami karakter manusia normal dan ia pun bersikap layaknya manusia normal.
“Selamat pagi semuanya. Semangat pagi!!”
Itu adalah atasannya, seorang manager purchasing dengan tinggi seperti Mingi. Rambutnya cukup nyentrik, karena managernya menggunakan warna pirang. Dan sebenarnya usia termasuk sangat muda untuk mendapatkan posisi manager.
“Selamat pagi Tuan Yunho” kata San. “Selamat pagi San. Ayo kita bekerja sebelum ada kericuhan” kata Yunho. “Kericuhan apa?” Tanya bawahannya San. Belum dijawab pertanyaannya, tiba-tiba terdengar suara pintu yang dibanting. Ternyata, pintu ruangan mereka yang dibuka dengan cara ditendang oleh seseorang.
“JUNG YUNHO BRENGSEK!!” San menengok ke arah pintu yang terbuka dan ternyata itu adalah Manager Accounting mereka, yaitu Hongjoong. Usut punya usut, katanya sih, Hongjoong ini adalah kakak sepupunya Yunho, tapi San meragukan sih, soalnya Hongjoong sering banget marahin Yunho.
“Kalem kak kalem. Masih pagi, ada apa kak?” Tanya Yunho dengan tenang. “Tenang, tenang. Heh, aku udah bilang ya, kalau mau beli barang tuh ya ngotak dong harganya. Jujur juga, jangan nambah-nambahin. Kamu mau korupsi hah?” Kata Hongjoong sambil mengangkat kertas-kertas invoice.
“Aku belum ngirim apa-apa ke kakak loh. Jumat lalu kan aku nengokin Wooyoung” kata Yunho. San pun tersentak ketika Yunho menyebut nama itu. Memang di antara rekan kerja yang lain, ia tidak bisa membaca pikiran Yunho dan Hongjoong. Dan nama yang meluncur dari mulut Yunho, membuat San yakin bahwa Wooyoung yang disebut Yunho, adalah Wooyoung yang bertemu dengan Seonghwa.
Akhirnya setelah berdebat, Yunho meminta Hongjoong untuk mengembalikan semua invoice dan akan memeriksanya kembali. “Kita kemungkinan akan lembur ya untuk periksa ini. Dan aku akan keep my eye to all of you karena kejadian ini” kata Yunho.
Sepulang bekerja, San segera pulang ke rumahnya dengan sesegera mungkin. “KA SEONGHWA!! AKU BAWA KABAR!!” Seru San. “ASTAGA CHOI SAN!!” Seru Yeosang yang terjatuh dari atas pohon ke balkon rumah mereka. “MAAP HEHE” kata San. “Ada apa San?” Tanya Seonghwa. “Urgent urgent” kata San sambil mendorong Seonghwa masuk kembali ke kamarnya.
“Aduh aduh kenapa sih?” Tanya Seonghwa. San menutup pintu kamar Seonghwa dan segera berlari mendekatinya. “Ka, kakak inget kan kalau aku kerja jadi asisten manager?” Tanya San. “Iya?” Tanya Seonghwa dengan bingung. “Managerku tadi nyebut-nyebut nama Wooyoung” kata San.
“And you expect 'his' Wooyoung is the same person that I'm looking for? Kamu yang bilang katanya nama Wooyoung tuh banyak” kata Seonghwa. “Ka, tapi aku tuh yakin kalau Wooyoung yang managerku bilang itu adalah Wooyoung yang kita cari” kata San. “Darimana kamu yakin?” Tanya Seonghwa. “Engga tau. Tapi kakak harus mempertimbangkannya. Aku punya kemampuan intuisi yang kuat ka” kata San.
“Oke kalau gitu. Kamu awasi managermu” kata Seonghwa. “Satu lagi. Mingi harus mengawasi manager accounting di kantorku. Namanya Hongjoong. Katanya dia adalah sepupunya managerku” kata San. “Oke, aku akan menugaskan Mingi” kata Seonghwa.
