Sunshinecjh

Aku masih ingat

Saat pertama kali bertemu dengannya

Si tampan dari kelas sebelah

Mereka semua memanggilnya Pangeran

“Halo, namaku Hwang Hyunjin. Nama kamu?”

Dan anehnya, ia mendekatiku

Menanyakan namaku

Untuk pertama kalinya, ada yang menanyakan namaku

“Han Jisung. Senang berkenalan denganmu, Hwang.”

“Hyunjin. Just Hyunjin.”


201x

“Kamu tuh ikut kelas apa sih?” Tanya Hyunjin pada Jisung hari itu. Jisung yang sedang menyantap makan siangnya, mengangkat alisnya, tanda bahwa ia bingung. “Kok kepo?” Tanya Jisung. “Ya kepo dong ?? Kan aku mau jadi temen kamu. Ya kali aku ga cari tau??” Kata Hyunjin dengan bingung.

“Kamu taruhan sama orang lain buat jadi temen aku?” Tanya Jisung. “Engga, astaga. Aku pure kepo loh.. Lagian orang mana sih yang ga kepo kalau liat temen satu sekolahnya hujan-hujanan tengah malem???” Kata Hyunjin. “Orang lain ga kepo tuh??” Kata Jisung. Hyunjin kembali diam, memikirkan jawaban untuk membalas ucapan Jisung.

“Oke, aku doang sih yang kepo. Aku juga baru tau kalo ada yang seumuran sama aku, bahkan satu sekolah sama aku di apartemen” kata Hyunjin. “Baru pindah ya?” Tanya Jisung. “Iya!!! Ikut mami pindah kesini. Nah kan kamu udah kepo. Sekarang giliran aku yang kepo. Kamu ambil kelas apa?” Kata Hyunjin panjang lebar.

Skakmat!

Jisung sudah tidak bisa membalas lagi, jadi mau tidak mau, ia harus menjawab pertanyaan Hyunjin. “Seni” kata Jisung. “Wait??? Beneran??? Kok ga pernah lihat kamu? Aku juga ambil kelas seni” kata Hyunjin. “Aku ambil seni musik” kata Jisung. “Ohh pantes. Aku ambil seni rupa, by the way” kata Hyunjin.


Satu pertemuan

Dua pertemuan

Tiga pertemuan dan seterusnya

Kehadiran Hyunjin di hidupku membuatku bisa melihat secercah cahaya

Presensinya menjadi hal yang aku rindukan

Sekolah kini, bukan menjadi hal yang membosankan

Selama ada Hyunjin


“Apaan nih?” Tanya Hyunjin ketika Jisung memberikan sebuah hadiah padanya. “Birthday present!!! Hari ini kan ulang tahun kamu” kata Jisung. “LAH IYA. Lupa banget karena hectic ngurusin acara kelas. Makasih loh” kata Hyunjin. “Buka dong sobat” kata Jisung.

Hyunjin membuka kotak tersebut dan tersenyum ketika ia melihat hadiah yang diberikan Jisung padanya. “Kotak musik??? Lucu banget” kata Hyunjin. Kotak musik itu memiliki desain yang simpel, yaitu seperti bentuk koper dengan bahan kaca bening. Ketika dibuka, akan muncul seperti piringan CD kecil yang berputar. Lantunan musik akan terdengar apabila kotak musik tersebut dibuka. Sebaliknya, lantunan musik akan berhenti apabila kotak tersebut ditutup.

“Yaampun manis banget nadanya” kata Hyunjin. “Fun fact, ini melodinya buatan aku loh” kata Jisung. “WIH KEREN BANGET SOBAT!!! Eh eh enak banget sumpah melodinya. Keren deh” kata Hyunjin. Jisung tersenyum ketika Hyunjin memuji melodi yang dibuatnya. “Semoga kalau kamu susah tidur, musik ini bisa membuat kamu tenang ya” kata Jisung.

“Pasti sih. Kalau aku susah tidur, aku bakal dengerin musik ini” kata Hyunjin. Jisung pun tersenyum mendengarnya. Pengorbanan waktu tidurnya membuahkan hasil! Hyunjin menyukai musik buatannya.

“Terima kasih, Hyunjin”


Aku pikir, itu akan bertahan lama

Aku pikir, cahaya yang Hyunjin berikan, akan menemaniku terus

Tetapi, ia menghilang

Cahaya itu menghilang

Hyunjin menghilang


Jisung mendobrak pintu kelas Hyunjin ketika ia mendengar kabar kepindahan Hyunjin tersebut. “Hyunjin kemana?” Tanya Jisung. “Ga ada yang tau. Kita semua ga tau. Guru-guru ga ada yang mau kasih tau” kata Renjun, ketua kelas dari kelas seni rupa tersebut.

“Ga mungkin dong. Kalian kan temen sekelasnya. Masa ga ada yang tau Hyunjin pindah kemana??” Kata Jisung dengan frustasi. “Beneran Jisung. Kita semua ga ada yang tau. Kamu kan deket sama Hyunjin. Kalau kamu aja gatau, gimana kita?” Kata Renjun.

Jisung terdiam. Ucapan Renjun menusuk hatinya yang terdalam. Sedekat apa ia dengan Hyunjin? Kenapa ia tidak pernah tau kemungkinan masalah yang dihadapinya? Kenapa Hyunjin tidak cerita padanya? Kenapa Hyunjin tidak berpamitan dengannya?

Kenapa?

Jisung pulang dengan lesu. Hyunjin juga tidak pernah memberitaunya kamar apartemennya. Hyunjin bak hilang ditelan bumi. Semua sosial medianya hilang, nomornya tidak aktif, bahkan data dirinya di website sekolah menyatakan bahwa ia pindah sekolah.

Kemana?

Hyunjin kemana?

Jisung berjalan menuju apartemennya, dan ia mendapati sebuah kotak di depan pintunya. Ketika Jisung membukanya, ternyata itu adalah kotak musik yang ia hadiahkan untuk Hyunjin. Jisung melirik ke kanan dan kirinya, berusaha mendapatkan secuil petunjuk akan kehadiran Hyunjin.

Tapi, nihil.

Tidak ada siapapun di lorong tersebut

Jisung mengambil surat yang terdapat dalam kotak tersebut.

Hi Jisung.

Maaf kalau aku menghilang seperti ini. It's nice to know you and I'm really grateful to be your friend. Walaupun pertemuan kita singkat, aku bahagia bisa kenal sama kamu.

Maaf, aku harus balikin hadiah dari kamu. Bukannya aku ga suka, tapi kotak musik ini ga bisa aku bawa. Tapi, musiknya udah aku rekam. Jadi, bisa aku dengerin kapanpun aku mau.

Aku harap kita bisa bertemu lagi di kemudian hari ya Jisung. Dan kalau itu terjadi, tolong panggil namaku. I'd love that!!

See you when I see you again!!!


202x

Jisung berjalan dengan gontai. Revisi, revisi, revisi. Ia cukup senang berhasil bergabung dengan salah satu agensi ternama sebagai produser musik. Tapi ia tidak tahu jika dengan bekerja di agensi ini, waktu tidurnya terbalik!!!

Jisung mendengus kesal. Ia pergi ke dalam minimarket yang sudah buka di pagi hari itu. Tangannya mengambil sebuah nasi kepal, dan juga kopi. Jisung harus bertahan hidup dari kantuknya, omong-omong. Makanya ia mengambil kopi. Nasi kepal cukup membuatnya waras untuk menjalani pagi hari itu.

Ia menguap sebelum membawa belanjaannya ke kasir. Dan disitu, waktu terasa berhenti. Jisung melihat sosok cahayanya kembali. Sosok yang pernah hadir dalam hidupnya. Sosok yang pernah menjadi karakter utama dalam kehidupannya.

Hwang Hyunjin.

Pria itu masuk ke minimarket dengan masker. Jisung bisa mengenalinya dari matanya yang khas. Tidak salah lagi, ini adalah Hyunjin. Jisung menarik nafasnya dan membuangnya kembali. Ia berusaha menenangkan jantungnya yang berdegup dengan cepat. Ia bersemangat, bisa melihat Hyunjin kembali. Tapi di sisi lain, ia takut Hyunjin tidak mengenalinya.

Jisung menghembuskan nafasnya dan bersiap memanggil Hyunjin. Seperti isi surat terakhir yang diberikan Hyunjin padanya. Ia akan memanggil Hyunjin, kalau ia bertemu dengannya lagi.

. . . . . . . . . . .

“Hyunjin?”

“Jisung?”

Warn : Little space, bedwetting, using pacifier & diaper; non-sexual relationship; Gunil and Jungsu as parental-caregiver figure


Hyeongjun terbangun ketika ia merasakan celananya basah. Ia bukanlah anak yang bodoh, dia tau dia mengompol! Hyeongjun melirik ke kasur sebelahnya, menemukan Joo Joo hyungnya yang terlelap. Hyungnya itu adalah hyung yang paling sulit dibangunkan, jadi ia mengurungkan niat untuk membangunkan hyungnya itu.

Hyeongjun bediri dari kasurnya. Ia melihat jam di sebelah kasurnya. Hyeongjun belum bisa membaca jam, tapi ia sudah bisa menghitung sampai 10. Jamnya menunjukan pukul 2. Dia pernah mendengar bahwa Min Min hyung tidur di angka tersebut. Jadi Hyeongjun memutuskan keluar kamar. Namun, ketika ia membuka pintu kamarnya, ternyata ruang tamu sangat gelap.

Hyeongjun takut sama gelap. Tapi celana dan kasurnya basah. Dia harus ganti celana atau nanti dia akan sakit. “Daddy Gun... Appa Su... Jiji hyung... Minmin hyung...” panggil Hyeongjun. Tidak ada yang menjawab panggilannya. Hyeongjun pun tanpa sadar meneteskan air matanya. Dia takut. Takut pada gelap dan tubuhnya makin tidak nyaman karena celana yang basah.

Tiba-tiba, pintu rumahnya berbunyi. Ternyata Daddy Gun yang datang. “Daddy!!!!” Seru Hyeongjun. “Baby??? Aiguuu, kenapa nangis sayang??” Tanya Gunil yang langsung mendekati Hyeongjun. “Hiks.. Daddy.. Junnie takut...” kata Hyeongjun. “Oh maaf sayang. Lampunya dimatiin ya sama Jiji hyung?? Nanti daddy ingetin Jiji hyung buat ga matiin lampu ya sayang” kata Gunil.

Hyeongjun mengangguk sambil mengusap air matanya. “Daddy, Jun pipis. Ganti celana” kata Hyeongjun. “Oh? Celananya basah ya sayang? Yuk ganti celana. Nanti bobo sama daddy aja ya” kata Gunil. Hyeongjun mengangguk dan Gunil tersenyum melihatnya. Tangannya dengan cepat menyalakan lampu ruang tamu supaya Hyeongjun tidak takut lagi. Ia juga mengambil celana ganti untuk Hyeongjun.

Sudah menjadi rahasia umum, kalau lead guitarist band tersebut memiliki little space. Sebuah kondisi dimana Hyeongjun akan memiliki mentalitas dan tingkah seperti anak kecil, jika dirinya sedang mengalami stress yang berat. Usia little beragam, tergantung dari stress yang dirasakannya. Dalam kondisi Hyeongjun, usia paling kecil yang pernah dihadapi member adalah di bawah 1 tahun, ketika Hyeongjun demam tinggi dalam promosi album mereka. Dan kondisi little terbesar yang pernah dihadapi adalah usia 7 tahun, dimana hal itu terjadi ketika Hyeongjun kehilangan beberapa pick kesayangannya.

Member yang pertama tau mengenai hal ini adalah Gunil. Dan Gunil juga yang menawarkan diri menjadi caregiver pertama Hyeongjun. Pelan-pelan, Hyeongjun mulai membuka diri juga kepada membernya yang lain, dan secara natural semua member menjadi caregiver Hyeongjun di saat dirinya menjadi little.

“Daddy” panggil Hyeongjun. Gunil yang sedang termenung pun tersadar dari lamunannya ketika Hyeongjun memanggilnya. “Hehe maaf sayang. Mau pake diaper aja? Biar ga ngompol lagi” kata Gunil. Hyeongjun mengangguk, menyetujui pertanyaan Gunil. Gunil mengambil diaper dan memasangkannya pada Hyeongjun sebelum memasangkan celananya juga.

“Yuk kita bobo” kata Gunil. “Kitto” kata Hyeongjun. “Mau ambil Kitto?? Yaudah yuk ambil dulu. Sekalian daddy keluarin kasur kamu ya” kata Gunil. Hyeongjun mengikuti Gunil untuk masuk ke kamarnya. Hyeongjun mengambil boneka kelinci hijau kecil di kasurnya dan mengikuti Gunil yang mengeluarkan kasurnya dari kamar menuju balkon.

Setelah Gunil selesai menyimpan kasur Hyeongjun di balkon, ia menghampiri Hyeongjun yang duduk di sofa. “Yuk bobo sekarang” kata Gunil. “Ung” kata Hyeongjun. Gunil menuntun Hyeongjun untuk tidur di kasurnya. Ia pun merebahkan dirinya dan mengelus rambut Hyeongjun supaya terlelap. Gunil diam-diam menghela nafasnya ketika Hyeongjun kembali terlelap.

“Kamu kenapa Hyeongjun..” kata Gunil.


Keesokan paginya, Hyeongjun terbangun karena silau matahari. Ia masih merasa seorang little hari ini. Hyeongjun berusaha bangun dari pelukan Gunil, namun sekeras apapun usahanya, pelukan itu tidak lepas dari padanya. Hyeongjun sudah mau menangis, sampai ada tangan yang melepaskan tangan Gunil darinya.

“Don't crying baby boy. Kenapa??” Ternyata itu Appa Su!! “Appa!!” Seru Hyeongjun. “Shuttt.. Jangan ganggu daddy Gun. Yuk sini turun sama Appa” kata Jungsu. Hyeongjun berusaha turun dari kasur tanpa membangunkan Gunil. Jungsu langsung memeluk Hyeongjun ketika Hyeongjun berhasil turun dari kasur Gunil. “Coba appa lihat hari ini Junnie umur berapa?” Tanya Jungsu. “Tigaa!!!” Seru Hyeongjun sambil menunjukan empat jarinya.

“Hahahha.. tiga tuh kaya gini sayang” kata Jungsu sambil menutup satu jari Hyeongjun. Hyeongjun tertawa kembali melihat tawa Jungsu. “Yuk, kita makan pagi ya” kata Jungsu. Jungsu membawa Hyeongjun keluar kamar dan menemukan Seungmin di dapur. “Pagi Min” sapa Jungsu. “Pagi hyung. Aku bikin sandwich ya hari ini” kata Seungmin. “Boleh” kata Jungsu.

“Minmin hyung!!” Panggil Hyeongjun. “Aigooo little Junnie here!! Morning baby boyy” kata Seungmin sambil mengusak rambut Hyeongjun. “Mam sama sandwich ya??” Kata Jungsu. Hyeongjun mengangguk mengiyakan jawaban Jungsu. “Umur berapa hyung?” Tanya Seungmin. “Tiga. Not too little, tapi kayanya durasinya lebih lama” kata Jungsu.

“Tau darimana?” Tanya Seungmin. “Dia semalem tidur sama Gunil hyung” kata Jungsu. Seungmin mengangguk mendengar jawaban Jungsu. Tangannya dengan cepat menyiapkan makan untuk Jungsu dan Hyeongjun, juga dirinya. “Ini sandwichnya” kata Seungmin. “Makasih Min” kata Jungsu. “Thank youuu Minmin hyung” kata Hyeongjun. Seungmin tersenyum dan ikut makan dengan keduanya.

“Mau susu juga, baby?” Tanya Seungmin. “No no” kata Hyeongjun. “Mau gede ataupun little tetep susah makan ya kamu” kata Jungsu sambil menggelengkan kepalanya. “Hyung, aku harus ke agensi bentar. Kata band master, gitarku ada sedikit problem sama stompboxnya, jadi aku harus coba dulu” kata Jiseok yang tiba-tiba datang ke ruang makan.

“Jiji hyung mau pergi??” Tanya Hyeongjun. Jiseok berpikir keras untuk menjawab little Hyeongjun. Karena Hyeongjun besar lebih suka di rumah, berkebalikan dengan little Hyeongjun yang suka pergi ke luar rumah. “Hyung mau pergi ke agensi, baby. Ada pekerjaan yang belum selesai. Habis hyung pulang, nanti kita baca buku hm?” Bujuk Jiseok. “Huum” kata Hyeongjun sambil mengangguk.

Diam-diam Seungmin dan Jungsu menghela nafasnya. Dalam keadaan little, siapapun yang keluar dari rumah dan tidak mengajak Hyeongjun, ia akan tantrum. Tapi sepertinya hari ini, little Hyeongjun adalah little yang tenang. “Oke baby. Hyung janji tidak pulang malam ya?? Bye bye” kata Jiseok. “Bye byee Jiji hyung” kata Hyeongjun sambil melambaikan tangannya. “Hati-hati Ji” kata Jungsu. “Okay” kata Jiseok sambil keluar dari dorm.

“Junnie, semalam daddy pulang jam berapa?” Tanya Jungsu. “Dua!! Junnie bangun karena pipis. Junnie panggil Appa Su, Minmin hyung sama Jiji hyung tapi ga ada yang jawab. Terus terus daddy Gun pulang!! Junnie ganti celana sama ambil Kitto. Daddy bawa kasur Junnie” kata Hyeongjun. “Ohh pantes kasur Hyeongjun di luar” kata Seungmin.

“Kalo gitu, jangan ganggu daddy oke? Junnie main sama Appa, Minmin hyung sama Joojoo hyung, kay?” Kata Jungsu. “Sama Kitto!!” Kata Hyeongjun. “Iya sama Kitto juga” kata Seungmin. “Hyung... kok kamarku bau pesing??” Tanya Jooyeon yang baru bangun dari tidurnya. “Good morning Joo. Lebih baik kamu tanya sama adekmu ini” kata Jungsu pada Jooyeon.

“Joojoo hyung!!!!” Seru Hyeongjun. Jooyeon yang tadinya masih mengantuk langsung segar mendengar sapaan khas anak kecil di telinganya. “Halooo bunny boy. Oke, umur berapa hari ini?” Tanya Jooyeon. “Tiga!!” Seru Hyeongjun. “Oke, gimana kalo kita main game hari ini?” Tanya Jooyeon. “Mauuu!!” Seru Hyeongjun. “Jooyeon, adeknya jangan dikasih main game yang aneh-aneh” kata Seungmin. “Tenang aja. Kita main puzzle aja ya??” Kata Jooyeon. “Huum!! Putzle!!” Seru Hyeongjun.

“Sinii” kata Jooyeon. Hyeongjun mengikuti Jooyeon ke ruang tamu. “Junnie, ganti diaper dulu yuk? atau mau lepas aja?” Tanya Seungmin. “Ganti aja” kata Hyeongjun. “Haisshh udah gede masih mau pake diaper hm??” Tanya Seungmin sambil mencubit hidung Hyeongjun main-main. “Ummm biar ga keganggu mainnyaaaa” kata Hyeongjun. Seungmin terkekeh mendengarnya. “Hyung bantu cuci piring ya. Kamu tolong gantiin diapernya dulu” kata Jungsu. “Oke. Yuk sini di kamar” kata Seungmin.

