Sunshinecjh

Yeosang, cek ponselmu sekarang. Jongho telepon berkali-kali ke ponsel dan telepon kantor

Suara Wooyoung melalui interkomnya membuat Yeosang segera membuka ponselnya. Sedari pagi, ia memang mematikan ponselnya karena ia harus membuka rapat penting dengan salah satu investor. Ini memang menjadi kebiasaannya sejak belia, Jongho bahkan memahaminya dengan baik.

Tetapi, Yeosang tau, Jongho tidak akan menghubunginya ketika rapat, kecuali ada hal yang darurat.

Setelah ponselnya menyala, ia mendapatkan puluhan notifikasi panggilan dari suami kesayangannya itu. Yeosang segera menghubungi kembali Jongho. Jarinya mengetuk-ngetuk meja dengan gusar sambil menunggu Jongho menjawab ponselnya. Yeosang pun berdecak ketika ia hanya mendengar suara operator.

Tiba-tiba, ponselnya kembali berbunyi, tapi kali ini yang menghubunginya adalah Mingi. “Halo, Gi? Kenapa?” Tanya Yeosang. “Jongho sama Taehyun di rumah sakit. Ga usah banyak nanya deh ya, buruan kesini” kata Mingi. Jantung Yeosang rasanya seperti berhenti berdetak ketika mendengar dua nama kesayangannya berada di rumah sakit.

“Rumah sakit mana? Gue kesana sekarang” kata Yeosang sambil mengambil pouchnya dan segera mengisinya dengan dompet dan kunci mobil. “Gue share loc aja ya” kata Mingi. Setelah mendapatkan alamat rumah sakit dari Mingi, Yeosang segera bergegas ke ruangan Wooyoung. “Wooyoung, tolong matiin laptopku. Jongho sama Taehyun di rumah sakit” kata Yeosang.

“HAH? Yaudah sana-sana. Gue urusin laptop lu nanti. Buruan pergi” kata Wooyoung sambil mendorong Yeosang keluar dari ruangannya.


Yeosang berlari menuju lokasi rumah sakit yang diberikan oleh Mingi. Sesampainya disana, ia menemukan Mingi di meja informasi. “Gi, Jongho mana?” Tanya Yeosang sambil menghampiri Mingi. “Eh, pas lo disini. Ners, ini suaminya nih. Tanya aja sama dia” kata Mingi. “Oh baik. Apakah anda orangtua dari anak bernama Kang Taehyun?” Tanya perawat tersebut kepada Yeosang.

“Iya betul Ners” kata Yeosang. “Baik. Bisa sebutkan nama anda?” Tanya perawat tersebut. “Kang Yeosang” kata Yeosang. “Baik. Sebelumnya Pak Yeosang, saya ingin menginformasikan ya Pak. Menurut catatan dokter, Taehyun harus dirawat di rumah sakit. Dan kami harus mencatat administrasi Taehyun untuk disimpan dalam database kami. Apakah anda bisa menunjukan kartu keluarga atau akta kelahiran dari Taehyun?” Kata perawat.

“Oh bisa-bisa. Gi, boleh tolong ambilin ga fotocopy KK di mobil gue?” Kata Yeosang. “Boleh. Mana kunci mobilnya?” Tanya Mingi. “Tolong ya, makasih” kata Yeosang. “Ners, saya mau bertanya, anak saya sakit apa ya?” Tanya Yeosang pada perawat itu. “Taehyun didiagnosa diare, Pak Yeosang. Tetapi, karena durasinya cukup sering, membuatnya cepat dehidrasi. Ditambah lagi Taehyun tidak mau makan sama sekali. Jadi, dokter memutuskan bahwa Taehyun harus dirawat” kata perawat.

“Penyebabnya apa ya, Ners? Setau saya, ketika saya mengadopsi Taehyun, dia tidak ada riwayat penyakit serius dari orangtuanya kandungnya. Waktu awal-awal dicoba makanan pendamping juga ga ada masalah” kata Yeosang. “Kemungkinan terbesar karena konsumsi jus buah yang berlebihan pak” kata perawat. Yeosang jadi teringat. Betul juga, ia dan Jongho lumayan sering memberikan jus buah pada Taehyun.

