Sunshinecjh

Warn : major character death, physical disability, bxb, angst

Pair : Raka as Chan x Semesta as Seungmin

Bgm : Day6 – Colors

Happy Reading

I am suffocating and I am alone in a deep tunnel That swallows the light

Raka tersenyum ketika mendapati Semesta yang bersandar di pelukannya. Raka dan Semesta kini berada di pantai atas permintaannya Semesta.

“Gimana? Udah puas ngerasain pasirnya?” Tanya Raka. Semesta tersenyum hingga matanya menyipit. “Hehehe maacih Rakaa. Walaupun aku ga bisa liat gimana pantai, tapi aku bisa ngerasain pasir di pantai” kata Semesta.

“Padahal cahaya sunset nya lagi bagus banget loh yang. Sayang banget kamu ga bisa liat” kata Raka sambil mengelus rambut lembut milik Semesta.

“Gapapa ih Rakaa~~ Kan ada kamu yang bisa ngasih tau aku warna matahari itu kaya gimana” kata Semesta. Raka mengeratkan genggamannya kepada Semesta dan mengecup punggung tangan milik kekasihnya itu.

“Raka, makasih ya udah bantuin aku nuntasin semua keinginan aku tahun ini!! Makasih juga Raka udah jadi pacar yang baik buat Semesta!! Semoga, kita terus diberikan kesehatan supaya kita tetep langgeng” kata Semesta dengan semangat.

“Iya dong!! Kan kamu udah janji sama aku mau adopsi puppy bareng, mau jalan-jalan ke Norway bareng. Jadi kita berdua harus sehat!!” Kata Raka.

The color that it's called you and I see it all over the place Raises me and you are the only one That has a unique color

“Makasih ya Raka, udah mau jadi pacar aku yang baik. Aku bisa kenal warna karna Raka. Raka yang ngenalin aku sama warna matahari, pelangi dan lain-lain” kata Semesta.

“Iya Semestaaa... kamu udah berapa kali bilang makasih sih sama aku? Aku juga seneng bisa kenal kamu, ngenalin dunia sama kamu” kata Raka.

Semesta memeluk tubuh Raka erat dan menghirup aroma alami dari tubuh Raka. “Raka, kalau dikasih kehidupan kedua, Raka mau menjalani hidup kaya gimana?” Tanya Semesta.

“Aku mau ketemu kamu lagi. Aku mau jadi pendamping hidup kamu, aku mau jadi orang yang bisa kamu andelin. Dan aku mau jadi orang yang bisa liat binar lugu kamu” kata Raka. “Kalo kamu?” Tanyanya.

“Aku mau bisa liat. Aku harap di kehidupan kedua aku bisa liat dunia dengan mata kepalaku sendiri. Aku mau liat Raka, pacarku yang paling ganteng ini tuh mukanya kaya gimana” kata Semesta.

“Lah, kamu kan ga bisa liat aku, gimana tau aku ganteng?” Tanya Raka. Semesta memukul kecil punggung Raka. “Kata mami, Raka itu ganteng. Semesta kan percaya sama mami” kata Semesta.

Semesta melepaskan pelukannya, dan kembali duduk di samping Raka dan membiarkan Raka merangkulnya. Perlahan-lahan, matahari mulai terbenam dan menyisakan cahaya kejinggaan di udara.

“Raka, makasih” kata Semesta. Raka tersenyum dan menahan tangisannya ketika mendapati tubuh Semesta yang perlahan-lahan terkulai lemas di rangkulannya. Dan Raka tidak bisa menahan tangisannya ketika ia tidak bisa merasakan hembusan nafas dari Semesta.

“Se-Semesta.. Makasih.. Untuk 3 tahunnya.. Udah ngebolehin aku jadi pelindung kamu” kata Raka dengan air mata yang terus mengucur.

Raka mengangkat tubuh Semesta yang sudah tidak bernyawa tersebut. Raka mengecup bibir yang mulai terasa dingin ketika dikecupnya. “Sampai jumpa di kehidupan kedua, sayangnya Raka, Semestanya Raka. Raka sayang Semesta” kata Raka.

Raka menidurkan kembali Semesta di pasir yang lembut. Raka pun ikut menidurkan tubuhnya di samping Semesta. “I love you and always, my universe” kata Raka pelan sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya dan terkulai lemas di sebelah Semestanya.

Haven (.n) : Comfort place, safe place

Pairing : – Sungjin as Senja – Jae as Jevan – Youngk as Bian – Wonpil as Wildan – Dowoon as Daniel – MyDay/You as Tania

TW : Physical Disability, Hurt/Comfort

Happy Reading ^^

Tania tersenyum ketika pria dengan bahu lebar dan gitar coklat tua itu tersenyum dengan senyuman secerah matahari. Bibir pria itu terus bernyanyi dengan suara yang mampu menghipnotis penonton untuk larut dalam lagu yang dinyanyikannya.

Good bye, eonjekkaji nan nae aneseo eoreobuteun chaero geudaero Never let go, Never let go oh..

Lagu dengan judul Goodbye Winter itu pun menjadi penutup busking hari itu. Tania segera bergegas mendekati panggung kecil yang menjadi pusat perhatian sedari tadi.

“KALIAN KEREN BANGET!!!” seru Tania kepada 5 sahabatnya itu. 5 pria yang tadi bernyanyi di atas panggung kecil itu tersenyum kecil ketika mendengar suara manis yang meluncur dari bibir Tania.

“Wih, manager kita dateng nih. Berarti ada makan-makan dong” kata pria yang kurus dan memakan kacamata. Itu adalah Jevan, salah satu pemain gitar di band kecil tersebut. Tentunya, bukan si pria dengan gitar coklat tua itu, karena pria dengan gitar coklat tua itu sedang duduk di kursi yang ada di atas panggung.

“Tas gitarku dimana ya? Tolong kesiniin dong” kata pria dengan gitar coklat itu. Daniel, yang menjadi pemain cajon hari itu, menunduk dan menemukan tas gitar pria tersebut ada di bawah kursi yang didudukinya.

“Ka Senja, tas gitarnya ketindihan kursi. Kakak berdiri dulu deh” kata Daniel. Pria dengan gitar coklat itu atau Senja akhirnya berdiri dan Daniel menarik tas gitar itu dan memberikannya kepada Senja.

“Lain kali kasih ke gua aja Nja. Tongkat lu dimana?” Kata Jevan. “Di ambil Bian tadi. Bian mana ya??” Kata Senja sambil berusaha mencari keberadaan Bian dengan inderanya yang lain.

“Ka Bian lagi ngurusin honor tadi ka. Sabar ya” kata Wildan, pemain keyboard hari ini. Senja mengangguk dan memasukkan gitarnya ke dalam tas gitar miliknya. “Nja, mau dibantuin?” Tanya Tania. “Oh? Tolong dong Tania, aku mau gendong tas gitarnya. Dari tadi aku cari talinya kok ga dapet dapet ya?” Kata Senja.

Tania menarik tali tas gitar itu dan membantu Senja agar tas gitar itu bisa tersampir dengan baik di punggungnya. “Dah” kata Tania. “Nah, makasih Tania” kata Senja dengan senyuman manisnya.

“Wes, ada si cantik nih. Dah lama ga keliatan” kata Bian yang tiba-tiba datang. “Berisik Bi hahaha..” kata Tania. Bian memberikan tongkat Senja kepada Senja. “Yuk makan. Pada mau makan apa nih?” Kata Bian.

“Mekdi lah mekdi yuk. Yang gampang dan cepet” kata Daniel. “Jevan kan alergi keju dodol” kata Tania. “KAN ADA BURGER YANG GA PAKE KEJU?!” Seru Daniel ga mau kalah. “Yaudah ayo ke mekdi. Udah Tania, gue beli yang ga pake keju nanti” kata Jevan.


Dalam perjalanan menuju rumah makan cepat saji itu, Senja menghela nafasnya beberapa kali. Kentara sekali bahwa ada yang dipikirkannya. “Kenapa Nja?” Tanya Tania. “Eh? Gapapa kok” kata Senja. “Jangan bohong, nanti dipatok ayam” kata Tania.

“Gapapa ih Tania... Lagi mikir aja kok malem ini dingin banget. Udah gitu aja” kata Senja. Tongkatnya terus diarahkan pada jalanan yang memang dikhususkan untuk para tunanetra seperti Senja.

“Nja, tau ga sih, salah satu performer di busking tadi ada yang bilang katanya kita ini keren, apalagi lo. Katanya, kepekaan lo sama musik keren banget walaupun lo ga bisa liat” kata Bian.

“Bohong banget nih Bian. Ga mungkin ada orang yang ngomong gitu” kata Senja. “Ih beneran tau ka. Ya siapa yang ga terpana sama seorang Senja. Udah keren, ganteng, jago musik, perhatian, pinter lagi” kata Wildan.

“Tapi, gue buta Wil. Itu kelemahan gue. Gue belum bisa pergi sendiri, belum nyaman lebih tepatnya. Gue masih ngeganggu kalian” kata Senja. Tanpa disadari Daniel di depan sana menunduk dengan sedih, dan Senja merasakan itu.

“Itu bukan salah kamu Dan. Aku ga pernah nyalahin kamu. Aku ga marah sama kamu kok serius” kata Senja. “Tapi, coba kalo waktu itu Daniel bawa mobilnya bener, Daniel ga bakal kecelakaan. Kalo Daniel ga kecelakaan, mata Daniel ga akan rusak dan akhirnya ka Senja harus kaya gini” kata Daniel menahan air matanya.


Flashback

Senja berlarian di rumah sakit dengan kalut ketika ia mendapat telepon bahwa Daniel, salah satu anggota band yang sekaligus adalah adik sepupunya mengalami kecelakaan.

Dan Senja ingin menangis ketika dokter mengatakan bahwa kecelakaan itu merusak kornea mata Daniel dan akan membuat Daniel tidak bisa melihat lagi. Namun, Senja membulatkan pilihan. Senja berkata kepada dokter agar dokter bisa mengambil kornea mata milik Senja untuk diberikan kepada Daniel.

Dokter tersebut tentu tidak setuju. Apalagi, Senja masih muda dan dokter tetap mengatakan bahwa mereka akan mencari donor mata yang lain. Namun, Senja bersikeras untuk tetap memberikannya pada Daniel.

Karena pemikiran Senja hanya satu, Senja mau melihat Daniel bahagia kembali. Senja rela untuk hidup dalam dunia abu-abu, asalkan Senja dapat menunjukkan kasih yang ia miliki untuk Daniel, dan ini adalah satu-satunya jalan yang terbaik untuk Daniel.


Senja mendekatkan dirinya kepada Daniel dan memeluk adik sepupunya itu. “Ka Senja udah kasih mata itu buat Daniel, supaya Daniel bisa bahagia. Biar Daniel bisa hidup kaya biasa. Kakak ga mau Daniel sedih kalo Daniel hidup di dunia abu-abu kaya yang kakak sekarang rasain” kata Senja.

