Little Bunny
Warn : Little space, bedwetting, using pacifier & diaper; non-sexual relationship; Gunil and Jungsu as parental-caregiver figure
Hyeongjun terbangun ketika ia merasakan celananya basah. Ia bukanlah anak yang bodoh, dia tau dia mengompol! Hyeongjun melirik ke kasur sebelahnya, menemukan Joo Joo hyungnya yang terlelap. Hyungnya itu adalah hyung yang paling sulit dibangunkan, jadi ia mengurungkan niat untuk membangunkan hyungnya itu.
Hyeongjun bediri dari kasurnya. Ia melihat jam di sebelah kasurnya. Hyeongjun belum bisa membaca jam, tapi ia sudah bisa menghitung sampai 10. Jamnya menunjukan pukul 2. Dia pernah mendengar bahwa Min Min hyung tidur di angka tersebut. Jadi Hyeongjun memutuskan keluar kamar. Namun, ketika ia membuka pintu kamarnya, ternyata ruang tamu sangat gelap.
Hyeongjun takut sama gelap. Tapi celana dan kasurnya basah. Dia harus ganti celana atau nanti dia akan sakit. “Daddy Gun... Appa Su... Jiji hyung... Minmin hyung...” panggil Hyeongjun. Tidak ada yang menjawab panggilannya. Hyeongjun pun tanpa sadar meneteskan air matanya. Dia takut. Takut pada gelap dan tubuhnya makin tidak nyaman karena celana yang basah.
Tiba-tiba, pintu rumahnya berbunyi. Ternyata Daddy Gun yang datang. “Daddy!!!!” Seru Hyeongjun. “Baby??? Aiguuu, kenapa nangis sayang??” Tanya Gunil yang langsung mendekati Hyeongjun. “Hiks.. Daddy.. Junnie takut...” kata Hyeongjun. “Oh maaf sayang. Lampunya dimatiin ya sama Jiji hyung?? Nanti daddy ingetin Jiji hyung buat ga matiin lampu ya sayang” kata Gunil.
Hyeongjun mengangguk sambil mengusap air matanya. “Daddy, Jun pipis. Ganti celana” kata Hyeongjun. “Oh? Celananya basah ya sayang? Yuk ganti celana. Nanti bobo sama daddy aja ya” kata Gunil. Hyeongjun mengangguk dan Gunil tersenyum melihatnya. Tangannya dengan cepat menyalakan lampu ruang tamu supaya Hyeongjun tidak takut lagi. Ia juga mengambil celana ganti untuk Hyeongjun.
Sudah menjadi rahasia umum, kalau lead guitarist band tersebut memiliki little space. Sebuah kondisi dimana Hyeongjun akan memiliki mentalitas dan tingkah seperti anak kecil, jika dirinya sedang mengalami stress yang berat. Usia little beragam, tergantung dari stress yang dirasakannya. Dalam kondisi Hyeongjun, usia paling kecil yang pernah dihadapi member adalah di bawah 1 tahun, ketika Hyeongjun demam tinggi dalam promosi album mereka. Dan kondisi little terbesar yang pernah dihadapi adalah usia 7 tahun, dimana hal itu terjadi ketika Hyeongjun kehilangan beberapa pick kesayangannya.
Member yang pertama tau mengenai hal ini adalah Gunil. Dan Gunil juga yang menawarkan diri menjadi caregiver pertama Hyeongjun. Pelan-pelan, Hyeongjun mulai membuka diri juga kepada membernya yang lain, dan secara natural semua member menjadi caregiver Hyeongjun di saat dirinya menjadi little.
“Daddy” panggil Hyeongjun. Gunil yang sedang termenung pun tersadar dari lamunannya ketika Hyeongjun memanggilnya. “Hehe maaf sayang. Mau pake diaper aja? Biar ga ngompol lagi” kata Gunil. Hyeongjun mengangguk, menyetujui pertanyaan Gunil. Gunil mengambil diaper dan memasangkannya pada Hyeongjun sebelum memasangkan celananya juga.
“Yuk kita bobo” kata Gunil. “Kitto” kata Hyeongjun. “Mau ambil Kitto?? Yaudah yuk ambil dulu. Sekalian daddy keluarin kasur kamu ya” kata Gunil. Hyeongjun mengikuti Gunil untuk masuk ke kamarnya. Hyeongjun mengambil boneka kelinci hijau kecil di kasurnya dan mengikuti Gunil yang mengeluarkan kasurnya dari kamar menuju balkon.
