One Fine Day

Yeosang mengerang begitu sinar matahari menusuk matanya. Tangannya mengusak matanya pelan dan ia pun melihat jam meja yang ada di samping kasurnya.

Jam 05.30

Pantas saja. Matahari mulai terbit dan kamarnya menghadap persis dengan matahari terbit. Yeosang menengok ke sebelahnya dan mendapati Jongho, kekasih hatinya yang masih terlelap dengan nyaman.

“Sayang, ayo bangun. Udah setengah 6 loh” kata Yeosang. Jongho menggeliat sedikit dan merapatkan tubuhnya ke arah Yeosang. “Hng.. Ngantuk banget.. Aku semalem ngerjain pesenannya Nyonya Grace” kata Jongho. “Yaudah kamu buka tokonya agak siangan aja. Aku pergi duluan ya?” Tanya Yeosang.

“Ga mauu.. Nanti kalo ada yang pesen gimana?” Tanya Jongho. “Kan toko kita seberangan sayang. Aku pasti bisa liat kalo ada yang dateng ke tokomu” kata Yeosang. “Udah gapapa, kita pergi barengan aja. Aku tiduran dulu bentar” kata Jongho.

“Yaudah kalo gitu. Aku mandi dulu ya. Nanti abis mandi, aku bangunin kamu lagi” kata Yeosang sambil mengecup pelipis Jongho dan beranjak ke kamar mandi. Selepas kepergian Yeosang, Jongho perlahan mendudukan dirinya di kursi dan beranjak dari kamar menuju dapur.

Tangannya dengan cekatan mengambil tepung untuk pancake instant dan segera membuatnya. 4 pancake (2 untuk masing-masing orang) pun segera Jongho sajikan di piring. Jongho membuka kulkas dan mengambil raspberry serta blueberry untuk menjadi hiasan pada pancake buatannya.

“Oh iya aku harus ke toko tuan Will untuk membeli buah” kata Jongho. Jongho meletakan kedua buah tersebut di atas pancake, dan menaburkan gula halus serta menuangkan sirup maple kesukaan Yeosang. “Udah jadi!!” Seru Jongho. “Apa yang jadi, sayang?” Tanya Yeosang sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk.

“Pancake!! Ayo sarapan!!” Kata Jongho. Yeosang duduk di kursi yang berhadapan dengan Jongho dan mulai memakan pancakenya. “Emang ya, pancake buatan kamu paling enak sejagad raya” kata Yeosang. “Lebay sih, tapi makasih sayang” kata Jongho sambil tersenyum.

Setelah mereka selesai makan, Yeosang mencuci piring makan mereka dan Jongho pergi untuk mandi. “Yeosang, how do I look?” tanya Jongho dari kamar mereka. Yeosang berbalik dan rasanya Yeosang ingin pingsan sekarang juga melihat Jongho.

Jongho menggunakan dress berwarna kuning dengan gambar bunga-bunga kecil di keseluruhan dress tersebut. Yeosang ingat, ia membuat dress tersebut untuk Jongho pada musim semi lalu, dan kini Jongho menggunakannya, pada peralihan musim panas ke musim gugur.

“Sayang, you're so pretty. I know that the dress fit you up perfectly” kata Yeosang. Yeosang mencuci tangannya dan mendekati Jongho. “I really like the dress. You know my style” kata Jongho sambil tersenyum malu. “Of course I am. I'm a fashion designer, beside, I also your boyfie” kata Yeosang. “Hihi, thank you. Kita berangkat sekarang?” Kata Jongho. “Ayo” kata Yeosang.


Yeosang dan Jongho pun berjalan bersama menuju pasar di desa mereka. “Selamat pagi Yeosang, Jongho!!” Seru seorang petani buah dan istrinya. “Selamat pagi Tuan Will dan Nyonya Chloe!!” Seru Jongho. “Selamat pagi Tuan Will, Nyonya Chloe” sapa Yeosang.

“Buah apa yang akan dijual kali ini?” Tanya Jongho dengan semangat. “Aku masih ada semangka sisa musim panas kemarin. Harusnya sudah matang dengan baik sekarang” kata Nyonya Chloe. “Kamu mau semangka?” Tanya Jongho pada Yeosang. “Boleh deh. Nanti sore akan kami ambil ya Nyonya” kata Yeosang. “Siap kalo gitu. Kalau aku dan suamiku sudah pulang, kalian bisa mampir ke rumah” kata Nyonya Chloe. “Terima kasih Nyonya Chloe!!” Seru Jongho.