“Ini juga sebagai peringatan buat Daniel, lain kali, jangan ngebut bawa mobil. Daniel harus bawa hati-hati. Karena sekarang, Daniel bawa mata ka Senja” kata Senja lagi sambil menepuk-nepuk bahu Daniel.

Daniel menangis kencang sambil memeluk Senja dengan erat. “Maaf ka Senja hiks.. maaf” kata Daniel dengan tangisannya. “Jangan bikin pengorbanan kakak sia-sia, okey? Daniel katanya mau jadi arsitek sukses kan? Jadi, Daniel harus pergunain mata ka Senja dengan baik” kata Senja.

“Dan kamu juga Nja. Jangan seorang pun anggep kamu rendah karena kamu punya kekurangan. Kekurangan yang ada dalam diri kamu, bukanlah penghalang untuk kamu tetap berkarya” kata Bian yang tumben menggunakan aku-kamu kepada Senja.

“Kak Senja, kaya yang selalu kita bilang, semua moment dalam hidup kita itu, adalah momen terbaik dalam hidup kita. Ga ada satu moment pun yang meaningless. Inget kak, semua moment dalam hidup kita akan jadi best partnya kita” kata Wildan dengan senyuman yang menenangkan.

“Lo bisa jatoh, lo bisa istirahat dulu Nja, kalo lo cape. Tapi lo inget, lo ga sendiri. Ada kita disini yang bakal nemenin lo, yang berjalan bareng lo dan nuntun lo untuk sampai tujuan.

Emang terkadang, lo sendiri juga kuat. Tapi kalo kita jalan bareng-bareng, capenya ga kerasa. Lo juga ga bakal ngerasa kesepian, karna ada kita” kata Jevan panjang lebar.

Kini, giliran Senja yang berlinang air mata. “Ah kalian ini” kata Senja sedikit tertawa untuk menahan air matanya untuk turun.

“Kita mau jadi safe placenya ka Senja, kita mau jadi orang yang pertama ka Senja cari kalo ka Senja lagi butuh bantuan. Kita mau jadi orang pertama yang tau kalo ka Senja lagi sedih. Kita mau ka Senja nyaman sama kita” kata Daniel.

“Senja, kamu liat kan, sahabat-sahabat kamu ini adalah safe placenya kamu. Kalian adalah safe placenya aku. Kamu harus sadar, berapa banyak orang yang ngedukung kamu untuk terus maju dan berkarya. Untuk kembali berdiri tegak, walaupun sudah terjatuh.

Gapapa untuk berjalan pelan Nja. Gapapa untuk istirahat sebentar. Tapi setelah itu, kamu harus lebih kuat dari sebelumnya. Stronger than ever. Jangan biarkan api semangat dalam diri kamu itu redup dan mati, hanya karena kamu memiliki kekurangan.

Believe me, kamu bakal jadi orang hebat nantinya. Asalkan, jangan pernah padamkan api semangat itu” kata Tania sambil menepuk bahu Senja.

Malam itu, di tengah ramainya perkotaan, Senja mendapatkan satu pesan. Bahwa kekurangannya, tidak akan membuatnya jatuh. Dan Senja juga mengerti, betapa beruntungnya ia, memiliki safe place yang bisa selalu diandalkan dan bisa membuatnya jadi Senja yang seutuhnya.


Author Notes

Buat teman-teman yang memiliki kekurangan, entah itu penyakit atau didiagnosa memiliki gangguan tertentu, ingatlah, bahwa kalian tidak sendiri. Terkadang, kalian hanya perlu menyadari bahwa sebenarnya kalian tidak pernah sendiri.

Tolong bilang bahwa kalian kesepian. Tolong bilang kalo kalian butuh bantuan. Diam, tidak akan membuat kalian keren, yang ada malah membuat kalian semakin terpuruk dengan keadaan yang ada

Jangan pernah padamkan api semangat yang ada dalam diri kalian. Tapi tetap berusahalah untuk membuat api tersebut tetap berkobar. Kalian lebih kuat dari yang kalian pikirkan. Percayalah sama diri kalian sendiri, karena kalian bisa, kalian mampu.

Warn : bxb, mention of war and blood, wolfpack, abo, seung centric

Happy Reading

Seungmin meringkuk kecil ketika tubuhnya di gendong oleh Jeongin. Jeongin, salah satu alpha dalam packnya mengeluarkan aura dominan miliknya, yang tanpa sadar membuat Seungmin meringkuk ketakutan.

“Jeong, tahan feromonmu sedikit. Seungmin ketakutan” kata Hyunjin, salah satu Beta di pack mereka. “Tidak bisa. Mereka akan segera menemukan Seungmin apabila aku menahan feromonku” kata Jeongin.

“Dan kamu akan membuat kita ketauan jika kamu tetap mengeluarkan feromonmu. Cukup Jeong. Ada lima beta disini yang cukup untuk menyamarkan aroma Seungmin” kata Han.

Pack yang diberi nama skz itu sebenarnya bukanlah pack sesungguhnya. Bisa dibilang mereka adalah pack dalam pack. Alpha pemimpin dari pack kecil ini bernama Chan.

Pack utama membentuk pack kecil dengan tujuan apabila mereka diserang, mereka tetap bisa bertahan hidup dalam pack-pack kecil yang tentunya diisi oleh Alpha, Beta dan Omega dalam satu pack.

Seperti saat ini, pack utama mereka diserang oleh sekumpulan orang tak dikenal. Chan yang sangat hafal mengenai daerah utara, memutuskan membawa pack kecilnya untuk berlindung di salah satu gua di Utara.

Ditambah lagi, di daerah Utara, tidak ada satu pun pack yang tumbuh disana, sehingga mereka bisa berlindung untuk sementara waktu disana.

Seungmin, sebagai yang termuda dan satu-satunya omega kini harus digendong oleh Jeongin, untuk mempercepat perjalanan mereka untuk sampai ke Utara.

“Chan, bisakah kita istirahat sejenak? Ini udah malam, dan kita butuh istirahat” kata Minho, beta lainnya dalam kelompok. “Kamu benar Min. Kita semua butuh istirahat” kata Chan.

Chan berjalan sedikit lebih dahulu dan menemukan sebuah gua tidak berpenghuni. “Ada gua disana. Kita bisa istirahat untuk malam ini” kata Chan. Hyunjin mengambil alih Seungmin dari gendongan Jeongin. “Lakukan tugasmu sana” kata Hyunjin.

Jeongin mengikuti Chan dan segera menandai gua tersebut dengan aroma mereka. Hal ini sangat berguna untuk menjauhkan mereka dari pack lain.

Han dan Changbin, 2 beta lainnya segera membuat api unggun untuk menghangatkan mereka. Walaupun serigala bisa menghangatkan tubuh mereka sendiri, namun berjalan selama 12 jam di tengah salju tentu membuat mereka sangat membutuhkan api unggun.

Felix dan Minho juga mengeluarkan daging buruan yang sempat mereka bawa dari rumah mereka. “Chan dan Jeongin, salah satu dari kalian harus istirahat. Kita harus berjaga nanti malam. Setidaknya salah satu alpha harus ada ketika kita berjaga” kata Hyunjin.

“Chan yang istirahat aja. Chan daritadi tidak ada istirahat sama sekali. Aku bisa berjaga” kata Jeongin. “Chan, Hyunjin, Han dan Minho bisa istirahat lebih dulu. Aku, Jeongin dan Felix akan berjaga sekarang” kata Changbin.

“Aku bagaimana??” Cicit Seungmin pelan. Felix tersenyum kemudian menarik hidung si kecil dengan gemas. “Minnie mau ikut berjaga? Emangnya ga ngantuk, hm?” Kata Felix. Seungmin menggeleng dengan cepat.

“Engga kok!! Minnie ga ngantuk!! Minnie ikut berjaga bareng Changbin, Jeongin dan Felix ya??” Pinta Seungmin dengan mata berbinar itu. And who are them to refuse him? Dan Felix mengangguk mengiyakan permintaan si kecil.

Changbin hanya menggeleng. Tau pasti Seungmin sudah pasti akan tertidur jika ia merasa bosan. “Baiklah, kami tidur ya? Bangunkan kami jika ada yang datang” kata Han. Chan melepas jaket bulu yang dikenakannya dan disampirkan jaket itu ke bahu Seungmin. “Ini untuk proteksi tambahan” kata Chan sambil tersenyum.

Seungmin mengumamkan terima kasih dengan suara kecil dan merapatkan jaket itu ke tubuhnya.


Seungmin terbangun ketika cahaya matahari menusuk matanya. Ia menyesuaikan matanya dan terkejut ketika mendapati bahwa dirinya berada di sebuah ruangan kecil dengan kasur dan meja.

Ketika Seungmin masih bingung dengan situasi yang ada, tiba-tiba ada orang yang masuk ke dalam kamarnya. Seungmin terkejut ketika melihat orang yang masuk itu adalah salah satu orang yang menyerang pack utama mereka!!

“Dimana aku? Kemana alpha dan beta ku?!!” Seru Seungmin dengan marah. “Oh, Seungminku sayang.. Tentu saja aku membunuh mereka. Untuk apa aku menyerang pack utamamu? Tentu saja untuk mendapatkanmu” kata orang tersebut.

“TIDAK!!! KEMBALIKAN ALPHA DAN BETAKU!!!” Seru Seungmin sambil melemparkan barang-barang yang berada di kamar tersebut ke arah orang tersebut.


“Minnie!! Seungminie!!”

Seungmin membuka matanya dan melihat ketujuh anggota packnya mengerubunginya. “Kamu mimpi buruk??” Tanya Han. Seungmin langsung terduduk dan memeluk Han yang berada tepat di hadapannya.

Seungmin pun menangis di bahu Han dan hal itu membuat enam orang lainnya kebingungan akan hal itu. “Kenapa Minnie? Minnie mimpi apa sayang?” Tanya Felix sambil mengelus kepala Seungmin.

“Min.. Minnie mimpi, kalau.. kalian.. mati hiks” tangis Seungmin. Mereka semua pun menahan nafas mereka. Chan segera merapikan barang bawaan mereka. “Ayo kita pergi secepatnya” kata Chan. “Memangnya kenapa?” Tanya Hyunjin.

“Kalian lupa kalau Minnie bisa melihat masa depan?” Satu kalimat dari Chan dan membuat mereka segera bergegas dan pergi dari gua tersebut. Seungmin kembali digendong, namun kali ini, Chan menggendong di punggungnya.

Hal ini bisa menjadi proteksi tambahan, dikarenakan Chan adalah pemimpin mereka dan tentu saja feromonnya bisa menyamarkan keberadaan Seungmin.

“Alpha Chan” panggil Seungmin pelan. Seungmin memang memanggil Chan dengan second gendernya. Karena menurutnya, Chan adalah sosok pemimpin yang sangat mendominasi dan ia sangat tunduk dengan Chan.

“Hm? Kenapa?” tanya Chan. “Aku takut” kata Seungmin. “Tidak apa-apa, sayang. Kita akan sampai di utara sebentar lagi. Aku rasa pack kakakmu juga berada di Utara” kata Chan.