Setelah Gunil selesai menyimpan kasur Hyeongjun di balkon, ia menghampiri Hyeongjun yang duduk di sofa. “Yuk bobo sekarang” kata Gunil. “Ung” kata Hyeongjun. Gunil menuntun Hyeongjun untuk tidur di kasurnya. Ia pun merebahkan dirinya dan mengelus rambut Hyeongjun supaya terlelap. Gunil diam-diam menghela nafasnya ketika Hyeongjun kembali terlelap.
“Kamu kenapa Hyeongjun..” kata Gunil.
Keesokan paginya, Hyeongjun terbangun karena silau matahari. Ia masih merasa seorang little hari ini. Hyeongjun berusaha bangun dari pelukan Gunil, namun sekeras apapun usahanya, pelukan itu tidak lepas dari padanya. Hyeongjun sudah mau menangis, sampai ada tangan yang melepaskan tangan Gunil darinya.
“Don't crying baby boy. Kenapa??” Ternyata itu Appa Su!! “Appa!!” Seru Hyeongjun. “Shuttt.. Jangan ganggu daddy Gun. Yuk sini turun sama Appa” kata Jungsu. Hyeongjun berusaha turun dari kasur tanpa membangunkan Gunil. Jungsu langsung memeluk Hyeongjun ketika Hyeongjun berhasil turun dari kasur Gunil. “Coba appa lihat hari ini Junnie umur berapa?” Tanya Jungsu. “Tigaa!!!” Seru Hyeongjun sambil menunjukan empat jarinya.
“Hahahha.. tiga tuh kaya gini sayang” kata Jungsu sambil menutup satu jari Hyeongjun. Hyeongjun tertawa kembali melihat tawa Jungsu. “Yuk, kita makan pagi ya” kata Jungsu. Jungsu membawa Hyeongjun keluar kamar dan menemukan Seungmin di dapur. “Pagi Min” sapa Jungsu. “Pagi hyung. Aku bikin sandwich ya hari ini” kata Seungmin. “Boleh” kata Jungsu.
“Minmin hyung!!” Panggil Hyeongjun. “Aigooo little Junnie here!! Morning baby boyy” kata Seungmin sambil mengusak rambut Hyeongjun. “Mam sama sandwich ya??” Kata Jungsu. Hyeongjun mengangguk mengiyakan jawaban Jungsu. “Umur berapa hyung?” Tanya Seungmin. “Tiga. Not too little, tapi kayanya durasinya lebih lama” kata Jungsu.
“Tau darimana?” Tanya Seungmin. “Dia semalem tidur sama Gunil hyung” kata Jungsu. Seungmin mengangguk mendengar jawaban Jungsu. Tangannya dengan cepat menyiapkan makan untuk Jungsu dan Hyeongjun, juga dirinya. “Ini sandwichnya” kata Seungmin. “Makasih Min” kata Jungsu. “Thank youuu Minmin hyung” kata Hyeongjun. Seungmin tersenyum dan ikut makan dengan keduanya.
“Mau susu juga, baby?” Tanya Seungmin. “No no” kata Hyeongjun. “Mau gede ataupun little tetep susah makan ya kamu” kata Jungsu sambil menggelengkan kepalanya. “Hyung, aku harus ke agensi bentar. Kata band master, gitarku ada sedikit problem sama stompboxnya, jadi aku harus coba dulu” kata Jiseok yang tiba-tiba datang ke ruang makan.
“Jiji hyung mau pergi??” Tanya Hyeongjun. Jiseok berpikir keras untuk menjawab little Hyeongjun. Karena Hyeongjun besar lebih suka di rumah, berkebalikan dengan little Hyeongjun yang suka pergi ke luar rumah. “Hyung mau pergi ke agensi, baby. Ada pekerjaan yang belum selesai. Habis hyung pulang, nanti kita baca buku hm?” Bujuk Jiseok. “Huum” kata Hyeongjun sambil mengangguk.
