Happy Birthday Adek

San membuka matanya ketika alarm HPnya berbunyi. Ia mengambil Hpnya dan mematikan alarm tersebut. Dirinya tersenyum ketika melihat tanggal yang menunjukkan 12 oktober. “Adek ulang tahun hari ini” kata San.

San segera bangkit dari kasurnya dan bergegas mandi. Anak satu-satunya dan kesayangannya harus mendapatkan kado terbaik darinya. San mengenakan kemeja putih dan juga celana jeans. San ingat Jongho pernah berkata bahwa ia sangat menyukai proporsi tubuh San ketika menggunakan kemeja putih, sehingga San memilih menggunakan pakaian itu.

Setelah ia siap, San melajukan mobil menuju cafè terdekat. Cafè ini adalah cafè langganan Jongho. Jongho biasa membeli segelas americano dan juga kue coklat. Baik Jongho, maupun suaminya, Wooyoung, keduanya sangat menyukai americano. Kadang San tidak mengerti juga mengapa dua kesayangannya itu sangat menyukai sensasi rasa pahit yang masuk ke dalam tubuh mereka.

“Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?” Tanya pelayan cafè tersebut. “Saya pesan americano segelas dan kue coklat itu” kata San. “Baik, ada lagi?” Tanya pelayan cafè. “Bisa saya beli lilin ulang tahun disini?” Tanya San.


San membuka pintu mobilnya ketika ia sampai di pantai yang indah. Tangannya mengenggam kotak kue dan juga americano. Sesampainya di pantai, San langsung mendudukkan dirinya di pasir pantai.

Tangannya dengan cekatan membuka kotak kue dan mengeluarkan kue coklat tersebut. Setelahnya, San menusukkan lilin di atas kuenya dan mulai menyalakan lilinnya. Untungnya, saat itu angin di pantai tidak berhembus dengan kencang, sehingga api dari lilin tetap terjaga.

“Selamat ulang tahun anak papa. Pasti kamu di atas sana lagi main sama ayah ya? Terima kasih udah jadi anak ayah dan papa yang paling baik dan paling pinter” kata San sambil menatap langit di atas sana. San berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh, namun sepertinya gagal untuk dilakukannya.

“Papa ga nangis kok beneran. Ini cuma kelilipan aja” kata San sambil mengelap air matanya dengan bajunya. Nyatanya, San tidak pernah ada dalam kondisi yang baik. Setelah kepergian dua orang tersayangnya, San menjadi orang yang workaholic dengan dalih berusaha untuk tidak memikirkan kesedihannya.

“Wooyoung, kamu pasti seneng kan ya ditemenin sama adek disana? Aku gapapa Woo, aku cuma sedikit kangen kalian” kata San sambil tersenyum. “Papa kangen kalian. Semoga kalian bahagia di atas sana. Tunggu papa ya” kata San. San pun meniup lilin dari kue ulang tahun Jongho.

“Maaf... Harusnya tahun lalu aku nemenin kalian. Harusnya tahun lalu, aku ikut kalian nyari kado buat adek. Maaf, hiks..” kata San sambil menutup wajahnya dan menangis. “Papa jangan nangis!!

DEG!

Jantung San rasanya berhenti berdetak ketika mendengar suara familiar milik Jongho. “Jongho?” Panggil San memastikan. “Papa ga boleh sedih. Nanti Jongho sama ayah sedih juga loh.” San tersenyum kemudian mengelap air matanya. Entah ini hanya halusinasinya atau apapun itu, San senang bisa mendengar suara Jongho.

San?? Jangan pernah merasa bersalah ya? Kamu harus menjalani hidup dengan baik. Aku sama Jongho udah bahagia disini, jadi kamu juga harus bahagia. Please be happy, until we meet again.” Kali ini, suara Wooyoung lah yang bisa didengarnya.

San mengangguk, kemudian ia pun berdiri sambil membawa kembali makanan dan minuman yang ia bawa tadi. “Wooyoung, Jongho, papa janji akan hidup bahagia. Sampai jumpa lagi” kata San sambil tersenyum dan meninggalkan pantai.