Seungmin dengan cepat mengganti diaper Hyeongjun. Fun fact, ketika episode Rock the World mengurus Seola, Seungmin diam-diam bersyukur bahwa mereka diajarkan memakaikan diaper. Karena selama itu, yang mengganti diaper Hyeongjun adalah manager mereka yang merupakan Papanya Seola. Karena episode tersebut, Seungmin (dan member lain) akhirnya bisa mengganti diaper Hyeongjun sendiri.

“Dah” kata Seungmin. “Makasih Minmin hyung” kata Hyeongjun. “Sama-sama baby” kata Seungmin. Hyeongjun pun keluar dari kamar dan mendekati Jooyeon yang sedang bermain dengan ponselnya. “Joojoo hyung!! Putzell putzel!!” Seru Hyeongjun. “Oke baby bunny. Sini sini” kata Jooyeon. Hyeongjun pun duduk di tengah2 kaki Jooyeon. Jooyeon memberikan game puzzel sederhana untuk dimainkan Hyeongjun.

“Ini harus dijadiin gambar kaya gini baby. Cara mainnya, geser-geser aja ininya” kata Jooyeon. Hyeongjun pelan-pelan melihat Jooyeon memainkan Hpnya dan mengikutinya. “Ehh yang ini salah baby. Ditaronya di bawah” kata Jooyeon. Hyeongjun mengikutinya dan akhirnya level itu selesai dengan benar. “Yeyyy!!!” Kata Hyeongjun. Jooyeon membiarkan Hyeongjun bermain dengan ponselnya sambil ia memainkan rambut Hyeongjun.

Hanya di saat-saat seperti ini, Jooyeon 'dipaksa' untuk menjadi lebih dewasa. Big Hyeongjun orang yang pendiam, yang kadang sulit mengungkapkan perasaannya. Tapi little Hyeongjun adalah orang yang sensitif. Jooyeon harus bisa menjadi sosok yang lebih 'besar' untuk little Hyeongjun. “Hyung??” Panggil Hyeongjun. “Eh kenapa baby??” Tanya Jooyeon.

“Junnie mau kasih tau sesuatu” kata Hyeongjun. “Eh apa tuh??” Tanya Jooyeon. “Biggie Junnie lagi sedih, makanya Junnie muncul” kata Hyeongjun. “Ehh? Sedih kenapa baby?” Tanya Jooyeon. “Ga tawuuu. Biggie kemaren sampai ga mau pegang... um... apa tu.. musik..” kata Hyeongjun sambil berpikir keras. “Kaya apa baby?” Tanya Jooyeon. Hyeongjun membuka galeri hp Jooyeon dan menemukan foto Jooyeon bermain bass. “Nii, yang kaya Joojoo hyung pegang” kata Hyeongjun.

“Gitar??” Tanya Jooyeon. “Huum” kata Hyeongjun. “Okee baby. Hyung titip bilang sama Biggie Junnie, kalo hyung tetep bangga sama dia ya” kata Jooyeon sambil mengelus rambut Hyeongjun. “Mana anakku yang lucu itu?” Tanya Gunil yang baru keluar kamar dengan badan yang segar. Rupanya Gunil baru bangun dan memutuskan langsung mandi.

“Daddy!!!!” Seru Hyeongjun sambil berlari dan memeluk Gunil. “Makasih ya Joo. Kamu makan gih” kata Gunil. “Oke hyung. Titip si bayi ya sama handphoneku” kata Jooyeon. “No no. Mawu gambarr” kata Hyeongjun sambil memberikan Hp Jooyeon pada pemiliknya. Gunil mengikuti Hyeongjun yang berlari ke meja di bawah TV untuk mengambil buku gambar dan krayon miliknya.

“Daddy iket rambutnya ya” kata Gunil. Gunil mengikat rambut Hyeongjun supaya pandangan bayinya itu untuk menggambar. “Bunny baby, it's time to your snack time” kata Seungmin. “Snacknya apa Min?” Tanya Gunil. “Wortel rebus sama susu. Aku perhatiin berat badan dia turun minggu ini hyung” kata Seungmin. Jungsu juga ke ruang tamu setelah menyelesaikan cucian piring dan cucian bajunya.

“Hngg??” Kata Hyeongjun. “It's your favorite snack” kata Seungmin. “No no. No hungryy” kata Hyeongjun. “Daddy suapin ya?? Biar Junnie tetep sehat, makanya Minmin hyung siapin mam” kata Gunil. Hyeongjun mengerucutkan bibirnya tapi ia tetap mengangguk. Gunil mengambil mangkok dari tangan Seungmin dan menyuapkan wortel rebus itu ke mulut Hyeongjun. “Aaaa” kata Gunil. Hyeongjun membuka mulutnya dan mengunyah wortel itu.

“Gambar apa itu baby?” Tanya Jungsu. “Bunny!!! Temennya Kitto” kata Hyeongjun. Little dan Big Hyeongjun dua-duanya bisa menggambar. Dan kondisi Little Hyeongjun di usia 3 tahun, bisa membuat gambar kelinci dengan rapi. “Aaa lagi baby” kata Gunil. Hyeongjun membuka mulutnya dan mengunyah kembali wortel tersebut. “Minum susunya ya” kata Seungmin. Hyeongjun melepas krayonnya sementara dan meminum susu dari gelas tersebut.

“Jiji hyung kapan pulang??” Tanya Hyeongjun. Gunil melirik Jungsu dan Seungmin, sedangkan yang dilirik juga tidak tau harus menjawab apa. “Nanti kita tanya oke??” Bujuk Jungsu. “Mau Jiji hyung” kata Hyeongjun sambil menggenggam tangan Jungsu di sampingnya. “Hyung gimana??” Tanya Seungmin pada Gunil. “Mau Jiji hyung.. Appa Su..” kata Hyeongjun. “Mau nyusul Jiseok aja?” Tanya Gunil. “Mau Jiji hyung.. Mau Jiji hyung...” rengek Hyeongjun yang mulai menangis.

“Oke oke baby, kita ke agensi ya. Kita susul Jiji hyung, tapi kamu jangan nangis hm??” Bujuk Jungsu. Hyeongjun mengangguk dengan mata yang berlinang. Jungsu mengambil jaket Hyeongjun dan memakaikannya topi. Seungmin membantu Jungsu memakaikan sepatu Hyeongjun. “Hyung aja deh yang anter Jung. Hyung harus nyetor aransemen lagu juga” kata Gunil.

Gunil segera menggunakan jaket dan sepatunya sebelum menggandeng tangan Hyeongjun. “Say bye bye to your hyung and appa Su” kata Gunil. “Bye bye hyung, bye bye Appa Su” kata Hyeongjun. “Bye bye Bunny” kata Jungsu.


“Gunil?? Kok ke agensi? Kan lagi libur” kata salah satu staff yang merupakan staff Studio J. “Ada yang nyariin Jiji hyung nih nuna” kata Gunil. “Aigooo siapa tuhhh??” Tanya Staff Nuna. “Junnie!!!” Seru Hyeongjun sambil mengangkat tangannya. “Aduhh lucunyaa.. Sama daddy kesini ya?” Tanya staff Nuna. “Ungg!! Junnie mau cari Jiji hyung” kata Hyeongjun.

“Lagi kenapa Gun?” Tanya Staff Nuna. “Tadi aku sekilas denger dari Jooyeon kayanya Hyeongjun ada stress dan berhubungan sama gitarnya” kata Gunil. “Daddyyyyy, Jiji hyung” kata Hyeongjun. “Aduh, nuna aku cari Jiseok dulu deh. Sebelum ini bayi satu makin rewel” kata Gunil. “Ohh oke oke, bye Gunil. Bye baby boy” kata staff Nuna. “Bye byee” kata Hyeongjun.

Gunil mengenggam tangan Hyeongjun dan mengarahkan tungkainya ke ruangan dimana band master mereka biasanya berada. Dan beruntung, Jiseok juga ada disana. “Hai” kata Gunil. “Oh? Hyung” sapa Jiseok. “JIJI HYUNG!!!!!” seru Hyeongjun sambil berlari kepada Jiseok dan memeluknya. Bahkan Hyeongjun sampai naik ke pangkuan Jiseok.

“Aduh aduh baby, sebentar, hyung taro gitar dulu” kata Jiseok. Jiseok berusaha melepaskan gitarnya sebelum kembali menyamankan Hyeongjun di pangkuannya. “Kok dibawa kesini hyung?” Tanya Jiseok. “Kamu tanya deh sama bocilnya. Ngerengek ke Jungsu mau ketemu kamu” kata Gunil. Jiseok menggelengkan kepalanya mendengar tingkah Hyeongjun.

“Jiji hyungggg... aku pusing” kata Hyeongjun. “Ehh?? Kenapa baby??” Tanya Jiseok. Jiseok mengarahkan tangannya ke dahi Hyeongjun dan merasakan dahinya yang panas. “Baby, lehernya sakit ga?” Tanya Jiseok dengan panik. Hyeongjun menggeleng. “Hyung, kita harus pulang sebelum Hyeongjun jadi lebih kecil lagi. Dia demam” kata Jiseok. “Tanganku sakit” keluh Hyeongjun. Jiseok memeriksa telapak tangan Hyeongjun dan menemukan goresan panjang disana.

“Han Hyeongjun itu benar-benar. Infeksi” kata Jiseok. “Kenapa?” Tanya Gunil. “Kesabet senar pasti. Kemaren tuh dia emang ada ngomong gitarnya ada yang senarnya ga enak. Pasti kesabet ini mah” kata Jiseok. “Yaudah diobatin dulu aja” kata Gunil. “Kalian ga ada yang sadar?” Tanya Jiseok. “Ga ada. Dia ga ngeluh juga kalau tangannya sakit. Kita semua fokus sama dia yang jadi little” kata Gunil.

“Tapi kan..” kata Jiseok. “Jiseok, Gunil cukup. Kalian adu mulut disini, ga akan bikin Hyeongjun sembuh dan yang ada kalian akan kejebak disini dengan posisi little Hyeongjun yang semakin menurun usianya” kata salah satu music directornya mereka. “Maaf hyung” kata Jiseok. “Gapapa. Tapi hyung benar. Kita harus bawa Hyeongjun ke ruang perawatan dulu” kata Gunil.

Gunil menggendong Hyeogjun dan membawanya ke ruang perawatan artis, diikuti oleh Jiseok. “Nunaaa!!!” Seru Gunil. “Ada.. EH KENAPA HYEONGJUN??” Tanya salah satu dokter disana. “Kayanya dia kesabet senar, nuna. Tapi dia ga bilang. Dan dia sekarang demam” kata Jiseok. “Oke, aku mungkin akan kasih dia obat nyeri dan aku obatin tangannya ya” kata dokter tersebut.

Gunil menidurkan Hyeongjun di kasur, namun ia kembali merengek. “No nooo, Jiji yung... Ji yung...” panggil Hyeongjun. “He's definately younger than before” kata Gunil. “Shusshh shusshh hyung disini sayang” kata Jiseok sambil mengelus wajah Hyeongjun. Dokter menyuntikan cairan pereda nyeri pada Hyeongjun yang membuatnya menangis lebih kencang. “Kan. Pasti di bawah 2 tahun umurnya nih” kata Gunil.

“Hello baby, let nuna see your hands hm?” Bujuk dokter. Hyeongjun yang masih menangis menunjukan tangannya yang terluka. “Lain kali, bilang daddy, appa atau hyung ya kalau lagi luka? Biar cepet diobatin, jadi ga parah kaya gini” kata dokter. “Nuna ngomong juga kayanya dia ga ngerti deh” kata Jiseok yang memperhatikan Hyeongjun yang masih tersendat-sendat. Dokter memasangkan perban di tangan Hyeongjun untuk menutup perawatan mereka.

“Kalian ada latihan seminggu ini?” Tanya Dokter. “Sebenernya, kita lagi libur” kata Gunil. “Oke, dua hari ke depan, Hyeongjun jangan pegang gitar atau benda yang bikin lukanya kebuka lagi. Setiap habis mandi dan sebelum tidur harus diganti perbannya” kata dokter. “Oke nuna” kata Gunil. “Come on baby. Let's we go home. Mau bobo sama siapa malem ini?” Kata Jiseok.

“Minmin hyung” kata Hyeongjun. “Yuk pulang” kata Gunil. Hyeongjun berdiri dan tangannya yang tidak diperban, digenggam oleh Jiseok. “Pulang dulu ya nuna” kata Gunil. “Iya Gunil, Jiseok, Hyeongjun. Hati-hati” kata dokter.


“Aku pulang” kata Gunil ketika sampai di rumah. “Oh Gunil hyung pulang” kata Jooyeon yang sedang duduk di sofa bersama Seungmin. “Jungsu mana, Joo?” Tanya Gunil. “Lagi ngerapihin kasur Hyeongjun” kata Jooyeon. “Kenapa hyung?” Tanya Jungsu yang keluar dari kamar Hyeongjun. “Oh engga, aku pikir kamu kemana” kata Gunil.

“Halo baby” sapa Jungsu pada Hyeongjun yang sepatunya lagi dilepas oleh Jiseok. “Ehh tangannya kenapa?” Tanya Jungsu. “HAH???” Seru Seungmin dan Jooyeon. Mendengar teriakan itu, Hyeongjun pun kaget dan berusaha mendekatkan diri dengan Jiseok. “He's younger” kata Jiseok. Little Hyeongjun yang usianya di bawah 3 tahun, akan sangat sensitif dengan suara kencang.

“Halo baby, tangannya kenapa?” Tanya Seungmin dengan lembut. “Sakit..” kata Hyeongjun pelan. “Min, dia nanti tidur sama kamu ya. Dia maunya sama kamu” kata Jiseok. “Oke. Yuk, mau ganti baju bobo sama diaper dulu?” Kata Seungmin. Hyeongjun mengangguk dan mengikuti Seungmin.

“Jadi??” Tanya Jooyeon. “Bocah itu. Ternyata tangannya kesabet senar. Jiseok bilang, Hyeongjun sempet ngomong kalo senarnya ga enak. Kayanya kesabet, luka dan dia ga bilang. Ditambah lagi mungkin dia stress kalo diliat dari omongan Little Jun. Lukanya udah infeksi dan bikin dia demam” kata Gunil. “Aduhh Hyeongjun itu kebiasaan deh. Nanti aku omelin kalo dia udah balik jadi gede” kata Jungsu.

Seungmin dan Hyeongjun keluar dari kamar Hyeongjun dengan pria yang lebih muda sudah menggunakan onesie kelinci kesukaannya, dan pacifer di mulutnya. “Say good night to your Daddy, Appa Su and hyung” kata Seungmin. “Good night” kata Hyeongjun. “Good night baby” kata Jungsu. Hyeongjun pun masuk ke kamar Seungmin untuk terlelap.


Keesokan paginya Hyeongjun terbangun. Tangannya sontak melepas pacifier yang ada di mulutnya. “Shit” kata Hyeongjun. Tangannya ia arahkan ke bagian bawahnya dan menemukan diaper yang terpasang. “Shit shit. Kacau” kata Hyeongjun. Hyeongjun berusaha bangun dari kasur Seungmin tanpa membangunkan pemiliknya. Ia melihat Jiseok yang masih terlelap juga.

Hyeongjun segera keluar kamar dan menemukan Gunil di dapur dan sedang memotong buah. “Baby?” Panggil Gunil. “It's big” kata Hyeongjun. “You're still my baby. Big or Little” kata Gunil. Gunil menginstruksikan Hyeongjun untuk duduk di meja makan. “Aku buka diaper dulu” kata Hyeongjun. Hyeongjun ke kamar mandi untuk membuka diapernya dan kembali ke meja makan lagi.

“Dia nyusahin ya?” Tanya Hyeongjun. “Engga. Tetep lucu. Kamu harus liat gambar yang little kamu buat” kata Gunil. Hyeongjun hanya menggelengkan kepalanya dan baru sadar tangannya menggunakan perban. “Ini?” Tanya Hyeongjun. “Oh ya. Jungsu bilang bakal marahin kamu soal itu. Kamu kesabet senar ya? Itu tangan kamu luka dan infeksi. Kamu demam semalem” kata Gunil. “Oh iya. Aku ngerasa ga sakit dan biasa aja” kata Hyeongjun. “Tetep aja. Jiseok panik banget kamu ngerengek sama dia dan ternyata tanganmu luka. Lain kali jangan gitu ya” kata Gunil.

“Hyeongjun?” Panggil Seungmin. “Hai Min” kata Hyeongjun. “Where's your pacifier?? Mau aku sterilin” kata Seungmin. “Aku malu banget” kata Hyeongjun. “Ngapain malu??? Kita udah jadi caregiver kamu berapa lama coba?? Ngapain masih malu” kata Seungmin. Seungmin menghampiri meja makan dan melihat pacifier Hyeongjun ada di meja. Ia mengambilnya dan memutuskan untuk mencuci lalu melakukan sterilisasi pada benda tersebut.

“So, ada yang mau kamu ceritain??” Tanya Gunil. “Hyung tau dari siapa?” Tanya Hyeongjun. “Your little tell his favorite hyung, Jooyeon” kata Gunil. “Ahh... Itu... Sebenernya aku stress karena aku bikin melodi, dan aku seneng banget karena nadanya bagus. Tp ternyata ga kerekam karena hp aku mati. Jadi aku lupa. Abis itu, ya.. gitar aku tiba-tiba senarnya putus dan nyabet tangan aku.

Aku ga ngira itu luka hyung. Makanya aku biarin. Tapi emang aku kesel saat itu. Kaya kok bertubi-tubi ya. Jd aku langsung tidur. Dan baru ngerasa bangun sekarang” kata Hyeongjun. “Lain kali cerita ya Hyeongjun. Kita semua mau kok dengerin cerita kamu sereceh apapun. Even itu cuma ocehan kamu tentang anime, kita mau dengerin” kata Gunil.

“Iya hyung. Maaf” kata Hyeongjun. “No need to say sorry. Dah sana kamu mandi. Biar hyung bisa ganti perbannya” kata Gunil. “Oke hyung. Terima kasih. Seungmin juga makasih” kata Hyeongjun. “Kan, he's cute even in Big” kata Seungmin. “Setuju” kata Gunil sambil terkekeh.

warn : major character death, mention of a disease, mention of suicidal attempt


Mas, Joo ga mau keluar kamar. Udah 2 hari di dalem terus. Gimana ini?”

Gunil menghela nafasnya dengan berat. Suara Jiseok menyadarkannya untuk melangkah maju ke depan. “Sebentar, Ji. Mas bentar lagi kesana” kata Gunil. “Mas, kalo belum bisa kesini, gapapa. Nanti gue coba bujukin Joo keluar kamar” kata Jungsu. “Gapapa Jung. Gue sekalian mau beresin barang-barangnya gue di kamar Jun” kata Gunil.

Gue jemput ya mas. Lo jangan bawa mobil sendiri dulu” kata Jungsu. Gunil tersenyum mendengar permintaan dari Jungsu. “Iya Jungsu. Makasih ya. Gue siap-siap dulu” kata Gunil. Setelah sambungan teleponnya mati, Gunil menghela nafasnya pelan. Matanya melirik ke arah nakasnya, terdapat foto dirinya dan Hyeongjun yang sudah dibingkai. “Hai Hyeongjun. Hari ini, bolehin aku beresin baju kamu barengan sama Joo ya” kata Gunil sambil tersenyum.