Diam-diam Seungmin dan Jungsu menghela nafasnya. Dalam keadaan little, siapapun yang keluar dari rumah dan tidak mengajak Hyeongjun, ia akan tantrum. Tapi sepertinya hari ini, little Hyeongjun adalah little yang tenang. “Oke baby. Hyung janji tidak pulang malam ya?? Bye bye” kata Jiseok. “Bye byee Jiji hyung” kata Hyeongjun sambil melambaikan tangannya. “Hati-hati Ji” kata Jungsu. “Okay” kata Jiseok sambil keluar dari dorm.
“Junnie, semalam daddy pulang jam berapa?” Tanya Jungsu. “Dua!! Junnie bangun karena pipis. Junnie panggil Appa Su, Minmin hyung sama Jiji hyung tapi ga ada yang jawab. Terus terus daddy Gun pulang!! Junnie ganti celana sama ambil Kitto. Daddy bawa kasur Junnie” kata Hyeongjun. “Ohh pantes kasur Hyeongjun di luar” kata Seungmin.
“Kalo gitu, jangan ganggu daddy oke? Junnie main sama Appa, Minmin hyung sama Joojoo hyung, kay?” Kata Jungsu. “Sama Kitto!!” Kata Hyeongjun. “Iya sama Kitto juga” kata Seungmin. “Hyung... kok kamarku bau pesing??” Tanya Jooyeon yang baru bangun dari tidurnya. “Good morning Joo. Lebih baik kamu tanya sama adekmu ini” kata Jungsu pada Jooyeon.
“Joojoo hyung!!!!” Seru Hyeongjun. Jooyeon yang tadinya masih mengantuk langsung segar mendengar sapaan khas anak kecil di telinganya. “Halooo bunny boy. Oke, umur berapa hari ini?” Tanya Jooyeon. “Tiga!!” Seru Hyeongjun. “Oke, gimana kalo kita main game hari ini?” Tanya Jooyeon. “Mauuu!!” Seru Hyeongjun. “Jooyeon, adeknya jangan dikasih main game yang aneh-aneh” kata Seungmin. “Tenang aja. Kita main puzzle aja ya??” Kata Jooyeon. “Huum!! Putzle!!” Seru Hyeongjun.
“Sinii” kata Jooyeon. Hyeongjun mengikuti Jooyeon ke ruang tamu. “Junnie, ganti diaper dulu yuk? atau mau lepas aja?” Tanya Seungmin. “Ganti aja” kata Hyeongjun. “Haisshh udah gede masih mau pake diaper hm??” Tanya Seungmin sambil mencubit hidung Hyeongjun main-main. “Ummm biar ga keganggu mainnyaaaa” kata Hyeongjun. Seungmin terkekeh mendengarnya. “Hyung bantu cuci piring ya. Kamu tolong gantiin diapernya dulu” kata Jungsu. “Oke. Yuk sini di kamar” kata Seungmin.
Seungmin dengan cepat mengganti diaper Hyeongjun. Fun fact, ketika episode Rock the World mengurus Seola, Seungmin diam-diam bersyukur bahwa mereka diajarkan memakaikan diaper. Karena selama itu, yang mengganti diaper Hyeongjun adalah manager mereka yang merupakan Papanya Seola. Karena episode tersebut, Seungmin (dan member lain) akhirnya bisa mengganti diaper Hyeongjun sendiri.
“Dah” kata Seungmin. “Makasih Minmin hyung” kata Hyeongjun. “Sama-sama baby” kata Seungmin. Hyeongjun pun keluar dari kamar dan mendekati Jooyeon yang sedang bermain dengan ponselnya. “Joojoo hyung!! Putzell putzel!!” Seru Hyeongjun. “Oke baby bunny. Sini sini” kata Jooyeon. Hyeongjun pun duduk di tengah2 kaki Jooyeon. Jooyeon memberikan game puzzel sederhana untuk dimainkan Hyeongjun.
“Ini harus dijadiin gambar kaya gini baby. Cara mainnya, geser-geser aja ininya” kata Jooyeon. Hyeongjun pelan-pelan melihat Jooyeon memainkan Hpnya dan mengikutinya. “Ehh yang ini salah baby. Ditaronya di bawah” kata Jooyeon. Hyeongjun mengikutinya dan akhirnya level itu selesai dengan benar. “Yeyyy!!!” Kata Hyeongjun. Jooyeon membiarkan Hyeongjun bermain dengan ponselnya sambil ia memainkan rambut Hyeongjun.
