Here I Am Again
“Ka Yeosang!!” Yeosang yang sedang merapikan gitar fender kesayangannya memutar matanya malas ketika mendengar suara yang menyapanya itu. “Ka Yeosang udah mau pulang?? By the way, tadi kakak keren banget loh!! Duh aku ga nyesel dateng pagi-pagi demi nonton kakak” kata pemuda berpipi gembil itu.
“Ka Yeosang udah makan belum? Aku tadi sempet bikin nasi goreng sebelum berangkat. Udah agak dingin sih, tapi masih bisa dimakan” kata Jongho sambil memberikan tempat makan berbentuk beruang kepada Yeosang. Yeosang menerimanya dengan setengah hati. “Ya, makasih. Gausah repot padahal” kata Yeosang.
Jongho tersenyum manis sampai gigi kecilnya itu terlihat. “Gapapa kok!! Sekalian aku masakin buat ka Yunho. Ka Yunho cerewet banget hari ini minta aku masakin nasi goreng. Jadi ya sekalian aja aku bikinin buat kakak” kata Jongho. “Makasih. Sekarang permisi. Aku mau pulang” kata Yeosang dengan dingin.
“Oh? Maaf ka” kata Jongho. “Lo lebih baik pulang. Udah malem” kata Yeosang. “Ah iya.. Selamat istirahat ka Yeosang!!” Seru Jongho sambil berlari cepat menuju halte terdekat. Yeosang hanya berdecak dan pergi ke mobilnya. Ia melajukan mobilnya menuju rumah sahabatnya, Hongjoong.
“Wih, bawa makanan lagi?” Tanya Hongjoong. “Nih makan aja” kata Yeosang sambil memberikan kotak makan Jongho kepada Hongjoong. “Yeosang, harusnya lo yang makan. Kan lo yang dapet makanan itu” tegur Seonghwa. “Ga berminat sih ka” kata Yeosang.
“Dari adek tingkat lo itu?” Tanya Hongjoong. “Yalah. Siapa lagi kalo bukan dia? Si berisik” kata Yeosang. “Tapi gitu-gitu dia fans loyal lo anjir sang. Dateng terus tiap lo manggung” kata Hongjoong. “Keliatannya dia suka sama lo” kata Seonghwa.
“Gue tau kok” kata Yeosang. “Terus kenapa ga digas anjir?” Tanya Hongjoong. “Lu tau kan bang. Gue masih belom move on dari Wooyoung” kata Yeosang. “Sang, mau sampe kapan? Wooyoung udah bahagia di atas sana. Dia pasti pengen liat lo bahagia juga” kata Seonghwa.
“Gatau ka. Lo tau sendiri kan katanya cinta pertama tuh susah dilupakan?” Kata Yeosang. “Ya iya sih bener” kata Seonghwa. “And then, let me. Tolong biarin gue mendam cinta gua buat Wooyoung sebentar lagi. Nanti pada waktunya, gue pasti bisa move on” kata Yeosang.
Beberapa minggu setelahnya, Yeosang kembali menyiapkan dirinya untuk tampil. “Ka Yeosang!!” Yeosang mendengus, sejujurnya dia lelah mendengar teriakan Jongho padanya. “Siang ka Yeosang!! Nanti malem tampil di festival ya??” Kata Jongho dengan semangat.
“Kalo ga tampil ngapain gua disini?” Tanya Yeosang dengan ketus. “Hehe.. iya sih.. Cuma basa-basi aja ka. By the way, ini sushi!! Aku tau kakak pasti nanti ga sempet makan malem, jadi aku bawain makanan” kata Jongho sambil memberikan sekotak sushi yang terlihat enak.
“Makasih” kata Yeosang singkat. “Eh aku baru tau kalo ternyata kakak sekelas sama kakakku, Yunho ya. Yaampun dunia sempit banget. Ka Yunho bilang kakak kalo di kelas pendiem tapi nilainya bagus” celoteh Jongho dengan riang. Yeosang hanya mendengarkan celotehan Jongho, tidak tertarik dengan obrolannya.
“Kamu udah selesai ngomong? Kakak mau latihan” kata Yeosang. “Oh.. Iya.. Maaf aku keasikan cerita hehe..” kata Jongho. Yeosang kemudian merapikan tas gitarnya dan bersiap untuk latihan. “Kak, setelah manggung nanti, bisa ga, kalo aku mau ngomong sesuatu sama kakak?” Tanya Jongho.
Yeosang mengangkat sebelah alisnya, “ngomong apa?” Tanya Yeosang. “Ya.. ngomong sesuatu aja” kata Jongho. “Sekarang aja bisa ga? Abis manggung tuh aku cape, mau langsung pulang” kata Yeosang. “Oh iya ya.. Kakak pasti cape” kata Jongho sambil mengerucutkan bibirnya.
