Still
Pairing : Changbin (Calvin) x Chaeyoung (Cherry) Warn : bxg ship, major character death, angst, harsh words
Jumat, 11 Agustus 20xx Hari itu, aku melihatmu dengan rambut yang tertata dengan rapi. Aku menghampirimu, dan kamu terlihat sangat senang dengan kehadiranku. Rambut hitam, tatapan mata yang hangat, pipi yang tirus, rahang tajam, dan suara khasmu memenuhi seluruh inderaku. Aku menghampirimu dan kamu tersenyum dengan semangat. ‘Apa kabar?’ sapaku. Kamu tersenyum dengan hangat. Dan aku semakin melebarkan senyumku. Benar, kamulah matahari untukku
’Baik dong. Apalagi hari ini, ulang tahun aku. Aku semangat, soalnya pacarku yang paling cantik dateng hari ini buat aku’ katamu dengan wajah berseri. Aku terkekeh sambil mengeluarkan sebuah kue dari dus kecil yang aku bawa. ‘Maaf, kamu tau aku ga bisa bikin kue, jadi aku beli ke Felix. Kamu ga bosen makan kue Felix kan?’ tanyaku. Dan tawanya lah yang terdengar di penjuru ruangan ini. ‘Gak lah. Ga ada kata bosen buat makan kue buatan Felixiano Halim. Apalagi kalo yang bawain kuenya malaikat.’ Aku pun memukulmu dengan main-main. ‘Gombal terusss’ kataku. Dan kamu hanya tertawa kencang
Hari itu, jadi hari yang paling membahagiakan untukku. Aku senang bisa melihat senyumanmu. Aku senang bisa menjadi sumber dari tawa yang sudah lama ingin aku dengar. Happy birthday sayangku
Jumat, 8 September 20xx ’Ayo kita putus.’ Tiga kata yang membuatku ingin pingsan ketika mendengar itu di siang hari. Aku bingung, apa salahku? Apa salah hubungan di antara kita? Katanya, kamu senang dengan keberadaanku, tapi kenapa kamu memilih untuk mengingkari itu?
’Aku takut membuatmu terluka. Aku tidak mau melihatmu terluka ketika bersamaku. Jadi aku akan membiarkanmu pergi. Tolong, bahagialah walaupun tanpa aku. Aku tidak ingin egois untuk menahanmu. Berbahagialah selalu’ ucapmu siang itu. Aku terus menahanmu, berusaha meyakinkan bahwa aku tidak ingin berpisah denganmu. Tapi, kamu hanya melepaskan tanganku. ‘Jika waktu dapat diputar kembali, aku tidak ingin memiliki hubungan apapun denganmu, karena aku tau, aku akan menyakitimu pada akhirnya.’ Kata-kata itu cukup membuatku sangat kecewa padamu. Sangat membencimu, dan aku ingin memukulmu saat itu juga, namun kamu langsung berlalu tanpa membicarakan apapun lagi. Aku membencimu, Calvin Antares
Aku menutup lembar pada buku harian yang sudah berdebu itu. Sudah 3 tahun sejak kepergian si brengsek Calvin, dan tidak sekalipun aku merindukan sosoknya. Semua foto, buku harian, bahkan pemberian dari pria Antares itu aku simpan di sebuah kotak, dan aku simpan itu di Gudang bawah tanah. Sengaja ditumpuk dengan barang lain, agar aku tidak membukanya lagi.
Namun, entah kenapa hari ini, aku mengambil kotak itu lagi. Aku membuka kotak itu dan mengenang kembali hari-hari bahagia yang aku lewati denganmu. Tanpa sadar, mataku mengeluarkan air mata. Dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku sangat merindukanmu. Sangat merindukanmu, Calvin.
Tiba-tiba, ada suara klakson yang terdengar dari luar rumah. Aku keluar rumah, dan mendapati salah satu sahabat mantan kekasihku itu, yang bernama Aji berdiri di depan rumahku dengan motor kesayangannya. “Hai kak” sapa Aji. “Hai Aji. Udah lama banget. Kenapa kesini?” kataku. Aji menyerahkan sebuah helm padaku. “Ikut Aji ka. Aji mau bawa kakak ketemu bang Ical” kata Aji. Ical, nama itu rasanya sudah lama tidak aku dengar. Nama panggilan Calvin yang diberikan dari teman-temannya.
Selama perjalanan, aku berdiam. Aku cemas. Sudah setampan apa dirimu saat ini? Sudah sesukses apa? Aku ingat jika Calvin dulu mau menjadi Menteri. Aku ingin mendengar kisah kesuksesanmu. Aku terus bermain dengan pikiranku, hingga tanpa sadar, Aji menghentikan motornya di pinggir laut. Aku turun, namun aku tidak melihat sosok Calvin sama sekali. “Aji, Calvin dimana?” tanyaku. Aji tersenyum dengan pedih, lalu menunjuk ke laut. “Setahun lalu, abu bang Ical dibuang kesana ka” kata Aji.
Aku terkejut, dan tanpa sadar aku jatuh terduduk di hamparan pasir lembut itu. Jadi, inikah alasanmu mengakhiri hubunganmu denganku? Kenapa? Apakah aku tidak cukup baik untuk mendampingimu di masa-masa terakhirmu?
“Bang Ical didiagnosa kena kanker. Awalnya dari tumor. Ketika dia mutusin kakak, dia baru dapet hasil, bahwa dia menderita tumor di kepalanya. Hampir mustahil untuk dihilangkan, dikarenakan letaknya yang sangat rawan. Dan akhirnya bang Ical memutuskan untuk menanggung semuanya. Dia ga mau siapapun tau dengan keadaannya. Kita aja baru tau, ketika bang Ical udah masuk masa kritisnya. Dan kenapa kita baru ngasih tau kakak setelah setahun, karena itu permintaan dari bang Ical sendiri” jelas Aji panjang lebar.
Aji menyerahkan selembar surat yang terlihat lusuh itu. “Ini surat terakhir dari bang Ical. Tulisannya udah ga bagus, karena kanker itu udah menggerogoti saraf motorik dia” kata Aji. Aku membuka surat itu dan kembali menangis. Aku melihat ke laut yang cukup tenang itu sambil membayangkan wajah Calvin. Calvin Antares, aku mencintaimu. Selalu, dan selamanya
Hai, Cherry. Maaf aku ga bisa nulis lama-lama. Aku mau bilang, terima kasih sudah mau menerimaku sebagai kekasihmu. Aku selalu sayang kamu, dan selamanya akan terus mencintaimu. Sampai bertemu di kehidupan selanjutnya, Cherry. I love you and always love you. Tertanda, Calvin Antares