“Chan” panggil Changbin. “Kenapa Bin?” tanya Chan. “Aku rasa mereka sudah dekat” kata Changbin. Chan menghela nafasnya, kemudian menurunkan Seungmin dari punggungnya. “Jeongin, bawa Seungmin. Felix dan Han, kalian juga ikut Jeongin. Kalian harus berjalan di depan” kata Chan.

“Tapi, kami juga bisa bertarung Chan” kata Han. “Keselamatan Seungmin jadi yang utama, Han. Kalian harus menjaga Seungmin. Aku tau kalian bisa bertarung, tapi kalian bukan beta petarung. Tolong jaga Seungmin” kata Chan.

Han menghela nafasnya kemudian mengangguk. “Aku tau kamu bisa kuandalkan” kata Chan. Chan menengok kepada Minho, Changbin dan Hyunjin. “Silahkan shift ke bentuk serigala kalian. Kita akan menjaga mereka dengan bentuk serigala” kata Chan.

Chan segera membuka bajunya dan berubah bentuk menjadi seekor serigala besar berwarna putih dan abu. Minho, Changbin dan Hyunjin pun mengikutinya, namun ukuran tubuh mereka tidak sebesar Chan. Minho memiliki bulu berwarna coklat tua, Changbin berwarna hitam dan Hyunjin berwarna coklat muda.

Jeongin kini memimpin perjalanan dengan Seungmin di gendongannya. Han dan Felix berada tepat di belakang Jeongin dan empat lainnya yang sudah menjadi serigala berjalan di belakang mereka.

“Wah, lihat.. Tidak kusangka kita bertemu disini” Suara orang itu membuat Chan segera berbalik. Dan mendapati musuh mereka tepat di hadapan mereka. “Aw, kau baik sekali membawakan Minnieku. Aku tidak sabar untuk membunuh kalian semua dan membawa Seungmin ke wilayahku” kata orang tersebut.

“Cih, dalam mimpimu” kata Felix. “What Juyeon wants, Juyeon will get it. Jadi, SERAHKAN DIA PADAKU” kata orang tersebut yang memanggil dirinya sebagai Juyeon sambil melompat berusaha mendapatkan Seungmin.

Namun, Minho bergerak lebih cepat dan berhasil menahan Juyeon untuk mendapatkan Seungmin. “Pergilah” kata Minho dengan telepatinya kepada Jeongin. Jeongin mengangguk dan segera berlari menjauhi tempat pertarungan.

“KAU PIKIR BISA LARI DARIKU HAH?!” seru Juyeon. “Lawanmu adalah kami” kata Chan sambil menampilkan senyuman yang mengerikan.


Jeongin, Felix dan Han, beserta Seungmin yang berada di gendongan Jeongin tersenyum kecil ketika sang surya mulai mengisi cahaya di tempat mereka. “Matahari sudah terbit. Juyeon akan kalah” kata Jeongin.

“Eh? Kenapa begitu?” Tanya Han. “Entahlah. Kurasa mereka menggunakan kekuatan magis, namun itu hanya bertahan di malam hari. Makanya, mereka menyerang kita di sore hari” kata Jeongin.

“Ada orang datang” kata Han. Jeongin segera bersiaga, begitu juga Han dan Felix. “Tapi, aku tidak merasa mereka bahaya” kata Seungmin. Suara orang berjalan semakin dekat dan jantung mereka semakin berdegub kencang.

“Jisung? Seungmin? Felix? Jeongin?” Suara familiar itu membuat mereka tenang dan tersenyum ke arah sumber suara. Ternyata, itu adalah Brian, kakak dari Han yang merupakan omega dari salah satu anggota pack utama mereka.

“Kakak” seru Han yang langsung memeluk erat Brian. “Kak Bri, kakakku dimana?” tanya Seungmin. “Kakakmu di pondok. Kami membangun pondok di sekitar sini. Kalian bisa menumpang sementara sampai kalian bisa membangun pondok untuk kalian sendiri” kata Brian sambil tersenyum.

“Kak Bri, tolong. Chan, Minho, Changbin dan Hyunjin sedang melawan Juyeon dan kelompoknya” kata Jeongin. Brian menepuk pelan bahu Alpha muda itu dengan tenang.

“Tenang saja. Sungjin dan Dowoon sudah turun untuk membantu mereka. Kalian tidak lupa kan kalau Sungjin adalah Alpha dan Dowoon adalah beta petarung?” Kata Brian.

Jeongin tersenyum. Bahkan Seungmin turun dari punggung Jeongin dan melompat bersama Han dan Felix. Namun perkataan Brian membuat nafas mereka tertahan. “Tapi, aku yakin kalian akan menangis ketika melihat mereka pulang”


Seungmin menunggu kepulangan 4 anggota lainnya di ruang tamu. Dia sangat takut dengan perkataan Brian. “Minnie, jangan terlalu takut ya? Aku yakin mereka semua selamat kok” kata Wonpil, yang merupakan beta penjaga dan kakak Seungmin.

“Kami pulang!!” Suara Sungjin membuat Seungmin segera berlari keluar. “Alpha Sungjin!! Dimana Alpha dan betaku?” Tanya Seungmin dengan cepat. Sungjin menggeser tubuhnya dan Seungmin rasanya ingin menangis.

Disana, ada Chan yang tangannya terluka cukup parah dan harus dituntun oleh Hyunjin yang memiliki luka di tubuhnya. Changbin dan Minho juga memiliki luka di wajah mereka.

“Hey, don't cry, sweetheart. We're okay...” kata Chan. “Katakan itu pada tanganmu yang terluka. Cepat masuk! Jae sudah menyiapkan obat untuk membalut luka kalian” kata Brian yang mengomel kepada Chan.

“Untung saja Sungjin sedang berada di dekat kalian. Aku tidak tau apa yang terjadi jika Sungjin tidak membantu kalian” kata Dowoon.

Keempatnya menidurkan diri di kasur lipat yang ada di ruang tamu. Jae, salah satu beta di pack Sungjin segera membalurkan obat yang diraciknya ke tubuh mereka berempat.

“Selepas ini, kalian jangan bergerak dulu. Pemulihan Chan harusnya lebih cepat” kata Jae. Selepas kepergian Jae, Seungmin segera menidurkan dirinya di tengah tengah Chan dan Changbin. “Maafkan aku. Karna aku, kalian terluka” kata Seungmin.

“Tidak apa Min. Sudah tugas kami menjagamu” kata Chan. Malam itu, kedelapan anggota pack kecil itu kembali berkumpul bersama. Kira-kira, petualangan apa lagi yang akan menunggu mereka?

Pairing : Changbin (Calvin) x Chaeyoung (Cherry) Warn : bxg ship, major character death, angst, harsh words

Jumat, 11 Agustus 20xx Hari itu, aku melihatmu dengan rambut yang tertata dengan rapi. Aku menghampirimu, dan kamu terlihat sangat senang dengan kehadiranku. Rambut hitam, tatapan mata yang hangat, pipi yang tirus, rahang tajam, dan suara khasmu memenuhi seluruh inderaku. Aku menghampirimu dan kamu tersenyum dengan semangat. ‘Apa kabar?’ sapaku. Kamu tersenyum dengan hangat. Dan aku semakin melebarkan senyumku. Benar, kamulah matahari untukku

’Baik dong. Apalagi hari ini, ulang tahun aku. Aku semangat, soalnya pacarku yang paling cantik dateng hari ini buat aku’ katamu dengan wajah berseri. Aku terkekeh sambil mengeluarkan sebuah kue dari dus kecil yang aku bawa. ‘Maaf, kamu tau aku ga bisa bikin kue, jadi aku beli ke Felix. Kamu ga bosen makan kue Felix kan?’ tanyaku. Dan tawanya lah yang terdengar di penjuru ruangan ini. ‘Gak lah. Ga ada kata bosen buat makan kue buatan Felixiano Halim. Apalagi kalo yang bawain kuenya malaikat.’ Aku pun memukulmu dengan main-main. ‘Gombal terusss’ kataku. Dan kamu hanya tertawa kencang

Hari itu, jadi hari yang paling membahagiakan untukku. Aku senang bisa melihat senyumanmu. Aku senang bisa menjadi sumber dari tawa yang sudah lama ingin aku dengar. Happy birthday sayangku


Jumat, 8 September 20xx ’Ayo kita putus.’ Tiga kata yang membuatku ingin pingsan ketika mendengar itu di siang hari. Aku bingung, apa salahku? Apa salah hubungan di antara kita? Katanya, kamu senang dengan keberadaanku, tapi kenapa kamu memilih untuk mengingkari itu?

’Aku takut membuatmu terluka. Aku tidak mau melihatmu terluka ketika bersamaku. Jadi aku akan membiarkanmu pergi. Tolong, bahagialah walaupun tanpa aku. Aku tidak ingin egois untuk menahanmu. Berbahagialah selalu’ ucapmu siang itu. Aku terus menahanmu, berusaha meyakinkan bahwa aku tidak ingin berpisah denganmu. Tapi, kamu hanya melepaskan tanganku. ‘Jika waktu dapat diputar kembali, aku tidak ingin memiliki hubungan apapun denganmu, karena aku tau, aku akan menyakitimu pada akhirnya.’ Kata-kata itu cukup membuatku sangat kecewa padamu. Sangat membencimu, dan aku ingin memukulmu saat itu juga, namun kamu langsung berlalu tanpa membicarakan apapun lagi. Aku membencimu, Calvin Antares


Aku menutup lembar pada buku harian yang sudah berdebu itu. Sudah 3 tahun sejak kepergian si brengsek Calvin, dan tidak sekalipun aku merindukan sosoknya. Semua foto, buku harian, bahkan pemberian dari pria Antares itu aku simpan di sebuah kotak, dan aku simpan itu di Gudang bawah tanah. Sengaja ditumpuk dengan barang lain, agar aku tidak membukanya lagi.

Namun, entah kenapa hari ini, aku mengambil kotak itu lagi. Aku membuka kotak itu dan mengenang kembali hari-hari bahagia yang aku lewati denganmu. Tanpa sadar, mataku mengeluarkan air mata. Dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku sangat merindukanmu. Sangat merindukanmu, Calvin.

Tiba-tiba, ada suara klakson yang terdengar dari luar rumah. Aku keluar rumah, dan mendapati salah satu sahabat mantan kekasihku itu, yang bernama Aji berdiri di depan rumahku dengan motor kesayangannya. “Hai kak” sapa Aji. “Hai Aji. Udah lama banget. Kenapa kesini?” kataku. Aji menyerahkan sebuah helm padaku. “Ikut Aji ka. Aji mau bawa kakak ketemu bang Ical” kata Aji. Ical, nama itu rasanya sudah lama tidak aku dengar. Nama panggilan Calvin yang diberikan dari teman-temannya.

