편
“Babe, I'm home” sahut Yunho ketika ia masuk ke dalam apartemen minimalis yang ditempati oleh dirinya dan suami manisnya itu. “Aku di kamar ka” seru suaminya dari dalam kamar. Yunho bergegas membuka pintu kamarnya dan mendapati suaminya, Jongho sedang membaca buku.
“Aku siapin makan kamu dulu ya ka? Belum makan kan ya?” Tanya Jongho sambil menarik kursi rodanya di samping kasur dan menumpukan beban tubuhnya ke tangan, dengan maksud mendudukan dirinya di kursi roda. Namun, Yunho lebih gesit untuk menggendong Jongho dan memindahkan tubuh kesayangannya di kursi roda.
“Kamu kalo dari kursi roda ke kasur sih bisa sendiri Jong, kalau dari kasur ke kursi roda bahaya. Nanti kalau kursi rodanya kegeser gimana coba” kata Yunho. “Hehe makasih kakak sayang” kata Jongho sambil memeluk Yunho dan mengecup bibir suaminya itu. “Udah kakak mandi sekarang. Aku mau siapin makan kakak” kata Jongho sambil mendorong Yunho ke kamar mandi.
Yunho memandang Jongho yang keluar dari kamar mereka dengan penuh rasa sayang. Yunho sampai saat ini, masih memiliki rasa bersalah yang sangat besar. Karena kecerobohannya yang tidak memeriksa motor miliknya, Jongho mengalami kecelakaan dan menyebabkan kedua kakinya tidak bisa digunakan lagi.
Tentu sebagai orang yang mencintai Jongho apa adanya, Yunho memutuskan untuk bertanggung jawab dengan apa yang terjadi pada Jongho. Yunho menemaninya di masa kritis Jongho, menemaninya melakukan terapi hingga Jongho bisa duduk dan yang pasti tetap mencintai pasangannya tersebut.
Yunho bahkan merelakan mimpinya untuk menjadi seorang tour leader dan berubah haluan menjadi arsitek, untuk merancang ruangan khusus untuk Jongho. Dan takdir berkata lain, Yunho bahkan berhasil membuat apartemen untuk para disabilitas dan ia beserta Jongho menempati salah satu apartemen tersebut.
Yunho segera menyelesaikan mandinya saat mencium aroma masakan yang membuatnya lapar. “Kamu masak apa?” Tanya Yunho sambil keluar kamar dan mengancingkan piyamanya. “Ayam asam manis. Kakak suka kan??” Kata Jongho. “Aku suka semua masakanmu, babe” kata Yunho.
“Gombal ih. Ga mempan ka” kata Jongho sambil terkekeh. Yunho ikut terkekeh dan mulai memakan makanannya. “Kakak ngapain aja seharian ini?” Tanya Jongho. “Hm, nothing special sih. Eh tapi tadi aku ditawarin buat ngerancang rumah sakit” kata Yunho. “BENERAN???” Tanya Jongho dengan semangat. “Beneran. Terus aku minta waktu untuk nyelesaiin kerjaanku yang ini baru aku kerja bareng mereka buat ngerancang rumah sakit” kata Yunho.
“I'm so proud of you, Kak” kata Jongho sambil mengelus rambut Yunho. “Thanks. Anyway, tell me about your day” kata Yunho. “Oh! Right, I want to tell you something” kata Jongho. Jongho beranjak menuju ruang tamu dan kembali ke meja makan sambil membawa kotak berukuran sedang. Jongho membuka kotak tersebut dan mengeluarkan satu pakaian rajut dari kotak tersebut.
“Aku bikin ini!! Rencananya baju-baju rajut ini mau aku salurin ke panti disabilitas yang ada di ujung jalan situ ka. Tetangga sebelah kita ternyata guru disana dan mereka sering kekurangan baju hangat untuk musim dingin. Jadi aku niatnya mau kasih ini buat mereka” kata Jongho.
Hati Yunho pun menghangat mendengar cerita dari Jongho. “Kamu baik banget, babe” kata Yunho. “Makasih!! Aku seneng berbagi aja ke mereka. Lagian mereka juga gemes-gemes tau kak. Kakak harus kesana sekali-sekali” kata Jongho. “Oke, aku akan luangin waktu buat pergi kesana” kata Yunho.
Selesai makan malam, Yunho dan Jongho memutuskan untuk duduk di kasur mereka. Jongho melanjutkan bacaannya, sedangkan Yunho mengistirahatkan kepalanya di bahu Jongho. “Kamu baca apa sih?” Tanya Yunho. “Ini ka, Siapa yang Datang ke Pemakamanku saat Aku Mati Nanti? Setelah baca buku ini, keinginanku buat hidup lebih baik semakin tinggi. Aku ingin bahagia dengan jalanku sendiri” kata Jongho.
Yunho mengenggam tangan Jongho dengan erat. Sesekali mencium punggung tangan yang lebih kecil dari miliknya itu. “Maaf.. Maaf..” kata Yunho sambil meneteskan air matanya. “Don't cry, hubby. It's not your fault” kata Jongho sambil menghapus air mata Yunho. “Maaf...” kata Yunho. “It's okay, hubby. Aku bahagia dengan hidupku saat ini. Kamu juga harus bahagia ya??” Kata Jongho.
“Aku selalu merasa bersalah Jongho.. Aku bukan pasangan yang baik” kata Yunho. “Kalau kamu bukan pasangan yang baik, kamu bakal ninggalin aku di rumah sakit. Tapi kamu ga lakukan itu kan? Kamu yang nemenin aku selama aku operasi, terapi. Kamu juga yang nyemangatin aku. Kamu juga yang mengorbankan mimpi kamu untuk aku. Kamu pasangan yang baik, Ka Yunho. And I really love you” kata Jongho sambul menangkup wajah Yunho.
Yunho kembali merebahkan kepalanya di bahu Jongho, tapi kali ini, sebelah tangan Jongho mengelus rambut Yunho. “I love you too” kata Yunho. Jongho tersenyum kecil dan melanjutkan bacaannya. Tidak lama kemudian Jongho merasakan dengkuran halus di bahunya. Ternyata Yunho sudah tertidur di bahu Jongho.
“Cute” kata Jongho. Jongho pun menaikan selimut mereka menutupi bagian bawah Yunho dan bersenandung agar Yunho makin terlelap. Jongho bahagia memiliki Yunho yang sangat menyayanginya dan Jongho berharap, Yunho berhenti menyalahkan dirinya sendiri.