The Best Autumn
“Ka Seonghwa... Ayo bangun.. Kakak harus siap-siap.” Seonghwa, pemuda berambut hitam legam itu berusaha membuka matanya dan terbangun ketika mendengar panggilan dari managernya, Yeosang. “Bentar, 5 menit lagi” kata Seonghwa.
“Pertemuan kakak dengan tuan Kim akan digelar dalam 1 jam lagi. Kita harus cepat” kata Yeosang. “Siapa saja yang bekerja sama dengan tuan Kim dalam peluncuran fashion terbarunya?” Tanya Seonghwa. “Model pendatang baru, namanya Cyrille. Rumornya, kakak dari Cyrille adalah kekasih tuan Kim” kata Yeosang.
“It just a rumor, Yeosang. Aku tau tuan Kim melihat orang tersebut dari kemampuannya” kata Seonghwa. “Dan sekarang, kakak harus mandi daripada mengoceh padaku. Ayo cepetan. Akan ku siapkan pancake rendah kalori dan oats untukmu” kata Yeosang sambil mendorong Seonghwa ke kamar mandi. “Iya iya bawel” kata Seonghwa.
“Kak, ga pake corset?” Tanya Yeosang. “Engga. Kan bukan lagi runaway” kata Seonghwa dengan santai. “Oke.. Aku akan menunggu di luar ruang rapat nanti ya ka. Aku udah janjian sama San” kata Yeosang. “San? Siapa dia?” Tanya Seonghwa. “Ah.. Dia kekasih Wooyoung, sekaligus manager Cryrille. Kakak inget Wooyoung kan? Chef restoran bintang lima yang selalu kita datengin kalo abis fashion week” kata Yeosang.
“Ah.. Aku inget dia. Aku jadi kangen masakan Wooyoung” kata Seonghwa. “Habis proyek ini, kita akan makan kesana” kata Yeosang. “Janji ya?” Tanya Seonghwa. “Iya ka. Emangnya aku pernah ingkar janji?” Tanya Yeosang. “Engga sih HAHA.. You're the best manager that I ever had.” kata Seonghwa.
“Kita sudah sampai ka” kata Yeosang sambil memarkirkan mobilnya. “Oke” kata Seonghwa yang merapikan sedikit tatanan rambutnya dan memeriksa riasannya. Kemudian, setelah dirasa rapi, Seonghwa pun keluar dari mobilnya. “Mataharinya lagi cerah banget” kata Seonghwa.
“Mau pake payung ka?” Tawar Yeosang. “Gausah. Yuk masuk” kata Seonghwa. Saat mereka hendak masuk ke dalam gedung, ada mobil van lain yang parkir di sebelah mobil van mereka. “Itu kayanya Cyrille” kata Yeosang. “Kalo gitu, kita harus menyambutnya” kata Seonghwa.
Dari mobil van tersebut, keluarlah seorang pemuda dengan warna rambut seperti Seonghwa, diikuti oleh seorang pemuda tinggi dengan rambut berwarna abu. “Yeosang, Cyrille yang mana?” Tanya Seonghwa pada Yeosang. Namun, Seonghwa tidak mendapat jawaban. Yang ia dapati adalah Yeosang yang diam dan raut wajahnya yang tampak kebingungan.
“Halo, anda tuan Seonghwa? Senang bertemu dengan anda. Saya San, manager dari tuan Cyrille. Ah dan ini adalah tuan Mingi, kakak dari tuan Cyrille” kata seorang pemuda dengan rambut hitam atau San.
“Halo tuan Park. Senang bertemu dengan anda secara langsung” kata Mingi, pemilik rambut abu itu sambil mengulurkan tangannya pada Seonghwa. “Halo tuan Mingi” kata Seonghwa sambil membalas uluran tangan Mingi. “Senang sekali bisa melihat anda secara langsung. Aku Cyrille. Aku banyak belajar dari anda” kata Cyrille pada Seonghwa.
“Panggil kakak saja” kata Seonghwa. “Tentu. Terima kasih” kata Cyrille. Pandangan yang awalnya ramah terhadap Seonghwa, tiba-tibe berubah menjadi tajam ketika melihat Yeosang. Seonghwa cukup terkejut dengan perubahan pada Cyrille. “Well, look. Who's here?” kata Cyrille. “Jongho..” panggil Yeosang.