Yeosang dan Jongho pun melanjutkan perjalanan mereka. Mereka pun sampai di toko bernama 'YJ Mode' dan di seberangnya terdapat toko bernama 'Il Fiore'. Kedua toko itu merupakan milik Yeosang dan Jongho. Sebagai fashion designer, Yeosang memiliki toko pakaiannya sendiri. Yeosang juga seringkali diminta untuk membuat seragam untuk anak-anak sekolah.

Karena pekerjaannya sebagai fashion designer, Yeosang seringkali membuatkan gaun yang lucu untuk kekasihnya ketika ia tidak memiliki pekerjaan atau ketika ia tidak memiliki inspirasi. Jongho senang dengan bunga, maka dari itu, Yeosang sering membuat gaun bergambar bunga pada pakaian buatannya.

Sedangkan Jongho, merupakan florist terkenal di desa mereka. Hasil rangkaian bunganya sangat rapi, sehingga seluruh warga desa sangat mencintai hasil karya Jongho. Ketika ada acara besar, mereka pasti akan menggunakan jasa Jongho untuk merangkai bunga.

See you soon” kata Yeosang sambil mencium bibir Jongho sekilas. “Semangat untuk hari ini, sayang” kata Jongho sebelum dirinya pergi ke toko miliknya. “Kalian menggemaskan sekali” kata Nyonya Catherine, pemilik kedai kopi di samping toko milik Yeosang. “Terima kasih Nyonya. Jongho memang menggemaskan” kata Yeosang.


Jongho sedang mengikat beberapa bunga menjadi satu buket ketika dua orang anak kecil dengan jenis kelamin yang berbeda menghampirinya. Dua anak tersebut merupakan saudara kembar yang Jongho kenal baik. Nama mereka adalah Jane dan Jacob. “Hello twins” kata Jongho.

“Halo kakak!! Kita kesini mau beli bunga buat mama!! Hari ini mama ulang tahun” kata Jane dengan semangat. Jongho tertegun sebentar sebelum tersenyum pada saudara kembar ini. Ibu mereka meninggal tepat setelah melahirkan keduanya karena mengalami komplikasi. “Jadi, kalian mau beli bunga apa buat mama?” Tanya Jongho dengan senyuman.

“Menurut Kak Jongho, lebih baik bunga apa?” Tanya Jacob. “Apakah kalian mau duduk dengan manis ketika kakak akan membuat rangkaian bunga?” Tanya Jongho. “Tentu!!” Seru keduanya dan segera duduk di kursi yang terletak di hadapan meja kasir.

Jongho mulai mengambil beberapa tangkai bunga anyelir merah, bunga tulip merah dan bunga lily putih. Jongho merangkai ketiga bunga itu dan mengikatnya dengan pita berwarna putih. “Ka Jongho, boleh kami tau arti dari bunga-bunga itu?” Tanya Jane.

“Boleh, tentu saja. Bunga anyelir merah berarti kita tidak akan melupakan orang tersebut, bunga tulip merah menandakan rasa kasih sayang, dan bunga lily putih menandakan kesucian. Aku rasa, ketiga bunga ini sangat menggambarkan mama kalian” kata Jongho.

“Woah!! Arti bunganya cantik!!” Kata Jacob dengan semangat. Jongho pun menyelesaikan rangkaian bunganya dengan rapi dan memberikannya pada saudara kembar tersebut. “Bawanya hati-hati ya?” Kata Jongho. “Siap!! Abis dari pemakaman, kami akan pergi ke pasar malam!!” Seru Jacob. “Ada pasar malam ya?” Tanya Jongho.

“Iya!! Di lapangan ada pasar malam. Ayah bilang, kami bisa makan permen kapas yang sangat enak!!” Kata Jane. “Haha permen kapas memang enak, tapi jangan lupa sikat gigi setelah makan permen, twins” kata Jongho sambil mencubit main-main hidung keduanya. “Oh ya, ini uangnya Ka Jongho. Terima kasih!! Kami pergi dulu” kata Jane dengan semangat sambil memberikan beberapa lembar uang.

Jongho tersenyum ketika menerima lembaran uang tersebut. Sebenarnya, uang yang diberikan oleh Jane itu kurang, tapi Jongho menghargai niat Jane yang ingin membayarnya. “Aku lihat si kembar keluar dari tokomu” kata Yeosang yang masuk ke tokonya. “Iya, mereka beli bunga tadi” kata Jongho.

“Oh iya, kamu ada acara apa hari ini?” Tanya Jongho. “Hm.. Ga ada sih kayanya. Tadi sekolah minta aku perbaiki beberapa seragam musim dingin yang rusak, tapi sudah selesai ku kerjakan” kata Yeosang. “Kita ke pasar malam yuk!! Kata Jane ada pasar malam di lapangan” kata Jongho. “Boleh. Mau pake baju kembaran?” Tanya Yeosang. “OF COURSE” kata Jongho dengan gemas.