Selama perjalanan, aku berdiam. Aku cemas. Sudah setampan apa dirimu saat ini? Sudah sesukses apa? Aku ingat jika Calvin dulu mau menjadi Menteri. Aku ingin mendengar kisah kesuksesanmu. Aku terus bermain dengan pikiranku, hingga tanpa sadar, Aji menghentikan motornya di pinggir laut. Aku turun, namun aku tidak melihat sosok Calvin sama sekali. “Aji, Calvin dimana?” tanyaku. Aji tersenyum dengan pedih, lalu menunjuk ke laut. “Setahun lalu, abu bang Ical dibuang kesana ka” kata Aji.

Aku terkejut, dan tanpa sadar aku jatuh terduduk di hamparan pasir lembut itu. Jadi, inikah alasanmu mengakhiri hubunganmu denganku? Kenapa? Apakah aku tidak cukup baik untuk mendampingimu di masa-masa terakhirmu?

“Bang Ical didiagnosa kena kanker. Awalnya dari tumor. Ketika dia mutusin kakak, dia baru dapet hasil, bahwa dia menderita tumor di kepalanya. Hampir mustahil untuk dihilangkan, dikarenakan letaknya yang sangat rawan. Dan akhirnya bang Ical memutuskan untuk menanggung semuanya. Dia ga mau siapapun tau dengan keadaannya. Kita aja baru tau, ketika bang Ical udah masuk masa kritisnya. Dan kenapa kita baru ngasih tau kakak setelah setahun, karena itu permintaan dari bang Ical sendiri” jelas Aji panjang lebar.

Aji menyerahkan selembar surat yang terlihat lusuh itu. “Ini surat terakhir dari bang Ical. Tulisannya udah ga bagus, karena kanker itu udah menggerogoti saraf motorik dia” kata Aji. Aku membuka surat itu dan kembali menangis. Aku melihat ke laut yang cukup tenang itu sambil membayangkan wajah Calvin. Calvin Antares, aku mencintaimu. Selalu, dan selamanya


Hai, Cherry. Maaf aku ga bisa nulis lama-lama. Aku mau bilang, terima kasih sudah mau menerimaku sebagai kekasihmu. Aku selalu sayang kamu, dan selamanya akan terus mencintaimu. Sampai bertemu di kehidupan selanjutnya, Cherry. I love you and always love you. Tertanda, Calvin Antares

Cast : – Sungjin as Demigod (Putra Zeus) – YoungK as Demigod (Putra Aphrodite) – Wonpil as Demigod (Putra Apollo) – Jae as Demigod (Putra Athena)

Warn : demigod universe, bxb, Youngk and Wonpil bot!, harsh words

Note : – Zeus is the highest gods, disebut juga pemimpin. Dewa Petir dan Cahaya – Aphrodite adalah dewi tercantik – Apollo adalah dewa musik (Based on Percy Jackson's Greek Gods by Rick Riordian)


Seorang pria dengan tas gitar yang tersampir di punggungnya mendorong pintu apartementnya. Ia baru saja pulang dari kegiatan UKM musik di kampusnya.

“Ya! Anda siapa? Kenapa bisa masuk apartement saya?” tanya pria itu. Pasalnya, ketika ia menyalakan lampu ruang tamunya, ia mendapati seorang pria dewasa yang duduk di sofanya.

“Oh? Sungjin? Kamu lama sekali. Aku sudah menunggumu sejak pagi” kata pria dewasa tersebut. Pria pemilik apartement tersebut menaikkan alisnya. Pria ini darimana mengetahui namanya?

“Maaf pak, saya tidak bermaksud untuk tidak sopan, tetapi ini rumah saya. Saya tidak mengerti bagaimana anda bisa masuk kesini dan apa tujuan anda. Tapi, saya harap anda bisa pergi dari sini karena saya harus beristirahat” kata pria yang dipanggil Sungjin itu.

Pria dewasa itu menepuk bahu Sungjin. “Sungjin, kamu harus ikut denganku” kata pria dewasa itu. “Tidak. Untuk apa saya mengikuti anda? Saya bukan anak kecil yang bisa anda culik” kata Sungjin.

Tidak ada pilihan lain” kata pria dewasa itu dalam hati. Pria dewasa itu menggerakkan kecil tangannya dan muncul sebuah tombak yang dialiri listrik di sekitar tombak tersebut.

Sungjin mundur sedikit. “Anda siapa? Apakah anda bukan manusia?” tanya Sungjin. Pria dewasa itu terdiam dan menyerahkan tombak petir itu kepada Sungjin. “Ambil dia. Dan lihat apa yang bisa kamu lakukan” kata pria dewasa tersebut.

Sungjin ragu tentu saja. Dia tidak ingin mati saat ini, skripsinya belum direvisi oleh dosen pembimbingnya. “Ayo Sungjin. Setelah ini, kamu akan mempercayai kata-kataku” kata pria dewasa tersebut.

Sungjin menghela nafasnya, kemudian memantapkan dirinya untuk mengambil tombak petir itu. Dan Sungjin terkejut karena tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Dirinya masih hidup!

“Okay, aku sudah memegangnya. Lalu apa yang harus aku lakukan?” Sungjin bingung, kenapa tiba-tiba dia menggunakan bahasa informal pada pria dewasa ini.

Pria dewasa itu membuka pintu balkon apartement Sungjin. “Arahkan petir itu ke langit. Dan lihat apa yang terjadi” kata pria dewasa itu. Sungjin mengarahkan tombak itu ke langit, dan keluarlah petir dari tombak itu menuju langit. Langit pun muncul petir, juga kilat di malam hari itu.

Sungjin terperangah. Tidak percaya apa yang bisa dilakukannya. “Petir itu, hanya bisa jinak dan digunakan oleh Zeus dan para keturunannya” kata Pria dewasa itu. “Oke, aku tau Zeus adalah dewa Yunani. Dan apa hubungannya dengan anda dan diriku?” Kata Sungjin.

“Kau adalah keturunan Zeus” kata pria dewasa itu. Sungjin terdiam. Otaknya harus memproses banyak sekali informasi yang harus dia terima dalam satu waktu. “Dan aku adalah Zeus” kata pria dewasa itu.

Seketika kepala Sungjin menjadi pusing, dan kegelapan pun menghampirinya.


Sungjin terbangun karena ada cahaya yang menusuk matanya. Ia mendapati dirinya berada di sebuah kamar dengan nuansa kayu alias ia bukan berada di kamarnya.

“Oh? Kamu sudah sadar?” Suara yang terdengar sedikit cempreng itu membuat Sungjin menengok. Seorang pria (yang ekhem cukup manis) menghampiri kasur tempatnya tidur tadi.

Pria tersebut mengukur suhu tubuh Sungjin dan kemudian tersenyum mendapati bahwa Sungjin tidak demam. “Kamu sudah baik-baik saja. Oh, perkenalkan, aku Wonpil, kepala bagian perawatan dan kecelakaan disini. Dan aku adalah anak dari Apollo” kata pria tersebut yang menyebut dirinya Wonpil.

“Wait, kamu anak dewa juga?” Tanya Sungjin. “Ya iya. Semua orang yang tinggal disini juga anak dewa dan dewi kok. Atau kami menyebutnya dengan demigod” kata Wonpil.

“Dan dimana aku?” Tanya Sungjin. “Perkemahan demigod, tempat tinggal untuk para demigod” kata Wonpil.


Sungjin berusaha menyamai langkah kakinya dengan pria kecil di hadapannya ini. Ternyata, walaupun kecil tenaganya cukup kuat untuk menyeret Sungjin menuju sebuah rumah di dekat palang yang Wonpil sebut sebagai gerbang masuk perkemahan.

Wonpil mengetuk pintu itu, dan tidak lama, pintu itu terbuka. Dari dalam rumah, keluarlah seorang manusia yang setengah tubuhnya adalah kuda, juga seorang manusia lagi yang nampak mabuk.

“Sungjin? Sudah merasa baikan?” tanya si pria setengah kuda itu. “Ayahmu membawamu kesini tengah malam, dan langsung pergi lagi. Syukurlah, kami sudah menemukanmu” kata pria itu lagi.

“Okay.. Ayahku adalah Zeus kan? Aku sudah mengetahui hal tersebut” kata Sungjin. “Bagus. Dan sebelumnya, aku adalah centaurus, setengah manusia dan setengah kuda. Namaku Chiron. Ini adalah Dionysus. Dewa anggur yang tinggal di perkemahan” kata centaurus tersebut atau Chiron.

Sungjin mengangguk mengiyakan. Mungkin mulai sekarang, ia akan belajar bagaimana memproses informasi dengan cepat. Chiron menengok kepada Wonpil. “Antarkan dia bertemu Jaehyung” kata Chiron. “Siap!!” seru Wonpil.

Sungjin membungkukkan sedikit tubuhnya pada Chiron dan Dionysus kemudian mengikuti Wonpil yang terlihat semangat sekali. “Kamu kenal Jaehyung?” tanya Sungjin. “Iyalah! Ya kali aku ga kenal sama pacarku sendiri” kata Wonpil.

Sungjin kembali menghela nafas ketika mendapatkan informasi baru lagi. Ia harus menyiapkan diri ketika nanti Wonpil bertemu dengan pacarnya itu, karena dia akan menjadi nyamuk :(

Sungjin dan Wonpil memasuki lapangan luas di tengah perkemahan. Disana, banyak orang yang menggunakan baju zirah dan berlatih pedang. Sungjin melihat Wonpil berlari menuju seorang pria dengan tubuh yang tinggi dan memiliki rambut merah gelap tersebut.

Pria tinggi itu memeluk Wonpil dan seketika membuat Sungjin ingin memiliki pacar. Sungjin memperhatikan Wonpil menarik pria tinggi itu mendekati dirinya. Sungjin pun kembali mempersiapkan dirinya untuk menerima informasi lagi.

“Hai Sungjin ya? Anak Tuan Zeus? Perkenalkan, aku Jaehyung. Anak dewi Athena, dewi kebijaksanaan. Aku adalah pengatur strategi utama di perkemahan ini dan aku pacar manusia mungil ini” kata Jaehyung sambil mengulurkan tangannya pada Sungjin.

Sungjin menjabat tangan Jae. “Aku Sungjin. Anak dewa Zeus. Ya dan aku baru datang semalam” kata Sungjin. “Ayo masuk ke ruang strategi. Kita harus mengenalkanmu pada yang lain” kata Jaehyung sambil merangkul Sungjin. Wonpil mengikuti keduanya di belakang.

Ketiganya masuk ke ruangan strategi itu. “Yo, hello Minho. Ini Sungjin, anak Tuan Zeus” kata Jaehyung kepada pria muda di ruangan itu. Pria yang dipanggil Minho mengangkat kepalanya. “Oh halo Sungjin. Aku Minho atau Lee Know terserah panggil aku semaumu. Aku ketua pelatihan perang, dan aku anak dewa Ares” kata Minho.

Kemudian, pintu terbuka dengan keras. “YA! LEE MINHO! AYO LAWAN AKU!!” Teriak seseorang yang membanting pintu itu. Sungjin terperangah melihatnya. Hanya ada satu kata yang bisa menjelaskan pria itu, indah.