“Your Jongho is dead. I still remember how you leave me alone in Christmas when I said I want to be a model” kata Cyrille. “Whaㅡ Yeosang, please explain to me” kata Seonghwa. “I think both of you should go now. Hongjoong wait for you” kata Mingi yang berusaha menghentikan ketiganya.
Cyrille kemudian melangkah masuk ke dalam gedung bersama dengan Mingi. “Yeosang? Are you okay?” tanya Seonghwa. “I'm okay. You should go, Kak. Aku akan menunggu” kata Yeosang. “After this, let's grab a meal” kata Seonghwa. “Sure” kata Yeosang.
Yeosang dan Seonghwa memutuskan untuk makan di restoran Wooyoung. Seonghwa memesan ruang VIP agar mereka bisa berbicara dengan lebih tenang. “So, please tell me” kata Seonghwa. “Cyrille.. Bukan, nama aslinya Jongho. Aku mengenalnya ketika kami berkuliah di Korea. Kami bertemu di kelas vokal.
Jongho adalah orang yang pemberani, jika aku bisa bilang seperti itu. Banyak mencoba tantangan baru, berani mengambil resiko dan sedikit keras kepala. Kami berpacaran setelah mengenal selama 3 bulan.
Kemudian, di hari ulang tahunnya, Jongho mengatakan ia ingin menjadi model suatu hari. Aku terkejut saat itu. Aku berpikir bahwa model identik dengan perempuan dan bukan pria. Sejak saat itu, aku tidak antusias dalam menjalin hubungan dengannya.
Kemudian, hari natal tiba. Jongho mengajakku untuk melihat pohon natal terbesar di Seoul. Aku mengiyakannya, tapi aku tidak memberitaunya bahwa aku hendak memutuskannya dan kabur ke Paris. Jadi ketika hari natal, kami berjanji bertemu di jam 10 pagi. Dan aku pergi ke Paris dari jam 7 pagi.
Ketika aku sampai di Paris, Jongho mengirimiku banyak pesan. Dan ternyata ia menungguku sampai tengah malam. Tapi aku tidak peduli saat itu, harga diriku dipertaruhkan. Jadi aku membalasnya dengan ajakan untuk mengakhiri hubungan kami dan aku menonaktifkan nomor lama dan sosial mediaku agar dia tidak bisa mencariku” cerita Yeosang panjang lebar.
“Wah...” Seonghwa tidak dapat berkata-kata mendengar cerita Yeosang. “Brengsek banget lo” kata Seonghwa. “Aku tau. Dua bulan tinggal di Paris, mataku terbuka lebar. Bahwa pria bisa menjadi model juga. Aku merasa bersalah padanya, sangat bersalah. Dan akhirnya aku mencari cara menjadi seorang manager untuk model pria. Itu satu-satunya cara agar aku bisa menebus kesalahanku padanya” kata Yeosang.
“Aku pengen omelin kamu. Tapi takut ada paparazzi” kata Seonghwa. “Kamu boleh marahin aku di rumah, ka” kata Yeosang sambil tersenyum kecut. “Selamat siang~~~ Aduh maaf ya aku baru sempet ketemu kalian!!” Seonghwa dan Yeosang menoleh ke arah pintu VIP yang terbuka dan mendapati Wooyoung, chef sekaligus pemilik restoran ini.
“Halo Wooyoung!! Udah lama ga liat kamu” kata Seonghwa. “Iya nih ka Seonghwa sibuk banget” kata Wooyoung sambil mengerucutkan bibirnya. “Eh, ini siapa Woo?” Tanya Yeosang ketika melihat sosok tinggi yang mengikuti Wooyoung. “Oh ya. Kenalin, ini saudara kembarku. Namanya Yunho” kata Wooyoung.
“HAH? KEMBAR?” tanya Seonghwa dan Yeosang bersamaan. “Hehe... Ya begitu deh. Yunho ini vice president dari perusahaan hotel terkenal. Terus restoran ini juga under nama dia, karna aku ga ngerti pembayaran pajak dan lainnya jadi begitu deh, Yunho yang ngurus” kata Wooyoung.
“Selamat siang, saya Jung Yunho. Senang bertemu dengan anda” kata Yunho. “Selamat siang, saya Seonghwa dan ini manager saya Yeosang” kata Seonghwa. “Wooyoung banyak bercerita tentang anda, model Park. Senang bertemu dengan anda” kata Yunho sambil mengulurkan tangannya. “Terima kasih banyak tuan Jung” kata Seonghwa sambil membalas jabatan tangan Yunho.