Mingi menemukan tempat tinggal Hongjoong dengan mudah karena bantuan San. Dengan kemampuannya yang dapat menyamarkan presensinya, Mingi dengan mudah mendekati rumah Hongjoong. Apalagi mengingat kemungkinan target pengintaiannya adalah seorang keturunan werewolf.
“Halo Wooyoung?? Kenapa malam-malam telepon?” Mingi dapat mendengar bahwa Hongjoong menghubungi Wooyoung. Kesempatan yang bagus bahwa Mingi dapat mendengar percakapan mereka. “Kamu besok ada urusan di kota dan ga bisa nemenin Jongho? Bukannya Jongho punya pacar ya? Si Yeosang Yeosang itu ga bisa nemenin Jongho?” Tanya Hongjoong.
“Yeosang?” Tanya Mingi tanpa suara. “Oh Yeosang juga besok ada urusan makanya ga bisa nemenin Yeosang? Wah maaf juga aku kayanya ga bisa. Besok akhir bulan, aku sama Yunho pasti closing” kata Hongjoong. Mingi pun segera kembali ke rumahnya untuk bertemu dengan Seonghwa. “Ka, kakak kasih tugas apa ke Yeosang?” Tanya Mingi tanpa basa-basi pada Seonghwa.
“Hm? Oh itu, aku suruh dia ketemu sama para atasan. Mereka mau diskusi soal entah lah aku juga gatau diskusi apa” kata Seonghwa. “Ka, Yeosang pasti mau diskusi soal kutukan itu” kata Mingi. “Tau darimana kamu?” Tanya Seonghwa dengan cepat. “Apa ini apa? Kita ngomongin Yeosang?” Tanya San dari balkon. “Kamu abis berburu?” Tanya Mingi. “Iya, dan tolong fokus sama omonganmu, Gi” kata San.
“Oh oke. Jadi aku kan mengawasi Hongjoong, nah pas aku sampai di rumahnya, dia lagi telepon sama yang namanya Wooyoung. Kalian suruh aku nyelidikin apakah Hongjoong ini ada hubungan sama Wooyoung kan?” Kata Mingi. “Hubungan saudara gitu maksudnya Gi. Atau teman dekat” kata Seonghwa.
“Nah oke aku anggap kayanya Hongjoong ini punya hubungan saudara atau teman dekat dengan Wooyoung. Aku gatau itu Wooyoung yang sama dengan yang kalian maksud atau engga. Tapi, aku dapat informasi penting. Hongjoong tadi bilang seperti ini, Si Yeosang, Yeosang itu ga bisa nemenin ya? It's that suspicious?? Kok Hongjoong bisa kenal dengan Yeosang? Apalagi ini notabenenya Yeosang yang nemenin” kata Mingi.
“Nemenin siapa?” Tanya Seonghwa. “Oh, aku lupa cerita. Jadi kayanya Wooyoung telepon Hongjoong untuk minta bantuan. Temenin satu orang yang namanya Jongho. Nah kemungkinan besar, Jongho ini adalah pacarnya Yeosang. Soalnya, Hongjoong nyebut kalau Jongho ini pacarnya Yeosang” jelas Mingi. “That's why Yeosang leave today. Dia mau ketemu dengan atasan membicarakan kutukan itu, karena dia berpacaran dengan werewolf” kata San.
“Kalau gitu, kita harus bergerak dengan cepat. San, kamu tahan Yeosang, jangan sampai dia pulang. Dan Mingi, bawa Jongho untukku” kata Seonghwa.
Yeosang memasang wajah datarnya ketika ia keluar dari ruang rapat. Entah darimana orangtuanya beserta para atasan mengetahui dirinya berpacaran dengan Jongho yang merupakan ras werewolf. Padahal Yeosang sudah berkali-kali menekankan bahwa Jongho memang ras werewolf, tapi kekuatannya sudah menghilang.