Rambut hitam legam, kemudian pipi gembil, juga wajah yang dipenuhi keringat. “Cantik” kata Sungjin tanpa sadar. Hal itu membuat semua orang yang berada dalam ruangan itu terkejut dan menahan nafas mereka.

Pria dengan pipi gembil itu menghampiri Sungjin. Senyuman yang cukup mengerikan terlihat di wajahnya. “Jadilah lawanku, anak baru. Kita lihat kekalahanmu” kata pria itu.


Sungjin hanya berharap ia bisa selamat kali ini. Pujian yang ia layangkan kepada pria tersebut dilatakannya secara tidak sadar, dan kini ia harus berhadapan dengan pria tersebut sebagai lawannya.

Oke, Sungjin mengakui dirinya pernah berlatih beberapa bela diri, tetapi ia merasa bahwa pria di hadapannya ini lebih lihai dibandingkan dirinya.

“Tenangkan dirimu Jin. Lakukan semampumu. Brian sebenarnya baik, hanya dia tidak suka dipuji” jelas Jaehyung pada Sungjin dengan berbisik.

Minho memulai pertarungan dengan mengibarkan bendera. Pria itu langsung menyerang Sungjin dengan lihai. Sungjin langsung menahan setiap pergerakan pria di hadapannya.

Tipikal pertarung jarak dekat” kata Sungjin dalam hati. Sungjin terus menahan setiap serangan yang diberikan. Cukup sulit mengingat pria di hadapannya sangat lihai dalam memainkan pedangnya.

Kemudian, pria itu mundur untuk mengambil nafas, dan kesempatan itu Sungjin gunakan untuk melawan balik pria tersebut. Pria tersebut cukup kesulitan, namun masih bisa mengimbangi permainan Sungjin.

Sampai, salah satu pedang terlempar dan menancap di dekat Jaehyung. Minho, Jaehyung dan Wonpil terkejut melihat pedang Younghyun yang tertancap di dekat mereka.

Disana, pria dengan pipi gembil itu tidak menyangka bahwa untuk pertama kalinya, ada yang bisa mengalahkannya. Sungjin menodongkan pedangnya tepat di hadapan pria tersebut.

“Aku tidak pernah berlatih pedang. Kurasa itu adalah bawaan dari ayahku. Perkenalkan, aku Sungjin, anak dewa Zeus” kata Sungjin.


Sejak pertarungan itu, Sungjin akhirnya mengetahui mengapa ia bisa memuji pria tersebut secara tidak sadar. Pria tersebut adalah satu-satunya pria yang merupakan anak dari dewi Aphrodite. Ngomong-ngomong, namanya Brian.

Brian menjadi anak kesayangan Aphrodite, dan permata dari kabinnya. Walaupun begitu, ia adalah seorang petarung yang hebat dan didapuk menjadi wakil ketua pelatihan perang.

Dari cerita Brian pun, dia mengetahui jika Brian sejak kecil sudah tinggal di perkemahan ini, dan sudah bersahabat dengan Wonpil seumur hidupnya. Brian juga mengungkapkan alasan dirinya tidak senang dipuji karena ia ingin diliat kemampuannya, bukan karena wajahnya.

Dan sejak pertarungan itu juga, baik Sungjin maupun Brian kini menyandang gelar 'Setan Arena.' Dikarenakan keduanya yang lihai bertarung dan benar-benar sangat cocok.

Sungjin sebenarnya ingin mengajak Brian berpacaran. Namun, sepertinya Brian belum ingin menjalin hubungan dengan siapa-siapa. Apalagi, Brian tidak suka ketika ia dipuji-puji karena fisiknya, padahal ia ingin memuji fisik pria itu.

Maka dari itu, Sungjin mendatangi Brian yang saat itu sedang bersantai di pinggir danau. Ia tersenyum ketika mendapati Brian yang duduk sambil memeluk lututnya.

“Bri? Udah makan?” Tanya Sungjin. Brian menoleh cepat kemudian tersenyum manis. Astaga, Sungjin pusing melihatnya! “Udah dong. Ya kali aku belum makan” kata Brian.

Sungjin duduk di samping Brian. Menikmati cuaca sore itu yang cukup hangat. “Bri, aku mau ngomong sama kamu” kata Sungjin. “Hm? Kenapa Sungjin?” Tanya Brian.

Sungjin menggeser tubuh Brian agar bisa berhadapan dengannya. Ia memegang kedua tangan yang lebih kecil darinya itu. “Tolong jangan potong ucapan aku dulu. Aku mau bilang kalo aku tuh sayang banget sama kamu. Kamu itu ga cuma cantik, tapi kamu itu baik dan kuat. Kemampuan bertarung kamu adalah yang terbaik buat aku. Kamu hebat banget.

Aku dari kemaren udah mau nanya ini, tapi aku takut kamu nolak, dan akhirnya kita menjauh. Aku ga mau itu terjadi Bri. Tapi sekarang, aku mantepin diri aku. Aku akan menanyakan ini, dan aku akan siap dengan segala resikonya. Brian, would you be my mate” kata Sungjin panjang lebar.

Brian terkejut dengan pernyataan Sungjin. Kepalanya menunduk dalam. “Maaf Jin” kata Brian. Oke, Sungjin sudah mengerti apa maksud Brian.

“Maaf kalo aku lancang. Tapi aku udah suka sama kamu. Dulu, waktu aku dapet tugas ke dunia manusia, aku pernah liat kamu. Aku liat kamu main alat musik. Dan itu bikin aku jatuh cinta sama kamu. Aku lancang minta tolong kepada ibuku dan juga Tuan Zeus untuk membawamu ke perkemahan. Maafkan aku” kata Brian.

Kini, Sungjin yang terkejut mendengar pernyataan Brian. Namun perasaan terkejut itu, pelan-pelan digantikan dengan perasaan yang menghangat. Tangan Sungjin otomatis merengkuh tubuh pria di hadapannya ini.

“Terima kasih, sudah membawaku kesini. I'm glad to have you in my life” kata Sungjin. Brian membalas rengkuhan Sungjin dengan erat. “Terima kasih sudah menerimaku apa adanya” kata Brian.

Di kejauhan, ada seorang wanita dan juga seorang pria yang memperhatikan mereka. “Mereka manis sekali” kata wanita tersebut. “Aku harap, Sungjin tidak menyakiti Brian” kata pria tersebut. “Ya, aku rasa Sungjin akan sulit berpaling dari Brian” kata wanita tersebut sambil mengedipkan sebelah matanya kepada pria di sampingnya.


Deep deep deep in love We are speaking with our eyes Deeper We fall naturally into each other

Give give give me love Even without word, I understand it all I know what you want And you know what I want It’s love

Day6 – Deep in Love

Warn : bxg, angst, hurt/comfort, saeguk

Pairing : Lee Know (Minho) x Lia (Jisu)

Dinasti Joseon

“Nona Jisu, anda kedatangan tamu” Wanita yang menggunakan hanbok berwarna pink itu tersenyum. Ia berdiri dan merapikan hanboknya. “Pelayan Kim, tolong siramkan bunga-bunga ini untukku ya” kata wanita tersebut atau Jisu.

Jisu berlari kecil untuk mencapai ruang utama. Ia tersenyum ketika mendapati sosok tegap seorang laki-laki, dengan hanbok berwarna biru yang melekat di tubuhnya.

“Ka Minho?” panggil Jisu. Pria tersebut, atau yang dipanggil Minho itu berbalik badan dan tersenyum melihat wanita pujaannya itu. “Selamat sore Nona Jisu.. Saya datang kesini dengan tujuan untuk membawa Nona Jisu pergi ke air terjun di dalam hutan timur” kata Minho.

Jisu memukul bahu pria itu main-main. “Sok formal banget sih ka? Ayo kita pergi” kata Jisu. “Eh bentar, kakak harus izin sama papa kamu buat nyulik anaknya” kata Minho. “Papa ga ada di rumah ka. Lagian kakak canggung banget sih sama calon ayah mertua” kata Jisu.

“Hehehe...” tawa Minho sambil memamerkan deretan gigi yang rapi itu. “Ya walaupun gitu, kamu kan belum terikat sama kakak. Jadi, kamu itu masih milik keluargamu. Kakak seharusnya minta izin kalau mau bawa kamu keluar rumah” kata Minho sambil mencubit kecil hidung Jisu.

“Loh? Nak Minho?” Suara seorang wanita dewasa terdengar. Minho membungkuk kepada wanita tersebut. “Selamat sore ibu” kata Minho. “Ma, aku pergi sama ka Minho ya” kata Jisu dengan cepat. “Hey!!” Seru Minho sambil melirik tajam wanita di sebelahnya ini.

“Ibu, saya minta izin untuk membawa Jisu ke air terjun di hutan timur. Apakah boleh??” tanya Minho. “Loh, ya kalian kan udah tunangan toh? Ya bawa aja Jisunya. Gausah bawa pulang juga gapapa” kata wanita dewasa tersebut yang ternyata adalah ibu dari Jisu.

“Tuh kan aku bilang apa. Yaudah aku pergi ya ma” kata Jisu. Minho membungkuk pada ibu dari pasangannya itu. “Kami pergi ya bu” kata Minho.

Minho menggendong Jisu untuk duduk di atas kuda miliknya. Dan segera Minho pun menaiki kudanya, dan duduk di belakang Jisu. “Ayo pergi” kata Minho sambil tersenyum.


Sesampainya di hutan timur, Minho turun dari kudanya dan membantu Jisu untuk turun dari kuda. Ia mengikat tali pada kuda tersebut ke pohon di dekat air terjun.

Jisu melepas sepatunya dan menyeburkan kakinya ke danau di bawah air terjun tersebut. Di sebelahnya, Minho melakukan hal yang sama.

“Aku selalu seneng kalo bisa ke hutan timur. Pemandangannya selalu indah, terus adem juga suasananya” kata Jisu. “Aku seneng kalo kamu seneng” kata Minho.

“Oh iya, kamu mau ngomong apa? Kamu tiba-tiba dateng pasti ada sesuatu” kata Jisu. Minho tersenyum manis. Kekasihnya ini sudah sangat mengenal dirinya. Minho mengeluarkan kantung berwarna putih dari kantung hanboknya.

Minho mengeluarkan sebuah kalung dengan liontin cincin berwarna putih. “Sini, deketan” kata Minho. Jisu mencondongkan tubuhnya ke arah Minho dan Minho memasangkan kalung tersebut kepada Jisu.

“Aku juga pake yang sama” kata Minho. Ia menurunkan sedikit kerah hanboknya dan disana ada kalung dengan liontin yang sama. “Minho...” kata Jisu dengan lirih.

“Aku diutus pergi besok. Akan ada perang besar dengan negeri sebelah. Aku mau kasih cincin ini ke kamu, sebagai jaminan kalau aku bakal pulang dengan selamat” kata Minho.

Jisu mengenggam tangan besar Minho. “Jangan Minho. Jangan. Tolong.. Jangan tinggalin aku” kata Jisu sambil berlinang air mata. “Maaf Jisu. Aku harus pergi. Tapi aku janji akan kembali” kata Minho.