“Silahkan nikmati makan siang kalian. Aku harus kembali ke dapur” kata Wooyoung. “Kamu, disini aja. Temenin ka Hwa sama Yeosang. Mereka tamu spesialku” kata Wooyoung sambil menepuk bahu Yunho, dan pergi keluar dari ruangan VIP.
“Oh, wait, management menghubungiku. Aku tinggal sebentar ya” kata Yeosang sambil membawa ponselnya dan pergi keluar ruangan. “So, model Park, sepertinya tinggal kita berdua di ruangan ini” kata Yunho setengah tertawa. “Mereka punya kesibukan masing-masing. Aku salut dengan Wooyoung yang masih bisa tersenyum bahkan ketika pelanggan memarahinya” kata Seonghwa.
“Betul. Dia memang menyukai pekerjaannya itu. Aku juga kagum pada managermu. Dari cerita Wooyoung, sepertinya dia sangat berdedikasi dengan pekerjaannya” kata Yunho. “Ada alasan dibalik itu semua ternyata” kata Seonghwa. “Model Park, apa kesibukanmu saat ini?” Tanya Yunho.
“Aku akan jadi model untuk peluncuran fashion terbarunya H.J” kata Seonghwa. “Ah milik Ka Hongjoong ya?” Tanya Yunho. “Kamu mengenalnya?” Tanya Seonghwa. “Tentu saja. Mingi, kekasihnya ka Hongjoong adalah sahabatku dari kecil. Dan aku pernah ikut organisasi yang sama dengan ka Hongjoong” kata Yunho.
“Wah dunia sempit sekali” kata Seonghwa. “Betul. Aku juga tidak menyangka” kata Yunho sambil tertawa. “Ah, betul. Tidak usah formal denganku, tuan Jung. Kamu bisa memanggilku dengan Seonghwa atau Kakak, karena aku seumuran dengan Hongjoong” kata Seonghwa. “Begitu pun denganmu, Ka Seonghwa. Kakak boleh memanggilku dengan Yunho” kata Yunho.
Cyrille, atau yang bisa dipanggil Jongho memandang daun yang berguguran melalui jendela apartemennya. Apartemen ini merupakan apartemen mewah milik kakaknya, dan Jongho hanya menumpang tinggal disini.
Jongho memandang daun yang berguguran tersebut sambil menenggak Champagne. Alkohol menjadi pelariannya saat ini, ketika ia sedang memiliki banyak pikiran di kepalanya. “Jongho, udah cukup. Kamu nanti mabuk” kata San pada Jongho.
Jongho berdecih kemudian menuang cairan dari botol ketiganya. “Champagne tidak akan membuatku mabuk ka” kata Jongho. “Bisa aja. Kalau kamu minumnya banyak, kamu tetap bisa mabuk” kata San. San menghela nafasnya melihat Jongho yang tidak mendengarkannya dan malah menenggak habis gelas terakhirnya itu.
“Kamu belum makan, tapi perutmu udah diisi alkohol” kata San. “Biarkan saja. Aku tidak lapar” kata Jongho. “Jongho, aku tidak tahu apa masalahmu dengan Yeosang, tapi tolong makan. Kakakmu akan memarahiku jika kamu tidak makan” kata San. “YOU CAN'T SAY HIS NAME!!” seru Jongho tiba-tiba pada San.
San yang terkejut pun akhirnya terdiam. Dalam karirnya menjadi manager untuk Jongho, pertama kalinya Jongho berteriak padanya. “Baby, you can't yell to San. He's older than you.” Jongho dan San menengok ke arah sumber suara, dan ternyata itu Hongjoong, kekasih Mingi sekaligus pemilik brand clothing dimana Seonghwa dan Jongho bekerja sama.
“Apologize to him” kata Hongjoong. “Sorry” kata Jongho pelan. “It's okay. I understand that you need some personal space, but as your manager, I have a duty to take care of you. So, please take your lunch and stop drinking that alcohol” kata San sambil mengelus rambut Jongho.
Jongho pun akhirnya pergi ke ruang makan dan mulai memakan makanan yang sudah dibuat oleh pelayan di apartemen Mingi. “Kakak tau masalah Jongho dan Yeosang?” Tanya San pada Hongjoong. “Tentu saja. Kamu pikir siapa yang jemput Jongho di bandara waktu dia sampai disini pertama kali? Ya aku. Mingi ada rapat waktu itu” kata Hongjoong.