Gunil dan Jungsu pun sampai di apartement milik Jooyeon. “Mas, lo gapapa?” Tanya Jungsu. Gunil menghela nafasnya kembali. Entah sudah berapa kali ia menghela nafas dalam 1 hari ini. “Lu mau jawaban jujur apa engga” tanya Gunil sambil sedikit memaksakan senyumnya. “Jujur lah” kata Jungsu. “Engga. Gue.. Ga sanggup buat masuk kesana Jung. Barang-barang gue disana udah dipake sama Hyeongjun. Semuanya ada baunya Hyeongjun. Dan bau itu akan hilang lama kelamaan, seiring waktu. Presensi Hyeongjun pelan-pelan akan hilang dari hidup gue” kata Gunil.

Setelah Gunil menumpahkan seluruh ocehannya, tak lama ia pun menangis. Seluruh pertahanannya runtuh. Benteng yang ia bangun, supaya ia bisa menjadi tumpuan untuk Jooyeon, pun akhirnya hancur. “Gue.. hiks ga bisa Jungsu..” kata Gunil. Jungsu pun mengusap bahu Gunil, berusaha menenangkan pria paling kuat yang pernah ia kenal itu, kini menangis seperti anak kecil. “Mas, gapapa. Lo boleh nangis sepuasnya. Tapi, lo harus janji supaya lo tetap hidup. Hyeongjun mau supaya lo tetap bahagia, walaupun ga ada dia” kata Jungsu.

Tiba-tiba, kaca mobil Jungsu diketuk. Jungsu menengok dan mendapati Seungmin di luar sana. “Kak, Joo udah mau keluar kamar. Aku mau beli makanan dulu buat Joo. Jie masih di atas nemenin Joo. Kakak mau disini atau nyamper Joo atau ikut aku?” Tanya Seungmin. “Mas, lu mau ikut opsi yang mana?” Tanya Jungsu. Gunil berusaha menghentikan tangisannya, walaupun sesekali ia masih terisak. Tangannya dengan cepat menghapus air mata dari wajahnya.

“Gue mau ketemu Joo” kata Gunil. “Yaudah, aku ke atas bareng mas deh Min. Kamu gapapa sendiri?” Kata Jungsu. “Gapapa kak” kata Seungmin. “Okay, hati-hati ya sayang” kata Jungsu. Setelah memastikan Seungmin pergi dengan hati-hati, Jungsu pun membuka pintu mobilnya. “Yuk mas” kata Jungsu. Gunil sekali lagi menarik dan membuang nafasnya.

“Yuk” kata Gunil.


Welcome to my apart mas!!! Not basically only for me, aku sharing sama Jooyeon. OF COURSE, siapa juga yang mau sharing sama orang lain.

Ini kamarku, sebelahnya kamar Joo. Mas jangan mau buka kamar Joo deh, berantakan banget. Kamarku... ya berantakan juga tapi ga separah Joo

Mas, kalo mau nginep, nginep aja ya ya!! Pake bajuku gapapa atau mas nyimpen baju disini gapapa. Paling kalo kangen mas, baju mas aku pake hehehehe.. Tapi langsung aku cuci lagi kok!!*”

“Mas!!”

“Mas!!”

Gunil terperanjat ketika Jungsu memanggilnya dengan suara yang kencang. “Lo beneran gapapa?” Tanya Jungsu. “Gapapa. Gue cuma inget waktu Hyeongjun pertama kali ngajak gue ke apartnya, terus dia ngajak nginep disini” kata Gunil. “Lo kangen sama dia ya?” Tanya Jungsu. “Jelas, siapa yang ga kangen sama dia” kata Gunil sambil terkekeh.

Jungsu menekan bell apartemen Jooyeon dan tidak lama Jiseok membuka pintu apartemen itu sambil memegang sebuah mangkok. “Itu apaan?” Tanya Jungsu. “Biskuit campur susu. Jooyeon belom makan dari kemaren, perutnya kosong. Ga boleh langsung makan nasi. Aku ngubek-ngubek dapur, cuma nemu biskuit ini” kata Jiseok.

“Seungmin lagi beli makanan kok” kata Jungsu. “Iya, tadi aku yang minta. Jooyeon mau makan sup ayam jahe” kata Jiseok. “Good for him, dikirain mau makan fried chicken” kata Jungsu. “Ayo masuk. Mas Gunil udah beneran gapapa?” Tanya Jiseok. “Dikuat-kuatin haha” kata Gunil. “Yaudah” kata Jiseok.

Jungsu dan Gunil pun masuk ke dalam apartemen itu. Gunil dapat mencium wangi pengharum ruangan dengan wangi Sakura. Wangi kesukaannya Hyeongjun.

Aku suka wangi Sakura. Soalnya ngingetin aku sama musim Semi!! Musim semi tuh ibaratnya apa ya, kaya sesuatu yang baru gitu ga sih mas? Kaya bunga-bunga juga mekarnya pas musim semi, sama kaya siklus musim kita dimulai dari musim semi. Jadi, aku suka banget sama wangi Sakura, soalnya Sakura mekar di musim semi dan ngingetin aku sama suasana musim semi.

“Wangi Sakura” kata Gunil. “Iya, Jooyeon yang sengaja pasang. Dia bilang, dulu dia paling ga suka apartemennya jadi ada wangi-wangi ga jelas, dan suka berantem sama Hyeongjun masalah pewangi ruangan. But, since yesterday, he decided to put Sakura aroma in every inch in this apartment” kata Jiseok.

Gunil mengangguk dan mulai mengganti sepatunya dengan sandal rumah yang selalu digunakannya kalau main ke apartemen Hyeongjun dan Jooyeon itu. Ia mengikuti langkah Jiseok dan Jungsu menuju ruang tamu, dimana Jooyeon sedang merebahkan dirinya di bean bag. Ia sedang menatap keluar balkon dan Gunil dapat memastikan bahwa tatapan Jooyeon sangat kosong.

“Joo, buka mulutnya lagi” kata Jiseok sambil menyuapkan bubur biskuit itu ke mulut Jooyeon. Jooyeon membuka mulutnya tanpa protes dan membiarkan Jiseok menyuapkan cemilan itu. “Dari tadi kaya gitu?” Tanya Jungsu pelan. Jiseok mengangguk. “Tadi pas kakak jemput mas Gun, aku berusaha bujukin dia keluar kamar terus. Seungmin juga ngechat terus nomor Joo biar dibuka hpnya.

Terus tiba-tiba, dia buka pintu kamar. Aku sama Seungmin langsung masuk dong. Kamarnya gelap banget, kita panik dong, takutnya kaya dia berusaha, ya you know kak, melakukan hal-hal yang buruk. Tapi untungnya engga, karena sirkulasi udaranya masih bagus. Cuma, dia lemes banget. Bener-bener lemes banget di kasur.

Aku sama Seungmin langsung bawa dia keluar kamar terus dudukin dia di sofa. Aku nanya dia terakhir makan kapan, atau dia laper ga. Terus dia jawab terakhir makan pas.. Kremasinya Hyeongjun yang which is itu 2 hari lalu. Seungmin langsung nanya mau makan apa, dan Jooyeon bilang dia mau makan sup ayam jahe. Makanya Seungmin langsung keluar beli makan, aku disini jagain Joo.

Aku sempet ngelap badan Joo, bantuin dia sikat gigi, bantuin ganti baju sama sekarang nyuapin dia makan. Soalnya dia bener-bener lemes banget. Pas aku bikinin bubur biskuit ini, tiba-tiba Joo pindah ke bean bag, terus ngeliatin balkon terus dari tadi” kata Jiseok panjang lebar.

Jungsu mengangguk mendengar penjelasan dari Jiseok. Di saat seperti ini, Jungsu kalau bisa ingin memuji Jiseok atas dedikasinya. Jiseok yang sehari-hari mungkin terlihat seperti anak kecil itu, bisa jadi sosok yang dewasa dan diandalkan untuk Jooyeon. Gunil memperhatikan arah pandang Jooyeon dan ia merasa hatinya kembali diremas.

Tepat di arah pandangan mata Jooyeon, itu adalah tempat dimana Hyeongjun mencari inspirasi untuk tugas-tugasnya. Hyeongjun biasanya duduk disana dengan Gunil untuk menggambar acak, dan Jooyeon akan berada di ruang tengah sembari bermain game. Itu kebiasaan mereka yang selalu Gunil temukan, kapanpun ia datang ke apartement mereka.

“Joo?? Ada mas Gunil tuh. Mas Gunil udah dateng” kata Jiseok sambil mengelus rambut Jooyeon. Jooyeon segera menengok mencari Gunil dan Gunil ingin menangis melihat wajah pucat dari pria paling muda dalam lingkaran pertemanan mereka itu.

“Mas Gun.. hiks.. Ga ada Hyeongjun.. hiks..” Tangis Jooyeon kembali pecah ketika ia melihat Gunil. Begitu pun Gunil yang ikut menangis ketika melihat Jooyeon menangis. Harusnya Gunil menahan tangisannya, harusnya Gunil bisa menjadi tumpuan untuk Jooyeon. Harusnya hanya Jooyeon yang menangis, karena Jooyeon lebih kehilangan.

Tapi, kenapa ia juga menangis?

“Mas Gun.. Jun.. hiks bilang.. gitarnya.. harus.. dibawa.. sama mas Gun.. hiks” kata Jooyeon sambil terisak. Jiseok membawa Jooyeon ke dalam pelukannya dan Jooyeon pun menangis dengan kencang. Begitu juga dengan Gunil yang ikut menangis sambil menutup wajahnya dengan lengan hoodienya. Jiseok ikut meneteskan air matanya ketika ia memeluk Jooyeon. Jungsu berusaha untuk menahan air matanya, begitu juga Seungmin yang berjalan masuk ke dalam apartement.

Mereka semua kehilangan. Kehilangan sosok paling baik dan paling menggemaskan itu. Sosok yang pandai menyembunyikan semua rasa sakitnya.

Aku gapapa mas, astaga. Cuma batuk. Aku ke dokter minta obat, soalnya ga sembuh-sembuh

Joo, gausah lebay please. Kamu kan emang tau aku makannya susah dari kecil, ya wajar aku kurus

Ini kemaren aku sakit gigi, makanya pipi aku bengkak. Ayo lanjut lagi latihannya, don't mind me. Kita bentar lagi masuk pekan festival. Jangan berlama-lama

Siapa sangka, sebelum masuk ke pekan festival, Hyeongjun kehilangan kesadarannya ketika mereka sedang latihan. Dan ketika dibawa ke rumah sakit, pria itu ternyata mengidap kanker pada paru-parunya. Tidak ada satu pun yang tau, karena permintaan keras kepala Hyeongjun, agar semuanya fokus pada pekan festival, terutama festival Summer Breeze, festival terbesar yang pernah disambangi oleh mereka sebagai band.

Dokter sudah melarang Hyeongjun untuk keluar dari rumah sakit dan fokus pada kesehatannya. Tapi sekali lagi, ini adalah seorang Hyeongjun. Orang yang sangat mencintai kehidupannya, mencintai hobinya dan mencintai cita-citanya. Ia berhasil meyakinkan pada dokter, untuk membuatnya naik panggung hanya satu kali lagi, di festival Summer Breeze.

Semua rangkaian lagu yang mereka tampilkan berjalan lancar. Namun tepat setelah mereka turun dari panggung, Hyeongjun kembali kehilangan kesadarannya. Itu adalah hari terakhir mereka saling tatap dengan Hyeongjun. Hari terakhir mereka bisa bernyanyi dan bermusik bersama. Karena tepat 1 hari setelah acara festival itu, Hyeongjun menghembuskan nafas terakhirnya.

Keluarga Hyeongjun dan Jooyeon memutuskan untuk mengkremasi Hyeongjun. Namun baik keluarganya ataupun Jooyeon sendiri, belum ada niatan untuk merapikan barang-barang Hyeongjun. Jooyeon sendiri hanya terdiam di dalam kamarnya selama 2 hari sejak kremasi Hyeongjun.

Mereka kehilangan.

Semua orang merasakan kehilangan yang mendalam.


“MAS GUN!!! BURUAN NAPA SIHH!! LELET BANGETTT!! UDAH TUA YA???”

Gunil menggeplak kepala Jooyeon dengan main-main. “Mulut kamu makin ga sopan sama mas” kata Gunil. “ABISNYA, mas lelet banget deh” kata Jooyeon. “Ya gue cari foto Hyeongjun yang paling cakep dulu dong ganteng” kata Gunil.

“Tau tuh. Lu gimana sih. Katanya soulmate Hyeongjun, tapi ga ada foto yang proper, malah isinya meme muka dia semua” kata Seungmin. “Abisnya muka dia lucu sih” kata Jooyeon. “Yuk, kita mulai aja sekarang” kata Jiseok menengahi pertengkaran itu.

Jooyeon mengeluarkan guci berisi abu Hyeongjun. Walaupun sudah 5 tahun berlalu, guci tersebut tetap mampu memberikan tempat peristirahatan terakhir untuk Hyeongjun. Gunil mengeluarkan 1 foto polaroid Hyeongjun. Foto itu menampilkan Hyeongjun yang tersenyum.

“Senyumnya Hyeongjun paling cantik” kata Gunil. “Betul. Mungkin, kita ga bakal liat senyuman itu lagi disini, tapi suatu saat, kita pasti bisa liat senyumannya lagi” kata Jungsu sambil merangkul Gunil. Jooyeon membuka tutup guci tersebut dan menuangkan abunya ke laut lepas. “Fly high, my other half. My only one brother. Di kehidupan selanjutnya, aku akan cari kamu lagi. Aku akan cari kamu untuk jadi saudara kembar aku lagi” kata Jooyeon.

“Hyeongjun, in another life, aku akan cari kamu lagi. Aku akan jadi orang pertama yang menyatakan cinta padamu. Aku akan mencintai kamu, bahkan di kehidupan selanjutnya” kata Gunil.

Gunil mengangkat foto polaroid itu dengan tangan kirinya. Tangan kanannya menyalakan korek api dan foto itu ia arahkan ke api tersebut. “Hyeongjun!! Kita disini bakal bahagia, dan kita bakal jagain Jooyeon sama Mas Gunil. Jadi, lo juga harus bahagia disana” kata Jiseok.

“Hyeongjun, gue seneng banget bisa kenal sama lo. Lo gitaris yang keren. Kapan-kapan, lo harus ajarin gue lagi main gitar ya” kata Seungmin. “Hyeongjun!! Lo adek yang paling gampang diatur hahaha.. Gue juga seneng bisa kenal sama lo. Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya” kata Jungsu.

Even it takes 4 billion miles, there's nothing between us. See you in another live, baby” kata Gunil dalam hatinya.

Gunil mengetuk pintu villa di hadapannya. Ia melirik jam tangannya yang menunjukan pukul 8 pagi. Sebelumnya ia berjanji untuk jalan dari jam 8 pagi, namun mengingat ia harus menjelaskan pada Jooyeon apa yang terjadi antara dirinya dan Hyeongjun, ia memutuskan berangkat lebih pagi.

Pintu itu terbuka dan menampilkan Hyeongjun yang masih menggunakan piyama dan mengusak matanya. “Morning, sleepy bunny” sapa Gunil. “Morning mas Gun. Datengnya pagi banget” kata Hyeongjun. “Kamu mau check out jam 9, dan jam segini baru bangun” kata Gunil. “Enggaa, aku baru tidur lagi pas Joo pergi beli makan” kata Hyeongjun. Gunil hanya tersenyum dan mengusak rambut Hyeongjun.

“Pagii.. Buset dah yang baru go public, pacaran aja depan pintu” kata Jooyeon yang datang sambil membawa 1 kotak udang mentah. “Morning to you, little traitor” kata Gunil. “MAS KOK JAHAT SAMA AKU????” teriak Jooyeon. “Gausah bacot. Sini, aku masak udangnya. Kamu bikin ramyeon sana” kata Hyeongjun. “Iyaaa” kata Jooyeon.

“Udah sarapan mas?” Tanya Hyeongjun. “Kebetulan cuma makan roti. Numpang makan dong hehehehe” kata Gunil. “Untung kita bawa ramyeonnya 5 bungkus” kata Jooyeon. Gunil hanya tertawa menanggapi perkataan Jooyeon.

Tak lama kemudian, ramyeon udang yang dimasak Hyeongjun dan Jooyeon pun jadi. Ketiganya duduk di meja makan dengan posisi Hyeongjun duduk di samping Gunil dan Jooyeon di seberangnya. “So, gimana ceritanya kalian bisa pacaran?” Tanya Jooyeon. “Ya karena suka” kata Gunil. “Nice answer, mas” kata Hyeongjun.

“Canda canda. Awal gue tertarik sama Hyeongjun tuh pas pertama kali lo ngenalin dia ke kita, Joo. Gue inget banget Junie cuma bisa sembunyi di belakang lo selama seharian. Terus, gue notice kalo dia bawa gitar, yang which mean dia bisa main gitar.

Makanya gue langsung nawarin dia buat main di band kita. Dan gue lebih kaget lagi pas dia ngeluarin gitarnya. Like, gue tau lo orkay Joo, tapi ga pernah keliatan sampe Junnie ngeluarin gitarnya” kata Gunil. “Gue sangat terlihat merakyat ya” kata Jooyeon. “Lo kebanyakan gaul sama temen-temen lo yang keliatan urakan itu sih. Mana percaya orang kalo dikasih tau lo itu kembaran gue” kata Hyeongjun.

“Terus terus, gimana mas?” Tanya Jooyeon. “Yaa gue selalu amaze sih sama permainannya Hyeongjun. Terus one day, pas ultah kamu ga sih Jun, pas aku beliin ampli baru?” Kata Gunil. “Noo. Pas aku graduation” kata Hyeongjun. “ANJIR!! Ampli lo yang di kamar itu, yang lo bilang dapet hadiah dari temen tuh ternyata dari mas Gun???” Tanya Jooyeon. “Iya, itu dari mas Gun. Gue saat itu ga ada intensi apa-apa sih pas terima juga. Gue pikir wajar soalnya gue waktu itu ditanya mas Gun mau hadiah apa, gue jawab ampli” kata Hyeongjun.

“Tapi entah kenapa, gue tuh beneran sesuka itu kalo Hyeongjun terima setiap spoiled dari gue. Mulai dari situ, gue selalu kasih barang-barang yang menurut gue cocok buat dia. Terus ya, kita sering jalan bareng karena kadang dia suka ngeluh ke gue kalo lagi ga ada inspirasi buat ngerjain gambar” kata Gunil.

“Lo tau, gue susah banget terbuka sama orang lain kan? Gue aja baru berani cerita sama Jiseok, sama ka Jungsu aja pas kita udah intense sering latihan dan tampil. Tapi entah kenapa, mas Gun tuh beneran punya charm tersendiri untuk bikin gue nyaman” kata Hyeongjun. “Paham. Emang bapak-able ini mas Gun” kata Jooyeon.

“Yaa kita mulai ketemu secara intens aja sih, mulai saling ngabarin satu sama lain. Dan gue juga nyaman banget sama Hyeongjun. Dia pendengar yang baik dan selalu apa ya, kaya paham sama apa yang gue butuhin. Gue lama-lama mulai attach sama Hyeongjun. Kaya sehari ga sama Hyeongjun tuh beneran bikin gua gila.

Agak lama sih, gue sama Hyeongjun hubungannya ga jelas. Kaya, kita deket banget, jalan bareng, tapi gue gatau perasaan gue gimana sama Hyeongjun. Dan itu semua berubah ketika lo announce kalo lo jadian sama Jiseok.