“Hello my bro!!” Yeosang menengok dan mendapati San di hadapannya. “Kamu kok cepet banget sampe disini?” Tanya Yeosang. “Yeosang, itulah kenapa kita adalah vampire” kata San. “Kamu ngapain disini?” Tanya Yeosang. “Hah.. Ka Seonghwa ada kerjaan disini, tapi dia males kerjain. Jadi nyuruh aku kesini” kata San.
“Terus, kenapa kamu malah ketemu aku disini?” Tanya Yeosang. “Hehehehe... Bantuin aku dong” kata San. “Gak ada gak ada. Aku harus balik ke Korea” kata Yeosang. “Ih jahat banget deh. Yeosang, ayo dong... Kita udah temenan selama lebih dari 400 tahun, masa kamu tega sama Choi San yang menggemaskan ini??” Kata San sambil mengerucutkan bibirnya.
Yeosang menabok wajah San dengan laporan kasus di tangannya. “AW SAKIT!!” Seru San. “Oke, tapi bantuin aku juga. Aku harus nangkep vampire newborn” kata Yeosang. “Nice” kata San dalam hati.
Di sisi yang lain, Jongho bersenandung sambil merajut di atas kursi rodanya. Ia berniat membuat syal rajut untuk Wooyoung, sang kakak yang sangat menyayanginya itu. Berhubung Wooyoung sedang pergi, Jongho bisa membuat syal dengan bebas.
“Ka Wooyoung warna hitam, Ka Yeosang warna merah, Ka Yunho warna biru, Ka Hongjoong warna putih!! Bentar lagi mau masuk musim dingin, semoga dengan syal buatanku, mereka ga kedinginan” kata Jongho dengan gembira.
Tok tok!!
“Iya? Siapa ya?” Tanya Jongho sambil membuka pintunya. Di hadapannya, ada seseorang dengan rambut abu dan tinggi, mungkin setinggi Yunho dalam otak Jongho. “Halo anda siapa ya? Cari siapa?” Tanya Jongho. “Cari Wooyoung” kata pria itu. “Oh Ka Wooyoung lagi pergi, kemungkinan baliknya besok. Ada mau titip pesan sama Ka Wooyoung?” Tanya Jongho.
“Oh ada” kata pria itu. “Boleh disebutkan pesannya? Nanti saya kasih tau ke Ka Wooyoung sesampainya dia disini besok” kata Jongho. “Tolong bilang, bahwa saya menculik adiknya” kata pria itu. Jongho yang mendengar perkataan pria tersebut tidak sempat terkejut atau berteriak, karena pria itu membuatnya pingsan seketika.
“Terlalu lemah untuk ukuran ras werewolf. Tapi lebih baik aku bawa dulu. Biar ka Seonghwa ga cerewet” kata pria itu dan segera membawa Jongho dalam gendongannya. “Mingi? Sudah membawa Jongho?” Tanya Seonghwa. “Udah. Tapi, kakak yakin dia keturunan werewolf?” Kata pria itu yang ternyata adalah Mingi. “Mingi, I have a privilege, right?” kata Seonghwa sambil menyeringai.
Benar, Mingi lupa bahwa Seonghwa memiliki kekuatan lebih sebagai pangeran vampire.
Jongho terbangun dengan kepala yang sakit. Ia berusaha mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. “Sudah bangun?” Tanya seseorang. Jongho segera mendudukan dirinya di kasur yang tadi ditidurinya. Ada seseorang dengan rambut karamel dan wajah yang pucat di hadapannya.
“Siapa anda?” Tanya Jongho dengan ketakutan. “Aku? Vampire” kata orang itu. Jongho pun melunak sedikit, dan terbukti dari wajahnya yang mulai memasang raut yang ramah. “Kakak vampire?? Kaya Ka Yeosang ya? Kakak ini kakaknya ka Yeosang ya?” Tanya Jongho. “Bisa dibilang seperti itu” kata orang tersebut. “Nama kakak siapa?” Tanya Jongho. “Seonghwa” kata orang tersebut atau Seonghwa.