“Jongho, pasti kecewa saat itu” kata San. “Dia kecewa, tapi dalam hati terdalamnya, dia ingin bertemu dengan Yeosang. Memakinya dan kemudian menata kisah baru bersamanya. Jongho boleh kecewa, tapi keinginannya menjadi model lebih kuat dibandingkan mengurusi rasa kecewanya” kata Hongjoong.
“Apa yang harus kita lakukan ka?” Tanya San. “Tidak usah. Jika Yeosang memang tulus untuk menerima maaf dari Jongho, dia pasti akan mulai memikirkan apa yang harus dilakukannya” kata Hongjoong.
Di tempat yang lain, setelah menerima telepon dari management, Yeosang tetap berdiam diri di belakang restoran milik Wooyoung. Kebetulan, di belakang restoran, terdapat taman yang cukup luas. Wooyoung sengaja membuat taman itu agar semua pelanggannya bisa menikmati waktu healing walaupun hanya sebentar.
“Kamu udah sampai tahap ini ternyata” kata Yeosang sambil mengelus lock screen ponselnya. Yeosang mencari foto Jongho dan memilih yang terbaik untuk dijadikan lock screen pada ponselnya. “Aku pengen denger ceritamu. Cerita perjuanganmu sampai ada di titik ini. Apakah aku punya kesempatan, Jongho?” Monolog Yeosang.
Tiba-tiba, Yeosang mendapatkan notifikasi pesan dari San. Yeosang mengerutkan dahinya, kemudian ia pun tersenyum cerah.
“Ka Hongjoong bilang, mereka akan meeting tanggal 17 besok. My model really likes Ice Americano“
Tanggal 17 itu pun datang. Seonghwa dan Yeosang memutuskan datang lebih awal dari jadwal yang telah dijanjikan. “Kakak bisa masuk lebih awal, aku mau beli kopi dulu” kata Yeosang. “Sejak kapan kamu suka kopi?” Tanya Seonghwa. “Ah bukan buatku, ini buat Cyrille” kata Yeosang.
“Jadi, ada kemajuan?” Tanya Seonghwa. “I don't know. Lebih baik dicoba daripada tidak sama sekali” kata Yeosang. “Okay. Tapi, supaya tidak obvious, lebih baik kamu belikan semua kopi. Rapat hari ini akan ada Hongjoong, aku, Cyrille dan fotografer nanti” kata Seonghwa sambil memberikan kartu kreditnya pada Yeosang.
“Belikan kopi untuk Cyrille dengan uangmu sendiri, dan sisanya gunakan kartuku” kata Seonghwa. “Oke!! Terima kasih banyak ka!!” Seru Yeosang sambil keluar dari mobil. Seonghwa terkekeh dan ikut keluar dari mobil. Seonghwa memutuskan untuk naik ke lantai atas, ke tempat dimana rapat akan dilakukan.
“Hey Hwa!! Cepet banget sampenya” kata Hongjoong. “Iya, sengaja. Aku bawa kopi buat yang lain” kata Seonghwa. “Hoo, terus kopinya mana?” Tanya Hongjoong. “Lagi dibeli sama Yeosang” kata Seonghwa. “Hoo okay. Eh bilangin Yeosang dong, aku kurang suka kopi. Tolong beliin yang lain aja” kata Hongjoong.
“Tidak menerima permintaan tambahan” kata Seonghwa. “Cih pelit” kata Hongjoong. Tidak berapa lama, pintu ruang rapat kembali dibuka dan ada Jongho beserta Mingi yang datang kesana. “Selamat pagi Ka Hongjoong, Selamat pagi ka Seonghwa!!” Seru Jongho dengan semangat. “Selamat pagi Cyrille dan selamat pagi untuk Tuan Song” kata Seonghwa.
“Selamat pagi untukmu juga Model Park” kata Mingi. Mingi menghampiri Hongjoong dan mengecup dahinya. “Aku jemput nanti ya” kata Mingi. “Okay” kata Hongjoong. “AKU AKU??? AKU GA DICIUM JUGA??” seru Jongho. “Aduh bayi banget” kata Mingi sambil mengecup kepala Jongho juga.
Setelah Mingi pergi meninggalkan ruang rapat, Hongjoong berniat memulai rapat itu. “Kita tidak menunggu fotografer?” Tanya Jongho. “Tidak perlu. Tadi fotografernya mengatakan bahwa ia ada urusan mendadak hari ini” kata Hongjoong. “Hooo baiklah” kata Jongho.
