Rewrite The Stars

cw// physical disability Tw // mention of accident Bold: penggunaan bahasa isyarat

“Hongjoong!! Pamerannya sebentar lagi akan buka!! Persiapkan dirimu” kata seseorang pada Hongjoong. “Oke, terima kasih infonya” kata Hongjoong. Ketika orang tersebut keluar dari ruangannya, Hongjoong memperhatikan tangan kiri besi di hadapannya.

Ia membenci alat itu sebenarnya. Namun, ia bisa apa? Dunia bisa mencemoohnya jika ia tampil dengan satu tangan. Hongjoong meraih tangan besi itu dan memasangkannya di tangan kirinya. Itu adalah teknologi terbaru, dimana tangan 'palsu' itu terlihat seperti tangan pada umumnya

Hongjoong merapikan tatanan rambutnya dan berjalan keluar ruangan untuk meresmikan pameran seninya. Hongjoong adalah pelukis terkenal. Karya seninya sudah terkenal oleh penikmat seni di mancanegara dan ia sering melakukan pameran untuk karya-karya yang dibuatnya.

Hari ini, Hongjoong akan meresmikan pameran yang dilakukannya di negeri bunga Sakura, Jepang. Tepatnya berada di Tokyo. “Selamat siang. Saya Hongjoong. Sebelum pameran ini dibuka, izinkan saya berbicara sepatah dua kata” kata Hongjoong. Hongjoong kemudian memberikan waktu kepada penerjemah untuk menerjemahkan kalimatnya kepada para pengunjung pameran.

“Seni, adalah sebagian hidup saya. Untuk sebagian orang, mungkin berpikir bahwa seni membuang waktu atau bahkan tidak berguna. Tapi, tidak semua orang paham, bahwa seni bisa membangkitkan semangat seseorang. Orang bisa berbicara pada orang lain melalui seni, bisa menyatakan cintanya pada orang lain dan bisa menceritakan pengalamannya.

Seni adalah satu-satunya alasan kenapa saya berdiri disini. Seni adalah hidup saya. Seni adalah teman saya ketika berada di dalam kegelapan. Semua lukisan ini saya buat ketika saya berada di titik terendah dalam hidup saya. Saya berharap perasaan, emosi dan perasaan saya tersampaikan dengan baik. Silahkan menikmati pameran. Arigatou Gozaimasu” kata Hongjoong.

Seluruh pengunjung pun bertepuk tangan dengan meriah setelah Hongjoong berbicara. Hongjoong pun memutuskan turun dari panggung kecil yang disediakan dan ikut berkeliling di dalam pameran. Sesekali menjelaskan arti dari lukisan yang dibuatnya.

Sebelum matanya menangkap satu sosok orang yang menarik. Orang tersebut menggunakan beret dan sweater berwarna merah serta celana bahan berwarna hitam. Sebetulnya, penampilannya cukup biasa, tapi entah mengapa hal itu menarik Hongjoong.

Orang tersebut berdiam diri di depan lukisan Hongjoong yang diberi nama Utopia. Lukisan itu dilukis Hongjoong ketika kecelakaan besar menimpanya, Ketika ia kehilangan tangan kirinya. Utopia digambarkan oleh Hongjoong dengan pantai dan langit malam. Keindahan yang tiada taranya.

“Siapa dia?” Tanya Hongjoong pada salah satu penanggungjawab acara pamerannya. “Heum... Oh dia adalah Seonghwa. Salah satu designer brand lokal Osaka” kata penanggung jawab acara tersebut. “Hoo okay” kata Hongjoong. “Hongjoong-sama!!” Hongjoong pun segera beralih ketika ada yang memanggil namanya dan meninggalkan Seonghwa.

Keesokan harinya, Hongjoong kembali melihat Seonghwa. Seonghwa tetap memandang lukisan yang sama. Hongjoong pun memutuskan untuk menghampiri Seonghwa. “Ohayou Gozaimasu” sapa Hongjoong. “Ohayou Gozaimasu” kata Seonghwa. “Sepertinya anda sangat tertarik dengan lukisan Utopia” kata Hongjoong.