Gua shock jelas. Gue jadi mikir, kaya lo berdua lebih muda dari gue, tapi udah bisa mantep sama perasaan masing-masing. Dan gue jadi malu banget sama sikap gue selama ini yang ga nyadar kalo gue tuh sebenernya sayang dan cinta sama Hyeongjun.

Dan pas banget, lo inget kan kejadian outfitnya Hyeongjun banyak diomongin karena dia keliatan aneh?? Sampe Hyeongjun berobat karena stress berat. Gua marah banget disitu. Dan gue lah orang yang ngelaporin cyberbullying itu. Gue lakuin segala cara supaya Hyeongjun bisa tetep percaya sama gue and it works. Hyeongjun tetep percaya sama gue, tetep terbuka. Ya walaupun jadi lebih pendiem dari sebelumnya” kata Gunil panjang lebar.

“Jadi, orang yang suka nganterin lu ke Psikiater kalo gue atau papi papa lagi ga bisa anter tuh, mas Gun?” Tanya Jooyeon. Hyeongjun mengangguk. “Nomornya mas Gun jadi speed dial setelah nomor lu” kata Hyeongjun. “Wow. Gue ga nyangka banget ada andil mas Gun yang gede banget sama perubahan lo sekarang” kata Jooyeon.

“Gue yang banyak bersyukur sih kenal sama Hyeongjun. Dia ngajarin gue cinta tuh kaya gimana. Dan dia juga yang bikin gue ngerasa, gue perlu ngelindungin seseorang yang gue sayang” kata Gunil. “So, kalian jadian dari kapan?” Tanya Jooyeon. “Hmm around festival fakultasnya Osumi. Hampir setahun lalu” kata Hyeongjun.

“Wow, dan selama itu lo nyembunyiin dari gue. Keren juga lu” kata Jooyeon. “Jangan marah. Gue ga ada maksud buat ga cerita sama lo. Tapi, gue ga bisa” kata Hyeongjun. “Paham kok. Gue ga marah kok, cuma asal nyeplak aja. I'm always happy as long as you happy” kata Jooyeon sambil mencubit pipi Hyeongjun.

“Mas, jagain kembaran gue ya?? Gue gatau harus gimana lagi kalo dia sampe breakdown kaya dulu. Tolong bikin dia bahagia terus” kata Jooyeon. “With all of my heart” kata Gunil. Hyeongjun pun hanya tersenyum dan mengalungkan tangannya pada lengan Gunil. “Oh ya, ada satu rahasia lagi sebenernya” kata Hyeongjun. “Rahasia apalagi??” Tanya Jooyeon. “Kali ini gua gatau apa-apa” kata Gunil.

“Kak Jungsu sama Osumi tuh mantan” kata Hyeongjun.

“HAH??”

Bite Me

No. Never.

“Let me be your last. Please...”

You'll always be my first, and also my last, love


Pale

Ketika aku bertemu pertama kali dengannya, wajahnya sangat pucat.

Sepucat mayat.


Cold

Ketika aku pertama kali mengenggam tangannya, bukan kehangatan yang aku dapatkan, melainkan sebuah rasa dingin yang ku rasakan.

Seperti tanganmu diselimuti oleh es.


Red Eyes

Matanya yang berwarna merah. Mata yang mampu memandangku bak permata termulia di dunia, namun mata itu juga yang mampu menarikku ke dalam pesonanya.

Mata yang semerah darah.


Blood

Aku melihatnya. Bagaimana ia bertahan hidup dengan darah. Di tengah kegelapan malam, aku melihat mata yang menatapku dengan tegas serta tangan dan mulut yang diselimuti oleh cairan berbau besi itu.

A vampire. They called you, a monster who have a desire to drinking blood.


Seharusnya aku pergi. Seharusnya aku menjauh darimu. Dan seharusnya aku pergi meninggalkanmu.

Tapi disinilah aku. Dalam genggamanmu, dalam pelukanmu, dalam eratanmu yang dingin.

Mungkin tubuhmu dingin, mungkin pelukan dan genggamanmu selalu dingin. Tetapi, aku bisa merasakan, kehangatan yang selalu kau pancarkan untukku.

Aku ingin bersamamu. Aku ingin selalu bersamamu, hidup bersamamu, selamanya.

. . . . . . . . . . . . . . .

“Chris, Bite Me


I would never hurt you, Love. So, my answer is always no

“I wanna spend all my life with you”

You should grow up. You should achieve your dream. You should marriend and grow old

“Without you? No”

Love, my presence alone is a fault to this world

“So, please take me. You're not alone. There's you and me. We can against the world, if we're together”

Love... Are you sure?

“Yes. As long as with you”

It will hurt. Are you sure, to spend your life, to be with me? To against this world?

“Yes.”

. . . . . . . . . . . . . . .

“Chris, bite me

Your request is my command, love

Jake berjalan pulang terlebih dahulu. Heeseung dan Sunghoon ada pembekalan sebagai siswa baru. Sunoo ada latihan, Niki bermain dengan temannya, lalu Jay dengan kurang ajarnya berkata bahwa dia akan menunggu Jungwon sampai pulang sekolah.

“Nasib banget emang. Punya pacar berasa jomblo” kata Jake. Jake berjalan perlahan menuju hutan supaya tidak menimbulkan kecurigaan dan sesampainya di hutan, baru dia akan berlari dengan kemampuan vampirenya. Baru dia masuk ke hutan, tiba-tiba ada orang yang mendorongnya sampai menabrak pohon.

“Well, apa yang dilakukan adik dari The Next of Throne sendirian? Ku pikir harusnya kamu pergi bersama yang lain” kata vampire itu. “Sial, ini sakit. Kau siapa?!” Seru Jake. “Tidak perlu tau namaku” kata vampire itu. Jake yang kesal pun segera menggigit tangan vampire yang menahannya. Ketika vampire itu kesakitan, Jake menarik pakaiannya dan membenturkannya ke tanah. Jake berniat untuk memenggal kepala vampire itu, sebelum Heeseung menahannya.

“Tidak. Kita bawa dia kepada uncle Chan” kata Heeseung. Ternyata Heeseung datang bersama Sunghoon. “Aku bawa borgol perak. Itu bisa menahan pergerakannya. Apalagi sebelumnya kamu menggigit tangannya” kata Sunghoon. “Bawa dia ke daddy. Jay belum tau kan?” Tanya Jake. “Belum. Ayo kita pulang secepatnya sebelum Jay kesini” kata Heeseung.

Ketiganya pun pulang sambil membawa tawanan tersebut. “Tuan muda Jaeyoon? Siapa yang anda bawa?” Tanya seorang penjaga kawasan. “Bawa orang ini ke hadapan daddyku. Dia berusaha menyerangku” kata Jake. “APA?! Hey, informasikan pada Prince Chan bahwa ada yang menyerang tuan muda Jaeyoon dan ia membawa pelakunya” kata penjaga tersebut.

Sunghoon memandang Heeseung yang hanya diam sepenuhnya. “Hee? Kenapa?” Tanya Sunghoon. “Oh engga. Hanya, familiar dengan kain di lengannya” kata Heeseung. “Pernah melihatnya di suatu tempat mungkin?” Kata Sunghoon. “Sepertinya” kata Heeseung.

Chan yang mendengar anak bungsunya hampir menjadi korban, langsung melakukan sidang darurat terhadap tawanan tersebut. “Siapa kau dan kenapa kau menyerang anakku?” Tanya Chan pada orang yang didudukan pada kursi di hadapannya. “Target saya bukanlah anak bungsu anda, Prince Chan” kata vampire itu. “Lalu siapa targetmu?” Tanya Jake. “Beberapa tahun yang lalu, ada sebuah kerajaan kecil, dekat dengan sungai yang membatasi hutan besar dan kawasan elit manusia. Saya adalah orang yang menyerang kerajaan itu. Tugas kami adalah memusnahkan kerajaan itu dan keturunannya” kata vampire tersebut.

“Lalu?” Tanya Chan. “Ternyata tanpa disangka, orang kepercayaan Raja saat itu, berhasil membawa sang pangeran tunggal kabur. Mereka memutuskan untuk mengganti nama keluarga sang pangeran, tanpa mereka tau, bahwa seorang pangeran vampire akan selalu mencolok” kata vampire itu. Chan mengerutkan dahinya. Seingatnya, pangeran vampire hanya ada ia, kemudian Jay dan Jake yang mewarisi kerajaan ini.

“Jika anda pintar, harusnya anda paham kenapa saya mengejar anak anda, Prince Chan” kata vampire itu. “Yak!! Kau berani mengejek Prince Chan?!” Seru tetua Bang. Chan mengedarkan pandangannya dan bertemu dengan raut wajah Heeseung yang ketakutan. “Heeseung” kata Chan. “Ding dong! Benar sekali” kata vampire itu. “Apa?!” Seru Jake. Heeseung berjalan mundur sampai ia menabrak tiang ruangan. “Tidak. Orangtuaku ada disini. Hwang Hyunjin dan Yang Jeongin” kata Heeseung dengan gemetar.

“Bodoh, untuk apa aku mengejar anak pangeran lain, jika misiku belum selesai?” Kata Vampire itu. Heeseung yang gemetar pun semakin ketakutan. Apa-apaan semua ini?

“Heeseung!!!”

Semua yang ada dalam ruangan pun menengok, mereka mendapati Jeongin yang datang ke ruang sidang. “Uncle Jeongin” kata Sunghoon. Jeongin menghampiri Heeseung dan membawanya ke dalam pelukan. “Dad.. katakan kalau itu semua bohong.. katakan kalau yang dia bilang itu bohong” kata Heeseung. Jeongin yang melihat Heeseung memandangnya dengan tangisan membuat hatinya sangat sakit. Ingatannya kembali pada kisah kelam puluhan tahun lalu, dimana ia dan Hyunjin membawa kabur Heeseung, sang Pangeran Tunggal dari kerajaan mereka terdahulu.

“Heeseung, you always be my son, no matter what” kata Jeongin. Jeongin mengelus rambut Heeseung sebelum melanjutkan ucapannya. “But, he's right. You are The Prince. You are my Prince” kata Jeongin. Heeseung pun terkejut dan air matanya semakin mengalir keluar. “Then, why I don't know?” Lirih Heeseung. “Aku menyegel ingatanmu beserta kekuatan leluhurmu. Karena aku tau, suatu hari, nyawamu akan terancam. Aku menyayangimu seperti anakku sendiri” kata Jeongin.

“Tapi kamu lupa, bahwa seorang Pangeran tetaplah seorang Pangeran” kata vampire itu. “Masukan dia ke penjara perak. Aku akan memutuskan hukumannya nanti” kata Chan. “What? Hey Prince Chan, aku membantumu dari kemungkinan terjadinya kudeta!!” Seru vampire itu. “Heeseung adalah wargaku, dan sudah sepatutnya aku membelanya” kata Chan. “Dia seorang Pangeran!” Seru vampire itu. “Lalu? Itu tidak mengubah keadaan bahwa dia adalah anak yang dibesarkan oleh Jeongin. Jadi secara de jure, dia adalah anaknya Jeongin” kata Chan.

“Masukin dia” kata Chan. “Baik!!” Seru para penjaga dan segera menyeret vampire pengacau itu ke penjara khusus. “Heeseung” kata Jake sambil memegang pipinya. Heeseung menarik pelan tangan Jake dan membawa ke dalam pelukan. “Yuk kita pulang. Aku peluk” kata Jake. Heeseung pun berdiri dan mengikuti Jake pulang. “Jeongin, aku butuh cerita lengkap darimu dan Sunghoon, aku mau kamu disini sebagai wakil dari Jay, Jungwon dan Jake” kata Chan.

Jeongin menghela nafasnya dengan berat. “Vampire itu benar. Aku dan Hyunjin adalah orang kepercayaan ayah Heeseung saat itu. Aku bekerja sebagai asisten ibunya, dan itu menjadikan aku dekat dengan Heeseung. Satu hari, ibunya Heeseung berpesan padaku untuk membawa Heeseung keluar dari kota bersama Hyunjin. Kami bingung tentu saja, tapi aku tetap melakukannya. Dan ketika kami sudah keluar kota, terjadi pembantaian besar-besaran di kota. Dan itu dilakukan oleh pemilik pita bergambar matahari itu” kata Jeongin.

“Jadi Heeseung seorang pangeran juga? Singkatnya seperti itu?” Kata Sunghoon. “Iya” kata Jeongin. “Apakah ada cara untuk membuka segel Heeseung? Aku kasian padanya” kata Sunghoon. “Aku hanya tau menyegel kekuatannya. Itu juga karena aku diajarkan oleh Ratu” kata Jeongin. “Aku akan mencari caranya” kata Chan. “Anda tidak takut kalau Heeseung akan melakukan kudeta, Prince?” Tanya Tetua dengan hati-hati.

“Tidak. Aku percaya pada Heeseung, dan aku harap kalian akan mempercayainya juga” kata Chan.


Jake menepuk-nepuk punggung Heeseung untuk menenangkan kekasihnya itu. “Aku tidak menyangka Jake. Mereka berani menemuimu bahkan setelah menghabiskan nyawa orangtua dan seluruh wargaku” kata Heeseung. “It's okay, saat itu kamu masih kecil, jadi belum tau dan belum bisa menyelamatkan mereka. Dan aku baik-baik aja Heeseung” kata Jake.

“Satu hal yang ku khawatirkan, Jake, kalo ini hanyalah awal dari sebuah perang” kata Heeseung. “Aku juga berpikir seperti itu. Maka, dari itu, aku mau menghabisi vampire itu dulu. Setidaknya, tidak banyak informasi yang bisa dia sampaikan” kata Jake. “Aku akan menghabisinya. Dia sudah berani menyentuhmu, akan ku buat dia menyesal” kata Heeseung.

“Well, tidak perlu sih” kata Sunghoon yang tiba-tiba masuk ke kamar Jake. “Sunghoon? Kok tau kamarku disini?” Tanya Jake. “Ngikutin suara kalian. By the way..” kata Sunghoon sambil menunjukan tangannya yang hitam, seperti bekas memegang abu. “Sunghoon, kamu??” Tanya Jake memastikan.

“Aku yang memenggalnya sendiri. Di penjara perak, sehingga dia tau rasa sakit yang ditimbulkan olehnya kepada Heeseung dan kamu” kata Sunghoon. “Sunghoon, terima kasih” kata Heeseung. “Kedua orangtuaku hidup untuk melayani para keluarga bangsawan, begitu pula aku. Aku akan melindungi kalian semampuku” kata Sunghoon.

“No. Aku bukan pangeran, Sunghoon. Jay dan Jake yang adalah pangeran dan itu tidak akan mengubah apapun” tegas Heeseung. “Baiklah. Anggap aja, tanda pertemanan dan perkenalan dariku” kata Sunghoon sambil mengepalkan tangannya di hadapan Heeseung. “Oke, salam kenal, fighter Lee Sunghoon” kata Jay sambil membalas fist bump Sunghoon.

Sedangkan itu, Chan melihat sisa api yang terbakar di dalam penjara perak. Chan mendapatkan laporan bahwa ada api yang membunuh si vampire tersebut dan tidak menyangka bahwa Sunghoon lah yang mengambil inisiatif tersebut. “Jay, pasukan seperti apa yang sedang kamu siapkan?” Kata Chan dalam hati.


Ketika hari menjelang sore, Jay pulang ke rumah bersama dengan Jungwon, Sunoo dan Niki. “Apa yang terjadi?” Tanya Jungwon sambil menghentikan langkahnya. “Kenapa? Kenapa?” Tanya Jay. “Vampire itu. Ada di dekat sini” kata Jungwon dengan wajah yang panik. “Sial!! Apa yang sebenarnya dia cari??” Kata Jay. Keempatnya pun segera berlari menuju tempat pertemuan. Tempat pertemuan adalah sebuah bangunan khusus yang menjadi tempat para pangeran bekerja, melakukan sidang dan terdapat penjara di bawah tanah.

“Dad? Apakah kalian baik-baik saja?” Tanya Jay begitu dia masuk ke dalam ruang kerja Chan. “Uncle Chan, ada vampire asing disini. Apakah uncle tidak merasakannya?” Tanya Jungwon. “Lebih baik kalian lihat ke penjara perak” kata Chan dengan cepat. Jay mengerutkan dahinya, tapi ia segera melangkahkan kakinya ke bawah tanah. “Jongseong, itu orangnya. Ini adalah kekuatannya” kata Jungwon. “Tapi dia terbakar” kata Niki. “Hah?” Seru Jay.

Jay melihat ke dalam penjara perak tersebut, dan ada satu vampire yang sedang dibakar dalam keadaan hidup. “Makanya aku masih bisa ngerasain keberadaannya. Dia masih hidup” kata Sunoo. “But, it's weird. Siapa yang menangkapnya dan siapa yang membakarnya seperti ini?” Tanya Niki. “I think you should ask to your brother” kata Chan. “Where's he?” Tanya Jay. “Di rumah” kata Chan. “Oke, kita pergi dulu dad” kata Jay. “Jay, I want to discuss something with you tonight” kata Chan. “No problem. See you at night” kata Jay.

Keempatnya pun segera berlari menuju rumah Jay dan menemukan bahwa Jake, Heeseung dan Sunghoon ada di kamar Jake. “Well, it's weird” kata Jay. “Kenapa?” Tanya Niki. “Jake, tidak pernah mau orang lain masuk ke kamarnya. Melihat ada Sunghoon disana, pasti ada hal yang terjadi” jelas Sunoo. “Jaeyoon” kata Jay sambil membuka pintu kamar Jake. “Oh halo twinnie” seru Jake. Jake saat ini sedang duduk di kasur bersama Heeseung, sedangkan Sunghoon duduk di kursi belajarnya.

“What happen?” Tanya Jay. “Vampire tadi menyerangku. Dan ku tebak itu adalah vampire yang mengawasi sekolah kita” kata Jake. “APA?! Lalu kamu bagaimana?” Seru Jay. Jay jadi merasa bersalah tidak menemani adik kembarnya itu kembali ke rumah. “It's okay, Heeseung dan Sunghoon sampai tepat waktu” kata Jake. Jay pun menghela nafasnya lega. “Lalu, kenapa dia menyerangmu?” Tanya Niki. “Target dia bukan aku, tapi Heeseung” kata Jake.

“KAKAK GAPAPA??!!” seru Niki. “I'm okay” kata Heeseung sambil mengusak rambut Niki. “Kenapa target mereka Heeseung?” Tanya Jungwon. “Karena ternyata Heeseung adalah seorang Pangeran vampire yang kerajaannya dibantai puluhan tahun lalu” kata Sunghoon. “WHAT?!” seru Jay. Kepalanya mendadak pusing mendapatkan banyak informasi dalam satu momen. “Uncle Hyunjin dan uncle Jeongin bukanlah orangtua kandungnya. Mereka adalah orang kepercayaan orangtua Heeseung, yang adalah pangeran dan putri saat itu. Kemudian, mereka meminta uncle Hyunjin dan uncle Jeongin untuk kabur membawa Heeseung dan ketika mereka keluar dari kota, pembantaian itu terjadi” kata Sunghoon.

“Biar ku tebak, vampire tadi adalah salah satu pelaku pembantaian dan mereka baru tau kalau Heeseung masih hidup?” Tanya Jungwon. “Betul sekali” kata Sunghoon. “Astaga seperti dalam drama aja” kata Sunoo. “Tapi itu tidak mengubah apa-apa. Aku bukan pangeran, aku hanyalah kakak dari Niki, dan aku tetap anak dari seorang Hwang Hyunjin dan Yang Jeongin” tegas Heeseung. “Uncle Chan berpikir untuk membuka segelmu” kata Sunghoon.