“Jadi mau ngomong apa? Cepetan sebelum aku manggung” kata Yeosang. “Eum.. aku cuma mau bilang aku suka sama kakak!! Tapi aku yakin sih kakak ga bakal bales perasaan aku. Tapi setidaknya aku udah bilang hehe. Semanģat ka manggungnya!!” Kata Jongho kemudian pergi meninggalkannya.
“Ck, orang aneh” kata Yeosang. Yeosang pun pergi ke belakang panggung untuk berlatih sebelum tampil dalam festival.
Minggu depannya, Yeosang melakukan busking di kampusnya. Yeosang mempersiapkan dirinya untuk mendengar ocehan Jongho. Tapi, hingga saatnya dia tampil, tidak ada tanda-tanda kehadiran Jongho. “Mungkin udah bosen kali. Bagus deh ga ada yang berisik” kata Yeosang.
Namun ketika Yeosang naik ke panggung, ia tiba-tiba merasa canggung. Biasanya, ada Jongho di bangku penonton paling depan. Tetapi karena ia tidak ada, Yeosang seperti canggung terhadap penonton yang lain. “Ah itu perasaan gue aja” kata Yeosang dalam hati.
Yeosang berpikir bahwa mungkin hari itu Jongho ada urusan lain, sehingga tidak dapat menontonnya. Tetapi setelah sebulan berlalu, Yeosang masih tidak melihat kehadiran Jongho.
“Haish sial, gue harusnya ga mikirin dia. Tapi kenapa?? Kenapa gue mikirin dia??” Seru Yeosang pada Seonghwa ketika mereka bertemu. Yeosang mengajak Seonghwa bertemu dengan alasan Seonghwa bisa dijadikan tempat curhat yang baik.
“Lo terbiasa dengan kehadirannya. Jadi hal itu bikin lo berpikir secara otomatis bahwa everything gonna be fine. Selama ada dia, acara lo bakal sukses. Lo bisa manggung dengan baik selama ada dia. Dan tanpa sadar lo berpikir, dunia bisa aja jahatin lo, tapi selama ada Jongho, lo akan aman” kat Seonghwa.
“Kak tapi gue belom bisa move on dari Wooyoung, lo tau sendiri” kata Yeosang. “Lo bukan ga bisa move on. Lo terlalu takut buat jatuh cinta. Apalagi, dari cerita lo, Jongho mirip sama Wooyoung” kata Seonghwa. “Mereka, sama-sama berisik” kata Yeosang sambil tersenyum.
“Sebenernya lo bukannya belom bisa move on, lo merasa bersalah sama Wooyoung. Kejadiannya mirip sama Jongho sekarang kan? Wooyoung fans lo juga awalnya, lo ngabaiin dia karena berisik. Dan ketika dia kecelakaan, dia koma, lo baru sadar kalo lo jatuh cinta sama dia” kata Seonghwa.
Yeosang tersentak. Benar, kejadiannya sangat mirip. “Kak.. Gue.. Gue harus apa sekarang?? Gue ga mau kehilangan Jongho.. Gue.. Gue mau bales rasa cinta dia ke gue” kata Yeosang dengan bibir yang gemetar. “Usaha. Selama ini dia udah usaha dan lo ga liat itu. Sekarang, lo yang harus cari dia. Sorry, gue cuma bisa kasih lo support karena gue ga pernah ketemu Jongho” kata Seonghwa.
Yeosang mengacak rambutnya kasar. Kemana dia harus mencari Jongho? “Lo yakin Jongho ga pernah cerita tentang kakaknya atau kenalannya di kampus ini?” Tanya Seonghwa. Yeosang pun menegakkan kepalanya ketika Seonghwa bertanya seperti itu. “Yunho!” Seru Yeosang.
“Yunho? Jung Yunho anak BEM?” Tanya Seonghwa. “Iya!! Makasih ka. Abis ini ku traktir strawberry smoothies” kata Yeosang sambil pergi dari hadapan Seonghwa. “Semangat Yeosang!!” Teriak Seonghwa.
“Permisi, ada Yunho ga ya?” Tanya Yeosang ketika memasuki ruangan BEM. “Oh, Yeosang? Ada nih Yunhonya” kata seorang mahasiswa menunjuk mahasiswa lain dengan rambut biru terangnya. “Siapa? Yeosang?” Tanya Yunho ㅡsi pemilik rambut biru terang itu ketika mendapati bahwa Yeosang yang ingin menemuinya. “Gue pengen nanya sama lo” kata Yeosang.
“Privasi?” Tanya Yunho. “Iya?” Kata Yeosang dengan tidak yakin. “Oke sebentar. WOY GUE PERGI DULU YA. JANGAN BERANTAKIN RUANG BEM. Yuk Sang” kata Yunho. Yunho sebelumnya mengingatkan anak-anak BEM lainnya untuk tidak membuat ruang BEM berantakan.