Setelah mengurus administrasi, Mingi pun pamit pulang dan Yeosang pergi menuju ruang rawat Taehyun. Ketika ia membuka ruang rawat itu, terlihat Taehyun yang tertidur pulas dan Jongho yang memegang tangan Taehyun. “Sayang, maaf aku baru dateng” kata Yeosang sambil memeluk Jongho.

“Kakak.. Tangan Taehyun jadi luka karena aku teledor. Maaf kakak.. Jangan marah sama aku..” kata Jongho yang membalas pelukan Yeosang dengan erat. Jongho menenggelamkan kepalanya pada bahu Yeosang. Yeosang mengelus rambut Jongho ketika ia merasakan air mata Jongho membasahi bahunya. “It's okay baby. You can cry, you can feeling sad” kata Yeosang pada Jongho.

Am I a bad father?” Tanya Jongho pada Yeosang. “Siapa bilang?? Sayang.. Dengerin aku deh. Anak sakit itu wajar banget, mereka juga manusia kan? Jadi Taehyun yang sakit, bukan salah kamu” kata Yeosang. “Tapi aku yang ngasih jus buah ke Tyun” kata Jongho. Yeosang mengangkat kepala Jongho, lalu mengelap air mata yang turun dari mata yang indah itu.

“Sayang, listen to me. Kita berdua baru belajar jadi orangtua. Kita gatau kalau anak bayi 8 bulan itu ga boleh dikasih jus buah sering-sering. Kalo kamu ngerasa bersalah, yaudah gapapa. Tapi, bukan kamu aja yang salah, disini aku juga yang salah karena aku juga kasih jus buah ke Tyun” kata Yeosang. “Tapi aku yang 24 jam sama dia” lirih Jongho.

You are the great father. Aku yakin Tyun suatu hari nanti bakal bangga banget punya papi yang keren kaya kamu” kata Yeosang sambil mengecup dahi Jongho. “Kita belajar bareng-bareng lagi ya? Nanti kita minta maaf ke Tyun terus kita belajar lagi jadi orangtua yang baik” kata Yeosang. Jongho pun kembali menyandarkan kepalanya ke bahu Yeosang, menikmati usapan Yeosang di kepalanya.

“Pii..”

Suara rengekan halus itu membuat keduanya segera melepaskan rengkuhan mereka. Jongho segera mendekati Taehyun dan mengelus rambutnya. “Kenapa sayang? Mana yang sakit lagi?” Tanya Jongho dengan lembut. Taehyun tidak menjawab, tetapi ia mendeketkan dirinya kepada Jongho. Jongho tersenyum kecil dan mengelus rambut Taehyun yang cukup tebal.

“Maafin papi ya sayang.. Papi bakal jadi orangtua yang lebih baik lagi” kata Jongho pelan. “Papa juga minta maaf ya sayang. Tyun mau maafin papa sama papi kan?” Kata Yeosang. “Hmmm” kata Taehyun sambil menganggukan kepalanya. “Anak pintar” kata Yeosang sambil mengelus rambut Taehyun.


Beberapa hari kemudian, Taehyun dinyatakan sembuh oleh dokter dan diperbolehkan untuk pulang. “Pr untuk orangtua diingat ya, tidak boleh memberikan makanan secara berlebihan. Karena yang berlebihan itu ga baik” kata dokter anak. “Iya dok. Maafkan kami” kata Jongho. Taehyun yang mendengar itu pun mengerucutkan bibirnya, lalu berusaha memanjat tubuh Jongho.

“Wah Taehyun udah aktif lagi ya? Udah sehat ini mah ya” kata dokter. Taehyun hanya tertawa kemudian kembali memeluk erat Jongho. “Terima kasih dokter sudah mengingatkan kami” kata Yeosang. Setelah dokter tersebut pergi, Yeosang menuntun Jongho yang menggendong Jongho menuju mobilnya.

“Ayo kita ke rumah mama aja. Kamu selama di rumah sakit ga bener istirahatnya. Gantian aku yang jagain Taehyun” kata Yeosang. “Ih kakak kan kerja. Gapapa aku bisa tidur pas malem aja” kata Jongho. “Aku digebuk mama kalo tau kamu ga istirahat. Udah ih nurut aja” kata Yeosang sambil mencubit pipi Jongho.