“Ah betul Hongjoong-sama. Utopia ini menurut saya adalah lukisan terbaik anda dari antara lukisan yang lain” kata Seonghwa. “Menurut anda seperti itu?” Tanya Hongjoong. “Iya, Hongjoong-sama. Sebagai pekerja seni, saya bisa merasakan kesedihan dalam lukisan anda. Kesedihan, tapi adanya rasa percaya untuk bangkit kembali” kata Seonghwa.

Exactly” kata Hongjoong. “Terima kasih Hongjoong-sama” kata Seonghwa. “Saya dengar anda adalah designer dari brand lokal Osaka” kata Hongjoong. “Betul” kata Seonghwa. “Saya juga menyukai dunia mode. Apa anda keberatan jika saya mengajak anda untuk pergi minum kopi? Saya ingin bertanya beberapa hal. Jika anda tidak keberatan tentu saja” kata Hongjoong.

“Sebuah kehormatan besar bisa minum kopi bersama anda, Hongjoong-sama” kata Seonghwa. “Just Hongjoong. Panggil aku Hongjoong” kata Hongjoong dengan senyuman.


Keesokan harinya, ketika pameran Hongjoong selesai diselenggarakan, Seonghwa mendatangi kafe yang disebutkan oleh Hongjoong. Kafe tersebut bernama Tully's Coffee dan lokasinya tidak jauh dari Stasiun Higashi-ginza.

“Hongjoong!!” Panggil Seonghwa ketika ia melihat Hongjoong sedang memainkan ponselnya di depan kafe. “Hai Seonghwa!!” Seru Hongjoong. “Apakah anda menungguku lama? Maaf ya” kata Seonghwa. “Tidak kok. Aku juga baru sampai kira-kira 5 menit yang lalu” kata Hongjoong.

“Ayo kita masuk” ajak Hongjoong. Seonghwa pun masuk ke kafe tersebut bersama Hongjoong. “Mau pesen apa?” Tanya Hongjoong. “Cocoa latte aja” kata Seonghwa. Hongjoong pun mengangguk. “Saya pesan Cocoa Latte satu, Zakuro Yoghurt satu, Cheese Hot Dog satu dan Classic Pancake satu” kata Hongjoong. Hongjoong pun membayar pesanannya dan menunggu di tempat pengambilan makanan.

“Saya akan membayar pesanan saya, Hongjoong” kata Seonghwa. “Tidak usah formal begitu, Seonghwa. Kita seumuran, dan tidak. Saya yang akan membayar makanan ini, soalnya saya yang mengajak anda untuk keluar” kata Hongjoong. “Ah baik. Terima kasih” kata Seonghwa.

Ketika pesanan mereka sudah jadi, Hongjoong dan Seonghwa duduk agak sedikit ke dalam. Hal ini dilakukan karena keduanya merupakan public figure dan mereka tidak mau menimbulkan rumor apapun.

“Kamu punya selera yang cukup ekstrem, Hongjoong” kata Seonghwa. “Benarkah? Aku memang suka menggunakan fashion yang dianggap tidak nyambung tapi memang aku menyukainya. Paham ga?” Kata Hongjoong. “Paham paham. Memang terkadang setiap orang memiliki caranya sendiri dalam mengekspresikan dirinya” kata Seonghwa.

By the way, aku juga suka dengan pakaian dari brand milikmu. Kemarin, aku baru lihat-lihat produknya” kata Hongjoong. “Benarkah? Wah ini pujian besar untuk kami. Teman-temanku pasti akan menyukainya jika mereka mendengar pujian darimu” kata Seonghwa.

“Aku juga seneng dengernya. Pemilihan warnanya itu loh. Keren-keren banget” kata Hongjoong. “Temen-temenku yang biasa suka kasih ide. Aku tinggal gambar design bajunya sambil cocokin kaya warna ini lebih cocok sama yang ini gitu aja sih” kata Seonghwa. “Ahh seperti itu ya” kata Hongjoong.

Kemudian, keheningan pun melanda keduanya karena Hongjoong yang memakan pancake pesanannya. “Eum Hongjoong. Boleh aku bertanya padamu?” Tanya Seonghwa. “Silahkan” kata Hongjoong. “Maaf jika ini menyinggung perasaanmu. Tapi, aku ingin bertanya. Tangan kirimu, bukan tangan asli?” Kata Seonghwa.