Hongjoong pun mempresentasikan pakaian yang akan dipromosikan. “Tema pakaian yang akan kalian promosikan merupakan pakaian untuk natal nanti. Konsep yang akan gunakan adalah memories. Jadi lebih kepada bagaimana kenangan di masa lalu adalah bagian dalam diri kita yang tidak terpisahkan.
Maka dari itu, aku akan menggunakan konsep fashion pada tahun 80an. Dan yang jadi highlight dalam perayaan natal tahun ini adalah vest. Jadi untuk pemotretannya kurang lebih kalian akan menggunakan turtle neck kemudian dilapis vest dan menggunakan coat atau jaket parka. Dan kalian akan menonjolkan vest” kata Hongjoong panjang lebar.
“Good idea. Mungkin kita bisa menggunakan warna-warna seperti coklat atau putih supaya suasana memori itu semakin kuat. You know, kalau pakaian lama yang disimpan, biasanya warnanya akan memudar. Dan warna-warna coklat seperti caramel, carob atau brunette akan cocok” kata Seonghwa.
“Aku setuju dengan Ka Seonghwa. Tapi mungkin kita bisa menggunakan warna merah. Karena ini adalah momen natal, dan natal identik dengan warna merah. Mungkin bisa disesuaikan dengan warna merah yang lebih gelap dan tidak terlalu terang, seperti brick, sangria or wine” kata Jongho.
“Ide bagus. Kebetulan aku belum memikirkan untuk warna. Mungkin saran kalian bisa ku tampung terlebih dahulu” kata Hongjoong. “Aku setuju dengan idemu dimana kita menonjolkan vest tersebut. Karena, vest bisa memberikan rasa hangat dan rasa hangat itu bisa membuat seseorang bernostalgia mengenai kenangannya di masa lalu” kata Seonghwa. “Oke oke. Ide kalian bagus. Great job, Park, Cyrille” kata Hongjoong.
Kemudian, ruang rapat pun diketuk. Seorang wanita yang merupakan asisten Hongjoong pun masuk ke dalam ruangan rapat. “Permisi, saya membawa minuman” kata asisten Hongjoong. “Oh Terima kasih Lucy” kata Hongjoong. “Terima kasih kembali, Ka Hongjoong” kata wanita itu atau Lucy.
“Silahkan diminum kopinya” kata Hongjoong. Jongho tentu saja langsung mengambil Ice Americano kesukaannya. Matanya menatap pada gelas tersebut dan baru menyadari jika ada tulisan di gelas tersebut. Jongho langsung meminumnya sampai setengah untuk membaca tulisan tersebut sampai jelas.
“Have a nice day, Cyrille ♡ I'm sorry for our past You're a great model I'm proud of you“
Jongho pun tanpa sadar matanya berkaca-kaca. Hongjoong dan Seonghwa yang melihatnya dari jauh, hanya terdiam dan tersenyum kecil. “Aku mau ke toilet sebentar” kata Jongho sambil beranjak dari kursinya. “Dia tau itu dari Yeosang?” Tanya Seonghwa. “Pasti. Tidak ada seorang pun yang bisa membuatnya menangis, kecuali Yeosang” kata Hongjoong.
Jongho mengambil tisu yang ada di washtafel toilet dan berusaha menyeka air matanya secara hati-hati agar tidak merusak make up yang sudah dikenakannya. “Haish.. Cheer up, Cyrille!! Ayo semangat. Jangan loyo gitu aja” kata Jongho sambil menepuk-nepuk pipinya.
Tiba-tiba pintu toilet pun terbuka. Betapa terkejutnya Jongho ketika mendapati Yeosang yang masuk ke toilet. “A-Ah.. I'm so sorry. Please take your time” kata Yeosang sambil menutup pintu toilet. “Ka Yeosang” panggil Jongho. Yeosang pun berhenti menutup pintu toilet tersebut.
“Thank you for the coffee” kata Jongho. “No need to say thank you. Just, contact me if you need more caffeine” kata Yeosang yang masih berdiam diri di depan toilet. Keduanya terhalang oleh pintu toilet yang setengah tertutup itu. “Ka Yeosang” panggil Jongho lagi. “Ya??” Jawab Yeosang. “Come to my place. Tomorrow” kata Jongho.
Yeosang pun terkejut dengan permintaan Jongho. Karena terlalu terkejut, Yeosang tidak sadar bahwa Jongho membuka pintu toilet dan membuat Yeosang jatuh tersungkur di lantai. “Be careful” kata Jongho ketika mendapati Yeosang yang jatuh tersungkur di hadapannya. Jongho pun melangkah keluar dari toilet dengan penuh percaya diri.