Taehyun yang melihat tingkah Yeosang pun ikut menepuk pipi Jongho. “Ihh anak kecil mau ikutan sayang papi yaa” kata Yeosang. “Kiss papi dulu dong” kata Jongho pada Taehyun. Taehyun pun mengecup pipi Jongho kemudian tertawa. Setelah bermain sebentar, ketiganya pun memutuskan untuk pulang dan beristirahat dengan benar.

“Ayo main” kata Wooyoung yang baru datang dan langsung menggebuk meja kantin. Seisi kantin pun segera melihat ke arah Wooyoung setelah mendengar suara berisik itu. “Lo coba kalo berperilaku normal sedikit” kata Yunho sambil menoyor main-main kepala Wooyoung.

Seonghwa hanya menghela nafasnya, sedangkan Jongho di sebelahnya hanya menutup wajahnya dengan buku. “Ih beneran, ayo main” kata Wooyoung dengan semangat. “Mau main apalagi Jung Wooyoung? Permainanmu aneh semua tau ga?” Kata Seonghwa. “Kak, kalo permainanmu aneh, aku cabut beneran deh” kata Jongho.

“Engga, dijamin ini ga aneh. Ini semacem truth or dare gitu, tapi disini kalian cuma jawab jujur. Ada satu pertanyaan yang udah aku siapin” kata Wooyoung dengan semangat. “Bilang aja lo mau tanya pendapat kita” kata Yunho. “Nah itu hehe” kata Wooyoung. “Yaudah apa pertanyaannya kak?” Tanya Jongho.

“Jadi gini, gue kemaren dapet dari twitter, ada kalimat ini, 'in another universe, what would you be?' Ayo cepat jawabbbb. Siapa yang mau jawab duluan?” Kata Wooyoung dengan senyuman yang merekah. “Lo dulu dong. Kan lo yang nanya” kata Seonghwa. “Oke, gue dulu ya. Mungkin di universe yang lain, gue adalah seorang pengajar anak-anak? Ketemu bocil setiap hari, kita ngegambar bareng, terus gue siapin makan siangnya. Ga bakal bosen karena tingkah bocil kan macem-macem” kata Wooyoung.

“Ngebayanginnya sih lucu ya. Lo ikut andil buat ngehias makanan mereka, terus ngebujuk mereka buat makan dan tidur siang” kata Seonghwa. “Yuk, selanjutnya” kata Wooyoung sambil menepuk tangannya sekali. “Gue deh kak. Mungkin di universe yang lain gue jadi anak bungsu kali ya? Gue yang sekarang berusaha jadi kakak yang baik yang bisa dikagumi sama adek gue, dan di universe lain, mungkin gue adalah adik yang kagum sama kakaknya” kata Jongho.

“Kan lo punya kita Jong” kata Wooyoung. “Gak. Lo pada tuh kakak yang sesat tau ga. Kecuali kak Seonghwa” kata Jongho. Seonghwa hanya mengusak rambut Jongho dengan pelan dan tertawa setelahnya. “Bercanda kak. You're the sweetest and the most reliable brother” kata Jongho sambil mengenggam tangan Wooyoung dan Yunho.

“Yuk lanjut. Gue secara sepihak menunjuk kak Yunho” kata Jongho. “Yahh, gue belum kepikiran jawabannya nih” kata Yunho. “Gapapa, makanya pikirin sekarang” kata Seonghwa. “Hm.. apa ya.. Mungkin gue jadi ilmuwan kali ya? Ilmuwan yang nemuin vaksin zombie misalnya” kata Yunho. “Sumpah kak, pikiran lo random banget” kata Jongho.

“HAHAHA!!! TAPI KEPIKIRAN GA SIH, lo ada di tengah-tengah keributan zombie, dan lo berusaha untuk tenang karena mau nemuin vaksinnya” kata Yunho. “Gue jadi lo sih udah pasrah digigit” kata Jongho. “Pesimis banget jadi orang” kata Yunho. “Cape tau kak. Gue nonton film zombie aja cape harus lari sana, lari sini. Belum kalo ketemu orang egois” kata Jongho.

“Ayo big bos nih big bos terakhir. Apa jawaban lo kak?” Tanya Wooyoung sambil menepuk tangan Seonghwa. Seonghwa sedikit termenung, memikirkan jawaban yang terpikirkan olehnya. Tiba-tiba, Seonghwa terbayang sosok seseorang. Orang yang akan tersenyum manis padanya, orang yang akan selalu menyapanya, dan orang yang pernah berjanji untuk berjalan bersamanya. “Apa ya, maybe I will be the happiest person in this world” kata Seonghwa. “Ih puitis banget bahasa lo kak. Coba diinterpretasikan” kata Wooyoung.