Hanya di saat-saat seperti ini, Jooyeon 'dipaksa' untuk menjadi lebih dewasa. Big Hyeongjun orang yang pendiam, yang kadang sulit mengungkapkan perasaannya. Tapi little Hyeongjun adalah orang yang sensitif. Jooyeon harus bisa menjadi sosok yang lebih 'besar' untuk little Hyeongjun. “Hyung??” Panggil Hyeongjun. “Eh kenapa baby??” Tanya Jooyeon.
“Junnie mau kasih tau sesuatu” kata Hyeongjun. “Eh apa tuh??” Tanya Jooyeon. “Biggie Junnie lagi sedih, makanya Junnie muncul” kata Hyeongjun. “Ehh? Sedih kenapa baby?” Tanya Jooyeon. “Ga tawuuu. Biggie kemaren sampai ga mau pegang... um... apa tu.. musik..” kata Hyeongjun sambil berpikir keras. “Kaya apa baby?” Tanya Jooyeon. Hyeongjun membuka galeri hp Jooyeon dan menemukan foto Jooyeon bermain bass. “Nii, yang kaya Joojoo hyung pegang” kata Hyeongjun.
“Gitar??” Tanya Jooyeon. “Huum” kata Hyeongjun. “Okee baby. Hyung titip bilang sama Biggie Junnie, kalo hyung tetep bangga sama dia ya” kata Jooyeon sambil mengelus rambut Hyeongjun. “Mana anakku yang lucu itu?” Tanya Gunil yang baru keluar kamar dengan badan yang segar. Rupanya Gunil baru bangun dan memutuskan langsung mandi.
“Daddy!!!!” Seru Hyeongjun sambil berlari dan memeluk Gunil. “Makasih ya Joo. Kamu makan gih” kata Gunil. “Oke hyung. Titip si bayi ya sama handphoneku” kata Jooyeon. “No no. Mawu gambarr” kata Hyeongjun sambil memberikan Hp Jooyeon pada pemiliknya. Gunil mengikuti Hyeongjun yang berlari ke meja di bawah TV untuk mengambil buku gambar dan krayon miliknya.
“Daddy iket rambutnya ya” kata Gunil. Gunil mengikat rambut Hyeongjun supaya pandangan bayinya itu untuk menggambar. “Bunny baby, it's time to your snack time” kata Seungmin. “Snacknya apa Min?” Tanya Gunil. “Wortel rebus sama susu. Aku perhatiin berat badan dia turun minggu ini hyung” kata Seungmin. Jungsu juga ke ruang tamu setelah menyelesaikan cucian piring dan cucian bajunya.
“Hngg??” Kata Hyeongjun. “It's your favorite snack” kata Seungmin. “No no. No hungryy” kata Hyeongjun. “Daddy suapin ya?? Biar Junnie tetep sehat, makanya Minmin hyung siapin mam” kata Gunil. Hyeongjun mengerucutkan bibirnya tapi ia tetap mengangguk. Gunil mengambil mangkok dari tangan Seungmin dan menyuapkan wortel rebus itu ke mulut Hyeongjun. “Aaaa” kata Gunil. Hyeongjun membuka mulutnya dan mengunyah wortel itu.
“Gambar apa itu baby?” Tanya Jungsu. “Bunny!!! Temennya Kitto” kata Hyeongjun. Little dan Big Hyeongjun dua-duanya bisa menggambar. Dan kondisi Little Hyeongjun di usia 3 tahun, bisa membuat gambar kelinci dengan rapi. “Aaa lagi baby” kata Gunil. Hyeongjun membuka mulutnya dan mengunyah kembali wortel tersebut. “Minum susunya ya” kata Seungmin. Hyeongjun melepas krayonnya sementara dan meminum susu dari gelas tersebut.
“Jiji hyung kapan pulang??” Tanya Hyeongjun. Gunil melirik Jungsu dan Seungmin, sedangkan yang dilirik juga tidak tau harus menjawab apa. “Nanti kita tanya oke??” Bujuk Jungsu. “Mau Jiji hyung” kata Hyeongjun sambil menggenggam tangan Jungsu di sampingnya. “Hyung gimana??” Tanya Seungmin pada Gunil. “Mau Jiji hyung.. Appa Su..” kata Hyeongjun. “Mau nyusul Jiseok aja?” Tanya Gunil. “Mau Jiji hyung.. Mau Jiji hyung...” rengek Hyeongjun yang mulai menangis.