“Tidak. Sampaikan itu pada uncle Chan. Aku tidak mau segel itu terbuka. Biarkan kekuatan itu tetap tersegel dalamku” kata Heeseung dengan tegas. “Oke, aku akan sampaikan pada daddy seperti itu” kata Jay. “Dan Jay, ku rasa itu adalah awal dari perang. Maksudku, mereka sudah tau ada Heeseung disini dan aku sudah terikat dengannya. Aku rasa, kita harus semakin sering berlatih” kata Jake.

“Oke, habis ini, kita akan latihan ya sekalian berburu dan memantau keadaan sekitar” kata Jay. “Siap!” Seru yang lainnya.


Setelah matahari terbenam, Jay langsung membagi kelompok untuk berburu, sekaligus berlatih dan memantau keadaan sekitar. “Aku dan Jake. Heeseung dengan Jungwon. Sisanya bertiga” kata Jay. “Kenapa harus sama Sunghoon sihh?” Tanya Sunoo. “Emang kamu pikir aku mau sama kamu?” Tanya Sunghoon. “Aku mau kalian saling mengenal satu sama lain” kata Jay. “Hhh yasudah” kata Sunoo.

“Ayo berpencar ya. Hati-hati, dan kalau ada sesuatu, hubungi aku secepatnya” kata Jay. Jay dan Jake melesat pergi dengan cepat, begitu pula dengan Heeseung dan Jungwon. Tersisa ketiga orang yang bahkan baru beberapa hari mengenal satu sama lain. “Kita jalan pelan-pelan dulu aja” kata Sunghoon. “Oke kak!!” Seru Niki. Ketiganya pun berjalan perlahan di dalam hutan.

“Hutan ini juga termasuk kawasannya uncle Chan ya ka Sunoo?” Tanya Niki. “Iya. Sebenernya, kawasan kerajaan uncle Chan tuh luas, tapi emang kitanya aja yang seneng hidup berkerumun, jadi kita tinggal di satu wilayah aja dan itu dekat dengan rumah uncle Chan” jelas Sunoo. “Sepertinya ayahmu sudah mengikuti uncle Chan dari lama ya” kata Sunghoon. “Sepanjang hidupnya. Keluargaku turun-temurun memang menjadi tangan kanan keluarga kerajaan. Maka dari itu, daddy Changbin menjadi asisten sekaligus kepala pasukan” kata Sunoo.

“So, that's why kakak dan kak Jungwon juga tinggal dekat dengan kak Jay dan kak Jake?” Tanya Niki. “Betul. Bisa dikatakan aku dan Jungwon itu asistennya Jay dan Jake. Dan there's a fun fact. We older than the twins” kata Sunoo. “Hah???” Tanya Sunghoon dan Niki dengan bingung. “Wait, kamu umur berapa?” Tanya Sunghoon. “80 tahun” kata Sunoo dengan cepat. “Aku 78 tahun ini. Kak Heeseung 82” kata Niki. “Aku 81 tahun ini” kata Sunghoon. “Jay dan Jake baru berusia 21 tahun” kata Sunoo.

“What??? Tapi mereka anak vampire kan?” Tanya Sunghoon. “Half. Mereka sudah sampai di usia dewasa, yang berarti secara fisik, mereka tidak akan berubah lagi” kata Sunoo. “Tapi, kenapa mereka semuda itu?” Tanya Sunghoon. “Kamu tau kan uncle Seungmin itu manusia kan?” Tanya Sunoo. “Taulah. Cuma dia yang jantungnya masih berdetak” kata Sunghoon.

“Uncle Seungmin saat ini umurnya 41 tahun, dan ketika dia lahir, terjadi guntur yang sangat dahsyat. Perubahan cuaca yang ekstrem, sampai aku dan Jungwon tidak bisa berburu. Kemudian tetua Bang menghampiri kami dan berkata bahwa tugas uncle Felix dimulai.

Kami tidak paham saat itu dan tiba-tiba daddy pergi dari rumah. Aku pikir ada yang salah antara kedua orangtua kami, tapi daddy Changbin mengatakan, nanti kami akan paham sendiri. Dan 20 tahun kemudian, daddy Felix kembali, tapi kali ini bersama uncle Seungmin. Aku dan Jungwon disuruh bersembunyi terlebih dahulu. Dan disitu kami paham, bahwa daddy Felix adalah penjaga untuk uncle Seungmin yang ditugaskan langsung oleh uncle Chan, sebagai matenya uncle Seungmin.

Tidak berapa lama kemudian, uncle Seungmin pun mengandung, dan persalinannya cukup parah, mengingat ia mengandung bayi kembar penerus kerajaan ini. Dan ketika Jay dan Jake lahir, daddy baru menjelaskan bahwa keluarga Seo secara turun-menurun adalah penjaga keluarga kerajaan. Kami pun secara otomatis menjadi penjaga Jay dan Jake saat mereka kecil. Ketika Jay dan Jake mulai bisa berbicara dan mengenali orang, kami mengawasi mereka dari jauh dan mulai dekat kembali saat mereka berusia 12 tahun” jelas Sunoo panjang lebar.

“Jadi, mereka tidak tau kalau kalian sudah hidup lebih lama ketimbang mereka?” Tanya Niki. “Singkatnya begitu. Tapi aku rasa, kalaupun mereka tau, mereka tidak begitu mempermasalahkannya” kata Sunoo. “Ngomong-ngomong, tugasku sebagai penjaga Jake sudah selesai. Karena Jake sudah terikat dengan matenya” kata Sunoo lagi.

“Oh? Tapi kamu masih ngikutin kemanapun dia pergi” kata Sunghoon. “Sesimple, aku terbiasa dengan Jake. Aku yang ngurusin Jake dari dia lahir sampai sekarang, jadi aku terbiasa pergi bersamanya. Kadang Jungwon yang pergi bareng Jake dan aku sama Jay. Ganti-gantian aja” kata Sunoo.

“Wah.. tugasmu cukup berat juga ya” kata Niki. “It's okay. Aku sudah terbiasa dengan pekerjaan ini. Suatu saat pun ketika aku bertemu mateku dan aku punya anak, anakku akan secara otomatis menjadi pelindung anaknya Jake dan Heeseung” kata Sunoo. Tiba-tiba, angin pun berhembus dengan cepat ketika Sunoo mengatakan seperti itu.

“Apa yang terjadi?” Tanya Niki. “Apapun itu, kita harus siap” kata Sunoo. Dan tiba-tiba, ada seseorang yang menabrak Sunoo. “Aduh” kata Sunoo. Sunoo melihat orang yang menabraknya dan menemukan Jungwon. “Jungwon?” Panggil Sunoo. “Panggil Jake. Segel Heeseung terbuka dan aku tidak bisa mengendalikannya” kata Jungwon.

“Prince Chan, tuan Seungmin, apakah kalian ada waktu?” tanya Hyunjin pada Chan dan Seungmin. “Oh hello Hyunjin. Sure, mau bicara apa?” Tanya Chan. “Tentang Heeseung dan tuan muda Jake. Heeseung tadi bilang padaku bahwa mereka sudah terikat dengan cara tradisional” kata Hyunjin. “Hah?” Tanya Seungmin. “Tuan muda Jake yang melakukannya” kata Hyunjin.

“Anakmu itu kenapa sih Chan?” tanya Seungmin sambil memijat kepalanya yang pusing atas tingkah Jake. “Aku rasa Jake punya vision atas Heeseung, makanya dia melakukan itu” kata Chan. “Prince, apakah anda benar tidak keberatan atas hubungan Heeseung dan Jake?” Tanya Hyunjin. “Tentu. Heeseung orang yang baik, aku percaya padanya jika Jake percaya padanya” kata Seungmin. “Terima kasih sudah percaya pada kami, Prince” kata Hyunjin. “Sama-sama Hyunjin” kata Chan.

Di sisi yang lain, Jake membawa Heeseung ke kamarnya. “It's warm” kata Heeseung. “I'm still half-human, sir” kata Jake sambil tertawa. Heeseung membawa tangan Jake untuk melingkar di lehernya dan ia sendiri memegang pinggang Jake. “Why you did that?” Tanya Heeseung. “I saw a vision. Ada orang jahat yang akan menyerang kita. And I saw you, hurt in front of me. Makanya aku bond kamu, supaya kamu ga sakit sendirian” kata Jake.

“Jake..” lirih Heeseung. “I trust you. Please don't ever leave me” kata Jake sambil menyatukan dahinya dengan Heeseung. “I'm not. I'm not gonna leave you” kata Heeseung dengan yakin. Heeseung mengelus pipi Jake sambil menggumamkan nada acak. “Can I?” Tanya Heeseung. Jake mengangguk pelan. Heeseung pun mengecup hidung Jake dan kemudian mengecup bibirnya pelan. “I love you” kata Heeseung. “Me too” kata Jake.


Jungwon mengelus Jay yang tertidur dalam pelukannya. Sebagai seorang vampire, tentu saja ia tidak tertidur. Tapi berbeda dengan Jay, ia masih tetap bisa tertidur, walaupun bukan sebagai kebutuhan. Jungwon mengelus kepala Jay dengan harapan ia tertidur dengan nyaman.

Jungwon pernah berpikir untuk menggunakan cara tradisional itu untuk mengikat Jay. Tapi tentu saja ia urungkan niat itu karena ia tidak mau merusak kepercayaan Jay. “I want to be your reliable partner. Please lead me” kata Jungwon sambil mengecup rambut Jay. “Hnggg” rengek Jay. “Sorry.. Please sleep again” kata Jungwon.

Jay makin mengeratkan pelukannya pada tubuh Jungwon. “Ga bisa tidurr” kata Jay. “Kenapa?” Tanya Jungwon. “Khawatir sama Jake. Khawatir tentang aku dan kekuatan ini. Sama khawatir tentang kamu” kata Jay. “Ga usah khawatir tentang aku. Aku bisa jaga diri sendiri” kata Jungwon. “Ga bisa Jungwon. You have place in my head and my heart. It's impossible to not thinking about you” kata Jay.

“Kamu gelisah pasti karena Jake kan? Jake bakal baik-baik aja” kata Jungwon. Tentu saja dia denial. Dia tidak mau terlihat lemah di hadapan Jay. “Jungwon, don't deny it. Pikiranmu ruwet banget, kepalaku sakit” kata Jay. “Hah?” Tanya Jungwon. “I can read your mind. Only your mind. Dan kepalamu ruwet banget sekarang, kepalaku jadi ikutan sakit” kata Jay.

“Jay..” lirih Jungwon. Jay pun bangun dan ikut menyandarkan dirinya bersebelahan dengan Jungwon. “Dengan kamu bersandar sama aku, ga bikin kamu keliatan lemah. Justru bagus, dengan gitu, aku bisa kenal kamu dan kamu kenal aku” kata Jay. Jay menarik Jungwon dan memeluk erat pemuda bersurai merah itu. “Aku ga takut Jake kenapa-kenapa, dia ada Heeseung yang bersedia hadir untuknya. Aku takut kehilangan kamu Jungwon” kata Jay.

“Aku juga takut, Jay. Aku takut ga bisa jadi orang yang bersanding denganmu. Aku takut kalau aku keliatan lemah, aku malah nyusahin kamu” kata Jungwon. “Kita jalani bareng-bareng ya? Kamu ga sendiri, soalnya aku juga masih harus belajar kan?” Kata Jay. “Iya. Kita jalan bareng-bareng ya Jongseong” kata Jungwon. Jay mengecup dahi Jungwon dan Jungwon terkekeh manis sebelum membiarkan Jay meniduri pahanya sebagai bantal pria berambut pirang itu.


Keesokan paginya, Jay terkejut ketika mendapati Seungmin, Chan, orangtua Sunghoon dan orangtua Heeseung di rumah mereka. “Oke, kenapa jadi rame banget ya?” Tanya Jay. “Good morning kiddo. Keluarga Sunghoon dan Heeseung akan tinggal di rumah kita sementara sampai aku dan Changbin membangun rumah untuk mereka” kata Chan. “Oke, no problem” kata Jay.

“Dimana Jake?” Tanya Seungmin. “Di atas sama pacarnya” kata Jay. “Jungwon dimana?” Tanya Seungmin. “Tengah malem dia pulang, katanya uncle Felix nyariin dia” kata Jay. “Ohh oke.. Oh iya, mulai sekarang Sunghoon, Heeseung dan Niki akan pergi ke sekolah kalian. Niki satu tahun di bawah kalian” kata Seungmin. “Eh? Kenapa tiba-tiba sekolab semua?” Tanya Jay.

“Aku tidak terbiasa hidup dengan manusia, Jay” kata Heeseung yang turun dari lantai 2 bersama Jake. “Maaf membuat anda semua menunggu dan maaf kalau saya lancang masuk ke kamar Jake” kata Heeseung pada Chan dan Seungmin. “No problem kid. Selama Jake tidak keberatan, aku tidak masalah” kata Chan sambil mengusak rambut Heeseung.

“Wahh semuanya udah kumpul disini” kata Sunoo yang masuk dari jendela dapur. “Astaga!!” Seru Seungmin. “Sunoo sudah ku bilang jangan masuk dari dapur. Nanti uncle Seungmin kaget” kata Jungwon. “Tapi kamu masuk dari kamar Jay, apa bedanya?” Tanya Sunoo sengit. “Kids, udah, aku kaget aja Sunoo tiba-tiba dateng. Lain kali, minimal ketuk jendela dulu ya” kata Seungmin. “Iya uncle, maaf ya” kata Sunoo.

“Sunghoon akan sekelas dengan Sunoo dan Jake, Heeseung akan sekelas dengan Jay dan Jungwon” kata Chan. “What?!” Seru Sunoo. “Tunggu Prince Chan, tanpa mengurangi rasa hormatku, aku sekelas sama Sunoo?” Tanya Sunghoon. “Iya, apakah ada masalah?” Tanya Chan dengan enteng. “Kenapa aku harus sama Sunghoon???” Tanya Sunoo dengan wajah yang kesal juga tentunya.

“In serious way, Heeseung tidak pernah berinteraksi dengan manusia. Jay dan Jungwon lebih siap dibandingkan kamu dan Jake. Jadi, kalau Heeseung tidak bisa mengendalikan dirinya, ada Jay dan Jungwon yang menahannya” kata Chan. “Kami pernah bersembunyi di kawasan manusia, jadi Sunghoon sudah terbiasa berada di sekitar manusia” kata Jisung yang membantu untuk menenangkan kedua vampire itu.

“Baiklah. Tapi kalau ada apa-apa dengan Jake, dia adalah orang pertama yang ku salahkan” kata Sunoo. “Aku tidak berniat untuk membuat Jake terluka” kata Sunghoon. Jake menghela nafasnya dan membentangkan sebuah api yang panjang di antara Sunghoon dan Sunoo. “Yak Bang Jaeyoon!!” Seru Sunoo. “Kalau kalian ga diem, aku lempar api ini ke kalian!” Seru Jake.

Sunoo dan Sunghoon pun terdiam mendengar ancaman dari Jake. “Aku mungkin tidak sekuat Jay dan Jungwon, tapi aku juga bisa tegas. Jangan buat keributan, aku mau kehidupan sekolah yang tenang” kata Jake. Hampir semua yang berada di dalam ruangan, terkejut ketika melihat sikap tegas Jake dalam menangani keributan Sunghoon dan Sunoo. Sedangkan Chan, Seungmin dan Jay hanya tersenyum kecil.

Jake hampir tidak pernah menunjukan amarahnya, kecuali dua hal, seseorang mencari keributan dengan Jay atau temannya dan orang yang menganggu ketenangannya. Jay seringkali menjadi korban akan amarah Jake, walaupun ujungnya ia akan meminta maaf pada Jake dan hubungan mereka kembali membaik. “Shocked, don't you?” Tanya Jay sambil menyenggol Heeseung dan Heeseung sendiri hanya mengangguk.

“Jake pernah lebih marah dari ini sebelumnya. Kalau ga salah karena ada bawahan uncle Chan yang berkhianat padanya. Jake sendiri yang memusnahkan orang itu di hadapan semua orang. Sejak itu, tidak ada seorang pun yang berani mengusik ketenangan seorang Bang Jaeyoon” kata Jungwon. “Kecuali aku” kata Jay. “Iya kecuali dia yang emang iseng” kata Jungwon sambil menunjuk Jay.

“Sorry, Jake” kata Sunoo dengan lirih. “Hhh.. Tolong ya, aku ga mau kalian ribut di sekolah. Aku mau kehidupan yang tenang” kata Jake. “Iya Jake, maaf” kata Sunghoon. “Udah, udah. Ayo pergi ke sekolah, nanti kalian terlambat” kata Seungmin. “Jangan ngambek” kata Jay sambil mencubit pipi Jake. “Aaaaa jangan dicubittt” kata Jake yang menabok tangan Jay.


“Selamat pagi semuanya. Hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan dirimu” kata wali kelas dari Jake dan Sunoo. Sunghoon di depan kelas hanya memasang wajah datarnya, yang sialnya malah mengundang decakan kagum dari murid-murid lain. “Ganteng banget!!” Seru salah seorang murid. “Kamu pasti model ya?” Tanya murid yang lain.

“Salam kenal semuanya. Aku Lee Sunghoon. Aku bukan seorang model, tapi aku berlatih figure skating dari kecil” kata Sunghoon. “Pantes fitur badannya bagus” kata murid yang lain. “Sunghoon, kamu boleh duduk di belakangnya Jake ya. Karena jumlahnya ganjil, kamu harus duduk sendiri” kata wali kelasnya. “Tidak apa-apa, Sir” kata Sunghoon. Sunghoon segera berjalan dan duduk tepat di belakang Jake dan Sunoo.

Di sisi lain, Heeseung benar-benar terlihat gugup ketika ia harus berhadapan dengan banyak manusia. “Silahkan perkenalkan dirimu” kata wali kelas Jay dan Jungwon. “Ha-Halo, saya Hwang Heeseung. Salam kenal” kata Heeseung. “Heeseung ini baru pindah kesini, sebelumnya dia di luar negeri. Kebetulan, dia masih ada hubungan kerabat dengan Jay, makanya dia bersekolah disini” kata wali kelasnya.

“Ganteng banget. Kamu udah punya pacar belum?” Tanya salah satu murid. “Wahh gila impresif langsung ditanya pacar ga tuh” sahut murid yang lain. Hal itu membuat Heeseung sedikit kesal dan raut wajahnya berubah. “Ekhem” kata Jay yang berpura-pura batuk. Heeseung menangkap itu sebagai kode dari Jay bahwa dia seharusnya tidak mudah terpengaruh. “Tidak apa-apa, Miss. Hanya kurang enak aja tadi tenggorokan saya” kata Jay. “Ohh gitu. Yaudah Heeseung, kamu duduk sama Jay ya” kata wali kelasnya pada Heeseung.

Heeseung pun berjalan menuju kursi kosong di sebelah Jay. “First rule, don't show your emotion in front human” bisik Jay ketika Heeseung sudah duduk di sebelahnya. “Well, you and Jake are human” kata Heeseung. “Half. Udah, nurut aja” kata Jay. “Dimana Jungwon?” Tanya Heeseung. “Ketua kelas. Ikut rapat untuk acara sekolah. Cuma dia yang rajin ikut-ikut begituan. Sama Sunoo sih, tapi Sunoo lebih ke jadi pengisi acaranya” kata Jay.