Seonghwa menghela nafasnya pelan. “Maybe, I will be the happiest person in this world, because he stay with me” kata Seonghwa. Wooyoung, Yunho dan Jongho pun terdiam. Mereka tahu persis siapa yang dibicarakan oleh kakak mereka ini. “Bukan cuma dia, bukan cuma Hongjoong. Tapi ada Mingi, San sama Yeosang juga. Di universe yang lain, kita lagi nongkrong sama mereka dan mereka lagi ngobrolin hal yang konyol” kata Seonghwa.

“Kakk..” lirih Jongho. “Kakak udah ga sedih Jong. Cuma, masih suka berandai aja. Mungkin di universe yang lain, kamu sama Yeosang lagi keliling coffee shop buat cobain kopi mana yang paling enak. Yungo sama Mingi mungkin lagi main basket, 1 lawan 1. Wooyoung sama San mungkin lagi debatin ayam atau telur dulu yang diciptakan. Dan Hongjoong, mungkin dia lagi lihat kalian dengan senyuman yang paling lebar” kata Seonghwa.

“Ternyata, mereka udah pergi selama itu ya kak? Aku baru sadar” kata Yunho. “Iya.. Persahabatan mereka lebih kuat daripada kita, Yunho. Mereka udah terbang ke tempat yang lebih tinggi” kata Seonghwa. Seonghwa tersenyum sendu melihat Wooyoung yang mengusap air matanya dengan lengan bajunya. “Dah ah, jorok banget Wooyoung. Lap pake tisu” kata Seonghwa.

“Aku.. Tuh.. Sedih..” kata Wooyoung sambil tersendat. “Kita semua sedih, Wooyoung. Perasaan sedih itu wajar, tapi hidup harus berjalan kan? Sekarang, tinggal kita yang harus berjuang bersama. Mereka pasti selalu jagain kita dan liatin kita dari atas sana” kata Seonghwa. “Iya kak. Kita harus bikin mereka bangga sama kita” kata Jongho. “Utututuu sini pelukann” kata Seonghwa sambil merangkul ketiga adiknya itu. Ia pun menepuk-nepuk bahu ketiganya.

“Semoga kita selalu bahagia. Sama seperti mereka yang kini terbang dan bahagia bersama”


In another universe, what would you be?

Hm. I don't know. Maybe, I want to be your boyfie?”

Why? I'm not a romantic person like on the movie or books

Because, you're the perfect person for me. In another universe, I will hold your hand and we will walk together

I really want to hold your hand

Yeah me too. So, let's we meet again in another universe, Kim Hongjoong?”

Yeah. Let's meet again in our second chance. And if you forget me, I will looking for you and I will make you fall in love with me, Park Seonghwa

Jongho masih ingat kenangan ketika ia mengadopsi anaknya. Saat itu, anaknya masih berusia 6 bulan. Jongho ingat betapa hangatnya bayi itu ketika ia menyentuhnya pertama kali. Jongho juga ingat betapa suaminya berkali-kali mengatakan bagaimana bayi itu sangat pas berada di gendongan Jongho.

Bayi yang baru 6 bulan berada di dunia itu belum memiliki nama. Pengurus panti asuhan menemukan bayi itu di depan pintu panti tersebut tanpa informasi apapun selain tanggal lahir, jenis kelamin, dan berat badan bayi tersebut.

Jongho yang memiliki rutinitas untuk mengunjungi panti tersebut, sangat tertarik ketika ia melihat bayi itu pertama kalinya. Tanpa sadar Jongho menggendongnya dan mengelusnya perlahan. Mata bayi itu perlahan terbuka dan Jongho terkejut melihat mata besar bayi tersebut. Mata yang indah.

Sang bayi adalah anak yang pintar. Dia tersenyum kepada Jongho, seolah menunjukan bahwa ia adalah anak yang sehat dan pintar. Ikatan tidak terlihat antara keduanya pun muncul. Suami Jongho memperhatikan betapa Jongho memperhatikan dan mencintai bayi itu.