“Oke oke baby, kita ke agensi ya. Kita susul Jiji hyung, tapi kamu jangan nangis hm??” Bujuk Jungsu. Hyeongjun mengangguk dengan mata yang berlinang. Jungsu mengambil jaket Hyeongjun dan memakaikannya topi. Seungmin membantu Jungsu memakaikan sepatu Hyeongjun. “Hyung aja deh yang anter Jung. Hyung harus nyetor aransemen lagu juga” kata Gunil.
Gunil segera menggunakan jaket dan sepatunya sebelum menggandeng tangan Hyeongjun. “Say bye bye to your hyung and appa Su” kata Gunil. “Bye bye hyung, bye bye Appa Su” kata Hyeongjun. “Bye bye Bunny” kata Jungsu.
“Gunil?? Kok ke agensi? Kan lagi libur” kata salah satu staff yang merupakan staff Studio J. “Ada yang nyariin Jiji hyung nih nuna” kata Gunil. “Aigooo siapa tuhhh??” Tanya Staff Nuna. “Junnie!!!” Seru Hyeongjun sambil mengangkat tangannya. “Aduhh lucunyaa.. Sama daddy kesini ya?” Tanya staff Nuna. “Ungg!! Junnie mau cari Jiji hyung” kata Hyeongjun.
“Lagi kenapa Gun?” Tanya Staff Nuna. “Tadi aku sekilas denger dari Jooyeon kayanya Hyeongjun ada stress dan berhubungan sama gitarnya” kata Gunil. “Daddyyyyy, Jiji hyung” kata Hyeongjun. “Aduh, nuna aku cari Jiseok dulu deh. Sebelum ini bayi satu makin rewel” kata Gunil. “Ohh oke oke, bye Gunil. Bye baby boy” kata staff Nuna. “Bye byee” kata Hyeongjun.
Gunil mengenggam tangan Hyeongjun dan mengarahkan tungkainya ke ruangan dimana band master mereka biasanya berada. Dan beruntung, Jiseok juga ada disana. “Hai” kata Gunil. “Oh? Hyung” sapa Jiseok. “JIJI HYUNG!!!!!” seru Hyeongjun sambil berlari kepada Jiseok dan memeluknya. Bahkan Hyeongjun sampai naik ke pangkuan Jiseok.
“Aduh aduh baby, sebentar, hyung taro gitar dulu” kata Jiseok. Jiseok berusaha melepaskan gitarnya sebelum kembali menyamankan Hyeongjun di pangkuannya. “Kok dibawa kesini hyung?” Tanya Jiseok. “Kamu tanya deh sama bocilnya. Ngerengek ke Jungsu mau ketemu kamu” kata Gunil. Jiseok menggelengkan kepalanya mendengar tingkah Hyeongjun.
“Jiji hyungggg... aku pusing” kata Hyeongjun. “Ehh?? Kenapa baby??” Tanya Jiseok. Jiseok mengarahkan tangannya ke dahi Hyeongjun dan merasakan dahinya yang panas. “Baby, lehernya sakit ga?” Tanya Jiseok dengan panik. Hyeongjun menggeleng. “Hyung, kita harus pulang sebelum Hyeongjun jadi lebih kecil lagi. Dia demam” kata Jiseok. “Tanganku sakit” keluh Hyeongjun. Jiseok memeriksa telapak tangan Hyeongjun dan menemukan goresan panjang disana.
“Han Hyeongjun itu benar-benar. Infeksi” kata Jiseok. “Kenapa?” Tanya Gunil. “Kesabet senar pasti. Kemaren tuh dia emang ada ngomong gitarnya ada yang senarnya ga enak. Pasti kesabet ini mah” kata Jiseok. “Yaudah diobatin dulu aja” kata Gunil. “Kalian ga ada yang sadar?” Tanya Jiseok. “Ga ada. Dia ga ngeluh juga kalau tangannya sakit. Kita semua fokus sama dia yang jadi little” kata Gunil.