Yeosang pun mendudukan dirinya di depan toilet. “Wah gila. Jongho gila banget. He's amazing” kata Yeosang sambil tersenyum.
Selesai rapat, Yeosang segera mengantarkan Seonghwa ke rumah. Karena Seonghwa memutuskan untuk istirahat sebelum pergelaran Musim Dingin, Seonghwa tidak memiliki kegiatan apa-apa. “Ehm.. Ka Seonghwa” panggil Yeosang dari kursi kemudi. “Hm?? Kenapa??” Tanya Seonghwa dari kursi penumpang.
“Aku... Besok izin tidak masuk ya?” Tanya Yeosang hati-hati. “Kenapa?” Tanya Seonghwa. Seonghwa tidak melarang Yeosang tentu saja. Ia sudah menganggap pria yang lebih muda darinya itu sebagai adik. Ia hanya heran, karena tidak biasanya Yeosang izin untuk libur. “Aku.. mau bertemu Cyrille” kata Yeosang pelan.
Seonghwa pun tersenyum hangat, ternyata segelas kopi membawa kesempatan pada Yeosang untuk meminta maaf pada Cyrille. “Sure, Go ahead. Kalau ada kesempatan, manfaatkan baik-baik” kata Seonghwa. “Are you sure, Ka??” Tanya Yeosang. “Iya.. Lagian, aku juga punya janji besok” kata Seonghwa.
Ternyata beberapa menit yang lalu, ia mendapat ajakan dari Yunho untuk bercengkrama bersama. Seonghwa mengiyakan bahkan sebelum Yeosang meminta izin padanya.
“Let's go to Le Marais. I know a good place to take a brunch. See you“
Keesokan harinya, Yeosang datang pukul 8 pagi ke kediaman Mingi dan Jongho. Tangannya saling bertautan, rasa gugup itu tentu ada, mengingat sudah lama ia tidak bertemu Jongho.
Cintanya.
Yang pernah terluka olehnya.
“Oh kamu sudah datang Yeosang.” Yeosang menengok dan mendapati Mingi yang turun dari lantai dua apartemen mewah tersebut. “Iya tuan Song” kata Yeosang. “Tidak usah formal. Aku berusia sama denganmu” kata Mingi. “A-Ah.. Baiklah Mingi” kata Yeosang. “Kebetulan aku akan pergi ke luar kota hari ini. Hongjoong juga sepertinya akan sibuk di studionya hari ini. Jadi, tolong jaga Jongho ya” kata Mingi.
“Tentu saja. Aku akan menjaga Jongho” kata Yeosang. Tentu ketika pertama kali bertemu dengan Yeosang di Paris, Mingi rasanya ingin memukul wajah itu. Beraninya orang tersebut meninggalkan adiknya di tengah musim dingin dan mematahkan hatinya. Namun, Mingi mengenal adiknya. Mingi tahu adiknya selalu mencintai Yeosang, dan ia tidak mau menyakiti adiknya. Maka dari itu, ia membiarkan Yeosang bertemu adiknya. Lagian, adiknya sudah dewasa dan tahu jalan apa yang harus diambilnya.
“Kalau mau minum, ada sparkling water di kulkas. Ada juga champagne, wine ambil aja ya kalau mau minum” kata Mingi. “Okay” kata Yeosang. “Listen to me. This is your last opportunity. If you break his heart again, I'm gonna burying you alive” kata Mingi. Yeosang mengangguk dan Mingi pun beranjak pergi dari apartemennya.
Tidak berapa lama, terdengar suara pintu yang terbuka. Jongho pun turun dari lantai dua kamarnya sambil mengucek matanya. “Good morning, Cyrille” kata Yeosang. “Hng... Good morning, Ka Yeosang” kata Jongho. Jongho pun beranjak menuju meja makan. Ia menarik kursinya dan duduk di kursinya sambil menidurkan kepalanya di meja makan.
“What do you eat for breakfast?” tanya Yeosang. “Choco low fat milk, please. Di kulkas kedua” kata Jongho. Yeosang membuka salah satu kulkas di dapur dan menemukan sekotak susu low fat rasa coklat. Yeosang menuangkannya ke gelas dan memberikannya pada Jongho. Jongho pun duduk dengan tegak dan mulai meminum susunya.