Hongjoong terkejut dengan pertanyaan Seonghwa. Tiba-tiba ia merasa panik, ada orang yang mengetahui rahasianya. “Maaf, aku harus kembali” kata Hongjoong sambil merapikan barang-barangnya dan bersiap pergi dari kafe. “Hongjoong!!” Panggil Seonghwa sambil menahan tangan Hongjoong.

“Maaf Hwa, aku harus pergi. Ada panggilan mendadak” kata Hongjoong. Hongjoong pun menyentak tangan Seonghwa dan berlari pergi dari hadapan Seonghwa. Seonghwa pun memandang sendu kepergian Hongjoong.

Bahkan ketika ia sampai di studionya, Seonghwa masih murung dengan sikap Hongjoong. “Ka Hwa?? Anything happened?” Seonghwa menoleh ketika mendapati salah satu temannya, yaitu Yeosang yang menyentuh bahunya dan menggerakan tangannya untuk membentuk kalimat menggunakan bahasa isyarat.

Seonghwa melepas kedua alat bantu dengarnya. Ia mengerutkan dahinya ketika mendapati suara berdenging di telinganya dan kemudian menjadi hampa, tanpa ia bisa mendengar apapun dari indera pendengarnya. “Iya. Something happened” kata Seonghwa. “Mind to tell me?? Atau aku harus panggil Jongho kesini?” tanya Yeosang.

Ga usah. Jongho pasti lagi sibuk. Nanti ke-distract lagi anaknya. Kamu nih, suka banget menumbalkan pacar sendiri” kata Seonghwa. “Engga ya ka. Emang Jongho kan konselor kita semua” kata Yeosang. “Jadi kenapa?” tanya Yeosang lagi.

Hongjoong, kayanya dia pake tangan palsu deh” kata Seonghwa. “Maksudmu, dia kaya kita?” tanya Yeosang. Seonghwa mengangguk, “tapi tadi dia panik pas aku tanya. Terus dia langsung pergi ninggalin aku. Tangan aku juga disentak sama dia” adu Seonghwa pada Yeosang.

Ka, kamu harus tau dua hal. Pertama, ga semua orang disabilitas menerima keadaan dirinya yang spesial. Kedua, ga semua orang menerima orang disabilitas di sekitarnya. Mungkin ka Hongjoong salah satu dari jutaan orang disabilitas yang memiliki dua pemikiran ini” kata Yeosang.

Tapi, dia bisa menginspirasi banyak orang. Justru dia bisa membuat perubahan, kaya aku, kaya kamu” kata Seonghwa. “Ga semua orang siap untuk berubah, Ka Seonghwa. Sama kaya Jongho waktu pertama kali kamu nemuin dia. Jongho juga ga pede dengan dia yang tuna rungu kan? Tapi karena kamu kasih dia dukungan terus, kamu ajarin dia cara design baju. Akhirnya dia bisa jadi asisten kamu yang paling pinter dan cekatan” kata Yeosang.

Jadi, aku salah ya tanya gitu sama Hongjoong?” tanya Seonghwa. “Aku ga bilang itu sepenuhnya salah. Aku tau kakak hanya ingin bertanya. Tapi mungkin itu sesuatu hal yang mengejutkan” kata Yeosang. “Ah, gitu ya.. Aku harus minta maaf sama Hongjoong” kata Seonghwa. “Semangat!! Aku mau pergi ke toko nanti. Alat bantu dengarku agak tua dan harus beli yang baru” kata Yeosang.

Jangan lupa ingetin Jongho buat makan. Anak itu kalo ga diingetin ga bakal makan” kata Seonghwa. “Iya ka. Nanti aku seret kalo dia ga mau makan” kata Yeosang sambil tertawa.


“Hongjoong!! Ada undangan untukmu” kata asisten Hongjoong sambil memberikan sebuah undangan padanya. Hongjoong yang sedang berdiam diri di dalam kamar apartemen yang disewanya selama di Jepang pun segera menengoknya dan mengambil undangan tersebut. “Undangan peluncuran brand fashion baru?” Tanya Hongjoong. “Ku dengar dia salah satu murid Seonghwa, tapi kurang tau juga sih” kata asistennya.

“Aku... akan ku usahakan datang” kata Hongjoong. “Harus datang, Joong. Sepertinya designer ini mengundangmu secara khusus. Dia memberikan tiket VIP untukmu” kata asistennya. “Iya, iya aku akan datang” kata Hongjoong.