“Jadi, lo mau nanya apa?” Tanya Yunho ketika mereka sudah sampai di tempat yang lebih sepi. “Jongho, adek lo kan?” Tanya Yeosang. “Iya. Adek angkat sih sebenernya. Dia sepupu gue, tapi karna orang tuanya udah meninggal karna kecelakaan pas dia kecil, jadi diangkat sama keluarga gue” kata Yunho.
“Eum.. Gue mau nanya, Jongho kemana ya? Dia biasanya selalu nonton gue, tapi sebulan ini ga pernah liat dia” kata Yeosang dengan hati-hati. “Oh lu baru sadar? Setelah sebulan baru sadar?” Kata Yunho. “Sorry bukannya gitu.. Gue pikir dia cuma sekali ga datengnya” kata Yeosang.
“Buat apa lo mau ketemu sama Jongho?” Tanya Yunho. “Ya.. Mau ketemu aja. Dan mau minta maaf. Karena selama ini gue anggep dia annoying” jujur Yeosang pada Yunho. “Lo harusnya tau pengorbanan dia buat deket sama lo. Dia rela bangun pagi, masak buat lo supaya lo makan. Dia rela pulang malem demi nungguin lo selesai manggung” kata Yunho.
“Gue tau gue salah. Please, gue mau ngomong sama dia” kata Yeosang. “Apartement Horizon, Gedung B, Lantai 20, kamar nomor 1. Gue kasih lo kesempatan buat ngobrol. Tapi, setelah itu, kalo adek gue bilang dia ga mau ketemu lo lagi, pergi jauh lo dari kehidupan Jongho” kata Yunho.
“Ga janji. By the way, thank you alamatnya” kata Yeosang yang segera kabur dari Yunho sebelum Yunho berubah pikiran. “YA!! KANG YEOSANG!!” Teriak Yunho. Ingatkan Yunho untuk menonjok Yeosang sekali karena pernah menyakiti Jongho.
Yeosang memencet bel apartement tersebut. Yeosang merasa deg-degan tentu saja. Ini pertemuan 'baik' pertamanya dengan Jongho. Dan Yeosang hanya berharap yang terbaik untuk mereka berdua. “Siapㅡ Ka Yeosang?” Pintu apartement terbuka dan ada Jongho yang duduk di kursi roda.
“Hai Jongho” kata Yeosang dengan ramah. Jongho sedikit tertegun kemudian membuka pintunya lebar. “Silahkan masuk kak” kata Jongho. Yeosang pun mengangguk dan masuk ke apartement itu setelah melepas sepatunya di luar.
“Kakak tau apartementku dari siapa?” Tanya Jongho. “Yunho. Aku nanya ke dia. Aku inget kalo kamu pernah cerita soal Yunho yang sekelas sama aku” kata Yeosang. “Heum.. Random banget ya aku bilang kaya gitu” kata Jongho. Jongho mengambil sekotak minuman coklat di kulkas dan memberikannya pada Yeosang. “Diminum ka” kata Jongho.
“Makasih” kata Yeosang. “Jadi, kakak ada urusan apa kesini?” Tanya Jongho. “Kakak.. Sebelumnya mau nanya dulu. Kamu kenapa?? Sebulan ini ga nonton penampilan kakak?” Tanya Yeosang. Jongho tertawa samar, “kakak liat sendiri apa yang terjadi sama aku. Aku ga bisa berdiri lagi ka” kata Jongho.
“Kenapa.. Bisa?” Tanya Yeosang. “Kecelakaan. Selesai festival itu, aku emang lagi apes aja. Ada mobil nabrak aku. Terus entah gimana pas aku sadar, aku ga bisa ngerasain kakiku. Dan dokter bilang aku lumpuh. So, here i am” kata Jongho.
“Jongho..” lirih Yeosang. “Gapapa ka. Aku udah nerima kok. Jadi, kenapa ka?” kata Jongho. “Gue.. Selama sebulan ga ada kamu di kursi terdepan, rasanya canggung. Aku tanpa sadar selalu berpikir bahwa selama ada kamu, everything gonna be fine. Bahkan apabila dunia jahat sama aku, kamu selalu ada. Jadi ketika, kamu ga ada, rasanya beda” kata Yeosang pada Jongho.
“Aku.. Aku sebenernya ngerasa bersalah sama seseorang. Kamu ngingetin aku sama orang itu. Dia fans aku juga dulu, dan dia kecelakaan. Dia koma dan aku baru sadar kalo aku sayang sama dia. Tapi dia ga bertahan, Tuhan lebih sayang sama dia dan dia meninggal.