Minho membawa Jisu ke dalam pelukannya. Jisu memeluk erat tubuh pria kesayangannya itu. “Tolong kembali dengan selamat” kata Jisu. “Iya. Aku janji” kata Minho. “Kalaupun aku tidak selamat, aku akan mengejarmu lagi di kehidupan selanjutnya” kata Minho dalam hati.


Setahun berlalu setelah pernyataan Minho di air terjun, tidak ada tanda-tanda bahwa Minho mendatanginya. Jisu hampir setiap hari berdoa sambil mengenggam erat kalung dari Minho.

“Jisu, ada yang mencarimu” panggil sang ibu. Jisu segera bangun dari kasurnya dan keluar dari kamar. Ia berjalan dengan cepat ke depan rumah. Jisu terkejut mendapati seorang pria yang ia yakini sebagai sahabat dari Minho.

Pria tersebut menggunakan penyangga untuk tangannya. “Changbin?” panggil Jisu. Pria tersebut atau Changbin segera menoleh pada Jisu. Sebelah tangan Changbin yang tidak menggunakan penyangga, memeluk sebuah guci abu.

Jisu terkejut. Dalam hati, ia berharap bahwa semua pikiran buruknya tidak terjadi. “Maaf Jisu. Maaf... Dia tertusuk di depan mataku sendiri. Dia memintaku untuk mengembalikannya padamu” kata Changbin.

Jisu jatuh terduduk dan menangis dengan keras. Changbin berlutut dan menggeser guci tersebut ke hadapan Jisu. “Sampai di akhir hidupnya, dia tetap mencintaimu Jisu. Aku berharap kalian dipertemukan lagi di kehidupan selanjutnya” kata Changbin sambil menepuk bahu Jisu.


Tahun 2020

Seorang wanita dengan rambut coklat sepunggung berjalan di koridor kampus. Tangannya menenteng buku-buku tebal, hasil dari meminjam di perpustakaan.

Wanita itu terkejut ketika ada tangan yang mengambil buku di tangannya tersebut. Setelah mengetahui siapa yang mengambil bukunya, dia pun terkekeh. “Yaampun, aku dibantuin sama selebgram” kata wanita tersebut.

“Tapi aku kan selebgram yang baik hati, ga sombong dan rajin menabung. Emangnya Hyunjin, abis dapet duit endorsan, jajan terus sama Ryujin” kata pria yang ternyata membawa buku wanita tersebut.

“Li, kosong ga malem ini?” tanya pria itu. Wanita yang dipanggil Li itu mengangguk. “Ya kosong lah ka. Kan Lia jomblo dari lahir” kata wanita itu atau Lia setengah tergelak. “Jalan yuk? Ada pasar malem di pusat kota” kata pria itu.

“Tumben nih.. Biasanya selebgram bernama Lee Know ini kan sangat sangat sibuk. Apalagi ini malem minggu. Biasanya ngelive di IG bareng anak-anak lain” kata Lia. Pria yang ternyata bernama Lee Know itu tertawa kencang, mengundang perhatian orang yang berjalan di koridor tersebut.

“Sesekali kakak mau jalan sama Lia. Kasian nih Lia stress ujian sama ngerjain tugas terus. Makanya kakak mau ngajak kamu refreshing” kata Lee Know. Lia pun memukul bahu Lee Know main-main. “Bolehlah. Jemput Lia di apart jam 6 ya ka” kata Lia.

“Okay. Kamu mau kemana sekarang?” Kata Lee Know. “Pulang lah. Yeji berisik banget nih nanyain kapan pulang, soalnya dia kan ga bisa masak” kata Lia. “Yaudah, kakak anterin yuk” kata Lee Know.

“Ishhh ka Lee Know tuh kenapa baikkk banget sih? Beruntung banget yang bisa jadi pacar kakak nanti” kata Lia. “Dan wanita yang beruntung itu kamu Lia, atau harus ku panggil Jisu? Wanita yang selalu aku cintai, dari pertama kita bertemu di dinasti Joseon, hingga saat ini. Aku menanti 500 tahun, menanggung ingatan akan kisah kita, untuk bertemu denganmu lagi” kata Lee Know yang tentu saja diucapkan dalam hatinya.

“Ka? Hey? Kakak ga kerasukan kan?” Kata Lia sambil melambaikan tangannya di hadapan Lee Know. Lee Know segera tersadar kemudian tersenyum. “Gaklah. Yuk pulang” kata Lee Know.


Jam 18.15 akhirnya mereka sampai di pasar malam. Keadaannya cukup ramai, mengingat hari ini adalah malam minggu, yang berarti orang-orang akan keluar dari rumah untuk menikmati liburan.

“KAAA!! LIAT!! Ada tempat penyewaan hanbok!!” teriak Lia dengan semangat. Lia segera berlari ke tempat penyewaan hanbok dan Lee Know mengikuti dari belakang.

Lee Know menunggu Lia yang sedang mengenakan hanbok dibantu staff disana. Tangannya dengan aktif berselancar di media sosial berlogo kamera berwarna pink. Dalam hatinya, ia sangat deg-degan. Sebentar lagi ia akan melihat Jisunya kembali.

“Ka, Lia bagus ga?” Suara itu membuat Lee Know mendongak dan membuat dirinya terperangah. Lia mengetakan hanbok pink, dan hanbok tersebut sangat mirip dengan hanbok yang biasa digunakan oleh Jisu di masa lalu.

“Kamu, cantik banget” kata Lee Know. Lia tersipu dan wajahnya sedikit memerah. “Kakak juga ganteng kok pake hanbok biru gitu” kata Lia. Hati Lee Know menghangat. Sikap itu, sikap Jisu yang bertahan dalam diri Lia.

“Kita jalan yuk?” tanya Lee Know. Lee Know menyodorkan lengannya, dan Lia segera melingkarkan tangannya pada lengan Lee Know.

Lee Know dan Lia berjalan di bawah ratusan lentera yang terpasang di atas mereka. Tidak ada percakapan yang dimulai di antara mereka. Keduanya menikmati waktu yang seolah berjalan dengan lambat itu.

DUAR!!

Suara kembang api mengejutkan keduanya. “Ka, liat kembang api ayooo” kata Lia. Keduanya berjalan menuju jembatan yang ada di pasar malam tersebut dan menikmati acara kembang api.

“Lia, kakak boleh ngomong sesuatu?” tanya Lee Know. “Boleh dong. Ngomong apa ka?” tanya Lia. Lee Know mengenggam kedua tangan yang lebih kecil dari miliknya itu. Matanya tertuju hanya kepada Lia.

“Lia, kakak mau bilang terima kasih udah hadir di hidup kakak. Udah baik sama kakak, selalu ngingetin kakak kalau kakak mulai ngelakuin hal buruk. Kakak nyaman banget sama Lia. Kakak mau nanya, Lia mau jadi pacar kakak?” kata Lee Know.

Lia terkejut, namun perlahan senyumannya melengkung indah. Lia beranjak untuk memeluk Lee Know dengan erat. “Iya!! Lia mau jadi pacar kakak” kata Lia. Lee Know tersenyum hangat dan keduanya berpelukan dengan erat.

Malam itu, Lee Know atau Minho, berhasil mendapatkan kisah cintanya kembali. Kisah cinta yang sebelumnya terhenti, kini sudah terjalin kembali. Untaian benang merah di antara mereka kembali terlihat di antara mereka.

Aku pernah meninggalkanmu di masa lalu, dan itu adalah kesalahan terbesar yang pernah aku lakukan. Saat ini, biarkan aku kembali menjadi pria yang akan menjagamu dengan sepenuh hati. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Now and forever” – Lee Know

Semuanya, jangan lupa untuk berolahraga ya! Jangan lupa buat minum air putih juga! Jaga kesehatan juga.. Aku matiin ya livenya??? Eh ntar di depan yang ada lampu baru aku matiin

Ketika sudah sampai di bawah lampu jalan, tangan pria itu dengan cekatan menghentikan siaran live dari aplikasi berlogo jari biru tersebut.

Bibir pria tersebut menyunggingkan senyumannya. Walaupun senyumannya saat itu tertutup oleh masker putih yang digunakan, namun, rasanya seisi dunia bisa mengetahui bahwa dirinya saat ini sedang senang.

Pria tersebut menyimpan kembali ponsel di dalam kantungnya. Ia memasang airpods miliknya, dan segera memasang lagu. Ia pun berlari kecil menuju gedung tempatnya bekerja.

Sesampainya di tempat kerjanya, ia segera membungkukkan badannya dan membiarkan staff disana mengukur suhu tubuhnya. “Ka, abis lari malem ya?” tanya staff tersebut.

“Iya nih Hahaha... Kemaren sore abis diajak main sama temen, terus langsung latihan, makanya ga sempet olahraga” kata pria itu.

“Kakak sekarang keliatan sehat banget. Terus senyum terus, keliatan lebih semangat dibanding sebelumnya” kata staff tersebut lagi. “Keliatan banget ya? Anak-anak juga bilang gitu. Auranya lebih positif kata mereka mah” kata pria itu sembari tertawa.

“Yaudah, aku ke atas ya. Makasih udah perhatian sama aku Hahaha” kata pria tersebut. “Sama-sama ka!! Semangat latihannya” kata staff itu. Pria tersebut melambaikan tangannya dan menaiki lift yang membawanya ke studio, tempat dirinya latihan dan bekerja.


Sesampainya di studio, tangan kekarnya segera membuka pintu dan dikejutkan dengan empat orang keluarganya itu yang tersenyum di hadapannya itu.

“Ada apa nih?” Tanya pria tersebut. “KA SUNGJIN HEBAT BANGETT!!!” Seru pria dengan kaus hitam dan celana merah. “Glad to see your smile again” kata pria tinggi dengan kacamata yang bertengger.

Pria tersebut atau Sungjin terkekeh. Kemudian ia menepuk bahu si pria tinggi dan pria berkaus hitam itu secara bersamaan. “Kalian juga hebat kok. Udah mau ngertiin aku” kata Sungjin.

“Ngomong-ngomong, kalian pake baju santai banget? Ini kenapa cuma Kang Bra yang pake baju rapi?” Tanya Sungjin. “Ka Younghyun ada acara tuh ka. Tapi dia ga mau bilang-bilang” kata pria termuda di antara mereka itu.

“HEH!! Ya ngapain aku harus bilang? Nanti kamu bocorin ke MyDay. Nanti ga kejutan lagi dong buat mereka” kata pria dengan kaus hitam dan kemeja jeans itu yang dipanggil Younghyun.

“Udah, udah. Berantem terus kalian ini. Ayo latihan. Tadi ngajak latihan, kapan selesainya kalo kalian berantem terus?” Kata Sungjin melerai pertengkaran main-main dua keluarganya itu.

“Oh iya, Wonpil, kamu jadi model mv Bolbbalgan4 ya?” Tanya Sungjin. Pria berkaus hitam dan celana merah yang dipanggil Wonpil itu menoleh. “Loh? Ka Sungjin tau darimana? Aku belum kasih tau kakak loh” kata Wonpil.