“Tapi kan..” kata Jiseok. “Jiseok, Gunil cukup. Kalian adu mulut disini, ga akan bikin Hyeongjun sembuh dan yang ada kalian akan kejebak disini dengan posisi little Hyeongjun yang semakin menurun usianya” kata salah satu music directornya mereka. “Maaf hyung” kata Jiseok. “Gapapa. Tapi hyung benar. Kita harus bawa Hyeongjun ke ruang perawatan dulu” kata Gunil.
Gunil menggendong Hyeogjun dan membawanya ke ruang perawatan artis, diikuti oleh Jiseok. “Nunaaa!!!” Seru Gunil. “Ada.. EH KENAPA HYEONGJUN??” Tanya salah satu dokter disana. “Kayanya dia kesabet senar, nuna. Tapi dia ga bilang. Dan dia sekarang demam” kata Jiseok. “Oke, aku mungkin akan kasih dia obat nyeri dan aku obatin tangannya ya” kata dokter tersebut.
Gunil menidurkan Hyeongjun di kasur, namun ia kembali merengek. “No nooo, Jiji yung... Ji yung...” panggil Hyeongjun. “He's definately younger than before” kata Gunil. “Shusshh shusshh hyung disini sayang” kata Jiseok sambil mengelus wajah Hyeongjun. Dokter menyuntikan cairan pereda nyeri pada Hyeongjun yang membuatnya menangis lebih kencang. “Kan. Pasti di bawah 2 tahun umurnya nih” kata Gunil.
“Hello baby, let nuna see your hands hm?” Bujuk dokter. Hyeongjun yang masih menangis menunjukan tangannya yang terluka. “Lain kali, bilang daddy, appa atau hyung ya kalau lagi luka? Biar cepet diobatin, jadi ga parah kaya gini” kata dokter. “Nuna ngomong juga kayanya dia ga ngerti deh” kata Jiseok yang memperhatikan Hyeongjun yang masih tersendat-sendat. Dokter memasangkan perban di tangan Hyeongjun untuk menutup perawatan mereka.
“Kalian ada latihan seminggu ini?” Tanya Dokter. “Sebenernya, kita lagi libur” kata Gunil. “Oke, dua hari ke depan, Hyeongjun jangan pegang gitar atau benda yang bikin lukanya kebuka lagi. Setiap habis mandi dan sebelum tidur harus diganti perbannya” kata dokter. “Oke nuna” kata Gunil. “Come on baby. Let's we go home. Mau bobo sama siapa malem ini?” Kata Jiseok.
“Minmin hyung” kata Hyeongjun. “Yuk pulang” kata Gunil. Hyeongjun berdiri dan tangannya yang tidak diperban, digenggam oleh Jiseok. “Pulang dulu ya nuna” kata Gunil. “Iya Gunil, Jiseok, Hyeongjun. Hati-hati” kata dokter.
“Aku pulang” kata Gunil ketika sampai di rumah. “Oh Gunil hyung pulang” kata Jooyeon yang sedang duduk di sofa bersama Seungmin. “Jungsu mana, Joo?” Tanya Gunil. “Lagi ngerapihin kasur Hyeongjun” kata Jooyeon. “Kenapa hyung?” Tanya Jungsu yang keluar dari kamar Hyeongjun. “Oh engga, aku pikir kamu kemana” kata Gunil.
“Halo baby” sapa Jungsu pada Hyeongjun yang sepatunya lagi dilepas oleh Jiseok. “Ehh tangannya kenapa?” Tanya Jungsu. “HAH???” Seru Seungmin dan Jooyeon. Mendengar teriakan itu, Hyeongjun pun kaget dan berusaha mendekatkan diri dengan Jiseok. “He's younger” kata Jiseok. Little Hyeongjun yang usianya di bawah 3 tahun, akan sangat sensitif dengan suara kencang.
“Halo baby, tangannya kenapa?” Tanya Seungmin dengan lembut. “Sakit..” kata Hyeongjun pelan. “Min, dia nanti tidur sama kamu ya. Dia maunya sama kamu” kata Jiseok. “Oke. Yuk, mau ganti baju bobo sama diaper dulu?” Kata Seungmin. Hyeongjun mengangguk dan mengikuti Seungmin.