“And you?” Tanya Heeseung. “Aku disini sebagai siswa yang biasa aja. Aku berusaha tidak mencolok, tau? Kata tetua, Pangeran Vampire akan selalu mencolok, makanya aku berusaha untuk tidak mencolok di antara manusia. Jake cukup mencolok, sebagai peraih olimpiade matematika” kata Jay. “What?!” Seru Heeseung. “You should know my twin well, Heeseung. Dah lah, nanti istirahat kita ke perpus aja. Ajak Niki ya” kata Jay. “Aku rasa, Niki mungkin udah kenalan sama semua orang di kelasnya” kata Heeseung.

Ketika istirahat berlangsung, Jay dan Heeseung berjalan keluar dari kelas mereka. Mereka berpapasan dengan Jake dan Sunghoon juga. Jake sendiri langsung berjalan di samping Heeseung dan mengenggam tangannya erat. “Liat liat. Udah punya pacar, kembaran sendiri dilupain” kata Jay. “Shuttt, kamu nanti ada jatahnya sendiri” kata Jake. “Lucu banget sih” kata Heeseung sambil mengusak rambut Jake.

“Halooo!!” Seru Niki. “Nah ini dia. Kamu udah temenan sama semua orang pasti ya?” Tanya Jay. “Ihh siapa yang kasih tau???” Tanya Niki dengan cemberut. “Your brother” kata Jay. “Ah ka Hee ga asik nih” kata Niki. “Udah udah, ayo kita ke perpus” kata Jay. “Sunoo sama Jungwon?” Tanya Sunghoon. “Cieee inget sama Sunoo” kata Niki sambil meledek. “Diam bocah” kata Sunghoon sambil berpura-pura mencekik leher Niki dengan lengannya.

“Jungwon masih rapat, dan Sunoo ada latihan” kata Jay. Kelimanya pun pergi menuju sebuah ruangan di dalam perpustakaan. “Kenapa kita kesini?” Tanya Sunghoon. “Ruangan ini kedap suara. Dan aku rasa hanya ruangan ini yang bisa menjaga identitas kita” kata Jay. “Ahh gitu” kata Sunghoon.


Jungwon memandang ke sekelilingnya ketika ia merasakan ada vampire asing di sekitarnya. “Jungwon? Kenapa?” Tanya temannya. “Oh tidak. Jadi tadi ada pertandingan bola tangan?” Kata Jungwon mengalihkan pembicaraan temannya itu. “Iya. Kamu mau ikut? Kamu, Jay, Jake sama Sunoo pernah main bola tangan” kata temannya. “Minimal berapa pemain?” Tanya Jungwon. “Tujuh juga cukup lah ya” kata temannya. “Oke, aku tinggal cari 3 orang lainnya kan ya?” Tanya Jungwon memastikan. “Betul” kata temannya itu. “Oke, aku ikut. List namanya aku kasih tau nanti ya” kata Jungwon.

“Kalau tidak ada yang dibicarakan lagi, kita akhiri diskusi hari ini ya. Sampai bertemu di rapat berikutnya” kata ketua organisasi itu. “Aku pergi dulu ya” kata Jungwon. Jungwon segera keluar dari ruangannya dan ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling sekolah. Keberadaan vampire asing itu masih terasa, walaupun tidak sekuat sebelumnya. Mungkin, vampire tersebut hanya mengawasi dari jauh.

“Jungwon? Ga ke perpus?” Tanya Sunoo yang menghampiri Jungwon. “Sunoo, kamu ngerasain juga kan?” Tanya Jungwon. Sorot pandangan Sunoo pun berubah dan ia mengangguk kecil. “Itu alasanku izin selesai latihan lebih cepat” kata Sunoo. Sunoo dan Jungwon segera berjalan dengan cepat untuk sampai ke perpus. “Selamat siang Jungwon, Sunoo. Mau ketemu Jay?” Tanya petugas perpustakaan tersebut. “Iya kak. Mereka ada dimana ya?” Kata Sunoo. “Ruang 3” kata petugas perpustakaan itu.

“Terima kasih kak” kata Sunoo. Sunoo dan Jungwon segera berjalan menuju ruang 3 dan membuka pintunya. “Hai kangen Sunoo ga?” Tanya Sunoo. “Gak” kata Sunghoon. “Ga nanya kamu” kata Sunoo. Jungwon mengedarkan pandangannya terlebih dahulu sebelum menutup pintu dan menguncinya. “Kenapa dikunci?” Tanya Niki.

“Ada vampire lain. Di sekitar sekolah” kata Sunoo dengan cepat. Jay dan Sunghoon pun langsung bersiaga. “Dimana?” Tanya Jay. “Gatau. Aku tadi ngerasainnya samar-samar waktu di ruangan vocal. Berarti, jauh dari ruang latihan” kata Sunoo. “Dia ada di dekat ruang organisasi tadi. Aku yang merasakannya lebih kuat” kata Jungwon. “Siapa kira-kira vampire ini?” Tanya Jay. “Siapapun itu, ku harap dia tidak mengacau. Atau aku sendiri yang akan membakarnya” kata Jake.

“Untuk sementara, jangan terpisah-pisah dan jangan pergi sendiri. Terutama kamu Niki. Kamu harus pergi ramean dengan teman-temanmu” kata Jay. “Oke” kata Niki. “Kemungkinan besar, dia akan muncul ketika hari ulang tahun sekolah. Dan aku tau bagaimana untuk memancingnya, supaya kita tau siapa target sebenarnya” kata Jungwon. “Gimana caranya?” Tanya Jay. “Permainan Bola tangan” kata Jungwon.

“Ah aku paham. Ketika main bola tangan, orang akan mengira kita lengah dengan sekeliling, dengan begitu, pasti dia akan muncul” kata Heeseung. “Great intuition. Aku akan daftarkan kalian semua ke dalam teamku dan kita akan bermain bola tangan” kata Jungwon. “Dan ingat, goals kita adalah menemukan kenapa ada vampire asing di sekolah ini lalu jika dia adalah vampire jahat, kita harus menemukan, siapa targetnya” kata Jay.

“Oke untuk permainan bola tangan, Jake dan Sunoo tidak terlalu bagus untuk mengejar atau merebut bola. Lebih baik tempatkan mereka di sisi penjaga. Niki dan aku cukup lincah, kami yang akan membawa bola ke gawang lawan. Dan kalian bertiga, adalah orang yang menahan pergerakan lawan. Sunoo cukup sensitif, dia bisa merasakan kehadiran vampire lain juga” kata Jungwon.

“Oke, kita akan ikuti strategi Jungwon. Dan Sunoo, aku berharap padamu” kata Jay. “Siap Jay. Aku akan berusaha yang terbaik” kata Sunoo.

“Hai Niki!!”

Niki yang sedang memainkan batu-batuan di hadapannya mendongak ketika mendengar ada orang yang menyapanya. “Tuan Muda Jaeyoon” sapa Niki. “Panggil Jake aja. Kamu lagi apa?” Tanya Jake. “Oh? Ini lagi latihan” kata Niki. Jake memperhatikan ada bayangan hitam yang menyelimuti batu-batu itu dan kemudian, batu tersebut pun pecah.

“Wahh” seru Jake. “Keren kan?” Tanya Niki. “Keren!!” Kata Jake. “Oh ya, Jake, maafkan kakakku ya yang kemarin menakutimu” kata Niki. Jake jadi teringat kejadian kemarin ketika ia dan Heeseung pertama kali bertemu. “Tidak apa-apa Niki. Aku hanya terkejut” kata Jake. “Ka Heeseung kuat kok!! Dia gesit dan kemaren ngalahin banyak werewolf” kata Niki. “Well, aku juga bisa. Dan kamu juga harus bisa karena itu pelajaran dasar, vampire kecil” kata Jake sambil mengusak kepala Niki.

Heeseung memperhatikan keduanya dari jauh sambil tersenyum kecil. Rasanya begitu hangat melihat adik kecilnya yang bisa akrab dengan Jake. “Kakak!!” Seru Niki. Ah, Niki sadar kalau dia ada di dekat mereka :') Mau tidak mau, Heeseung harus menghampiri mereka. “Halo Tuan Muda Jaeyoon” sapa Heeseung. “Halo Heeseung” kata Jake. “Aku pergi dulu ya. Dadahh!!” Seru Niki sambil melesat pergi.

“Maaf atas sikapku kemarin” kata Heeseung. “Tidak apa-apa. Aku juga kaget kemaren” kata Jake. “Tuan Muda Jaeyoon, aku tau Jay tidak memperbolehkan aku mendekatimu dulu, tapi izinkan aku menjadi pelindungmu. Bisa kah kamu memanggilku ketika ada dalam bahaya?” Kata Heeseung dengan penuh harap. Jake tau maksud Heeseung baik dan ia akan mencoba peruntungan dengannya.

“Kemarikan tanganmu” kata Jake. Heeseung mengulurkan tangannya dan Jake menutup telapak tangan Heeseung dengan tangannya sendiri. Kemudian ketika Jake melepasnya, ada muncul sebuah api di tangan Heeseung. Heeseung terkejut tentu saja, kelemahan vampire adalah api dan matenya memiliki kekuatan api?

“Kamu tau kelemahan kita kan? Dan api menjadikan aku kuat. Tapi aku terima tawaranmu, Heeseung” kata Jake sambil tersenyum. “Terima kasih Tuan Muda Jaeyoon” seru Heeseung. “Jake. Panggil aku Jake” kata Jake.


Deg!

Jay memegang dada sebelah kirinya. Dia adalah vampire, harusnya jantungnya tidak berdetak lagi. Kenapa kali ini ia merasakan detakan yang begitu cepat dan menyakitkan? “Akh” seru Jay sambil berlutut. “Jay!!!” Seru Sunghoon sambil mendekati Jay.

Jay merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang hendak keluar. Apa yang terjadi? “Sunghoon, pergi dariku” kata Jay. “Gak. Kenapa Jay?” Tanya Sunghoon. Jay tidak bisa menjawabnya dan ia malah berteriak kesakitan, membuat Jake, Heeseung, Niki, Changbin dan Chan menghampiri mereka. “JAY!!” seru Jake sambil mendekati Jay. “Jake!! Jangan dekat-dekat!!” Seru Jay.

“Kenapa? Kamu kenapa?” Tanya Jake. “ARGHHH!!!” seru Jay. Tiba-tiba keluar gelombang putih yang kuat dari tubuh Jay dan mendorong Sunghoon dan Jake yang berada di sekitarnya. “JAKE!!” seru Heeseung yang berlari untuk mendapatkan Jake kembali. Tepat sebelum Jake mendarat, Heeseung mendapatkan Jake, walaupun ia harus terseret dan menabrak batu.

“Heeseung!! Kamu gapapa?” Tanya Jake dengan panik. “Gapapa. Jake!! Matamu berubah” kata Heeseung. Jake tiba-tiba merasakan kepalanya sangat sakit. “Siall” kata Jake. “Jake!! Kamu kenapa?” Tanya Heeseung. “Jay!! Segel kekuatannya terbuka. Segel kekuatan pewarisnya terbuka” kata Jake. “Aku akan lihat” kata Heeseung. “Kita tidak bisa menghampirinya. Aku sudah berusaha bertelepati dengannya, tapi dia ga menjawab” kata Jake sambil menahan tangan Heeseung.

Di sisi lain, Sunghoon yang terlempar, diselamatkan oleh seseorang dengan rambut berwarna silver juga. “Halooo!! Aku Seo Sunoo, kamu siapa?” Tanya Sunoo. “Sunoo!! Ini bukan saatnya main-main!!” Seru si rambut merah yang berada di depan Sunoo. “Jangan kaku Jungwon” kata Sunoo. “Kamu siapa?” Tanya Jungwon. “Lah aku ga sih harusnya yang nanya kalian siapa?” Tanya Sunghoon.

Belum Jungwon menjawab, tiba-tiba, ia merasakan gelombang kekuatan yang besar. “Kekuatan siapa ini?” Tanya Jungwon. “Jay. Entah kenapa dia tiba-tiba kesakitan dan melempar aku dan Jake” kata Sunghoon. “TERUS JAKE DIMANA?” tanya Sunoo. “Dikejar Heeseung” kata Sunghoon. “Heeseung siapa lagi astaga” kata Sunoo. “Sunoo, kamu disini aja sama Sunghoon. Aku pergi ngikutin powernya Jay” kata Jungwon dan ia pun segera melesat sebelum mendapatkan jawaban dari Sunoo.

“Bocah gila” kata Sunoo. “Siapa?” Tanya Sunghoon. “Kamu. Ya adik kembarku itu lah” kata Sunoo. “Yang rambut merah tadi?” Tanya Sunghoon. “Iya. Dia sangat sensitif, makanya dia bisa ngerasain powernya Jay dari sini” kata Sunoo. “Dia punya kekuatan apa?” Tanya Sunghoon. “Gatau. Aku ga pernah lihat dia ngeluarin kekuatannya” kata Sunoo. “Sunoo, aku dilatih langsung dari Jay, dan aku aja terlempar. Apalagi yang powernya ga sebanding?” Kata Sunghoon.

“OH IYA!! Ayo kejar adekku, nanti dia jadi Jungwon geprek” kata Sunoo. Sunghoon menggelengkan kepalanya dan keduanya pun segera berlari mengikuti gelombang dari kekuatan Jay. “Sunoo!!” Sunoo menoleh dan mendapati Changbin di salah satu pohon terdekat dengan Jay yang tertutup oleh gelombang putih itu. “Dad!! Jungwon dimana?” Tanya Sunoo. “Kamu anaknya uncle Changbin?” Tanya Sunghoon.

“Iya. Kan namaku Seo Sunoo” kata Sunoo. “Oh? Kalian dateng bareng. Gimana caranya?” Tanya Changbin. “Ga sengaja ketemu tadi. Dad, Jungwon dimana?” kata Sunoo. “Di.. YAK SEO JUNGWON APA YANG KAMU LAKUKAN??!!” seru Changbin yang panik ketika melihat Jungwon mengeluarkan kekuatannya. “Jangan ganggu aku Dad” kata Jungwon.

Jungwon pun melesat masuk ke dalam kubah kekuatan milik Jay. “JUNGWON!!” seru Sunoo. “Sunoo, lihat!! Kekuatan mereka menyatu” kata Changbin. Sunoo melihat dua gelombang berbeda warna itu kini menyatu menjadi satu. “Apa yang terjadi uncle?” tanya Sunghoon. “Aku juga tidak tau” kata Changbin.


“Hai, Jongseong”

Jay menengok dan mendapati Jungwon di belakangnya. “Jungwon? Bagaimana kamu bisa masuk?” Tanya Jay. “Tidak tau. Aku hanya mencoba untuk menghancurkan, tapi malah menyatu dengan kubahmu” kata Jungwon. “Kita dimana? Kita ga mati kan?” Tanya Jay. “Tidak, bodoh. Kita ada di dalam pengaruh kekuatanmu. Ini adalah kekuatan pemilik pewaris terdahulu yang diwariskan turun menurun” kata Jungwon.

“Aku tidak pernah tau?” Kata Jay. “Karena kekuatan itu disegel sampai kamu cukup umur. Aku baca itu di buku sejarah kita” kata Jungwon. “Oh. Jake juga disegel kekuatannya?” Tanya Jay. “Have you ever known that your twin has fire as his power?” Tanya Jungwon dengan bingung. “HAH? KOK BISA?” Tanya Jay. “Hah... Dia punya kekuatan api, dan itu secara ga sengaja taunya juga, tapi Jake ga disegel karena dia kan kembar bungsu” kata Jungwon.

“Oh iya, jadi memang hanya anak sulung yang disegel? Karena dianggap sebagai pewaris ya?” Tanya Jay. “Iya” kata Jungwon. “Terus daddyku kenapa ga bisa masuk?” Tanya Jay. “Aku rasa bukannya ga bisa. Tapi daddymu sengaja untuk melihat seberapa kuat kamu bisa menguasai kekuatan ini” kata Jungwon.

“Hoo, terus gimana cara aku nguasainnya?” Tanya Jay. “Coba aja bersahabat dengannya” kata Jungwon. Jay memperhatikan kubah kekuatan yang ia miliki itu dan memfokuskan untuk menguasai kekuatan itu. Jungwon sendiri hanya melihat dari belakang. “Jungwon!! Aku bisa!!” Kata Jay dengan bahagia ketika perlahan kubah tersebut menyerap ke dalam dirinya.

“Jay” panggil Jungwon. “Ya?” Kata Jay. “Apakah kamu menerimaku jika aku bilang kalau kita adalah mate?” Tanya Jungwon. Jay terkejut, dia tidak menyangka bahwa orang yang akan menjadi matenya adalah Jungwon, sahabat kecil yang ia terima. “Jungwon, aku sebenarnya tidak menyangka ini. Tapi aku tidak menolakmu, hanya saja, aku ingin menjadi pengganti daddyku yang tentu saja lebih baik darinya. Aku mau memastikan setiap rakyatku punya keamanan yang sama. Maka dari itu, aku sedang membangun pasukanku sendiri” kata Jay.

“Ajak aku. Kamu lihat kan? Satu-satunya yang bisa menandingi kekuatanmu hanya aku” kata Jungwon. Jay menghela nafasnya, cara pertemuan mereka cukup aneh. Tapi ia ingat tentang vision Jake, dan ia tau Jungwon adalah orang yang mampu mengimbanginya. “Kalau gitu, jangan sampai tertinggal dariku” kata Jay sambil mengulurkan tangannya pada Jungwon. Jungwon pun memegang tangan Jay dan tersenyum padanya.

“Jay, I'm more powerful than you think” kata Jungwon sambil tertawa. Jay pun ikut tertawa dan keduanya pun berjalan bersama keluar dari kubah kekuatan mereka. “JONGSEONG!!” Jay melihat Jake berlari mendekatinya dan segera menubruknya. “Hey, I'm not dying” kata Jay sambil menepuk-nepuk punggung Jake. “BUT IT SCARED!! GIMANA KALO KAMU GA SELAMAT? AKU GIMANA?” Cecar Jake. “Ada Heeseung. Gausah lebay kamu” kata Jay sambil menenggelamkan kepala Jake kepada perpotongan lehernya.

“I'm your twin, your half of life. I never leave you alone. Aku akan terus ada di samping kamu sampai aku melepas kamu kepada pasangan yang terbaik” bisik Jay. Jake mengeratkan pelukannya pada Jake, dalam hatinya, ia bersyukur memiliki Jay dalam hidupnya. “Jay, I want to be your little brother even in another life” kata Jake. “You always be my little brother” kata Jay.

Tidak lama kemudian, Seungmin dan Felix pun sampai di tempat kejadian tersebut. “Jay!!” Seru Seungmin. “Dad?” Tanya Jay dengan bingung. “Astaga, maafkan daddy sayang. Are you okay?” Kata Seungmin sambil menggoyangkan tubuh Jay ke kanan dan kiri. “Dad, I'm okay. Kenapa daddy nanya?” Tanya Jay. Chan pun menghampiri ketiga keluarga kecilnya itu sambil tersenyum dengan penuh perhatian. “Mong, your eyes has changed” kata Chan.