“Tadi MyDay yang kasih tau. Maaf ya, aku ga tau. Aku harusnya lebih perhatian lagi” kata Sungjin.

Wonpil tersenyum dengan teduh. “Ka Sungjin, kita semua sangat-sangat mengerti keadaan kakak dan ka Jae. Pas kakak minta untuk ga ngomongin kerjaan di dorm, kita seneng ka. Berarti kakak ada niat untuk cepet sembuh” kata Wonpil.

“Bener ka. Kita bakal nungguin sampe kakak dan ka Jae siap lagi berdiri di atas panggung. Makanya, kita tuh seneng kalo bisa latihan bareng” kata yang paling muda di antara mereka.

“Terima kasih bayi” kata Jae sambil mengusak rambut member termuda itu. “KAAAA!!!” seru yang termuda. “Dah Jae, jangan jailin Dowoon lagi. Kita latihan sekarang?” Kata Sungjin.

“AYO! Ka, latihan lagu Zombie yuk. Kangen nyanyi lagu Zombie” kata yang termuda atau Dowoon itu. “Kamu kaya nyanyi aja. Nyanyi Wanna Go Back aja ka, biar Dowoon nyanyi” kata Younghyun.

“KAA!! DOWOON HARI INI ABIS MINUM ES, SUARANYA LAGI JELEK” kata Dowoon. “Udah udah, kalian ini ribut banget. Ntar kedengeran sampe keluar lagi. Ayo latihan aja” kata Sungjin sambil mengangkat gitarnya dan menyampirkan tali gitar tersebut di bahunya.

Sungjin tersenyum. Melihat keempat keluarganya yang sangat mengerti dan menyayanginya. Melihat saudara-saudaranya itu bisa tertawa kembali, membuat hati Sungjin menghangat.


Terima kasih Tuhan, untuk keluarga kedua yang aku terima. Terima kasih juga untuk MyDay yang selalu menyemangati dan menunggu kami untuk berdiri di panggung kembali dengan formasi yang lengkap.

MyDay, tolong tunggu aku dan Jae sebentar lagi. Kami akan berdiri dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat. Kami, Day6, akan menjadi grup yang tidak akan pernah membuat kalian malu. Kami, Day6 akan terus berusaha untuk menjadi grup yang akan kalian banggakan

Hyunjin as Samuel Han as Hanif Felix as Felix Seungmin as Semesta


Samuel, Hanif, Felix dan Semesta. Keempat serangkai yang namanya udah tersohor di kampus. Keempatnya adalah sahabat sejak mereka kecil.

Perjalanan persahabatan mereka selalu menjadi tolak ukur untuk yang lainnya. Hampir tidak pernah bertengkar, selalu mendukung satu sama lain, dan selalu hadir ketika dibutuhkan.

Namun, namanya persahabatan, pasti ada satu masa dimana perasaan kecewa itu datang. Dan bagaimana kesempatan kedua, mengubah mereka menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya


Hanif itu mahasiswa yang aktif banget di kampus. Ikut ukm sana sini, belum ia juga mc yang terkenal. Pokoknya sibuk banget, tapi selalu nyempetin waktu untuk temen-temennya.

Saat itu, ia heran melihat hanya ada Felix dan Semesta yang duduk di meja kantin. Padahal, biasanya Samuel juga ada disana.

“Samuel kemana dah?” tanya Hanif. “Dia lagi ada masalah gitu” kata Felix. “Masalah apa?” tanya Hanif. “Tunggu dia cerita sendiri aja. Lo tau kan tipe tipe Samuel ga bakal mau cerita kecuali dia yang cerita sendiri” kata Felix.

Hanif hanya mengangguk dan melanjutkan makannya yang tertunda. Hanif menunggu beberapa waktu, dengan harapan Samuel akan menghubunginya dan bercerita padanya.

Namun, Samuel belum menghubunginya sama sekali. Hanif merasa sedih dan juga kecewa, merasa ia tidak dianggap lagi oleh Samuel.

Dan keadaan itu diperburuk, ketika Semesta tidak sengaja berbicara bahwa kakaknya Samuel saat ini sedang dirawat di rumah sakit.

Hanif sangat kecewa. Tidak hanya dengan Samuel, namun kini dengan Semesta juga.

“Hanif merasa ga dianggep bang. Hanif sama mereka udah temenan berapa lama? Kenapa mereka ga bilang ke Hanif?” cerita Hanif sore itu kepada kakaknya.

Bahkan chat dari Semesta, Felix dan Samuel diabaikannya. Ia merasa sakit hati dan juga kecewa. Hanif berusaha menjauhi ketiga sahabatnya, dengan tidak pergi ke kantin untuk makan. Hanif membawa bekalnya sendiri agar tidak perlu bertemu ketiganya.

Hanif juga mencari pertemanan yang baru. Ia mengikuti acara-acara di luar kampus, kemudian ikut acara fakultas, dan lainnya.


Tetapi sore itu, Hanif terkejut akan kedatangan Samuel yang tiba-tiba. Samuel dengan motor hitamnya dan juga rambut gondrong yang sudah diikatnya.

“Makan yuk. Gue traktir” kata Samuel. “Gak. Makasih. Gue sibuk” kata Hanif. “Please. Kita udah lama ga makan bareng” kata Samuel.

“Lo juga. Kapan terakhir makan bareng gue? Bareng Felix sama Semesta juga” kata Hanif. “Han, lo tuh gatau masalahnya” kata Samuel.

“Ya, dan cuma gue yang gatau. Semesta tau masalah lo” kata Hanif. “Tapi Felix engga. Gue baru cerita ke dia kemaren. Please lo harus denger dulu alesannya” kata Samuel.

“Gue tau lo lagi banyak pikiran. Gue tau lo lagi banyak acara. Gue ga mau lo ninggalin tanggung jawab lo, cuma buat ngurusin masalah gue” kata Samuel.

“Gue kecewa sama lo Sam. Lo tau ga. Gue kecewa sama lo. Bisa-bisanya lo ga cerita sama gue yang adalah sahabat lo. Yang katanya keluarga lo. GUE KECEWA SAMA LO” kata Hanif.

“Please. Hanif. Please. Kasih gua kesempatan. Kasih gue kesempatan untuk ngilangin rasa kecewa itu dari dalam diri lo Hanif. Please” kata Samuel.

“Lo pikir gampang? Gue kecewa anjir” kata Hanif. “Please, Hanif. Gue tau gue bodoh. Gue orang paling bodoh sedunia. Yes, gue mengakui itu karna gue ga cerita ke kalian, ke lu. Maaf, karena gua ga cerita ke lu. Tapi please. Kasih gue kesempatan buat memperbaiki itu semua” kata Samuel.

“Kasih gue kesempatan terakhir. Setelah ini, kalo gue bikin lo kecewa lagi, lo boleh block gue. Lo boleh jauhin gue. Lo boleh marah-marah sama gue, benci sama gue. Dan gue ga akan segan pergi dari hidup lo. Tapi please. Kasih gue kesempatan dulu untuk ngilangin rasa kecewa itu dari diri lo Hanif” kata Samuel.

Hanif rasanya ingin memukul wajah Samuel saat itu. Rasa kecewanya sudah memenuhi dirinya. Ia jadi teringat kata-kata kakaknya ketika ia bercerita mengenai rasa kecewanya pada Samuel.

Adek, dalam sebuah hubungan, pasti akan muncul masalah, dan masalah itu, pasti menimbulkan kekecewaan. Adek ngerasa kecewa sama temen adek, dan itu wajar. Wajar banget. Tapi, adek harus tau, alesan dari temen adek tersebut. Bisa aja dia ga cerita masalahnya ke adek, karena dia tau adek lagi ada masalah, dan ga mau ngebebanin adek” kata kakak Hanif

Kalo kakak jadi adek, kakak bakal kasih kesempatan buat temen yang udah ngecewain kakak. Kenapa? Setiap orang berhak dapet kesempatan kedua. Setiap orang berhak untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dan kakak ga mau suatu saat kakak akan nyesel ga pernah mencoba kasih kesempatan ke temen kakak

Kakak ngebayangin worst case scenario. Kalo kakak ga kasih dia kesempatan kedua, bisa aja dia bener-bener sedih dan hopeless. Dia bisa berujung nyalahin dirinya sendiri. Dan ujungnya apa? Bisa terjadi hal-hal buruk yang kakak ga mau bayangin. Nantinya malah berbalik kakak yang nyesel ga kasih dia kesempatan kedua” kata kakaknya Hanif lagi.

Jadi Hanif, tolong pikirkan sekali lagi. Pikirin mateng-mateng. Jangan gegabah. Kalo emang adek butuh waktu, bilang ke dia kalo adek butuh waktu sendiri dan ga diganggu sama mereka. Tapi adek ga boleh putus kontak sama mereka. Karna kalo putus kontak, mereka bisa mikir kalo adek ga ngasih mereka kesempatan untuk berubah jadi lebih baik.

Jangan hanya karena satu kesalahan, adek ngelupain semua kebaikan yang dia lakukan buat adek. Emang manusia kebanyakan kaya gitu, tapi jadilah manusia yang berbeda. Kalo kebanyakan manusia benci sama musuhnya, adek harus mengasihi musuh adek. Ketika kebanyakan orang ga mau mengampuni, adek harus mengampuni orang lain” kata kakaknya Hanif lagi.

Jika kalian menjadi Hanif, apa yang akan kalian lakukan?


Teruntuk kalian yang sedang merasa kecewa pada seseorang saat ini, aku akan bilang kalau perasaan itu wajar. Kalian wajar untuk kecewa sama seseorang. Tapi ingat, jangan lupa kasih orang tersebut kesempatan untuk merubah perilakunya, apalagi ketika dia udah ngeberaniin diri berhadapan dengan kalian dan meminta maaf pada kalian

BEST PART

Mika (OC) as You (Reader)

***

Mika tersenyum ketika membaca pesan yang barusan ia dapatkan. Katanya, kekasihnya Brian, mau menjemputnya di kampus.

Mika tersenyum lebar. Jarang sekali kekasihnya itu mau keluar dari rumah. Keluar dari zona nyamannya. Wah, kalo mama dari kekasihnya itu tau hal ini, bisa-bisa (calon) mama mertuanya itu ngadain pesta 7 hari 7 malam.

“Eh, tumben senyam senyum. Kenapa tuh?” tanya Reinata, salah satu teman Mika. “Ini, Brian mau jemput. Tumben banget mau keluar dari rumah. Biasanya ngedekem terus di rumah” kata Mika.

“Seriuously? Brian? Mau jemput lo? Gila ada keajaiban apa tuh?” tanya Reinata. “Gatau tuh. Tumben banget kan?! Lo aja yang cuma gue ceritain tentang dia kaget, apalagi gue yang setiap hari ketemu” kata Mika.

“Eh, tapi, lo yakin Brian mau nyamperin lo kesini? Lo ga takut Brian dibully sama anak-anak kampus kalo dateng?” tanya Reinata.

