BEST PART
Mika (OC) as You (Reader)
***
Mika tersenyum ketika membaca pesan yang barusan ia dapatkan. Katanya, kekasihnya Brian, mau menjemputnya di kampus.
Mika tersenyum lebar. Jarang sekali kekasihnya itu mau keluar dari rumah. Keluar dari zona nyamannya. Wah, kalo mama dari kekasihnya itu tau hal ini, bisa-bisa (calon) mama mertuanya itu ngadain pesta 7 hari 7 malam.
“Eh, tumben senyam senyum. Kenapa tuh?” tanya Reinata, salah satu teman Mika. “Ini, Brian mau jemput. Tumben banget mau keluar dari rumah. Biasanya ngedekem terus di rumah” kata Mika.
“Seriuously? Brian? Mau jemput lo? Gila ada keajaiban apa tuh?” tanya Reinata. “Gatau tuh. Tumben banget kan?! Lo aja yang cuma gue ceritain tentang dia kaget, apalagi gue yang setiap hari ketemu” kata Mika.
“Eh, tapi, lo yakin Brian mau nyamperin lo kesini? Lo ga takut Brian dibully sama anak-anak kampus kalo dateng?” tanya Reinata.
“ANJIR! IYA GUE LUPA. MAMPUS GIMANA DONG?????” seru Mika dengan panik. “Mending kita ke parkiran dulu deh. Brian naik busway kan? Ayo ke lobby dulu” kata Reinata.
***
Mika berlari ketika melihat kerumunan di dekat kedai janjiw di kampusnya. Ia takut tentu saja. Mika memiliki reputasi yang cukup terkenal sebagai ambassador kampus. Dan ketika ia memiliki hubungan dengan Brian, banyak yang melayangkan hujatan kepada kekasihnya itu.
Karna kekasihnya adalah orang yang spesial
Mika berlari mendekati kerumunan, dan benar, ada Brian disana yang berjongkok karena takut dengan gerombolan disana.
“BERENTI!!” seru Mika. Mika mendekati Brian dan hatinya berdenyut sakit ketika mendapati bahwa salah satu alat bantu dengar milik kekasihnya rusak.
“Lo apain alat bantu pacar gue? HAH?” kata Mika sambil meninggikan suaranya. Brian menarik tangan Mika pelan, sebagai isyarat bahwa ia tidak apa-apa.
“Ga. Ga bisa gini Bri. Heh anjir ya lo pada. Gue ga peduli kalo abis ini jabatan ambassador gue dicabut. Tapi dengerin gue ya, lo lo pada bisa ga sih ga ganggu orang?” kata Mika.
“Eh Mika. Lo tuh ya harusnya beruntung kemaren sempet dideketin sama Mahen. Mahen udah tajir, ganteng, dan yang pasti ga tuli sama bisu kaya pacar lo sekarang” kata salah satu anak di gerombolan itu.
“Tau apa lo tentang pacar gue? Asal lo tau, Mahen tuh suka main cewe. Kalo Brian, cowo baik-baik. Brian peduli sama gue. Even gue pulang malem, dia rela nungguin gue sampe gue pulang. Asal lo tau, Brian ini lulusan LN, cumlaude. Lo lo pada yang komenin dia udah sehebat Brian belum?” kata Mika dengan sarkas.
Mika membuka tas nya, dan mengeluarkan satu alat bantu dengar yang selalu disediakan mamanya Brian sebagai cadangan. “Abis ini kita ke toko kesehatan lagi. Beli alat lagi. Alat sebelah lo udah tua. Udah mau setahun kan?” kata Mika sambil menyerahkan alat bantu itu kepada Brian.
Brian dengan cekatan memasang alat tersebut di telinga sebelah kirinya. Kemudian mengangguk kecil kepada Mika. “Heh, denger ya lo semua. Kalo sampe pacar gue dateng kesini lagi, dan lo bully dia lagi, abis lo di tangan gue. Lo ga lupa kan kalo gue sabuk item di Taekwondo sama Karate?” kata Mika.
Mika membantu Brian berdiri dan keduanya berdiri. Ketika Mika mau pergi ke halte busway, Brian menarik tangannya pelan. “Loh kenapa? Kita mau naik bis kan?” tanya Mika.
“Naik taksi aja” kata Brian disertai dengan gerakan kecil pada tangannya. Itu adalah sign language. Bahasa yang digunakan Brian untuk berkomunikasi dengan keluarganya, termasuk Mika.
“Hari ini lagi panas. Kasian, nanti muka cantik kamu kepanasan” kata Brian. Mika terkekeh kemudian mengusak rambut ash grey milik Brian. “Gombal. Ayo pesen taksinya. Aku laper. Mau makan masakan kamu” kata Mika.
“Ayo pulang. Aku masak bulgogi tadi” kata Brian. “YEY!!” seru Mika sambil merangkul tangan kiri Brian dan dibalas oleng sang empunya.
***
Mika menghentikan makannya ketika mendapati Brian di seberang sana yang tidak menyantap makanannya. “Tumben diem. Biasanya makan terus sampe akunya ga kebagian” kata Mika.
Brian masih terdiam. Mika menyimpan sendoknya kemudian mengenggam tangan Brian. “Ada apa? Kok diem?” kata Mika. Brian menggelengkan pelan kepalanya.
“Kita udah janji loh kalo ada apa-apa ga bakal ditutupin. Kamu ga mau cerita sama aku?” tanya Mika. Brian menghela nafasnya pelan. Tangannya pun mulai bergerak pelan disertai gerakan bibir.
“Kamu pernah malu ga punya pacar yang tuli sama bisu kaya aku?” tanya Brian. Mika tersenyum pahit. Pertanyaan ini kembali terlontar. Brian dengan rasa insecure yang tinggi, walaupun hubungan mereka sudah berjalan selama 3 tahun lamanya.
“Aku sering mikir. Kamu itu cewe yang sempurna banget. Kamu ambassador kampus, kamu cantik, kamu pinter, punya temen banyak. Sedangkan aku? Cuma cowo yang tuli sama bisu. Punya temen cuma 4” kata Brian.
“Brian. I've told you last time. I love you because you are Brian. Cowo yang punya sesuatu yang spesial. Ga ada manusia yang sempurna Brian. Kamu tau aku kan orangnya pelupa, gampang emosi. Tapi cuma kamu yang bisa mengisi kekurangan aku. Sama kaya aku yang mengisi kekurangan kamu” kata Mika.
“Remember lagu yang pernah ko Jevan kasih buat kita? Inget liriknya ga? Every moments gonna be my best part. Momen bareng kamu yang akan jadi salah satu best part in my life. Aku yang beruntung punya pacar spesial kaya kamu” kata Mika.
“Thank you Mika for everything. You are the best part of my life. I thank to God because He given me a partner who accept and love me” kata Brian.
“Thank you juga Brian, for everything. For everything that you did for me and for loving me too” kata Mika.
***
There is not a single moment that is meaningless to me Not knowing when the end is This moment is the best part
Day6 – Best Part