“Kamu mau mengadopsinya?” Tanya suami Jongho suatu hari. Jongho menatap suaminya dengan tatapan penuh harapan. “Bolehkah? Kak Yeo yakin?” Tanya Jongho. Yeosangㅡ suami Jongho itu mengelus rambut hitam milik suaminya yang menggemaskan itu. “Selama kita yakin kalo kita siap punya anak, kita bisa mengadopsinya” kata Yeosang.

“Kak.. Menurut kakak, apakah kita bisa jadi orangtua yang baik? Aku mau dia bener-bener ngerasain gimana rasanya punya orangtua yang sayang sama dia. Orangtua yang selalu bisa dia andalin, dan orangtua yang selalu bangga sama dia” kata Jongho sambil memainkan ujung piyamanya.

Yeosang menundukan dirinya hingga ia bertatapan dengan Jongho. “Sayang, menjadi orangtua adalah peran seumur hidup. Artinya, kita harus terus belajar untuk mendidik anak kita. Ga ada orangtua yang sempurna, adanya orangtua yang belajar. Kita belajar jadi orangtua yang baik, penuh kasih sayang buat anaknya, begitu juga bayi itu juga belajar jadi anak yang baik buat kita” kata Yeosang.

Jongho memeluk leher Yeosang dengan perasaan terharu. Ini salah satu alasan Jongho berani mencintai dan hidup bersama Yeosang. Yeosang adalah sosok paling manis dan dewasa baginya dan ia tidak menyesal memiliki Yeosang dalam hidupnya.

“Kalo gitu, besok kita adopsi ya?”


Bayi berusia 6 bulan itu akhirnya resmi menjadi anggota keluarga Kang. Bayi laki-laki itu diberi nama Taehyun. Jongho langsung membeli banyak pakaian yang lucu serta kebutuhan bayi lainnya. Yeosang sendiri sedang belajar menggendong Taehyun dari mamanya.

“Kamunya tenang. Bayi tuh ga suka digendong kalo kamunya panikan” kata mama Kang. “Aduh tapi ini kecil banget ma. Yeosang ga bakal jatohin Tyun kan?” Tanya Yeosang. “Heh! Emangnya kamu mau jatohin anakmu sendiri?” Tanya mama Kang. “Engga sih” kata Yeosang.

Taehyun yang melihat perdebatan ayah dan neneknya itu hanya bisa tersenyum lalu tertawa dengan suara khas bayi. “Aaaaa gemes gemes gemes bangett.. Mau ikutan ngobrol sama papa sama grandma ya??” Kata Jongho sambil mencubit pelan pipi Taehyun.

“Gede dikit grandma ajakin gibah nih” kata Mama Kang. “Abis ini kita dikacangin, yang. Cucu tunggal nih” kata Yeosang. “Kamu sih yang mama kacangin. Jongho posisinya nomor dua. Nomor satunya Taehyun. Kamu nomor 3 aja” kata mama Kang. “Kan, aku bilang juga apa” kata Yeosang. Dan perkataan itu pun disambut tawa oleh Jongho dan mama Kang.

Tiba-tiba terdengar rengekan dari Taehyun. “Hmm?? Kenapa sayang?” Tanya Yeosang. Taehyun terlihat berusaha mengucek matanya dan beberapa kali menguap. “Dia kayanya ngantuk deh” kata Jongho. “Yaudah, kamu bawa ke kamar gih. Istirahat juga, dari tadi kamu ga ada istirahatnya” kata mama Kang pada Jongho.

“Gapapa ma. Excited banget aku soalnya” kata Jongho. “Eh eh mau nangis” kata Yeosang ketika melihat Taehyun mulai mencebikan bibirnya. Yeosang segera memindahkan Taehyun ke dalam gendongan Jongho. Merasakan aroma tubuh yang familiar, Taehyun yang hendak menangis itu perlahan lebih tenang.

“Cih, dasar anak papi” kata Yeosang. Jongho hanya tersenyum menanggapi perkataan Yeosang. Ia sudah beberapa kali menggendong Taehyun, makanya Taehyun mungkin lebih nyaman dengannya daripada bersama Yeosang. Lagi pula, Yeosang mungkin masih kaku karena ini pengalaman pertamanya mengurus bayi.

Jongho mengelus kepala Taehyun yang memiliki rambut tipis. Ia menggumamkan sebuah lagu pengantar tidur untuk anaknya. Perlahan, mata Taehyun pun menutup dan ia tertidur dengan nyaman di pelukan Jongho. “Selamat tidur kesayangannya papa dan papi” kata Jongho pelan.