Jay dan Jake pun menoleh ke arah Seungmin untuk melihat mata orangtuanya itu. “Dad? Why?” Tanya Jay. “Jay, I'm deeply sorry. Karena daddy menggunakan kekuatan yang diberikan tetua secara berlebihan untuk membantu daddy Chan, segel yang ada dalam diri kamu terbuka” kata Seungmin. “Oh? So that's the reason” kata Jay. “I believe that your little twin has different eye color too” kata Chan.

Jay memegang dagu Jake untuk melihat mata adik kembarnya itu. Benar, sebelah matanya berwarna ungu juga. “You look prettier” kata Jay. “Thankss” kata Jake. “And you found your mate” kata Chan. Jay tersenyum pada Jungwon. “Yeah, I found my reliable mate” kata Jay. “The Next of Throne gonna be my brother in law, wow” kata Sunoo yang datang bersama Changbin dan Sunghoon.

“Kamu harus belajar tata krama kalau begitu Sunoo” kata Jungwon. “Ya dasar tidak sopan” kata Sunoo sambil memukul Jungwon main-main. “Tapi, aku dan Jungwon sudah memutuskan untuk tidak terikat dalam waktu yang dekat” kata Jay dengan cepat. Semua orang dewasa disana pun terkejut dengan pernyataan dari Jay. “Kenapa?” Tanya Seungmin. “Aku adalah calon pangeran penerus kerajaan ini dan sudah menjadi tugasku untuk menyiapkan pasukanku sendiri. Aku dan Jungwon akan membangun pasukan kami” kata Jay.

“Aku setuju dengan Jay. Aku yakin tidak ada seorang pun yang bisa menandingi kekuatannya selain aku. Jadi aku akan mengikuti kemauan Jay untuk membangun pasukannya” kata Jungwon. “Boys, kalian benar-benar” kata Felix sambil menepuk keningnya. “It depends on you. Kamu baru punya kekuatan itu, dan kalau kamu bisa mengendalikannya, aku akan membiarkan kamu memiliki pasukan sendiri” kata Chan.

“Aku ikut!! Aku juga punya kekuatan keren” kata Jake. “Kamu punya kekuatan api dan tidak memberi tauku? Dasar” kata Jay sambil berpura-pura menjitak kepala Jake. “Aaaaa lepassss!! Daddyy!!!” Seru Jake. “Kalian nih ah udah gede pada berantem” kata Chan sambil terkekeh.


Keesokan paginya, Jay bersama Jake, Jungwon, Heeseung, Sunoo, Sunghoon dan Niki pun kembali lebih dulu ke kawasan tempat mereka tinggal. “Ke rumahku aja. Kita rapat disana” kata Jay. “Siap” kata yang lainnya. Sesampainya di rumah, Jay segera membuka pintunya dan membiarkan yang lainnya masuk.

“Kalian mau minum sesuatu?” Tanya Jake. “Kayanya engga deh. Kita terakhir berburu kemaren” kata Sunoo. “Aku ga nawarin kamu” kata Jake. “Ih jahat banget sih” kata Sunoo sambil mendenguskan nafasnya. “Canda. Kamu tau dimana daddyku kalau nyimpen makanan” kata Jake. “Sunghoon, Heeseung, Niki, kapan terakhir kali kalian berburu?” tanya Jay.

“Sekitar seminggu yang lalu?” Kata Sunghoon. “Keberatan minum darah dari gelas dan ga berburu?” Tanya Jay. “Engga sih” kata Niki dengan cepat. “Makanan aja cepet ya kamu” kata Heeseung. “Iya dong. Aku masih masa pertumbuhan” sahut Niki. “Yaudah sebentar ya, aku siapin dulu” kata Jake. Sembari Jake pergi menyiapkan darah untuk ketiga anggota baru tersebut, Jay mengajak mereka ke ruang kerja miliknya.

“So, I need to know your power more specific. Supaya aku bisa nempatin kalian dengan tepat” kata Jay. “Are you sure talking about it when I even don't know what kind of power that I have?” Kata Sunoo. “Kamu nyebelin banget Sunoo” kata Sunghoon. “Berisik anak baru” kata Sunoo. “Jangan berantem please. Dan Sunoo, kamu punya kekuatan tapi kamu ga sadar aja” kata Jay.

“Oh ya? Kekuatan dia apa Jay? Karena selama aku hidup 18 tahun sama dia, aku ga pernah liat kekuatannya” kata Jungwon. “He can teleport. Aku dari awal udah merhatiin dia yang bisa teleport, tapi ku pikir itu wajar karena uncle Felix juga bisa teleport” kata Jay. “Sama aja kamu kaya Jay” kata Jungwon menghela nafasnya. “Kenapa? Same as?” Tanya Sunoo. “Ga aware sama kekuatan sendiri” kata Jungwon.

“Ouch, that hurt, Wonie” kata Jay. “Don't call me like that” kata Jungwon. “Aku punya kekuatan bayangan dan bisa ngancurin apa aja dengan bayangan itu. Tapi sekarang aku baru bisa ngancurin batu yang ukurannya sedang” kata Niki. “Wow, itu keturunan?” Tanya Jay. “Iya. Daddyku, Hyunjin yang punya kekuatan itu” kata Niki. “Dia nurun dari daddy Hyunjin, dan aku nurun dari daddy Jeongin. Aku seorang healer dan pelindung. Tapi sebagai anak pertama, aku dilatih keras untuk gesit dan bisa bertarung” kata Heeseung.

“Aku juga seorang fighter. Karena kedua orangtuaku fighter” kata Sunghoon. “Momentum kekuatan Jay itu sangat besar, jadi aku rasa, Jay tidak bisa ada di belakang” kata Jungwon tiba-tiba. “Niki bisa di belakang. Kalau ada musuh, dengan bayangannya, dia bisa narik musuh tanpa disadari” kata Jay. “Okee” kata Niki. “Heeseung juga bisa dari belakang. Karena dia pelindung, jadi di awal, mungkin kita butuh pelindung untuk membangun pertahanan dulu” kata Jay.

“Alright, aku ga masalah” kata Heeseung. “Kalian berdua di depan. Sunoo dengan teleportasinya, bisa teleport dan menyerang musuh dari mana aja. Aku bisa berpindah dengan cepat, jadi aku bisa membawa Jake dan dia bisa nyerang dengan kekuatannya” kata Jungwon. “That's so impressive, Seo Jungwon” kata Jay. “Aku udah pernah bilang, cuma aku yang mampu menyaingimu, calon pangeran” kata Jungwon.

Pintu ruang kerja Jay itu pun terbuka dan melihat Jake datang dengan 3 gelas whiskey berisi darah. “Kenapa lama banget?” Tanya Jay. “Aku harus nanya daddy dulu tempatnya dimana, soalnya aku ga bisa nyium aromanya. Taunya emang disimpen daddy di tempat khusus” kata Jake. Jake meletakan dua gelas di hadapan Sunghoon dan Niki, lalu gelas terakhir dia langsung berikan pada Heeseung. “Hospitality nya beda ya” kata Sunghoon.

“Iyalah, kamu emang siapanya Jake?” Kata Sunoo. “Kenapa kamu sewot banget sih dari tadi?” Tanya Sunghoon. “Kalau kalian ternyata mate, aku ketawa paling kenceng” kata Jungwon. Heeseung ikut tertawa lalu meminum darah yang diberikan oleh Jake. Tanpa ia sadari, Jake memperhatikannya dengan ujung matanya, seperti menunggu reaksi dari Heeseung.

Tiba-tiba, Heeseung merasakan sesuatu yang panas keluar dari tubuhnya. “Sial” kata Heeseung sambil menahan kekuatannya untuk keluar. Matanya melihat ke arah Jake dan Jake hanya tersenyum misterius. “Kamu masukin apa, Jake?” Tanya Heeseung. “What do you think, mate?” Tanya Jake balik. Mata Heeseung pun segera berubah menjadi merah, begitu juga dengan sebelah mata Jake yang berubah menjadi ungu. “Jay, apapun yang terjadi, jangan jauhkan Heeseung dariku” kata Jake.

“Hal gila apa yang kamu masukin ke sana Jaeyoon?” Tanya Jay dengan gusar. “Kamu harus janji Jay. Apapun yang Heeseung lakukan sekarang, jangan pisahkan dia dariku” kata Jake. “Iya!! Jadi apa yang kamu masukan?” Tanya Jay. Belum Jake menjawabnya, Heeseung dengan cepat, mendorong Jake ke tembok. Mulutnya dengan cepat mengarah ke perpotongan leher Jake dan menggigitnya. “Akh” lenguh Jake.

Sunghoon dengan cepat menutup mata Niki. “Anak kecil ga boleh liat” kata Sunghoon. “Aku udah besar kakk!!!” Seru Niki. Jay segera membalik tubuhnya menutupi pandangan Jungwon dan Sunoo. “What did I see?” Tanya Sunoo tidak percaya. “Jake sudah gila” kata Jay. “I'm not!!” Kata Jake. “Iya lah!! Kamu masukin darahmu ke minumannya Heeseung kan???!!” Seru Jay.

Tidak berapa lama, Heeseung mengangkat kepalanya dari leher Jake. Jake memegang rahang Heeseung dan mengelap mulut Heeseung yang berceceran dengan darahnya. “Apa yang kamu lakukan padaku Jake?” Tanya Heeseung. “Mengikatmu” kata Jake. “Just get a room you two!!” Seru Jay. “Aku akan jelaskan nanti” bisik Jake pada Heeseung.

“Jadi, jelaskan padaku, Bang Jaeyoon” kata Jay setelah memastikan Jake dan Heeseung dalam posisi yang benar. “Aku hanya mengikat Heeseung. You know, we're half human. We have blood in our body right?” Kata Jake. “Iya aku tau. Lalu?” Tanya Jay. “Aku rasa Jungwon tau jawabannya” kata Jake. Jungwon yang ditanya oleh Jake pun hanya mendengus. “Kamu pasti tau kan Jungwonie? Mengingat kamu pintar dan matemu setengah manusia” kata Jake.

“Ck, kamu benar-benar menjebakku” kata Jungwon. “Jadi??” Tanya Jay. “It's a traditional way to bond with vampire who half-human. The vampire should drink their blood” kata Jungwon. “Itu yang aku lakukan. Aku memancing naluri Heeseung dengan meneteskan sedikit darahku ke dalamnya. Nanti setelah Heeseung bereaksi, dia akan meminum darahku secara langsung. Dan disitu terjadi ikatan, walaupun belum secara resmi” kata Jake.

“Lalu kenapa kamu ga lakuin itu sama aku, Jungwon?” Tanya Jay. “Karena ada efek samping dari cara itu” kata Heeseung. “Betul. Efek sampingnya adalah sang vampire, akan merasa candu terhadap darah setengah manusia itu, dan memiliki keharusan untuk meminum darah dari manusia tersebut minimal 3 bulan sekali” kata Jungwon. “Ku lihat Heeseung sangat tertekan” kata Sunghoon.

“Karena aku kecolongan Sunghoon. Aku tidak pernah mau melakukan itu pada Jake, dan aku tidak menyangka bocah ini lebih nekat dibandingkan aku” kata Heeseung. “It's okay. Itu sama seperti aku dan Jay yang harus minum darah daddy Seungmin 3 bulan sekali” kata Jake. “Jake, ketika kamu menggunakan cara itu, kamu tidak perlu minum darah uncle Seungmin lagi. Dan ketika anak-anak setengah vampire setengah manusia sudah menemukan matenya sendiri, orangtua manusia mereka tidak perlu memberikan darahnya lagi” kata Jungwon.

“Kecuali pada matenya” kata Jake. “Iya, kecuali pada matenya” kata Jungwon. “Seorang Bang Jaeyoon mengambil keputusan nekat dalam hidupnya. Luar biasa” kata Jay sambil bertepuk tangan. “Jay?!” Seru Heeseung. “You never gonna hurt my little brother, right?? My brother trust you more than you think” kata Jay. “Kenapa jadi gini..” tanya Niki pada Sunghoon ketika merasakan aura Jay yang menggelap.

“Niki, sini berlindung padaku” kata Jungwon. Niki pun berpindah ke dekat Jungwon karena hanya Jungwon yang mampu bertahan dari kekuatan Jay. “I'm not. Trust me. Aku cuma kaget Jay, aku ga nyangka Jake melakukan hal senekat itu” kata Heeseung. “Good then. I let you to go with my little twin, so don't hurt him” kata Jay. Heeseung pun menghela nafasnya ketika Jay melunak.

“Aku masih penasaran kenapa aku bisa bertahan berteman dengan Jay yang sumbu pendek” kata Sunoo. “SEO SUNOO!!” seru Jay.

“YAAA!!! BANG JONGSEONG!! KAMU MAU KEMANA??” Teriak Jake yang mengejar Jay. “Ketemu Daddy Chan. He's around here” kata Jay. “Jongseong, but it's only vision. Itu bisa salah” kata Jake. “Dan itu bisa benar, Jaeyoon. Artinya kamu sudah atau akan bertemu matemu dan daddy harus tau itu” kata Jay.

Jay terus berlari dan diikuti oleh Jake sampai seseorang menyerang Jay. “Akh!!” Seru Jay yang menabrak pohon. “JAY!!” seru Jake. “Yaaa!! Who are you?” Tanya Jay pada orang yang menyerangnya. “Harusnya aku yang bertanya padamu” kata orang dengan rambut silver itu.

“Sunghoon!! Jangan!! Dia bukan musuh” kata seseorang di belakang mereka. Ternyata itu Changbin yang menghampiri mereka. “Uncle Changbin!!” Seru Jake. “Kiddos, kenapa kalian disini? Aku pikir ini bukan jam pulang sekolah” kata Changbin. “It's a long story, uncle. Dan tolong lepaskan aku hey” kata Jay. “Sorry, aku pikir kamu orang asing” kata orang yang dipanggil Sunghoon tadi.

“Twins, kenalkan ini Sunghoon. Salah satu anak dari keluarga yang berhasil aku dan daddy kalian selamatkan di perbatasan. Sunghoon, kenalkan mereka adalah anak Prince Chan, yang pirang namanya Jongseong atau Jay dan yang coklat namanya Jaeyoon atau Jake” kata Changbin. “Kalian anak Prince Chan? Maaf sebelumnya menyerangmu” kata Sunghoon dengan sopan. “Tidak apa-apa. Kamu kan sebelumnya ga tau” kata Jake.

“Sebenarnya ada dua anak lagi. Tapi keduanya sedang menerima perawatan. Nanti kalian bisa bertemu dengan mereka. Kedua keluarga ini akan tinggal di rumah kalian sementara sampai aku membangun dua rumah baru” kata Changbin. “Kita akan sering bertemu berarti” kata Jay dengan senyuman. “Oh ya, kenapa kalian disini? Kalian ga bolos kan?” Tanya Changbin. “Engga lah uncle. Tapi, kami harus bertemu daddy secepatnya” kata Jay.

“Weird, tapi yaudahlah. Daddy mu ada di tenda tengah” kata Changbin. “Oke, see you later uncle dan Sunghoon. Ayo Jake” kata Jay yang langsung menarik tangan Jake. “Yakk!! Bang Jongseong!!!” Seru Jake. “Mereka lebih ribut kalau kamu tau” kata Changbin. “Pasti seru kalau punya saudara” kata Sunghoon. “Mereka akan jadi saudaramu kalau kamu sudah dekat dengan mereka” kata Changbin.


“Tuan muda Jongseong, Tuan muda Jaeyoon!! Sedang apa kalian disini?” Tanya salah satu bawahan Chan. “Halo uncle, ceritanya panjang. Apakah kami bisa bertemu daddy?” Tanya Jay. “Silahkan, tentu saja” kata orang itu. “Terima kasih uncle” kata Jay. “Ck menyebalkan” kata Jake sambil mendengus.

“Daddy!!!” Seru Jay.

Chan yang sedang berbincang dengan empat orang dan dua anak terkejut ketika mendengar seruan Jay. “Maaf untuk keributannya. Jay? Kenapa kalian disini?” Kata Chan. “Oh? Daddy sedang ada tamu?” Tanya Jay. “Mereka keluarga yang daddy dan uncle Changbin selamatkan. Kami hanya sedang berdiskusi dengan mereka untuk tempat tinggal mereka sementara” kata Chan.

“Oh? Orangtuanya Sunghoon?” Tanya Jay. “Kamu sudah bertemu Sunghoon?” Tanya Chan. “Iya, tadi dia menahanku, dia pikir aku orang asing” kata Jay. “Maafkan putra kami, Prince” kata salah satu orang disana. “Tidak apa-apa uncle. Mungkin karena aku yang terlalu ribut” kata Jay. “Kenalkan ini Minho dan Jisung, orangtua Sunghoon. Minho, Jisung ini anakku, Jongseong atau Jay” kata Chan.

“Salam kenal” kata Jay. “Kamu kesini sendiri?” Tanya Chan. “Aku sama Jake. Jake?” Panggil Jay. Jay memperhatikan Jake yang memandang seseorang di antara para tamu yang sedang berdiskusi tadi dengan Chan. Orang yang dipandangi oleh Jake pun ikut memandang Jake dengan intens. “Jaeyoon..” lirih orang itu. Orang itu kemudian berlari mendekati Jake. Entah kenapa Jake tidak mau bergerak, padahal Jake tau, tidak ada yang menahannya.

Kemudian Jake merasa tubuhnya dibawa ke dalam pelukan oleh Jay dan menjauh dari orang yang menghampirinya. “Jongseong” lirih Jake. Jake kemudian memeluk Jay dan mengeratkan pegangannya pada bahu Jay. “What happen to you?” Tanya Jay. “Heeseung!! Apa yang kamu lakukan??!!” Sahut orang lain yang sepertinya adalah orangtua dari orang yang tadi mengejar Jake.

“Jongseong, I think he is the one I saw” lirih Jake pelan, dengan harapan hanya Jay yang mendengarnya. Jay memperhatikan orang itu yang memandang Jake dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. “We will discuss it with dad. It's okay, I'm here” kata Jay sambil mengelus punggung Jake.


Setelah sedikit keributan yang terjadi, Jay mengetahui bahwa orang yang sepertinya adalah soulmate dari kembarannya itu bernama Heeseung. Dan yang tadi meneriaki Heeseung adalah ayahnya, bernama Hyunjin dan Jeongin. Heeseung sendiri punya adik bernama Niki. Mereka juga adalah keluarga yang diselamatkan oleh Chan dan Changbin.

Chan memutuskan untuk mengusir semua orang terlebih dahulu dan membiarkan ia berdiskusi dengan kedua anaknya. “Jadi, waktu kamu pingsan, kamu dapet penglihatan kalau ada seorang dengan rambut hitam dan lebih tinggi dari Jay mengatakan bahwa kamu adalah destiny-nya? Dan dari mana kamu yakin kalau orang itu adalah Heeseung?” Tanya Chan pada Jake. “Iya dad. Itu yang ku lihat” kata Jake.

“Lalu darimana kamu tau kalau itu adalah Heeseung?” Tanya Jay. “Entahlah. Ketika aku melihatnya, rasanya aku jatuh cinta, seperti menemukan seseorang yang tepat untukku. Makanya aku terdiam tadi. Tapi aku mulai takut waktu Heeseung berlari ke arahku, walaupun aku tau, dia tidak mungkin menyakitiku” kata Jake.

“Untuk sementara jauhi Heeseung dulu, sampai aku yakin kalau dia adalah soulmatemu” kata Jay. “Jay!! Kamu ga boleh gitu. It's his life, not yours” kata Chan. “Aku kakak kembarnya dan aku berhak atas hidupnya sampai aku yakin kalau Heeseung orang yang tepat” kata Jay dengan yakin. “Dad, it's okay. Jay kakak kembarku, dan dia tau apa yang terbaik untukku” kata Jake.