Ketika hari peluncuran tiba, Hongjoong datang ke venue acara, satu jam sebelum acaranya dimulai. “Tiket atas nama Hongjoong. Silahkam masuk tuan” kata penjaga di depan venue. “Arigatou Gozaimasu” kata Hongjoong sambil tersenyum.

Hongjoong diarahkan untuk duduk di area kursi VIP. Area kursi VIP berada tepat di depan panggung. “Hongjoong-san??” Hongjoong segera menoleh ketika ada yang memanggilnya. Ada seorang pemuda dengan rambut pirang yang mendekatinya. “Oh iya dengan saya sendiri” kata Hongjoong. “Perkenalkan saya Yeosang. Saya adalah kekasih dari Jongho, designer hari ini. Kekasih saya sangat mengagumi anda, apakah anda berkenan untuk ikut ke belakang panggung untuk bertemu dengannya?” Tanya Yeosang.

“Benarkah? Sebuah kehormatan jika saya bisa bertemu dengan designer hari ini” kata Hongjoong. Hongjoong pun mengikuti Yeosang pergi ke belakang panggung. Ketika Yeosang membuka pintunya, Hongjoong terkejut mendapati Jongho yang berada dalam ruangan bersama Seonghwa. “Halo Hongjoong. Perkenalkan ini murid sekaligus asistenku, namanya Jongho. Dia yang akan jadi bintang hari ini” kata Seonghwa dengan ramah.

Hongjoong mengerutkan dahinya ketika Jongho tersenyum, kemudian mengangkat jari-jarinya dan membentuk kalimat. Hongjoong ingin bertanya apakah itu, namun Yeosang menjelaskan maksudnya. “Artinya Salam kenal Hongjoong-sama. Saya Jongho, saya mengagumi lukisan anda. Anda membuat cerita hidup anda menjadi sesuatu yang indah” jelas Yeosang.

“A-Apakah itu bahasa isyarat?” Tanya Hongjoong. “Betul, Hongjoong-san. Kami, maksud saya, Jongho, Ka Seonghwa dan saya sendiri adalah tuna rungu. Namun bedanya, pendengaran kami masih bisa dibantu dengan alat bantu dengar. Sedangkan Jongho adalah tuna rungu sekaligus tuna wicara” jelas Yeosang. Hongjoong pun memandang Seonghwa dan Seonghwa mengetuk pelan alat bantu dengarnya, isyarat bahwa ia menggunakan alat bantu dengarnya saat itu.

Brand kami mulai terkenal ketika Ka Seonghwa menunjukan bahwa ia adalah tuna rungu. Makanya kami menerima banyak murid disabilitas untuk belajar menjadi designer atau belajar design yang lain. Kami menekankan bahwa setiap orang berhak belajar seni, tanpa memandang disabilitas seseorang” kata Yeosang.

“Tapi pasti ada aja orang yang menghujat kan?” Tanya Hongjoong secara spontan. Kemudian Hongjoong tersadar dengan apa yang diucapkannya, lalu mengutuk dirinya sendiri. Hongjoong kemudian melihat Jongho tersenyum dan berbicara padanya dengan bahasa isyarat lagi.

“Jongho bilang, Kami sudah kebal dengan segala hujatan itu. Lagipula, kita kan yang menentukan hidup kita sendiri?? Tidak ada salahnya menjadi berbeda. Selama itu tidak merugikan orang lain, kami siap menjadi berbeda” kata Yeosang.

Hongjoong terdiam mendengar ucapan Yeosang. Jongho mengangkat sebuah pakaian yang dibungkus rapi dengan plastik. “Kata Jongho, pakaian itu untuk anda. Dia merancangnya sendiri dengan menjadikan anda sebagai inspirasi” kata Yeosang. Hongjoong pun mengambil bungkusan pakaian itu dan membungkuk dalam. “Arigatou Gozaimasu” kata Hongjoong. Jongho mengangguk kemudian tersenyum dengan gemas sambil melingkarkan tangannya pada tangan Yeosang.

Selesai pameran itu, Hongjoong kagum dengan keberanian Jongho, dan juga Yeosang dalam menyuarakan pendapat mereka sebagai disabilitas. Hongjoong berharap dirinya bisa seperti mereka. “Hongjoong..” Hongjoong menoleh dan mendapati Seonghwa di belakangnya. “Oh hai Seonghwa” kata Hongjoong.