Kamu sama dia sama-sama berisik. Makanya awalnya aku ga suka sama dia juga” cerita Yeosang. “Terus?” Tanya Jongho. “Aku juga sempet mikir kalo kamu annoying. Tapi ketidak hadiran kamu ternyata berdampak buat aku. Aku cerita ke temen dan dia yang nyadarin aku kalo sepertinya aku cinta sama kamu” kata Yeosang.
Jongho menghela nafasnya dengan kasar. “Ka, sorry kalo pake gue-lo. Tapi kalo lo suka gue karna kasian sama gue mending gausah. Sekarang, mending lo pulang. Udah sore” kata Jongho sambil berlalu dari ruang tamu.
“Tunggu, Jongho” panggil Yeosang sambil menahan kursi roda Jongho. “Jongho, look at me. Gue ga kasian sama lo. Ini pure dari dalam diri gue. Gue ga mau kehilangan seseorang yang mencintai gue dengan tulus untuk kedua kalinya. Jadi, tolong biarkan kali ini gue bales cinta lo, ya?” Tanya Yeosang sambil mengenggam kedua tangan Jongho.
“Ga, kak. Please, lo lebih baik pulang” kata Jongho. “Gak. Gue ga akan pulang Jongho. Gue bakal ada di sisi lo. Selama ini lo selalu jadi tameng gua. Kali ini, gue yang bakal jadi tameng lo” kata Yeosang. “Kak..” lirih Jongho.
“Boleh ya? Gue minta maaf. Atas semua perilaku gue sebelumnya. Kita mulai dari awal lagi. Gue, sayang sama lo” kata Yeosang. “Bener kak? Beneran lo suka sama gue bukan karna kasian?” Tanya Jongho memastikan. “Iya Jongho. Gue beneran” kata Yeosang. Jongho pun menghela nafasnya, “kalo gitu, ayo kita mulai dari awal” kata Jongho sambil tersenyum.
Yeosang pun membawa Jongho ke pelukannya. Dapat ia rasakan juga bahwa Jongho ikut memeluknya dengan erat. “Aku ga pernah nyangka bisa peluk kakak” kata Jongho pelan. “Maaf.. Mulai sekarang, kamu bisa peluk aku kapanpun kamu mau” kata Yeosang sambil mengelus punggung Jongho.
Yeosang membukakan pintu mobil untuk Jongho ketika mereka sampai di sebuah tempat. “Ka, tempatnya jauh? Kenapa aku ga pake kursi roda aja?” Tanya Jongho. “Tempatnya tanah, Jong. Mending aku gendong kamu sampe tempatnya” kata Yeosang.
Jongho pun melingkarkan tangannya di leher Yeosang dan Yeosang menggendong Jongho di punggungnya. “Bunganya udah dibawa?” Tanya Yeosang. “Udah~~~” kata Jongho dengan gemas. Yeosang pun tersenyum dan menutup pintu mobilnya sebelum berjalan menuju suatu tempat di atas.
“Halo, Wooyoung. Maaf ya aku baru sempet kesini” kata Yeosang ketika ia sampai di tanah datar dengan nisan bertuliskan Jung Wooyoung. “Wooyoung, hari ini, aku ga sendirian. Aku bawa pacarku, namanya Jongho. Mungkin kalo kamu masih ada disini, kamu bakal gemes sama dia” kata Yeosang.
“Halo ka Wooyoung!! Ka Yeosang banyak cerita tentang kakak.. Aku harap kakak bahagia di atas sana ya..” kata Jongho. “Aku dulu bodoh banget karena ngabaiin rasa sayang yang kamu kasih ke aku. Sekarang, aku ga akan jadi bodoh lagi. Aku bakal sayang sama Jongho dan kasih perhatian penuh ke dia” kata Yeosang.
Yeosang meletakkan buket bunga matahari yang tadi Jongho bawa di atas makam Wooyoung. “Sampai jumpa lagi Wooyoung” kata Yeosang sambil tersenyum. “Dadah ka Wooyoung!!” Seru Jongho. Yeosang pun berjalan turun untuk kembali ke mobil.
“Mau makan apa hari ini?” Tanya Yeosang. “Pizza!! Aku punya voucher pizza hari ini” kata Jongho. “Gausah pake voucher ih, aku bisa bayar” kata Yeosang. “Ka Yeosang, selama kita bisa dapet harga yang lebih murah kenapa engga?” Kata Jongho. “Dahlah, aku ga bisa debat sama kamu” kata Yeosang. “Hehe.. Itu caranya makan enak tapi murah ka Yeo” kata Jongho.
Yeosang pun tersenyum dan berjalan lebih cepat menuju mobilnya. Yeosang tau, kisahnya dan Jongho baru akan dimulai. Tapi, biarkan waktu yang membawa mereka melukiskan kenangan-kenangan dalam kehidupan mereka.