COLORS
cw// angst, major character death
I’ve been quietly living In a deep tunnel Me in the black and white photo My world that has spread black
Dulu, aku hanyalah orang biasa. Mahasiswa pada umumnya. Pergi kuliah, belajar, ujian, dapat nilai bagus. Semua ini aku lakukan setiap harinya. Bosan? Tidak. Ku pikir awalnya ini lah memang kehidupan mahasiswa. Apa lagi yang bisa dilakukan mahasiswa memangnya selain belajar?
The colors of you that I see from time to time It raises me up because You’re the only one with your own color
Sampai aku bertemu dengannya. Rambutnya yang saat itu berwarna coklat dengan pirang di bagian poni. Orang dengan dimple termanis yang pernah ku temui. Aku bertemu dengannya ketika kami berada dalam kepanitiaan yang sama.
Aku awalnya tertawa geli melihat rambutnya yang unik. “Kenapa?” tanyanya saat itu. “Tidak ada. Rambutmu bagus” kataku. “Benarkah? Akhirnya ada yang memiliki pendapat sama denganku” katanya dengan dramatis.
“Aku jadi ingin mengecat rambut juga” kataku. “Ayo cat saja!! Hmm sepertinya warna ungu cocok untukmu” katanya. “Benarkah? Baiklah aku akan mencoba warna ungu” kataku.
Beberapa hari kemudian, kampus tempatku belajar gempar. Tentu saja gempar, karena aku datang dengan rambut berwarna ungu. Aku yang adalah mahasiswa apatis, tiba-tiba datang dengan rambut berbeda.
Aku risih, tentu saja. Diperhatikan segitu rupa oleh orang-orang. Namun, perasaan risih itu menguap ketika aku bertatapan dengannya. Mata berbinar yang melihatku itu, selalu ada di memoriku.
Di antara orang-orang yang memperhatikanku, dia datang menghampiriku. “Kamu manis banget. Kaya gulali rasa anggur” katanya. Tanpa sadar pipiku memanas mendengar pujian darinya. “Terima kasih” kataku.
Dia mengulurkan tangannya di hadapanku. “Kita belum berkenalan. Namaku San” katanya. Ah benar!! Aku lupa jika kami belum berkenalan. “Namaku Wooyoung. Senang berkenalan denganmu” kataku.
I see the dry land From far away But your touch is like the sweet rain It colors my heart
Sejak pertemuan 'mari-mewarnai-rambut' aku dan San semakin dekat. Hari-hariku semakin berwarna dengan kehadirannya. Aku yang selama ini hanya berfokus dengan studi, bisa merasakan liburan bersamanya.
“Wooyoung!! Ayo kesini!!” serunya. Aku menggeleng tentu saja. Tidak suka jika kakiku harus terkena air laut. Nanti pas aku berjalan ke tempat lain, pasirnya akan menempel di kakiku. Tapi, ternyata seorang Choi San memiliki banyak ide di kepalanya.
Tiba-tiba ia mengangkat tubuhku dan menurunkanku di dekat laut. Untungnya dia menurunkan kakiku terlebih dahulu. “Ihhh San apa-apaan sih kamu??” Kataku sambil memukul tangannya. “Abisnya kamu ga nurut. Kita udah jauh-jauh ke pantai, kita harus main air” katanya.
Aku pun mendengus. Kemudian, terlintas sebuah ide jahil di otakku. Aku pun mencipratkan air laut ke wajahnya. “Hey!! Apa-apaan sih!!” katanya. Aku pun tertawa ketika ia membalaskan perbuatanku tadi. Kami pun tertawa menghabiskan sore itu dengan bermain air.
Hold out your hand Color me like that red sunset So I won’t lose myself
Aku pun akhirnya memiliki hubungan yang lebih spesial dengannya. Iya, aku dan San memutuskan untuk berpacaran. Rasanya menyenangkan bisa memiliki hubungan spesial dengan pelukis hidupku ini.
Tidak banyak yang berubah dari hubungan kami. Kami tetap sering berjalan-jalan bersama, tertawa berasama, melakukan hal konyol bersama dan melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak bisa ku lakukan sendiri, kini bisa ku lakukan berdua dengannya.
Aku juga mendapatkan teman baru darinya. San punya adik juga btw, namanya Jongho dan dia menggemaskan!! Aku suka mengajaknya jalan bertiga dengan kami, walaupun San akan cemberut sepanjang perjalanan karena aku sibuk memanjakan Jongho.
I try holding out my hand To catch you But you get farther away
Aku menutup buku berisikan foto-foto polaroid kami. Aku menyentuh dadaku yang terasa sangat sakit dan menyesakkan. “San.. Aku kangen kamu” kataku sambil menepuk-nepuk dadaku sendiri.
Aku melipat lututku dan menyembunyikan wajahku. Aku menangis tentu saja. Dua tahun bersama San, berhasil membuat hidupku yang kelam menjadi berwarna.
Namun setelahnya, hidupku kembali kelam. San menghembuskan nafas terakhirnya. Ternyata ia selama ini menyembunyikan penyakit ganas di dalam tubuhnya. Aku sangat tertekan ketika San menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuanku.
Dan setelah itu, San membawa warna dalam hidupku. Hidupku tidak lagi berwarna tanpa kehadirannya. Dan hari ini, adalah tepat setahun kepergiannya, serta tahun ketiga kami.
“Terima kasih San sudah membawa warna dalam hidupku. Pelukis kehidupanku, aku harap kamu bahagia di atas sana. Aku berharap, suatu saat kita akan bertemu lagi. Dari aku, Wooyoung yang selalu merindukanmu“