“Ka Seonghwa pasti orang baik. Soalnya Ka Yeosang sering cerita kalau dulu dia diselamatkan oleh kakak. Ka Yeosang selalu bangga dengan kakak” kata Jongho. Seonghwa terkesiap mendengar perkataan Jongho. Tangannya yang tadi hendak ia gunakan untuk mengeluarkan kekuatannya, segera ia sembunyikan di balik punggungnya.
“Kamu ini, kenapa muji orang yang pertama kali kamu temui?” Tanya Seonghwa. “Ka Wooyoung yang ngajarin aku. Kata Ka Wooyoung, kita harus baik sama semua orang. Apalagi dari cerita Ka Yeosang, dia selalu kagum sama Ka Seonghwa” kata Jongho dengan senyuman.
Seonghwa menyesal telah menculik anak manis ini. “Akuㅡ Aku akan tinggalkan kamu sendiri dulu ya. Panggil Mingi saja kalau butuh sesuatu” kata Seonghwa sambil meninggalkan Jongho sendirian. “Ka Seonghwa” panggil Jongho. “Ada apa?” Tanya Seonghwa. “Aku percaya kakak adalah orang baik” kata Jongho.
Selepas Seonghwa keluar dari kamar Jongho, ia mendapati Mingi dan seseorang yang sudah ia tunggu-tunggu. “Woah akhirnya bintang utama kita datang” kata Seonghwa sambil bertepuk tangan. “Kembalikan adikku” kata Wooyoung. “Baiklah. Lagipula, aku sudah tidak membutuhkan adikmu. Karena yang ku butuhkan adalah dirimu” kata Seonghwa.
“Great, kembalikan adikku ke rumah. Kakak sepupuku menunggu di rumah” kata Wooyoung. “Oke, Mingi, antarkan Jongho pulang ke rumahnya dan biarkan aku bermain bersama manusia ini” kata Seonghwa. “Siap Ka Seonghwa” kata Mingi. Mingi ingin menjauh dari kekacauan tentu saja. Berada dalam radius yang dekat dengan kekuatan Seonghwa, bukanlah hal yang bagus untuknya.
Maka dari itu, setelah Wooyoung memastikan bahwa Jongho dalam keadaan yang baik, Mingi membawanya kembali ke rumahnya. “Ka Hongjoong!!” Seru Jongho. “Oh baby.. I'm sorry.. Are you okay??” tanya orang yang dipanggil Hongjoong oleh Jongho. Hongjoong menangkup pipi adik kecilnya itu dan memeluk badannya erat.
“Gapapa ka. Ka Seonghwa orangnya baik kok, sama kaya Ka Yeosang” kata Jongho. “Baby, I've told you, don't trust anyone, especially vampire” kata Hongjoong. “Ga boleh gitu Ka Hongjoong. Kita ga boleh kasih stereotip buruk ke orang lain. Mungkin ada vampire yang jahat, tapi ga semua jahat kan? Buktinya aku baik-baik aja” kata Jongho.
Mingi rasanya ingin mencela pemikiran Jongho yang terlalu polos. Apakah ia tahu bahwa tadinya Seonghwa ingin menyiksanya? Apakah Jongho tahu bahwa Wooyoung akan disiksa oleh Seonghwa?
“Oke oke.. Sekarang kamu masuk, dan biarkan kakak bicara sama dia, oke?” Kata Hongjoong. “Oke ka, tapi bantuin aku dulu dong hehe” kata Jongho. “Oh iya, maaf” kata Hongjoong. Mingi tercengang melihat Hongjoong dengan mudahnya menggendong Jongho. Padahal Jongho memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan Hongjoong. “Selamat tidur, sayang” kata Hongjoong.