Malam harinya, Yeosang dan Jongho pergi ke pasar malam. Yeosang menggunakan kemeja berwarna putih gading dan celana berwarna khaki, sedangkan Jongho menggunakan gaun dengan panjang sebetis berwarna cream dan beret berwarna putih.

Yeosang menggandeng tangan Jongho yang lebih kecil menuju pasar malam diselenggarakan. “Kamu mau beli apa?” Tanya Yeosang. “Susu panas? Kayanya enak deh diminum malam-malam gini” kata Jongho. “Ide bagus. Aku beli sandwich buah nanti” kata Yeosang.

Sesampainya di pasar malam, Yeosang segera membeli tiket masuk dan keduanya pun masuk ke pasar malam. “Ayo beli sandwich buah dulu” kata Jongho. Keduanya segera beranjak menuju pedagang sandwich buah. “Apakah kalian pasangan?” Tanya pedagang tersebut. “Tentu saja, tuan” kata Yeosang. “Karena kalian pasangan, aku akan memberikan diskon 50 persen untuk kalian” kata pedagang tersebut.

“Benarkah?? Terima kasih!!” Seru Jongho. “Terima kasih banyak tuan” kata Yeosang. “Terima kasih kembali. Semoga kalian terus bersama ya!!” Seru pedagang tersebut. “Ayo beli susu coklat panas dan kita makan di bangku itu” kata Yeosang. Jongho pun mengangguk dan mengikuti Yeosang menuju pedagang minuman. Segelas susu coklat panas dan teh hangat pun mereka beli.

“Eum.. Enak banget!!” Kata Jongho. “Eh asli deh ini beneran enak banget. Kok pedagangnya jual murah ya?” Tanya Yeosang bingung. “Karena kita pasangan katanya” kata Jongho sambil terkekeh. “Ngingetin dia sama masa lalu kali ya” kata Yeosang asal. Jongho hanya tertawa mendengar celutukan asal Yeosang.

“Sebelum pulang, kita harus main dulu” kata Yeosang. “Main apa?” Tanya Jongho. “Itu” kata Yeosang sambil menunjuk sesuatu dengan dagunya. Jongho menengok, dan ternyata Yeosang menginginkan mereka menaiki bianglala. “Oke, kita naik bianglala” kata Jongho.


Keduanya kini sudah berada dalam satu kapsul bianglala. Kapsul dalam bianglala tersebut hanya bisa dinaiki oleh dua orang, dan semuanya dilapisi oleh kaca, kecuali bagian bawah. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung dapat melihat pemandangan di luar.

“Desa bagus banget kalau dilihat dari atas sini” kata Yeosang. “Iya. Banyak lampu-lampu gitu. Jadi keliatannya rame” kata Jongho sambil tersenyum. Yeosang memandang Jongho yang begitu menawan tertimpa sinar bulan. Yeosang memajukan tubuhnya dan mengecup bibir Jongho sekilas. Jongho pun terkejut dengan tindakan tiba-tiba yang dilakukan oleh Yeosang.

“Yeosang!! Apa-apaan sih?” Tanya Jongho. “Kamu cantik banget. Kok bisa ya pacarku yang cantik ini mau pacaran sama aku?” Tanya Yeosang. “Soalnya kamu itu ganteng, bertanggung jawab dan juga keren. Eh salah, karena kamu itu Yeosang, bukan yang lain” kata Jongho. Jongho pun memegang bahu Yeosang dan membalas kecupan Yeosang tadi.

“Oh ya. Wait” kata Yeosang sambil menjauhkan jarak mereka. Yeosang merogoh kantung celananya dan mengeluarkan kotak beludru berwarna merah yang sangat cantik. Yeosang membukanya di hadapan Jongho. Jongho terkejut mendapat dua cincin berwarna emas dengan hiasan bunga yang melingkari cincin di dalam kotak tersebut.

“Aku rasa, ini kesempatan yang tepat untukku mengungkapkan ini. Jongho, I'm so grateful to have you in my life. Thank you for loving me and thank you for always be there for me. Tonight, I want to ask you something important. Would you marry me? Would you live forever with me?” Tanya Yeosang.

Jongho pun segera menarik Yeosang ke dalam pelukannya dan menangis kecil. Yeosang hanya tertawa sambil mengelus punggung kesayangannya itu. “I guess, I know the answer” kata Yeosang. “Of course. I will” kata Jongho. Yeosang pun tersenyum semakin lebar. Ia mengecup dahi Jongho dan keduanya tersenyum bersama.

Perjalanan mereka, dimulai dari sekarang.