You were The Main Character of The Movie called Me

Aku masih ingat

Saat pertama kali bertemu dengannya

Si tampan dari kelas sebelah

Mereka semua memanggilnya Pangeran

“Halo, namaku Hwang Hyunjin. Nama kamu?”

Dan anehnya, ia mendekatiku

Menanyakan namaku

Untuk pertama kalinya, ada yang menanyakan namaku

“Han Jisung. Senang berkenalan denganmu, Hwang.”

“Hyunjin. Just Hyunjin.”


201x

“Kamu tuh ikut kelas apa sih?” Tanya Hyunjin pada Jisung hari itu. Jisung yang sedang menyantap makan siangnya, mengangkat alisnya, tanda bahwa ia bingung. “Kok kepo?” Tanya Jisung. “Ya kepo dong ?? Kan aku mau jadi temen kamu. Ya kali aku ga cari tau??” Kata Hyunjin dengan bingung.

“Kamu taruhan sama orang lain buat jadi temen aku?” Tanya Jisung. “Engga, astaga. Aku pure kepo loh.. Lagian orang mana sih yang ga kepo kalau liat temen satu sekolahnya hujan-hujanan tengah malem???” Kata Hyunjin. “Orang lain ga kepo tuh??” Kata Jisung. Hyunjin kembali diam, memikirkan jawaban untuk membalas ucapan Jisung.

“Oke, aku doang sih yang kepo. Aku juga baru tau kalo ada yang seumuran sama aku, bahkan satu sekolah sama aku di apartemen” kata Hyunjin. “Baru pindah ya?” Tanya Jisung. “Iya!!! Ikut mami pindah kesini. Nah kan kamu udah kepo. Sekarang giliran aku yang kepo. Kamu ambil kelas apa?” Kata Hyunjin panjang lebar.

Skakmat!

Jisung sudah tidak bisa membalas lagi, jadi mau tidak mau, ia harus menjawab pertanyaan Hyunjin. “Seni” kata Jisung. “Wait??? Beneran??? Kok ga pernah lihat kamu? Aku juga ambil kelas seni” kata Hyunjin. “Aku ambil seni musik” kata Jisung. “Ohh pantes. Aku ambil seni rupa, by the way” kata Hyunjin.


Satu pertemuan

Dua pertemuan

Tiga pertemuan dan seterusnya

Kehadiran Hyunjin di hidupku membuatku bisa melihat secercah cahaya

Presensinya menjadi hal yang aku rindukan

Sekolah kini, bukan menjadi hal yang membosankan

Selama ada Hyunjin


“Apaan nih?” Tanya Hyunjin ketika Jisung memberikan sebuah hadiah padanya. “Birthday present!!! Hari ini kan ulang tahun kamu” kata Jisung. “LAH IYA. Lupa banget karena hectic ngurusin acara kelas. Makasih loh” kata Hyunjin. “Buka dong sobat” kata Jisung.

Hyunjin membuka kotak tersebut dan tersenyum ketika ia melihat hadiah yang diberikan Jisung padanya. “Kotak musik??? Lucu banget” kata Hyunjin. Kotak musik itu memiliki desain yang simpel, yaitu seperti bentuk koper dengan bahan kaca bening. Ketika dibuka, akan muncul seperti piringan CD kecil yang berputar. Lantunan musik akan terdengar apabila kotak musik tersebut dibuka. Sebaliknya, lantunan musik akan berhenti apabila kotak tersebut ditutup.

“Yaampun manis banget nadanya” kata Hyunjin. “Fun fact, ini melodinya buatan aku loh” kata Jisung. “WIH KEREN BANGET SOBAT!!! Eh eh enak banget sumpah melodinya. Keren deh” kata Hyunjin. Jisung tersenyum ketika Hyunjin memuji melodi yang dibuatnya. “Semoga kalau kamu susah tidur, musik ini bisa membuat kamu tenang ya” kata Jisung.

“Pasti sih. Kalau aku susah tidur, aku bakal dengerin musik ini” kata Hyunjin. Jisung pun tersenyum mendengarnya. Pengorbanan waktu tidurnya membuahkan hasil! Hyunjin menyukai musik buatannya.