“Wow, kok kamu bisa gendong Jongho?” Tanya Mingi. Belum juga pertanyaan tersebut dijawab, tiba-tiba Mingi merasakan badannya kaku dan lehernya dicekik oleh Hongjoong. “Apa yang kalian rencanakan?” Tanya Hongjoong. “A-Akh.. Le.. Pasin” kata Mingi. “I can kill you right now. Are you expect it?” kata Hongjoong. “To-Tolong..” kata Mingi.
Hongjoong pun melepaskan cekikannya, tapi tidak membuat Mingi bisa menggerakan tubuhnya dengan leluasa. “Who are you?” tanya Mingi. “My father is a werewolf, while my mother is a witch. Who you think I am?” kata Hongjoong. “Kutukan. Ka Seonghwa mau matahin kutukan itu” kata Mingi. “Kutukan apa?” Tanya Hongjoong. “Kutukan bahwa 4 orang keturunan werewolf dan 4 keturunan vampire akan saling jatuh cinta” kata Mingi.
“Ah, that curse” kata Hongjoong. “Kamu ga kaget?” Tanya Mingi. “Of course, no. I'm one of them” kata Hongjoong. “You, what?” tanya Mingi. Mingi baru menyadari bahwa dunia itu sempit sekali ternyata :')
“Aku, Jongho, Wooyoung dan Yunho adalah werewolf yang dimaksud” kata Hongjoong. “Dan aku, Ka Seonghwa, Yeosang dan San adalah vampire yang dimaksud” kata Mingi. “San? San asisten managernya Yunho?” Tanya Hongjoong. “Yup” kata Mingi. “Oke, dan sekarang San dimana?” Tanya Hongjoong.
“In UK of course. Para atasan tinggal di UK. Yeosang dan San ada disana” kata Mingi. “Thanks, I'll sending Yunho to UK” kata Hongjoong sambil menghubungi Yunho. “What are you doing?” Tanya Mingi. “Saving my brother” kata Hongjoong.
“San, kamu yakin Ka Seonghwa nyimpen dokumen disini? Kita udah berhari-hari di perpus dan ga nemu dokumen yang Ka Seonghwa maksud” kata Yeosang sambil berjalan mengitari perpustakaan tua itu. “Ya mana ku tau?? Ka Seonghwa bilangnya gitu” kata San.
Tentu saja San berbohong. Ia melakukan itu untuk menahan Yeosang disini, sehingga Seonghwa bisa melancarkan aksinya. Padahal, San ga masalah sih kalau harus jatuh cinta dengan manusia. Apalagi kalau manusianya semacem managernya gitu ya.
“Miss me?”
“HUAAA!!”
San terkejut ketika Yunho, yang adalah managernya tiba-tiba ada di hadapannya. “Ada apa San?” Tanya Yeosang yang menghampiri San. Yeosang pun ikut terkejut ketika melihat Yunho di hadapannya. “Yunho?” Tanya Yeosang memastikan. “Halo adik ipar” kata Yunho. “Tunggu, kamu werewolf?” Tanya San.
“Aku ragu dengan kemampuan intuisimu itu San. Harusnya kamu sudah curiga ketika kamu tidak bisa membaca pikiranku dan Hongjoong” kata Yunho. “Aku sedari awal sudah curiga denganmu” kata San. “Lalu, kenapa tidak menyerangku?” Tanya Yunho.
“Sudah sudah. Aku tahu, kamu adalah kakaknya Jongho. Tapi San adalah sahabatku. Aku tidak segan-segan melawanmu” kata Yeosang. “Oh really? Are you still want to protect him, if you know what they planned behind you?” Tanya Yunho. “Maksudnya?” Tanya Yeosang.
“There's no document, Yeosang. Itu akal-akalan San untuk menahanmu disini. Karena Seonghwa ingin menjalankan rencananya” kata Yunho. “What the fuck are you?” tanya San. “What do you think about me?” tanya Yunho kembali pada San.