“Mau ngobrol bareng? My treats” kata Seonghwa. Hongjoong pun mengangguk dan Seonghwa pun mengajaknya menuju kafe terdekat dengan venue. “Vanilla Frapuccino satu dan Caramel Macchiato satu” kata Seonghwa. Setelah membayar pesanannya, Seonghwa mengajak Hongjoong duduk di salah satu kursi kafe.

“Maaf. Atas pertanyaanku kemarin. Pasti menyakiti hatimu” kata Seonghwa. “Tidak apa-apa. Aku memang kehilangan tangan kiriku” kata Hongjoong. “Karena kecelakaan?” Tanya Seonghwa memastikan. “Iya” kata Hongjoong. “Sama seperti adikku. Tapi, ia kehilangan penglihatan” kata Seonghwa. “Benarkah? Kasian” kata Hongjoong. “Ngapain? Dia tuh ya nyebelin banget jadi orang. Pamer banget kalo bisa buka restoran” kata Seonghwa.

“Restoran?” Tanya Hongjoong memastikan. “Iya. Dia punya sertifikasi pembuat sushi loh. Keren kan?? Tapi rese banget. Setiap aku dateng, pasti makananku dimahalin. Emang adek rese” kata Seonghwa. Hongjoong pun tertawa mendengar cerita Seonghwa. Diam-diam Seonghwa tersenyum melihat Hongjoong yang tertawa dengan lepas.

“Hongjoong, kekurangan kita tidak menghentikan kita untuk meraih apa yang kita impikan” kata Seonghwa. “Tidak Hwa. Deru kui wa utareru, paham kan? Kita adalah paku yang menonjol itu” kata Hongjoong. “Makanya, kita buka pikiran mereka. Menjadi berbeda tidak ada salahnya” kata Seonghwa.

“Gimana caranya? Coba kasih tau aku gimana caranya?” Tanya Hongjoong. “Rewrite the stars, Hongjoong. Kita bikin lukisan yang baru, bahwa sebagai orang dengan kebutuhan spesial, kita bisa berkarya juga. Kekurangan kita, bukan batu sandungan buat kita, tapi jadi batu loncatan untuk kita” kata Seonghwa.

Is that possible? To rewrite the stars” kata Hongjoong. “Of course. There's nothing impossible, if we walk together. So, do you want to walk with me?” tanya Seonghwa. “Teach me, Hwa. Teach me how to rewrite the stars” kata Hongjoong. Seonghwa mengangguk mantap dan keduanya tersenyum bersama. “Oh ya satu lagi. Ajarin aku bahasa isyarat. Aku mau bilang terima kasih sama Jongho” kata Hongjoong. “Sure” kata Seonghwa.


Beberapa minggu kemudian, Hongjoong kembali mengadakan pameran. Kali ini, pameran tersebut berlokasi di Osaka. Kehadiran Hongjoong di tempat pameran menghebohkan para pengunjung dan juga penggemarnya di dunia maya. Hal ini dikarenakan Hongjoong tampil hanya dengan tangan kanan.

“Selamat pagi semuanya. Perkenalkan saya Hongjoong. Hari ini, saya berdiri di hadapan anda semua dengan memperlihatkan kondisi saya yang sesungguhnya. Saya adalah one-handed artist. Saya kehilangan tangan kiri saya di awal karir saya sebagai pelukis.

Saya merasa sedih tentu saja. Saya tau, tidak semua orang akan menerima kekurangan saya. 'Utopia' adalah saksi kebangkitan saya. Saya memutuskan untuk menggunakan tangan palsu agar saya dipandang normal oleh masyarakat.

Tapi seseorang mendorong saya untuk menjadi diri saya sendiri. Maka dari itu, saya melepaskan tangan palsu saya. Saya ingin membuktikan pada dunia, bahwa kekurangan saya bukanlah hal yang memalukan untuk saya dan bukan batu sandungan untuk saya.