Yeosang yang menyaksikan kedua orang kesayangannya itu saling berinteraksi. Tidak bohong, Yeosang merasakan hatinya menghangat. “Aku sayang kalian semua” kata Yeosang sambil tersenyum.


Holla!! Aku baru nulis lagi setelah sekian lama. Silahkan jika ada yang mau berkomentar hehe.. https://secreto.site/21422917

Halo?? Kamu ngapain hujan-hujan begini di luar?”

Pertemuan pertama Taehyun dengan Beomgyu adalah ketika Seoul sedang diguyur oleh hujan yang cukup lebat. Taehyun baru saja hendak keluar dari supermarket dan menemukan pemuda itu dengan sengaja duduk di dekat pintu masuk supermarket.

Awalnya, Taehyun mengira bahwa Beomgyu hanyalah orang asing yang sedang berteduh. Namun, Taehyun melihat pemuda itu menggunakan jaket yang didesain khusus untuk fakultas seni dari universitas tempatnya mengenyam pendidikan. Sehingga Taehyun mengambil kesimpulan bahwa orang ini adalah mahasiswa fakultas seni, sama sepertinya.

Taehyun merasa kasihan dengan Beomgyu yang kehujanan maka dari itu Taehyun mengarahkan payungnya untuk menutupi Beomgyu. “Halo?? Kamu ngapain hujan-hujan begini di luar?” Tanya Taehyun. “O-Oh? Aku tadi kehujanan hehe.. Abis pergi keluar terus lupa ga bawa payung, jadi basah deh” kata Beomgyu dengan senyum yang canggung. “Oalah.. Ngomong-ngomong, kamu mahasiswa fakultas seni ya?” Tanya Taehyun.

“Iya betul. Kamu tau darimana?” Kata Beomgyu. “Jaketmu. Aku juga mahasiswa fakultas seni dari universitas itu” kata Taehyun. “Oalah.. Eh kita belum kenalan. Beomgyu, jurusan seni rupa” kata Beomgyu sambil mengulurkan tangannya. “Taehyun, jurusan seni musik” kata Taehyun sambil membalas jabatan tangan Beomgyu.


Taehyun kira, dirinya tidak akan bertemu lagi dengan Beomgyu. Apalagi mengingat fakultas seni memiliki cukup banyak mahasiswa dan acara yang padat. Namun hari itu, Taehyun kembali bertemu dengan Beomgyu dalam rapat untuk Pentas Seni tahun ini. Taehyun yang terkenal cerdas mendapatkan kesempatan untuk menjadi salah satu panitia pensi, yaitu menjadi anggota dari koor acara.

Taehyun bertemu Beomgyu yang dipilih menjadi anggota perlengkapan. “Loh? Halo Taehyun!!” Seru Beomgyu ketika ia masuk ke dalam ruang rapat. “Hai Beomgyu” kata Taehyun. “Lo kok tumben kenal sama orang di luar jurusan senmus?” Tanya salah satu seniornya, Han Jisung. “Ga sengaja ketemu di supermarket. Dia pake jaket fakultas” kata Taehyun. “Oalah. Gebet gih, cakep tuh keliatannya” kata Jisung. “Ngaco lo kak” kata Taehyun sambil terkekeh.

“Oke selamat sore semuanya. Gue Soobin dari Seni Tari. Gue adalah ketua acara untuk Pentas Seni tahun ini. Mostly, panitia kita adalah angkatan gue dan angkatan Ryujin. Tapi, kita juga kedatangan dua orang dari angkatan baru, Beomgyu dan Taehyun. Tolong adik-adiknya dibimbing ya” kata Soobin, yang mengenalkan dirinya sebagai ketua acara. “Beomgyu kan seumuran sama Ryujin?” Kata salah satu anggota disana.

“Tapi gue gap year tau” kata Beomgyu. “Kenapa gap year, Gyu?” Tanya anggota yang lain. “Kecelakaan gue kak. Jadi gap year deh” kata Beomgyu. “Oalah, tapi enak ga kuliah disini?” Tanya Soobin. “Enak dong. Ga nyesel pokoknya” kata Beomgyu dengan semangat. “Semangat maba ya.. Eh btw yuk mulai rapatnya” kata Soobin.