“Jongho!! San, kalian gila. Jongho memang ras werewolf, tapi dia tidak memiliki kekuatan lagi. On the other side, he can't walk again. What did you expect about him?” kata Yeosang dengan marah. “Why you scold me? I'm not wrong” kata San. “Calm, buddy. Jongho is saved with Hongjoong. But, Wooyoung in your house right now. Mingi tell Hongjoong that Seonghwa has a great power as a prince of vampire and only you can save him. Please, save my brother” kata Yunho. “Fine. Thanks, buddy” kata Yeosang yang segera menghilang dari hadapan mereka.
“And you. Come with me. Mingi tell me that you are the weakest vampire” kata Yunho. “I'm not??” kata San. “But, I want to make sure that you are saved. So, come with me” kata Yunho sambil mengulurkan tangannya pada San. San pun memegang tangan Yunho dan mereka pun pergi.
“Hanya ada kita berdua disini. Jadi apa maumu?” Tanya Wooyoung. “Membunuhmu tentu saja. Kutukan itu membuat kepalaku pusing karena para tetua mendorongku untuk tidak memiliki hubungan dengan werewolf” kata Seonghwa. “But I'm not a werewolf” kata Wooyoung.
“ARGHH!!” Setelah Wooyoung berbicara seperti itu, tiba-tiba Seonghwa mengeluarkan kekuatannya kepada Wooyoung. Kekuatan Seonghwa adalah memunculkan kekuatan terpendam mahluk lainnya. Seonghwa menghentikan kekuatannya untuk melihat kondisi Wooyoung. Wooyoung pun jatuh berlutut sambil memegang dadanya sendiri.
Serangan Seonghwa memang tidak akan terlihat seperti luka fisik, namun korbannya akan merasakan sakit yang luar biasa. “Sudah ku bilang aku bukan werewolf, Seonghwa” kata Wooyoung. “Kamu masih mau mengelak??” Kata Seonghwa yang kembali melancarkan serangannya. “ARGH!!” Kali ini, teriakan Wooyoung terdengar lebih menyakitkan dibandingkan yang sebelumnya. Namun, apa peduli Seonghwa? Ia ingin membuktikan bahwa Wooyoung adalah werewolf.
Tiba-tiba, kekuatan Seonghwa terpental begitu saja dan mengakibatkan barang-barang di ruangan tempat Jongho sebelumnya disekap pun hancur. Seonghwa memandang ke arah Wooyoung yang sudah jatuh ke lantai tidak sadarkan diri dan terdapat cahaya yang membentengi tubuhnya. Seonghwa kenal dengan kekuatan ini, hanya ada satu orang yang memilikinya, yaitu Yeosang.
Satu-satunya orang yang tahan dengan kekuatannya.
“Wooyoung.. Wooyoung.. Ayo bangun” kata Yeosang sambil menggoyangkan tubuh Wooyoung. Namun, tidak ada respon dari tubuhnya. “Ka!! Kamu keterlaluan!! Sudah menculik Jongho, kemudian menyiksa Wooyoung. Mereka bukan werewolf!!” Seru Yeosang. “Mereka keturunannya” kata Seonghwa. “Tapi kekuatan werewolf tidak lagi mengalir dalam tubuh mereka. Hanya Yunho dan Hongjoong yang masih memiliki kekuatan werewolf” jelas Yeosang.
Entah bagaimana, Seonghwa merasa bersalah. Rasa menyesal yang amat dalam. Yeosang tahu perasaan Seonghwa karena ia adalah sahabat pertama Seonghwa. Yeosang mengangkat tubuh Wooyoung ke atas kasur. “Aku akan merawatnya. Kakak ke kamar aja dan tenangkan diri dulu. Aku akan memanggilmu ketika dia sadar” kata Yeosang.
“Tapi, Jongho..”