“Hhh.. Okay, dad akan bilang pada Heeseung” kata Chan. “Aku. Aku yang akan bilang padanya” kata Jay sambil berjalan keluar dari tenda. “Jay tuh ya kalo ditentang malah lebih keras” kata Chan sambil menggelengkan kepalanya. “Looks like he ready to be the next of throne” kata Jake. “I guess so” kata Chan. “By the way, dad, I also got a vision about Jay's mate. But, I don't want to tell him now” kata Jake.

Chan terkejut tentu saja. Di usia yang terbilang sangat muda, kedua anaknya sudah mendapatkan tanda mengenai mate mereka. “Kenapa kamu ga kasih tau Jay?” Tanya Chan. “Matenya Jay butuh persiapan yang lebih matang. I mean, he's good enough, tapi aku rasa baik Jay maupun matenya akan menolak untuk berhubungan sementara” kata Jake. “So, biarkan waktu yang mempertemukan dia?” Tanya Chan. “Yes. Let destiny lead them” kata Jake.

Sementara itu, Jay yang masih berdiri di depan tenda, ikut menghela nafasnya ketika ia mendengar ucapan Jake. Matenya, ia sudah memiliki mate. Mendengar ucapan Jake mengenai matenya yang kemungkinan belum siap, Jay jadi ikut memantapkan dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih siap.

“Hwang Heeseung?”

Heeseung yang sedang mengobati kaki adiknya, Niki, langsung menengok kepada seseorang yang memanggilnya. “Tuan muda Jongseong” kata Heeseung. “Jay. Just call me Jay” kata Jay. Heeseung pun mengangguk membalas ucapan Jay. “I want to talk about you and my twin” kata Jay. “Right now?” Tanya Heeseung. “Of course” kata Jay. Heeseung melihat ke arah Niki. “Pulang duluan sana. Bilang daddy kalo aku dipanggil sama tuan muda Jongseong” kata Heeseung.

Niki mengangguk dan meninggalkan keduanya sambil tertatih-tatih. “Kenapa adikmu?” Tanya Jay. “Diserang werewolf, kakinya hampir putus jika Prince Chan tidak menyelamatkan kami” kata Heeseung. Jay hanya mengangguk mendengarkan penjelasan Heeseung. “Jay, if you don't mind if I ask, is Young Master Jaeyoon okay?” Tanya Heeseung.

“He's okay. Dia cuma kaget aja tadi” kata Jay. Heeseung pun menghela nafasnya pelan. “Syukurlah” kata Heeseung. “Tapi aku belum percaya padamu. Bagaimanapun, kamu adalah orang asing yang masuk ke kehidupan Jake. Untuk sementara, jangan dekati Jake. Aku akan membiarkanmu mendekatinya, kalau aku sudah percaya padamu” kata Jay. “It's okay Jay. Aku akan membuktikan padamu” kata Heeseung.

“Good. Mulai besok, ikut aku. Aku akan mengajarimu bagaimana bertahan dari serangan werewolf. That's the basic lesson” kata Jay sambil menepuk bahu Heeseung. Jay adalah penerus ayahnya, pewaris tahta dan ia akan membangun tentaranya sendiri untik membantu ayahnya.


“Seungmin!! Kamu udah sadar?” Tanya Felix. Seungmin yang baru membuka matanya perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. “Seungmin? Warna matamu berubah!” Seru Felix. Seungmin mengerutkan dahinya menanggapi ucapan Felix. Felix membawanya ke depan cermin dan Seungmin terkejut melihat sebelah matanya yang berubah menjadi ungu.

“Lix, mataku kenapa?” Tanya Seungmin. “Aku gatau. Kita tanya tetua oke?” Kata Felix. Felix menggendong Seungmin dan keduanya dengan cepat berteleportasi menuju ruang rapat para tetua. “Tetua!!!” Seru Felix. “Ah halo Felix dan halo juga Tuan Seungmin” kata Tetua Kim. Chan dipanggil pangeran oleh para tetua, sedangkan Seungmin yang bukan merupakan vampire, dipanggil Tuan.

“Tetua, Seungmin matanya berubah warna” kata Felix dengan panik. “Kenapa?” Tanya para tetua dengan panik. Beberapa orang langsung meminta Seungmin duduk agar bisa diobservasi. “Tuan Seungmin, katakan padaku kalau kamu tidak menggunakan kekuatan itu berlebihan!!” Seru Tetua Bang yang masih memiliki ikatan persaudaraan dengan Chan.

“Dia baru saja sadar dari pingsan setelah memaksakan dirinya! Dia melihat dua keluarga di perbatasan dan dia memaksa ada berapa anak yang harus diselamatkannya” kata Felix. “Felix, I'm okay. Kalau aku tidak melakukannya, bagaimana Chan bisa tau ada berapa orang yang harus diselamatkan?” Kata Seungmin.

“Tuan Seungmin, ketika kami memberikan kemampuan itu padamu, kami juga memberikan segel kekuatan padamu. Segel itu akan turun secara langsung pada anak sulungmu, karena anak sulung yang lahir dari seorang pewaris seperti Pangeran Chan, akan memiliki kekuatan yang besar, maka dari itu kami memberikan segel itu dan segel itu diturunkan pada Tuan Muda Jongseong” jelas Tetua Bang.

“Oke, jadi maksudnya?” Tanya Felix. “Segel Tuan Muda Jongseong sudah terbuka dan membuka semua kekuatan yang dimilikinya” kata Tetua Bang. “Jadi, karena Seungmin menggunakan kekuatannya berlebihan, segelnya Jay terbuka? Kekuatan pewaris terdahulu yang ada dalam Jay maksudnya?” Tanya Felix. “Betul Felix” kata Tetua Bang.

“Felix, lebih baik anda memanggil kedua anak anda, terutama Jungwon. Aku yakin hanya Jungwon yang bisa menahan kekuatan Tuan Muda Jongseong, bahkan Tuan Muda Jaeyoon tidak mampu” kata Tetua Kim. “Kenapa Jungwon?” Tanya Felix.

“Felix, apakah Tuan Muda Jaeyoon tidak menginformasikan padamu kalau Jungwon adalah matenya Tuan Muda Jongseong?”

“Mong, have you seen the twin?” Tanya Bangchan ketika ia pulang dari ruang rapat malam itu. Seungmin yang sedang mengatur stock darah pun terkejut. “Astaga, Chan. Kalau kamu inget, aku manusia. Jangan tiba-tiba ngomong dong” kata Seungmin. Bangchan hanya terkekeh, lalu memeluk pinggang Seungmin.

“Sorry.. Aku ga bermaksud kagetin kamu” kata Bangchan. Seungmin ikut tersenyum dan menyandarkan kepalanya ke bahu Chan. “Mereka lagi diajak Changbin belajar berburu. Soalnya mereka tau kalo kamu sibuk” kata Seungmin. “Ahh.. Aku harusnya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah” kata Chan. “Kamu harus ajarin mereka berburu Chan. Look, gigi mereka udah cukup tajam untuk nembus kulit” kata Seungmin sambil menunjukan tangannya yang terdapat dua gigitan kecil.

Memang luka gigitan itu tidak berdarah, tapi terlihat cukup dalam. “I'm sorry, it must be hard for you to live with us” kata Chan. “It's okay. Itu kan keputusanku untuk hidup bersama kalian. Harusnya kalian yang aku pertanyakan, kok mau hidup sama manusia” kata Seungmin terkekeh. “Kamu aja udah bukan manusia sepenuhnya Mong. Manusia mana yang kuat hamil dua anak vampire” kata Chan sambil mengusak rambut Seungmin.

“Daddd!! We're home!!”

Seungmin melihat kedua anak yang berbeda warna rambut itu menghampiri mereka. “Wahhh Daddy Chan!!” Seru Jay. “Hello Twin. Miss me?” Tanya Chan. “Of courseee we miss you” kata Jake sambil berlari mendekati Chan. Chan melepas pelukannya pada Seungmin dan memeluk Jake. Jay sendiri malah berlari mendekati Seungmin. “Don't you miss your daddy?” Tanya Seungmin. “But Daddy have Jake to hugging him. You should have to” kata Jay.

Seungmin terkekeh manis dan memeluk Jay. Jay menyandarkan kepalanya ke bahu Seungmin dan menggigit bahu ayahnya itu. “Akh” seru Seungmin. Chan yang mendengar seruan Seungmin segera menengok dan mendapati Jay yang menancapkan giginya pada bahu Seungmin. “Ey kid, don't do that” kata Chan sambil berusaha melepaskan gigitan Jay.

“It's okay Chan. Aku kaget aja tadi” kata Seungmin. Tidak berapa lama, Jay melepaskan gigitannya. Seungmin mengelap darah yang ada di sekitar mulut Jay dengan tangannya. “How's my blood?” Tanya Seungmin. “Yummy hehehehe” kata Jay. “Wahh Jay bisa!! Tadi waktu belajar, Jay ga bisa gigit kelinci soalnya” kata Jake. “Oh ya? Kenapa?” Tanya Chan.

“Because rabbit is so furry!! I can't handle it” kata Jay. “That so funny of you” kata Chan. “Aku bisa gigit kelinci tadi!! Aku juga udah bisa minum darahnya. Tapi uncle Changbin bilang, lebih enak darah harimau” kata Jake. “Semua hewan sama aja, sayang. Kamu akan belajar cara memburu harimau kalau sudah cukup besar, oke? Sekarang, kalian hanya boleh berburu kelinci” kata Chan.

“Alright!!” Seru keduanya dengan semangat. “Sana pergi ke kamar. Kalian harus sekolah besok” kata Chan. Jay dan Jake pun segera melompat ke kamar mereka yang ada di lantai 2. Chan melihat bahu Seungmin yang digigit oleh Jay. Perlahan, luka gigitan itu mengering dan membekas. “Kamu beneran gapapa?” Tanya Chan. “Iyaa.. Aku pernah baca katanya anak-anak vampire yang lahir dari seorang manusia, harus belajar untuk meminum darah dari orangtua manusianya, supaya membangun ikatan yang spesial” kata Seungmin.

“Kamu kuat banget sayang” kata Chan sambil tersenyum pada Seungmin.


“Twins, ayo turun!! Kalian harus sekolah!!” Seru Seungmin. “Bet me!!!” Seru Jay dari balkon atas yang segera berlari dan melompat ke bawah. “YAA!! BANG JONGSEONG!! GIVE ME MY WALLET NOW!!” seru Jake yang ikut melompat dan mengejar Jay. Seungmin yang melihat kedua anaknya bertengkar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Ayo duduk atau ga kalian ga sarapan hari ini. 1, 2” kata Seungmin. Jay dan Jake yang mendengar ancaman Seungmin pun berangsur tenang dan diam. “Good. Sekarang, duduk. Dad harus siapin sarapan kalian” kata Seungmin. Seungmin mengambil dua kantung darah yang disimpan dalam kulkas yang terpisah. Ini adalah darahnya sendiri.

Sebagai seorang yang pernah mengandung dua anak vampire, Seungmin kini setengah vampire dan setengah manusia. Ia bisa hidup dengan darah ataupun makanan manusia, tetapi ia tidak bisa berburu. Maka dari itu, Chan dan kedua anaknya lah yang berburu dan menyimpan darah untuk Seungmin.

Sedangkan, Jay dan Jake yang lahir dari seorang manusia, mengharuskan keduanya minum darah Seungmin 3 bulan sekali. Ini adalah tradisi sekaligus keharusan untuk membangun hubungan spesial antara ketiganya serta untuk menekan nafsu si kembar akan darah manusia.

“Kalian mau minum langsung, atau dituang ke gelas?” Tanya Seungmin. “Langsung aja lah Dad” kata Jake. Seungmin memberikan kedua kantong itu dan keduanya segera merobeknya lalu meminumnya dengan cepat. Seungmin selalu kagum ketika melihat kedua mata anaknya yang akan berubah warna ketika mereka meminum darah. Mata yang biasa berwarna coklat itu, tiba-tiba berubah menjadi merah ketika berburu atau meminum darah.

“Halo uncle Seungmin!!”

Seungmin menengok dan mendapati dua anak kembar yang berdiri di jendela dapurnya. Keduanya adalah anak Changbin dan Felix, pasangan yang disebut sebagai tangan kanan Bangchan dan dirinya. “Halo Sunoo, Jungwon. Mau masuk?” Tanya Seungmin. “Gapapa uncle. Kita mau nungguin Jay sama Jake aja” kata Sunoo.

“Udah daddy bilang jangan tiba-tiba di jendela. Kalian mau bikin uncle Seungmin jantungan?” Tanya Felix yang muncul dari pintu depan. “Gapapa Lix. Anak-anakku lebih ngagetin malah” kata Seungmin. Felix meletakan sebuah kue di meja makan. “Untukmu. Aku tidak tau rasanya seperti apa, tapi aku mengikuti semua yang ada di resep!!” Kata Felix dengan ceria.

“Thanks Lix. Kamu selalu repot bikinin aku kue” kata Seungmin. “Eyy, ga repot lah itu. Anggep aja balesan karena kamu adalah pelindung kami” kata Felix. Seungmin hanya tersenyum membalas ucapan Felix. “Dad, can I get the cake?” Tanya Jake yang memecahkan suasana. “Kamu bisa ngerasain kue?” Tanya Jungwon. “Bisa dong” kata Jake. “Tapi Jay ga bisa” kata Jungwon.

“Beneran Min?” Tanya Felix. “Iya. Jay sense vampirenya lebih kuat daripada sisi manusianya. Sedangkan Jake lebih seimbang. Makanya kalau kamu perhatiin, Jake ga selincah Jay. Tapi Jake lebih bisa survive kalo ga ada darah” kata Seungmin. Seungmin memotong kue yang diberikan Felix dan memasukannya ke dalam tempat makan sebelum memberikannya pada Jake.

“Udah selesai?” Tanya Seungmin. “Udah dad” kata Jay. “Yaudah sana pergi ke sekolah. Inget, kalau ga kuat?” Tanya Seungmin. “Langsung kabur ke hutan atau cari Sunoo Jungwon” kata Jay dan Jake bersamaan. “Good. Hati-hati” kata Seungmin. “Kita pergi dad!!” Seru Sunoo. “Be careful twinnie” kata Felix.

Keempat anak itu pun segera melesat pergi dari rumah Seungmin. Namun tidak berapa lama, Seungmin merasakan dirinya melemas. “Seungmin!!” Seru Felix. Seungmin merasakan kepalanya sangat sakit, namun dalam kesakitannya itu, ia melihat adanya dua keluarga vampire. Kepala keluarga dari kedua keluarga itu sama-sama terluka parah dan anak-anak mereka dalam bahaya.

“Felix, kemana Chan dan Changbin pergi?” Tanya Seungmin. “Ke perbatasan. Kenapa?? Kamu lihat apa?” Tanya Felix. Menjadi setengah vampire, Seungmin diberikan anugerah oleh para tetua bangsawan sebuah kemampuan yang kemudian berkembang menjadi kemampuan untuk melihat masa depan.

“Ada dua keluarga. Mereka terluka Lix. Mereka tinggal di perbatasan” kata Seungmin. “Oke, aku akan kasih tau Changbin” kata Felix yang langsung bertelepati dengan suaminya itu. Seungmin terduduk di lantai dengan Felix dan berusaha memfokuskan pikirannya. Ada berapa anak yang dimiliki keluarga itu? “Akh” rintih Seungmin.

“Seungmin, jangan dipaksa!!!” Kata Felix. Kemudian, muncul 3 sosok anak di bayangannya, dengan 1 anak dengan rambut putih silver. “Ha.. Tiga.. Satunya silver...” kata Seungmin. Dan tidak lama kemudian, ia pun pingsan.

“Seungmin!!”


“Jay!! Jay!!”

Jay yang sedang membaca buku pun segera menengok kepada Jungwon. Keempatnya masuk ke sekolah manusia dan beruntung mereka bisa beradaptasi dengan baik. Jay sekelas dengan Jungwon, sedangkan Jake sekelas dengan Sunoo. Keempatnya lebih memilih untuk bercengkrama bersama, walaupun Jay kadang lebih senang menyendiri.

“Kenapa Jungwon?” Tanya Jay yang melepaskan buku dari hadapannya. “Jake!! Tiba-tiba dia lemas” kata Jungwon. “Hah?” Seru Jay. Jay segera berlari mengikuti Jungwonㅡ tentu saja berlari dengan kecepatan manusia umum agar tidak menimbulkan kecurigaan. Jungwon membawanya ke UKS dan menemukan Sunoo yang duduk di samping Jake yang terlihat menutup mata.

“Jongseong, Jake pingsan. Aku rasa, sisi manusianya sedang mengambil alih” kata Sunoo. Jay meletakan telapak tangannya ke dahi Jake dan merasakan suhu tubuh adik kembarnya yang sedikit menghangatㅡ tanda bahwa sisi manusianya sedang mengambil alih. “Terjadi sesuatu pada daddy Seungmin. Coba telepati pada uncle Felix, apakah daddyku baik-baik saja” kata Jay.

Sunoo pun bertelepati dengan Felix untuk menanyakan keadaan Seungmin. “Jay, sepertinya kalian harus pulang. Dadku bilang bahwa uncle Seungmin pagi ini mendapatkan penglihatan mengenai dua keluarga yang berada dalam situasi berbahaya di perbatasan, dimana ayahmu dan ayahku sedang berada. Uncle Seungmin memaksakan dirinya untuk melihat ada berapa anak yang harus diselamatkan, makanya ia pingsan” kata Sunoo.

“Pantes Jake pingsan” kata Jungwon. “Aku akan bawa Jaeyoon pulang. Tolong bilang ke guruku dan guru Jaeyoon” kata Jay sambil menggendong Jake. “No problem. Sana pulang dan temui uncle Seungmin” kata Jungwon. Jay mengangguk dan segera membawa Jake keluar dari sekolah.

“Jongseong...” lirih Jake. “Hai baby Jaeyoon” kata Jay. Jay menghentikan langkahnya di sebuah pohon yang besar dan membantu Jake untuk duduk di dahannya. “Kenapa bisa tiba-tiba pingsan?” Tanya Jay. “Gatau. Pas lagi main sama Sunoo dan Jungwon, tiba-tiba kepalaku sakit banget, ga ketahan. Terus yaudah gelap aja gitu” kata Jake. “Daddy kayanya terlalu maksain diri” kata Jay. “Kayanya sih. But, Jay, I got a vision too” kata Jake.

Jay langsung memandang tidak percaya ke arah adik kembarnya itu. “Kamu punya kekuatannya daddy Seung?” Tanya Jay. “Aku ga yakin. In my vision, I meet someone. He's taller than you, with black hair. He's good in anything, someone who more likely to work with uncle Changbin” kata Jake. “Okay, bagus dong? Uncle Changbin jadi punya orang yang bisa dijadiin tangan kanannya” kata Jay. “Tangan kanan Jungwon. Dia hanya beberapa tahun di atas kita, tapi dia tidak bisa bertumbuh lagi” kata Jake.

“Oh, dia seumuran kita? Bagus dong berarti pasukan anak-anak vampire semakin bertambah” kata Jay. “Dan ini anehnya Jay. He call me 'my destiny.' He is my mate” lanjut Jake. Dan kalimat ini cukup membuat Jay terkejut.