“Jadi??” Tanya Jooyeon. “Bocah itu. Ternyata tangannya kesabet senar. Jiseok bilang, Hyeongjun sempet ngomong kalo senarnya ga enak. Kayanya kesabet, luka dan dia ga bilang. Ditambah lagi mungkin dia stress kalo diliat dari omongan Little Jun. Lukanya udah infeksi dan bikin dia demam” kata Gunil. “Aduhh Hyeongjun itu kebiasaan deh. Nanti aku omelin kalo dia udah balik jadi gede” kata Jungsu.
Seungmin dan Hyeongjun keluar dari kamar Hyeongjun dengan pria yang lebih muda sudah menggunakan onesie kelinci kesukaannya, dan pacifer di mulutnya. “Say good night to your Daddy, Appa Su and hyung” kata Seungmin. “Good night” kata Hyeongjun. “Good night baby” kata Jungsu. Hyeongjun pun masuk ke kamar Seungmin untuk terlelap.
Keesokan paginya Hyeongjun terbangun. Tangannya sontak melepas pacifier yang ada di mulutnya. “Shit” kata Hyeongjun. Tangannya ia arahkan ke bagian bawahnya dan menemukan diaper yang terpasang. “Shit shit. Kacau” kata Hyeongjun. Hyeongjun berusaha bangun dari kasur Seungmin tanpa membangunkan pemiliknya. Ia melihat Jiseok yang masih terlelap juga.
Hyeongjun segera keluar kamar dan menemukan Gunil di dapur dan sedang memotong buah. “Baby?” Panggil Gunil. “It's big” kata Hyeongjun. “You're still my baby. Big or Little” kata Gunil. Gunil menginstruksikan Hyeongjun untuk duduk di meja makan. “Aku buka diaper dulu” kata Hyeongjun. Hyeongjun ke kamar mandi untuk membuka diapernya dan kembali ke meja makan lagi.
“Dia nyusahin ya?” Tanya Hyeongjun. “Engga. Tetep lucu. Kamu harus liat gambar yang little kamu buat” kata Gunil. Hyeongjun hanya menggelengkan kepalanya dan baru sadar tangannya menggunakan perban. “Ini?” Tanya Hyeongjun. “Oh ya. Jungsu bilang bakal marahin kamu soal itu. Kamu kesabet senar ya? Itu tangan kamu luka dan infeksi. Kamu demam semalem” kata Gunil. “Oh iya. Aku ngerasa ga sakit dan biasa aja” kata Hyeongjun. “Tetep aja. Jiseok panik banget kamu ngerengek sama dia dan ternyata tanganmu luka. Lain kali jangan gitu ya” kata Gunil.
“Hyeongjun?” Panggil Seungmin. “Hai Min” kata Hyeongjun. “Where's your pacifier?? Mau aku sterilin” kata Seungmin. “Aku malu banget” kata Hyeongjun. “Ngapain malu??? Kita udah jadi caregiver kamu berapa lama coba?? Ngapain masih malu” kata Seungmin. Seungmin menghampiri meja makan dan melihat pacifier Hyeongjun ada di meja. Ia mengambilnya dan memutuskan untuk mencuci lalu melakukan sterilisasi pada benda tersebut.
“So, ada yang mau kamu ceritain??” Tanya Gunil. “Hyung tau dari siapa?” Tanya Hyeongjun. “Your little tell his favorite hyung, Jooyeon” kata Gunil. “Ahh... Itu... Sebenernya aku stress karena aku bikin melodi, dan aku seneng banget karena nadanya bagus. Tp ternyata ga kerekam karena hp aku mati. Jadi aku lupa. Abis itu, ya.. gitar aku tiba-tiba senarnya putus dan nyabet tangan aku.
Aku ga ngira itu luka hyung. Makanya aku biarin. Tapi emang aku kesel saat itu. Kaya kok bertubi-tubi ya. Jd aku langsung tidur. Dan baru ngerasa bangun sekarang” kata Hyeongjun. “Lain kali cerita ya Hyeongjun. Kita semua mau kok dengerin cerita kamu sereceh apapun. Even itu cuma ocehan kamu tentang anime, kita mau dengerin” kata Gunil.
“Iya hyung. Maaf” kata Hyeongjun. “No need to say sorry. Dah sana kamu mandi. Biar hyung bisa ganti perbannya” kata Gunil. “Oke hyung. Terima kasih. Seungmin juga makasih” kata Hyeongjun. “Kan, he's cute even in Big” kata Seungmin. “Setuju” kata Gunil sambil terkekeh.