“Tidak apa-apa. Dia aman di rumahnya. Ka Hongjoong dan Yunho ada di rumahnya. Begitu pula Mingi dan San disana” kata Yeosang. Yeosang menyentuh bahu Seonghwa dan tersenyum dengan hangat. “It's okay, everyone can make a mistake. He will be fine” kata Yeosang. Seonghwa pun mengangguk dan kembali ke kamarnya.
Di dalam kamarnya, Seonghwa merebahkan dirinya di kasur. “Aku, kenapa?” Tanya Seonghwa. Seonghwa tidak tahu mengapa dirinya merasakan sakit ketika melihat Wooyoung yang tidak berdaya. Kenapa ia jatuh pada pesona werewolf itu ketika ia bahkan menolaknya?
“Aku akan pergi ke UK” kata Seonghwa yang segera berteleportasi menuju rumah tua yang merupakan tempat diskusi para atasan. Seonghwa segera masuk ke ruang diskusi ketika mengetahui secara kebetulan bahwa semua atasannya sedang berada di tempat yang sama.
“My prince.. Welcome back, darling” kata salah satu atasannya. “Why you are here, baby?” kata atasan yang lain, yaitu 'ayah'nya Yeosang. “Aku kesini ingin berkata bahwa aku sudah menemukan werewolf itu dan aku tidak akan membunuhnya” kata Seonghwa dengan tegas. “Apa-apaan itu??!!” Seru seseorang yang merupakan 'ibu' dari sahabatnya, San.
“Berhubungan dengan werewolf adalah kutukan bagi kaum kita, Prince. Anda tidak boleh berhubungan dengan mereka” kata ayahnya Yeosang. “Kalau begitu, saya akan melepaskan title saya sebagai pangeran dan akan hidup sebagai vampire biasa” kata Seonghwa dengan tegas. “Prince!!” Seru Ayahnya Yeosang. “Saya tahu anda semua membicarakan saya dari belakang. Maka dari itu, saya lebih baik mengundurkan diri” kata Seonghwa.
“Begitu juga kami”
Seonghwa menolehkan kepalanya dan mendapati Yeosang, San serta Mingi yang ikut masuk ke dalam ruangan rapat. “Kami berempat akan menyerahkan gelar bangsawan kami, dan kami tetap akan memiliki hubungan dengan mereka” kata Yeosang. “Saya yakin itu hanya akal-akalan kamu kan Yeosang? Kamu yang menghasut mereka?!” Tanya Ibunya San.
“Tidak. Itu keinginanku. Jadi berhenti mengurusi hidup kami dan biarkan kami memilih jalan hidup kami” kata San. “Kami sudah selesai dengan kehidupan kami sebagai bangsawan vampire” kata Mingi. “Cepat putuskan, Yang Mulia” kata Seonghwa pada hakim yang berada di ruang diskusi. “Ba-Baik. Saya menyatakan Park Seonghwa, Kang Yeosang, Choi San dan Song Mingi tidak lagi menjadi bagian bangsawan vampire. Mereka tidak diperkenankan memiliki nama keluarga lagi. Khusus untuk Seonghwa, sebagai mantan pangeran vampire, ia akan tetap memiliki kekuatannya, namun tidak sebesar dahulu. Keputusan ini sudah mutlak adanya” kata hakim.
“Terima kasih” kata Seonghwa. “Jadi, kita pulang?” Tanya Mingi. “Iyalah” kata San sambil merangkul Mingi dan tertawa dengan puas. Yeosang merangkul Seonghwa dan menepuk bahu sahabatnya itu. “Great job. Ngomong-ngomong, Wooyoung sudah sadar” kata Yeosang.
“Wooyoung??” Panggil Seonghwa pelan. “Hey, kekuatanmu besar juga” kata Wooyoung sambil terkekeh. Wooyoung masih merebahkan dirinya di kasur, tempat tadi Yeosang merebahkan dirinya saat pingsan. “Maaf” kata Seonghwa. “Come here” kata Wooyoung. Seonghwa pun merebahkan dirinya di samping Wooyoung dengan ragu-ragu.