Selesai rapat, Taehyun sengaja menunggu Beomgyu sampai selesai membereskan barangnya. “Gyu, pulang bareng yuk?” Ajak Taehyun. “Eh? Kenapa ga pulang sama kakak yang lain?” Tanya Beomgyu. “Canggung hehe” kata Taehyun sambil mengusap tengkuknya. “Ahahaha lucu banget. Yaudah deh pulang yuk. Eh tapi kamu tinggal dimana?” Tanya Beomgyu. “Aku tinggal di apart belakang kampus” kata Taehyun.

“Ih kok sama? Yaudah ayo kita pulang bareng” kata Beomgyu. “Cari jajanan dulu deh. Laper” kata Taehyun. “Yaampun, ini ga kenyang abis makan nasi??” Kata Beomgyu sambil tertawa. “Porsinya kecil hehe..” kata Taehyun. “Yaudah yuk, kita cari jajanan” kata Beomgyu. Taehyun dan Beomgyu pun berjalan keluar kampus sambil melihat jajanan di kiri-kanan mereka.

“Suka jajan apa Gyu?” Tanya Taehyun. “Tonkatsu!! Sumpah enak banget sih itu. Ga ada duanya” kata Beomgyu. “Yuk beli tonkatsu” kata Taehyun. “Ih baiknya” kata Beomgyu. Ketika menuju kedai tonkatsu, Taehyun melihat seseorang yang familiar. “Hyuka!!” Panggil Taehyun. Orang yang dipanggil itu pun mencari orang yang memanggilnya dan tersenyum ketika mendapati bahwa Taehyun lah yang memanggilnya.

“Wah Taehyun!!! Udah lama ga ketemu” kata orang yang dipanggil Hyuka itu. “Sendirian??” Tanya Taehyun. “Engga, nemenin kak Somi nih” kata Kai. “Lancar ya pacarannya” kata Taehyun. “Oh iya dong” kata Kai. “Eh kenalin, ini Beomgyu. Dari jurusan Seni Rupa. Gyu, kenalin ini Huening Kai atau Hyuka atau Kai. Temen sejurusan gue” kata Taehyun. “Kita udah kenal, Tae. Gue pernah collab sama Kak Gyu buat project ukm” kata Kai.

“Oh ya?? Wah keren” kata Taehyun. “Hai Kai. Apa kabar?” Sapa Beomgyu. “Baik dong. Lo kok ga ikut ukm musik lagi sih ka? Ditanyain sama senior yang lain” kata Kai. “Ehehe lagi sibuk tugas aja sih. Banyak banget” kata Beomgyu dengan canggung. “By?? Ngobrol sama siapa?” Tanya seorang perempuan yang mendekati ketiganya.

“Eh kak, ini ngobrol sama temen-temen. Kenalin, ini Kak Somi, cewe gue. Kak kenalin ini Taehyun, temen sejurusan. Ini Kak Beomgyu, temen satu ukm” kata Kai pada perempuan tersebut atau Somi. “Halo, aku Somi” kata Somi dengan ceria. “Eh, pergi duluan ya. Ada janji sama Somi” kata Kai. “Kemana?” Tanya Somi. “Katanya mau liat bintang jatuh. Bentar lagi nih” kata Kai. “Oh iya” kata Somi. “Kita duluan ya” kata Kai. “Yo hati-hati” kata Taehyun.

Sepeninggalan Kai dan Somi, Taehyun merasakan bahwa Beomgyu tiba-tiba menjadi diam. “Gyu?” Panggil Taehyun. Tiba-tiba Beomgyu meneteskan air matanya. Taehyun pun panik melihat Beomgyu yang menangis. “Gyu?? Kenapa nangis?? Beomgyu sakit??” Tanya Taehyun yang panik. Beomgyu menggeleng sambil berusaha menyembunyikan tangisannya dengan menutup matanya dengan lengan bajunya.

“Gyu kenapa nangis?? Yuk kita ke taman aja. Biar enak ngobrolnya” kata Taehyun. Beomgyu pun mengangguk dan Taehyun merangkul Beomgyu menuju salah satu kursi di taman. “Maaf, Taehyun harusnya bisa pulang sekarang” kata Beomgyu yang masih sesegukan karena baru saja berhenti menangis. “Gapapa, kan ga ada yang nungguin Taehyun pulang juga. Buat apa cepet-cepet pulang?” Kata Taehyun.