Namun dengan kekurangan saya, saya masih bisa melukis, mengekspresikan diri saya, dan saya sama produktifnya dengan orang-orang yang sehat dan tidak memiliki kekurangan di tubuhnya. Lukisan 'Utopia' adalah bukti kebangkitan saya untuk tetap maju sebagai pelukis tangan satu. Saya tidak peduli lagi dengan tanggapan orang lain. Saya hanya ingin menginformasikan bahwa mulai sekarang, saya akan tampil dengan satu tangan. Terima kasih” jelas Hongjoong panjang lebar.

Hening pun melanda galeri tersebut. Kemudian terdengar satu tepuk tangan. “Bravo!! Anda adalah pelukis terhebat yang pernah saya tau” kata seorang pengunjung. Dari orang tersebut, diikuti oleh pengunjung lainnya yang ikut bertepuk tangan. “Anda hebat Hongjoong-sama!!” Kata pengunjung yang lain.

Hongjoong pun tersenyum dan turun dari podium kecil tersebut. “Great job” kata Seonghwa. “Terima kasih sudah membantuku” kata Hongjoong. “Sama-sama” kata Seonghwa. “Hongjoong-san!!” Seru Yeosang sambil menggandeng Jongho. “Hai Yeosang, Jongho” kata Hongjoong.

“Selamat atas pameran anda, Hongjoong-san. Jongho juga mengucapkan selamat untukmu” kata Yeosang. “Terima kasih Yeosang, Jongho. Oh ya, sebentar. Aku mau ngomong sama Jongho. Eh tapi jangan ketawa kalo salah” kata Hongjoong. Jongho memperhatikan Hongjoong dengan tatapan yang bingung, tapi antusias.

Hongjoong menggerakan tangannya, membentuk isyarat terima kasih dalam bahasa Jepang pada Jongho. “Wahh, sugoi. Udah bener kok” kata Seonghwa sambil bertepuk tangan kecil. Jongho berbicara pada Yeosang dengan bahasa isyarat. “Aku ga salah kan?” Tanya Hongjoong panik. “Engga, engga kok. Jongho nanya, kenapa terima kasih sama dia” kata Yeosang.

“Ah.. Karena kamu menginspirasiku Jongho. Kalau Seonghwa tidak mempertemukanku denganmu, aku pasti akan tetap menggunakan tangan palsu itu” kata Hongjoong. Yeosang menerjemahkan ucapan Hongjoong ke dalam bahasa isyarat untuk Jongho. Jongho pun mengangkat tangannya membentuk kalimat lagi. “Aku juga tidak ada disini jika Ka Seonghwa tidak membantuku” kata Jongho. “Jongho bilang, dia juga tidak ada disini jika Ka Seonghwa tidak membantunya” kata Yeosang.

“Benarkah?” Tanya Hongjoong pada Seonghwa. Jongho mengangguk kemudian memeluk Seonghwa dengan erat. “Seonghwa, kamu menyelamatkan dua orang” kata Hongjoong. “Ahh jangan gitu” kata Seonghwa malu. “By the way, kami akan berkeliling ya” kata Yeosang. “Oh ya silahkan. Nanti aku akan menyusul” kata Hongjoong.

Ketika Yeosang dan Jongho pergi, Hongjoong berhadapan dengan Seonghwa. “Aku mau bilang sesuatu. Tapi jangan ketawain ya” kata Hongjoong. “Iya Hongjoong” kata Seonghwa. Hongjoong pun merangkai kata di hadapan Seonghwa. Seonghwa pun terkejut dengan ungkapan Hongjoong.

Aishiteru” kata Hongjoong. “Aku juga” kata Seonghwa. Hongjoong pun memandang Seonghwa sambil terkekeh. “Yuk, kita nyusul Yeosang sama Jongho” kata Hongjoong. “Oke” kata Seonghwa. Hongjoong dan Seonghwa pun berjalan bersama sambil diam-diam bergandengan tangan.

Perjalanan mereka masih panjang, tapi Hongjoong dan Seonghwa berjanji, untuk berjalan bersama dan berjuang bersama.


Some notes:

Ohayou gozaimasu: selamat pagi Arigatou gozaimasu: terima kasih Sugoi: Hebat Deru kui wa utareru: paku yang menonjol akan dipalu, berusaha disamakan/berusaha dianggap normal. Beberapa pihak menyebutkan bahwa ungkapan ini dapat membunuh kreativitas seseorang (source: google) Aishiteru: I love you