Hening pun melanda keduanya. Yeosang yang gugup untuk berbicara dengan Jongho dan Jongho yang belum ingin berbicara. “Ka Yeosang” panggil Jongho. “Iya??” Tanya Yeosang. “Why you called me with Cyrille? Not Jongho” tanya Jongho. “I thought you will hate me if I called your real name. I know that you already hate me, but.. Yah you know, aku ga mau kamu makin benci sama aku” kata Yeosang.
“I hate you” kata Jongho. “I know. At the moment I'm arrived here, I'm really shock when I see too many male models here. Aku menyesal tentu saja padamu. Tapi, aku bisa apa? So, I'm tried to be a manager for male model. And then, I meet Ka Seonghwa. He's the best model ever” kata Yeosang.
“Aku ga akan ngelarang kamu untuk benci sama aku. Itu konsekuensi aku. Menyaksikan video-videomu berjalan di cat walk selalu membuatku terkagum. You indeed born to be a model” kata Yeosang lagi sambil tersenyum. “Can I say something?” tanya Jongho. “Sure” kata Yeosang.
“I really hate you. I really really hate you” kata Jongho. Yeosang terdiam. Ia tau, kesalahannya sangat besar di masa lalu dan sudah sewajarnya Jongho membencinya. “But, I'm a fucking stupid person, because I'm still love you” kata Jongho.
Yeosang terkejut dengan pengakuan Jongho. “A-Are you serious?” tanya Yeosang. “Of course” kata Jongho dengan mantap. “Can I hug you?” tanya Yeosang. Jongho pun merentangkan tangannya dan Yeosang segera menghampirinya. Yeosang memeluk tubuh Jongho dengan erat, menghirup aroma yang sudah lama dirindukannya.
“I'm sorry. For breaking your heart. For leaving you alone” kata Yeosang sambil mengecup kecil pipi Jongho. Begitu juga Jongho yang memeluk erat Yeosang. Tangannya meremas baju bagian belakang Yeosang. “I miss you” kata Jongho pelan. Tanpa sadar Jongho meneteskan air matanya ketika mendapati Yeosang dalam pelukannya.
“Please don't cry, baby. I'm here and I miss you too” kata Yeosang sambil menghapus air mata Jongho. Jongho pun mengelap air matanya dan tersenyum pada Yeosang.
Di sisi lain, Seonghwa mengeratkan coatnya ketika berjalan mendekati Le Marais. Angin musim gugur berhembus dan ia kurang suka dengan cuaca yang dingin. Tangannya mengambil ponselnya dengan cepat ketika ia merasa adanya getaran dari sana.
“Square Charles-Victor Langlois. I'm using black coat“
Seonghwa tersenyum kemudian kakinya melangkah lebih cepat menuju lokasi taman yang disebutkan oleh Yunho. Ketika ia sampai di taman, ia dengan mudah melihat Yunho yang sedang memegang tablet di tangannya. “Yunho!!” Panggil Seonghwa.
Yunho yang mendengar namanya dipanggil pun segera menoleh dan mendapati Seonghwa dengan coat coklat dan beret merah menghampirinya. “Oh!! Ka Seonghwa!!” Balas Yunho. Seonghwa dengan cepat menghampiri Yunho dan Yunho pun memeluk Seonghwa sekilas.
“Sudah menunggu lama?” Tanya Seonghwa. “Tidak. Aku juga baru sampai” kata Yunho. “Kita mau kemana, Yunho?” Tanya Seonghwa. “Ke Yann Couvreur Pâtisserie. Harusnya jam segini mereka sudah buka. Aku dan Wooyoung terkadang makan disana jika ingin makan pastry. You know, he can't made a pastry” kata Yunho. “Iya juga ya. Dia bisanya bikin makanan savory gitu” kata Seonghwa.
Yunho pun mengulurkan tangannya pada Seonghwa. “Can I hold your hand? If you don't mind of course” kata Yunho. “Sure” kata Seonghwa sambil memegang tangan Yunho. Keduanya berjalan menikmati cuaca yang tidak begitu terik. Saat mendekati Yann Couvreur Pâtisserie, Seonghwa dapat menghirup aroma khas kue yang sedang dipanggang. “Silahkan masuk” kata Yunho sambil membuka pintu untuk Seonghwa. “Merci bien” kata Seonghwa sambil terkekeh.
Yunho membawa Seonghwa mendekati etalase kaca berisi kue-kue hangat. “Kamu mau apa? Pilih dulu aja baru kita ngantri. Biar ga ganggu orang lain” kata Yunho. “Oke. By the way, yang paling terkenal disini apa?” Tanya Seonghwa.