“ANJIR! IYA GUE LUPA. MAMPUS GIMANA DONG?????” seru Mika dengan panik. “Mending kita ke parkiran dulu deh. Brian naik busway kan? Ayo ke lobby dulu” kata Reinata.

***

Mika berlari ketika melihat kerumunan di dekat kedai janjiw di kampusnya. Ia takut tentu saja. Mika memiliki reputasi yang cukup terkenal sebagai ambassador kampus. Dan ketika ia memiliki hubungan dengan Brian, banyak yang melayangkan hujatan kepada kekasihnya itu.

Karna kekasihnya adalah orang yang spesial

Mika berlari mendekati kerumunan, dan benar, ada Brian disana yang berjongkok karena takut dengan gerombolan disana.

“BERENTI!!” seru Mika. Mika mendekati Brian dan hatinya berdenyut sakit ketika mendapati bahwa salah satu alat bantu dengar milik kekasihnya rusak.

“Lo apain alat bantu pacar gue? HAH?” kata Mika sambil meninggikan suaranya. Brian menarik tangan Mika pelan, sebagai isyarat bahwa ia tidak apa-apa.

“Ga. Ga bisa gini Bri. Heh anjir ya lo pada. Gue ga peduli kalo abis ini jabatan ambassador gue dicabut. Tapi dengerin gue ya, lo lo pada bisa ga sih ga ganggu orang?” kata Mika.

“Eh Mika. Lo tuh ya harusnya beruntung kemaren sempet dideketin sama Mahen. Mahen udah tajir, ganteng, dan yang pasti ga tuli sama bisu kaya pacar lo sekarang” kata salah satu anak di gerombolan itu.

“Tau apa lo tentang pacar gue? Asal lo tau, Mahen tuh suka main cewe. Kalo Brian, cowo baik-baik. Brian peduli sama gue. Even gue pulang malem, dia rela nungguin gue sampe gue pulang. Asal lo tau, Brian ini lulusan LN, cumlaude. Lo lo pada yang komenin dia udah sehebat Brian belum?” kata Mika dengan sarkas.

Mika membuka tas nya, dan mengeluarkan satu alat bantu dengar yang selalu disediakan mamanya Brian sebagai cadangan. “Abis ini kita ke toko kesehatan lagi. Beli alat lagi. Alat sebelah lo udah tua. Udah mau setahun kan?” kata Mika sambil menyerahkan alat bantu itu kepada Brian.

Brian dengan cekatan memasang alat tersebut di telinga sebelah kirinya. Kemudian mengangguk kecil kepada Mika. “Heh, denger ya lo semua. Kalo sampe pacar gue dateng kesini lagi, dan lo bully dia lagi, abis lo di tangan gue. Lo ga lupa kan kalo gue sabuk item di Taekwondo sama Karate?” kata Mika.

Mika membantu Brian berdiri dan keduanya berdiri. Ketika Mika mau pergi ke halte busway, Brian menarik tangannya pelan. “Loh kenapa? Kita mau naik bis kan?” tanya Mika.

Naik taksi aja” kata Brian disertai dengan gerakan kecil pada tangannya. Itu adalah sign language. Bahasa yang digunakan Brian untuk berkomunikasi dengan keluarganya, termasuk Mika.

Hari ini lagi panas. Kasian, nanti muka cantik kamu kepanasan” kata Brian. Mika terkekeh kemudian mengusak rambut ash grey milik Brian. “Gombal. Ayo pesen taksinya. Aku laper. Mau makan masakan kamu” kata Mika.

Ayo pulang. Aku masak bulgogi tadi” kata Brian. “YEY!!” seru Mika sambil merangkul tangan kiri Brian dan dibalas oleng sang empunya.

***

Mika menghentikan makannya ketika mendapati Brian di seberang sana yang tidak menyantap makanannya. “Tumben diem. Biasanya makan terus sampe akunya ga kebagian” kata Mika.

Brian masih terdiam. Mika menyimpan sendoknya kemudian mengenggam tangan Brian. “Ada apa? Kok diem?” kata Mika. Brian menggelengkan pelan kepalanya.

“Kita udah janji loh kalo ada apa-apa ga bakal ditutupin. Kamu ga mau cerita sama aku?” tanya Mika. Brian menghela nafasnya pelan. Tangannya pun mulai bergerak pelan disertai gerakan bibir.

Kamu pernah malu ga punya pacar yang tuli sama bisu kaya aku?” tanya Brian. Mika tersenyum pahit. Pertanyaan ini kembali terlontar. Brian dengan rasa insecure yang tinggi, walaupun hubungan mereka sudah berjalan selama 3 tahun lamanya.

Aku sering mikir. Kamu itu cewe yang sempurna banget. Kamu ambassador kampus, kamu cantik, kamu pinter, punya temen banyak. Sedangkan aku? Cuma cowo yang tuli sama bisu. Punya temen cuma 4” kata Brian.

“Brian. I've told you last time. I love you because you are Brian. Cowo yang punya sesuatu yang spesial. Ga ada manusia yang sempurna Brian. Kamu tau aku kan orangnya pelupa, gampang emosi. Tapi cuma kamu yang bisa mengisi kekurangan aku. Sama kaya aku yang mengisi kekurangan kamu” kata Mika.

“Remember lagu yang pernah ko Jevan kasih buat kita? Inget liriknya ga? Every moments gonna be my best part. Momen bareng kamu yang akan jadi salah satu best part in my life. Aku yang beruntung punya pacar spesial kaya kamu” kata Mika.

Thank you Mika for everything. You are the best part of my life. I thank to God because He given me a partner who accept and love me” kata Brian.

“Thank you juga Brian, for everything. For everything that you did for me and for loving me too” kata Mika.

***

There is not a single moment that is meaningless to me Not knowing when the end is This moment is the best part

Day6 – Best Part

Meet Family

Han atau Jisung dan Felix kini berada di depan gedung perusahaan milik Yeji. “Lix, kau yakin ini tempatnya?” tanya Han. “Iyalah. Yeji cuma punya satu perusahaan. Dan ini perusahaannya” kata Felix.

Mereka memasuki gedung itu dan menuju meja resepsionis. “Permisi, kami hendak bertemu Hwang Yeji” kata Han. “Nona Yeji saat ini sedang ada di luar. Apakah anda sudah membuat janji?” tanya pegawai tersebut.

“Yeji mengenal kami. Tolong, biarkan kami bertemunya” kata Felix. “Maaf, saya tidak bisa melakukan itu. Silahkan anda keluar sebelum saya memanggil security” kata pegawai itu lagi.

“Tolonglah. Kami harus bertemu dengan Yeji saat ini” kata Han. “Tidak. Security! Tolong bawa keluar dua orang mencurigakan ini” kata Pegawai tersebut. Security kemudian menahan tangan Han dan Felix.

Jujur, Han dan Felix ingin tertawa. Mereka bisa saja dengan mudah mengalahkan kedua security ini. Tetapi, Sam berkata, tidak boleh ada baku hantam antara dua pihak. Jadi, mereka harus berakting saat ini.

“APA YANG KALIAN LAKUKAN?!!” Han dan Felix terkejut ketika mendapati sosok Yeji dengan rambut terurai dan heels itu berjalan mendekati mereka. “Jisung, Yongbok, kalian tidak apa-apa kan?” tanya Yeji.

“Anda mengenal dua orang ini, nona?” tanya pegawai di meja resepsionis itu. “Iya. Jadi lepaskan mereka. Aku akan pergi bersama mereka. Hanya kami” kata Yeji sambil menarik Han dan Felix.

Yeji menarik mereka menuju lift. Yeji menempelkan sidik jarinya ke salah satu layar di lift. “Lift ini akan membawa kita ke ruangan pribadiku. Disana tidak akan ada cctv” kata Yeji.

Ketika sampai di ruangan rahasia Yeji, Han dan Felix terperangah melihat ruang rahasia Yeji yang luas dan banyak terpajang foto keluarga Hwang.

“Ada apa kalian kesini?” tanya Yeji. “King meminta kami untuk menyerahkan surat ini padamu” kata Felix sambil memberikan surat kepada Yeji. “Maksudmu Hyunjin?” tanya Yeji sambil mengambilnya.

“Kami memanggilnya dengan King. Dan namanya adalah Joseph Samuel Hwang, Yeji” kata Han. “Tidak. Dia tetap Hyunjin adik kecilku. Yang menangis ketika tidak diberikan permen. Yang menangis ketika melakukan pembunuhan pertamanya” kata Yeji.

“Eum, Yeji, kami ingin tau. Kapan King melakukan pembunuhan pertamanya, dan mengapa?” tanya Felix. “Menyelamatkan Seungmin. Kalian tau kan Hyunjin dan Seungmin dijodohkan sejak mereka bayi? Hyunjin menyelamatkan Seungmin yang diancam. Lucu sekali” kata Yeji.

Yeji membuka surat itu. Ia membacanya sekilas. “Sejak kapan Hyunjin ingin menggunakan senjata kimia?” tanya Yeji.

“Ye? Senjata kimia?” tanya Han dan Felix bersamaan. “Ini. Hyunjin ingin aku membuat senjata kimia. Dia memberiku waktu satu minggu, dan Changbin serta Wolfy akan mengambil senjatanya” kata Yeji.

“Apa yang dipikirkan King?” kata Han sambil memijat dahinya.

¤¤¤

Sky menggunakan pakaian terbaiknya untuk menyambut kelompok AT yang akan menjalin kerja sama dengan YW.

“B, ceritakan padaku tentang AT” kata Sky. “Namaku SpearB, Queen. Bukan B” kata SpearB sambil menyerahkan beberapa perhiasaan yang Sky gunakan. Sky mengambil kalung dan cincin khusus miliknya.

Cincin itu terdapat alat pelacak di dalamnya. Sam adalah seorang raja bawah tanah yang posesif. Maka dari itu, hampir semua perhiasaan dan alat-alat yang sering digunakan Sky terdapat pelacak di dalamnya.

“Aku mengenal beberapa anggota AT. Mingi dan Wooyoung, adalah temanku. Kami sudah bersama sejakㅡ Kau tau, di tempat terkutuk itu” kata SpearB.

“Setauku, pasangan ketua AT juga merupakan pengedar drugs yang punya cukup koneksi. Walaupun memang tidak sebanyak dirimu.

Kemudian, ia juga merupakan ikon dari kelompok AT. Ia sering tampil di muka umum, berbeda denganmu yang disembunyikan oleh King” kata SpearB.

Sky berdiri setelah ia menyelesaikan riasannya. Hal itu bersamaan dengan Sam yang sudah siap dengan pakaiannya. “Queen, it's time to show up” kata Sam. “Yes, King” kata Sky sambil membungkuk kemudian menggandeng tangan Sam.

Sam dan Sky berjalan menuju ruang tamu untuk menyambut tamu mereka, diikuti SpearB dari belakang. “Selamat datang di YW, Hongjoong-ssi” kata Sam sambil tersenyum.

“Terima kasih atas sambutannya, King” kata tamu tersebut atau Hongjoong.

TBC