“Terima kasih, Hyunjin”


Aku pikir, itu akan bertahan lama

Aku pikir, cahaya yang Hyunjin berikan, akan menemaniku terus

Tetapi, ia menghilang

Cahaya itu menghilang

Hyunjin menghilang


Jisung mendobrak pintu kelas Hyunjin ketika ia mendengar kabar kepindahan Hyunjin tersebut. “Hyunjin kemana?” Tanya Jisung. “Ga ada yang tau. Kita semua ga tau. Guru-guru ga ada yang mau kasih tau” kata Renjun, ketua kelas dari kelas seni rupa tersebut.

“Ga mungkin dong. Kalian kan temen sekelasnya. Masa ga ada yang tau Hyunjin pindah kemana??” Kata Jisung dengan frustasi. “Beneran Jisung. Kita semua ga ada yang tau. Kamu kan deket sama Hyunjin. Kalau kamu aja gatau, gimana kita?” Kata Renjun.

Jisung terdiam. Ucapan Renjun menusuk hatinya yang terdalam. Sedekat apa ia dengan Hyunjin? Kenapa ia tidak pernah tau kemungkinan masalah yang dihadapinya? Kenapa Hyunjin tidak cerita padanya? Kenapa Hyunjin tidak berpamitan dengannya?

Kenapa?

Jisung pulang dengan lesu. Hyunjin juga tidak pernah memberitaunya kamar apartemennya. Hyunjin bak hilang ditelan bumi. Semua sosial medianya hilang, nomornya tidak aktif, bahkan data dirinya di website sekolah menyatakan bahwa ia pindah sekolah.

Kemana?

Hyunjin kemana?

Jisung berjalan menuju apartemennya, dan ia mendapati sebuah kotak di depan pintunya. Ketika Jisung membukanya, ternyata itu adalah kotak musik yang ia hadiahkan untuk Hyunjin. Jisung melirik ke kanan dan kirinya, berusaha mendapatkan secuil petunjuk akan kehadiran Hyunjin.

Tapi, nihil.

Tidak ada siapapun di lorong tersebut

Jisung mengambil surat yang terdapat dalam kotak tersebut.

Hi Jisung.

Maaf kalau aku menghilang seperti ini. It's nice to know you and I'm really grateful to be your friend. Walaupun pertemuan kita singkat, aku bahagia bisa kenal sama kamu.

Maaf, aku harus balikin hadiah dari kamu. Bukannya aku ga suka, tapi kotak musik ini ga bisa aku bawa. Tapi, musiknya udah aku rekam. Jadi, bisa aku dengerin kapanpun aku mau.

Aku harap kita bisa bertemu lagi di kemudian hari ya Jisung. Dan kalau itu terjadi, tolong panggil namaku. I'd love that!!

See you when I see you again!!!


202x

Jisung berjalan dengan gontai. Revisi, revisi, revisi. Ia cukup senang berhasil bergabung dengan salah satu agensi ternama sebagai produser musik. Tapi ia tidak tahu jika dengan bekerja di agensi ini, waktu tidurnya terbalik!!!

Jisung mendengus kesal. Ia pergi ke dalam minimarket yang sudah buka di pagi hari itu. Tangannya mengambil sebuah nasi kepal, dan juga kopi. Jisung harus bertahan hidup dari kantuknya, omong-omong. Makanya ia mengambil kopi. Nasi kepal cukup membuatnya waras untuk menjalani pagi hari itu.

Ia menguap sebelum membawa belanjaannya ke kasir. Dan disitu, waktu terasa berhenti. Jisung melihat sosok cahayanya kembali. Sosok yang pernah hadir dalam hidupnya. Sosok yang pernah menjadi karakter utama dalam kehidupannya.

Hwang Hyunjin.

Pria itu masuk ke minimarket dengan masker. Jisung bisa mengenalinya dari matanya yang khas. Tidak salah lagi, ini adalah Hyunjin. Jisung menarik nafasnya dan membuangnya kembali. Ia berusaha menenangkan jantungnya yang berdegup dengan cepat. Ia bersemangat, bisa melihat Hyunjin kembali. Tapi di sisi lain, ia takut Hyunjin tidak mengenalinya.

Jisung menghembuskan nafasnya dan bersiap memanggil Hyunjin. Seperti isi surat terakhir yang diberikan Hyunjin padanya. Ia akan memanggil Hyunjin, kalau ia bertemu dengannya lagi.

. . . . . . . . . . .

“Hyunjin?”

“Jisung?”