“Paris Brest. Tapi tidak ada di etalase. Kita harus memesannya langsung. Baba Au Rum juga enak. Tapi aku biasanya pesan Tarte Citron Vert atau Tarte Pistache. Dan pastinya croissant” kata Yunho. “Aku mau Baba Au Rum deh. Mungkin aku juga akan pesan Paris Brest untuk Yeosang” kata Seonghwa.
“Oke” kata Yunho. Karena baru buka, belum banyak pelanggan yang datang, sehingga keduanya tidak perlu mengantri terlalu lama. Yunho memesan pesanan mereka dan pelayan segera menyiapkan pesanan keduanya. “Aku akan transfer untuk pesananku dan Yeosang” kata Seonghwa. “Tidak perlu. Aku yang mengajakmu, jadi, aku yang bayar” kata Yunho. “Terima kasih banyak Yunho” kata Seonghwa. “No problem” kata Yunho.
Seonghwa dan Yunho pun mengambil tempat duduk di dekat jendela. Seonghwa menyendok Baba Au Rum yang dipesannya dan memakannya. “Mmm!! So delicious!!” pekik Seonghwa. “Iya kan???” Kata Yunho. “Iya!! Makasih banyak Yunho udah bawa aku kesini” kata Seonghwa. “Your welcome” kata Yunho.
Seonghwa pun kembali memakannya dengan semangat. “Eum.. Ka Seonghwa, can I ask you something?” Tanya Yunho. “Sure. Just ask anything” kata Seonghwa. “Okay.. Heum.. Do you have a boyfriend?” tanya Yunho. “Boyfriend in friendship term or in love relationship?” tanya Seonghwa memastikan.
“In love relationship” kata Yunho. “Engga. Aku hampir tidak pernah memiliki pasangan. Karena aku punya karir yang bagus dan banyak yang ragu untuk mendekatiku” kata Seonghwa. “Ah.. Eum.. Can I have a special relationship with you?” tanya Yunho. Seonghwa pun tersedak dengan minuman yang sedang diminumnya.
“Gimana?” Tanya Seonghwa. “I like you, model Park. I want to have special relationship with you, if you don't mind. Can I?” Kata Yunho.
Yeosang menjemput Seonghwa di restoran Wooyoung. Yeosang kurang paham kenapa Seonghwa berakhir di restoran milik Wooyoung. “Sampai jumpa Yunho, Wooyoung” kata Seonghwa sebelum masuk ke mobil. “Kita langsung pulang, Ka?” Tanya Yeosang. “Iya” kata Seonghwa.
“How's your day?” Tanya Yeosang. “Yeosang, Yunho ask me to go out with him” kata Seonghwa. “What do you mean?” tanya Yeosang. “Yunho ask me to date with him” kata Seonghwa. “WHAT?? ARE YOU SERIOUS?” tanya Yeosang. “Iya??” Kata Seonghwa dengan bingung.
“Wait wait. Kamu selalu mengabaikan orang yang ingin dekat denganmu. Kenapa tiba-tiba mau pacaran dengan Yunho?” Tanya Yeosang. “Not yet, Yeo. Baru tahap saling mengenal” kata Seonghwa. “Sama saja. Kenapa?” Kata Yeosang. “Just, I don't know. Aku merasa Yunho akan jadi orang yang mampu memahami aku” kata Seonghwa.
“Ya.. It's your choice, right? I hope the best for you, Ka” kata Yeosang. “Masih jauh dari pacaran. Kami baru saling mengenal. Aku akan coba menjalaninya” kata Seonghwa. “Oh ya, How about you?” Tanya Seonghwa lagi. “Aku dan Jongho sudah berbaikan. Dan kami setuju untuk mulai dari awal” kata Yeosang.
“It's a good news!! Congratulations” kata Seonghwa. “Thank you” kata Yeosang. “Jangan lakukan kesalahan yang sama loh” kata Seonghwa. “Iyalah. I'm not a stupid person” kata Yeosang. “Good” kata Seonghwa.
Keheningan pun melanda keduanya. Sampai, ketika Yeosang menghentikan mobilnya karena lampu merah yang menyala. Ia memandang langit yang berwarna jingga karena matahari yang terbenam. “Ka Seonghwa, hari ini, hari yang indah, bukan?” Tanya Yeosang. “Iya, hari yang indah. Musim gugur terbaik dalam hidupku” kata Seonghwa.