“HAI SEMUA SELAMAT PAGI!! PANGERAN MAHARDIKA DATANG UNTUK MENEMANI PAGI KALIAN SEMUA!!” Teriak seorang pemuda bertubuh tinggi sambil menenteng sebuah tas berisi gitar listrik kesayangannya, atau Mahardika (biasa dipanggil Dika sih).
“BERISIK TIANG BAMBU!!” Kata seorang yang lebih pendek dan membawa tas berisi stik drum sambil menempeleng kepala Dika. “Sandya bogel anjir” kata Dika sambil mengaduh. “Duhh berisik tau ga? Udah dateng telat, berisik pula” kata seorang dengan rambut pirang. Ia sedang menyetem bassnya omong-omong.
“Duh Yohan, bilang aja lo kangen sama gue kan?” Kata Sandya sambil merangkul pemuda berambut pirang tersebut atau Yohan. “Bacot. Minggir coba” kata Yohan sambil berusaha menyingkirkan tangan Sandya dari bahunya. “Udah udah. Napa sih lo berdua tuh ributtt mulu? Diliatin sama adek noh” kata pemuda yang berdiri di balik keyboard.
“Ihh bang Hasta adek aja ketawa-ketawa liat kita” kata Dika. “Kalian pada lucu bang soalnya” kata seseorang yang duduk di depan stand mic sambil tersenyum memamerkan giginya. “Udah, udah. Gua cuma nyewa 2 jam doang nih. Yuk kita latihan sekarang” kata Hasta, pemuda di balik keyboard.
“Ayoo!!!”
Mereka adalah Teenagers. Sekelompok orang yang merupakan teman dekat sejak menjadi mahasiswa baru itu memiliki persamaan, yaitu sama-sama menyukai musik. Dari awalnya iseng 'manggung' di event jurusan, mereka pun memutuskan untuk membuat band yang terdiri dari 5 orang.
Band tersebut diketuai Hasta yang merupakan seorang keyboardist. Kemudian ada Yohan si bassist, Sandya yang merupakan drummer, Dika yang merupakan pemain gitar dan terakhir Jovi, si bontot dengan kemampuan vocal yang keren.
Mereka baru saja membentuk band ini dan baru tampil hanya di event jurusan ataupun kafe-kafe kecil. Makanya, mereka belum mempunyai uang yang cukup untuk membeli studio untuk latihan. Mereka hanya bisa menyewa studio selama 1-2 jam, dan itu pun berpindah-pindah.
Tapi, bagi mereka, itu sudah cukup untuk saat ini.
“Eh, Jov, ini FISIP ngundang kita jadi performer??” Tanya Hasta pada Jovi ketika mereka menyelesaikan latihan mereka. “Iya bang. Ketua acaranya temenku. Mereka tadinya mau undang Enam Hari, tapi anggaran mereka ga cukup. Jadi aku bilang, kenapa ga undang bandku aja? Kita masih murah kok bayarannya. Trus sama temenku langsung diiyain deh” kata Jovi.
“Hah? Serius? FISIP aja ga kuat ngundang Enam Hari?” Tanya Sandya pada Jovi. Jovi pun mengangguk menjawab pertanyaan Sandya. “Gue denger rate mereka tuh 10 juta buat 3 lagu” kata Yohan. “Hm wajar sih, soalnya mereka terkenal juga kan? Gila sih alumni kampus kita ada yang jadi artis gede cuy” kata Dika.
“MALAM MASYARAKAT!!” Kelimanya mengalihkan pandangan ke arah pintu studio yang terbuka. Ternyata ada dua orang pemuda dengan tinggi yang berbeda masuk ke dalam studio. “Hai Tira, Hai Wira. Sini masuk” kata Hasta.
“Eh bang Hasta, kalian bakal tampil di FISIP. Tadi ketua acaranya dah ketemu sama gue” kata pemuda yang bertubuh lebih pendek, atau Wira. “Udah tau. Jovi dah bilang tadi” kata Hasta. “Yahh kok udah dispill sih dek?? Kan aku manager kalian” kata Wira sambil berpura-pura cemberut. “Ya lo datengnya telat. Napa juga mau ikut gua? Udah tau gua mah dosen-dosennya ajaib” kata pemua yang bertubuh tinggi atau Yudhistira.
“Ish gua males naik commuter. Jam segini pasti lagi rame-ramenya” kata Wira. “Iya dah serah lu” kata Yudhistira. “Eh bang, lo harus tau bayaran lo berapa” kata Wira dengan semangat. “Berapa? Rate kita tuh 1 juta buat dua lagu kan ya?” Kata Hasta.
“Iya. Tapi, mereka mau bayar kalian 1 juta untuk satu lagu. Dan mereka mau kalian bawa 3 lagu, which mean kalian bakal dapet 3 juta” kata Wira. “HAH??” seru kelimanya bersamaan. “SERIUS LO WIR??” tanya Yohan. “DUA RIUS” seru Wira pada Yohan. “Anjir, akhirnya gue bisa ganti senar si epen” kata Dika sambil pura-pura menangis.
“Epen siapa njir?” Tanya Yudhistira. “Nih gitar gua, namanya Epen. Diambil dari Fender, yaa walaupun second sih, gapapa lah” kata Dika sambil memamerkan gitar kesayangannya. “Malah makin keren ga sih kalo gitar lama gitu?” Kata Yohan. “Iya, Yo. Makin bagus suaranya anjir kalo gitar second tuh” kata Dika dengan semangat.
“Kalian pilih aja lagunya. Pake baju yang keren tapi santai ya. Nanti gua sama Yudhis bakal jemput kalian” kata Wira. “Lo ganti-ganti nama panggilan gua ya. Tadi Tira, sekarang Yudhis” kata Yudhistira. “Gapapa. Tandanya gue sayang sama lo” kata Wira. “EW PLIS MENJAUH AJA LO SANA” kata Yudhistira dengan wajah yang pura-pura jijik terhadap Wira.
Ya inilah mereka, Teenagers, band pendatang baru yang penuh 'keceriaan' hehehehe...