“Gapapa.. Wajar kok kalau kalian takut dan ragu untuk menerima kami. Apalagi kalian para bangsawan yang dituntut untuk mempertahankan status kalian dan hal-hal lain kan” kata Wooyoung. “Aku tidak tahu kenapa aku merasa bersalah padamu” kata Seonghwa. “Bangsa kami percaya dengan adanya ikatan mate. Dan mungkin hal itu yang menyebabkan kamu merasa bersalah setelah menyerangku” kata Wooyoung.
Seonghwa merapatkan tubuhnya dengan Wooyoung. Wooyoung yang masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa mengelus punggung Seonghwa dengan satu tangannya. “It's okay, I'm fine. Jangan merasa bersalah lagi ya? We're going to through it all, together” kata Wooyoung. “Iya, aku mau Wooyoung” kata Seonghwa sambil tersenyum.
Sementara itu, di luar ruangan, keenam orang lainnya hanya dapat berdiam diri. “Kalian kenapa diam?” Tanya Jongho. “Ga kenapa-kenapa, sayang. Kamu ga cape hm? Ga mau tidur?” Kata Yeosang. “Ga mau, mau sama kakak” kata Jongho sambil menyenderkan kepalanya di bahu Yeosang.
“Aku baru pertama kali liat Yeosang kaya gitu” kata San. “Kamu iri sama Jongho? Aku bisa manjain kamu kaya gitu” kata Yunho. “Please, stop. Aku udah bersikap formal sama kamu karena kamu atasanku. Stop bersikap tidak formal” kata San. “Kamu akan terbiasa kok” kata Yunho. “Diam. Bergerak 1 langkah atau aku akan menebasmu” kata San.
“Ck kalian berisik banget. Wooyoung butuh istirahat. Aku akan pulang” kata Hongjoong yang beranjak dari sofa tempatnya duduk. “Aku akan disini Ka. Aku akan menemani ka Yeosang” kata Jongho. “Okay, baby. Yeosang, jagain adikku ya” kata Hongjoong pada Jongho dan Yeosang. “Tenang ka, dia aman disini” kata Yeosang.
“Aku akan tidur di rumah Wooyoung. Ayo San” kata Yunho yang memegang tangan San. “Yunho..” kata San. “Tenang, kita ga sekamar. Kamu di kamar Jongho, aku di kamar Wooyoung” kata Yunho. “Deal” kata San dan mengikuti Yunho untuk pergi ke hutan.
“Aku pulang ya” kata Hongjoong. “Ga diajak ka?” Tanya Yeosang. Maksud pertanyaan Yeosang adalah Mingi yang duduk diam di sofa. “Gausah deh. Aku di rumah aja. Lagian, aku dan Hongjoong tidak ada hubungan apa-apa” kata Mingi. “Nginep aja Gi. Daripada disini sendirian” kata Yeosang. “Emang boleh?” Tanya Mingi pada Hongjoong.
“Menurutmu?” Tanya Hongjoong. “Kamu ga nyihir aku?” Tanya Mingi pada Hongjoong. “Kamu mau aku sihir?” Tanya Hongjoong. “Engga sih” kata Mingi. “Jadi, artinya aku boleh ikut?” Tanya Mingi lagi. “Terserah kamu deh aku cape debat” kata Hongjoong sambil keluar dari rumah itu. “Jadi sebenernya aku boleh ikut atau engga sih?” Tanya Mingi.
“MINGI!! CEPETAN!!” teriak Hongjoong dari depan rumah. “Nah itu jawabannya Gi” kata Yeosang sambil tertawa. “Iya iya” kata Mingi sambil keluar dari rumahnya. Well, bagaimana kehidupan mereka selanjutnya? Lebih baik kita serahkan kepada mereka, karena mereka memilih jalan terbaik untuk mereka masing-masing.