“Makasih udah nemenin” kata Beomgyu. “Ga masalah kok” kata Taehyun. Tiba-tiba, ada bintang jatuh yang terlihat di langit. “Liat bintang jatuh. Katanya kalo kita mengucapkan harapan kita ketika ada bintang jatuh, harapan kita akan menjadi kenyataan” tunjuk Taehyun kepada langit. Beomgyu menggelengkan kepalanya, “harapan Beomgyu ga bakal terkabul” kata Beomgyu. “Kenapa gitu?” Tanya Taehyun.

“Beomgyu berharap kalo suatu saat Kai bakal suka sama Beomgyu. Gyu bisa jadi pacar Kai. Tapi taunya, Kai suka sama Somi. Emang sih, Gyu ga sekeren Somi. Tapi tetep sakit ya hehe” kata Beomgyu yang kembali meneteskan air matanya. “Gyu kenapa suka sama Kai? Aku malah baru tau kalo kalian pernah satu project, padahal aku temen deketnya Kai” kata Taehyun.

“Ya itu, karena 1 project itu. Aku ngerasa cocok banget sama Kai, dan dia juga perhatian banget. Setiap latihan selalu bawain makanan, terus ngajarinnya sabar banget. Ditambah lagi, Kai keren kalo lagi main keyboard” kata Beomgyu. “Tapi Kai ternyata sukanya sama Kak Somi” kata Taehyun. “Itu dia hehe.. Abis tampil project itu, Kai didatengin Somi dan ternyata mereka pacaran. Aku langsung patah hati, terus jalan-jalan biar ga sedih. Taunya malah keujanan. Apes banget” kata Beomgyu.

“Oh? Yang kita ketemu di supermarket?” Tanya Taehyun. “Iya. Sebenernya aku bukan keujanan. Tapi sengaja. Biar ga keliatan lagi nangis aja” kata Beomgyu. “Yaampun Gyu..” kata Taehyun. “Aku mau move on. Aku ga mau terpuruk sama perasaan ini. Lagian, Kai ga akan pernah ngeliat aku sebagai orang yang dia cintai. Tapi ngeliat dia secara langsung, tetep aja sedih” kata Beomgyu.

Taehyun memandang langit yang terlihat cerah itu, kemudian ia menatap Beomgyu dengan lekat. “Kalau begitu, aku mau menyampaikan satu permohonan. Ya walaupun aku gatau sih bakal terkabul atau engga. Tapi aku mau kamu denger harapan aku ini” kata Taehyun. “Apa?” Tanya Beomgyu. “Aku mau Choi Beomgyu untuk bahagia. Aku yakin Beomgyu punya senyum yang manis. Aku pengen liat Beomgyu dengan senyuman paling manis ketika Beomgyu bahagia. Bukan senyuman yang pura-pura” kata Taehyun.

“Taehyun...” kata Beomgyu. “Beomgyu harus bahagia. Mungkin bukan sama Kai. Tapi, Taehyun berharap, Beomgyu menemukan orang yang tepat” kata Taehyun. “Terima kasih banyak, Taehyun. Terima kasih buat harapan yang indah” kata Beomgyu sambil tersenyum kecil. Taehyun mengulurkan tangannya pada Beomgyu, namun Beomgyu bingung dengan bahasa tubuh yang diberikan pemuda itu.

“Hari ini, biarkan Taehyun jadi orang yang membahagiakan Beomgyu. Kita lari bersama, jalan bersama dan tersenyum bersama. Jadi, tolong biarkan Taehyun pegang tangan Beomgyu untuk hari ini” kata Taehyun. Beomgyu pun terharu mendengar ucapan Taehyun. “Iya Taehyun. Biarkan hari ini, aku bahagia bersama Taehyun” kata Beomgyu. Beomgyu pun mengenggam erat tangan Taehyun, kemudian keduanya berlarian bersama di taman yang berhiaskan oleh jutaan bintang di langit.


Beberapa hari kemudian, Taehyun menemukan sebotol susu rasa strawberry ketika membuka loker miliknya. Taehyun memang tidak pernah mengunci lokernya, karena ia juga tidak pernah menyimpan barang berharganya disana. Susu strawberry itu tampak dibuat sendiri oleh si pembuatnya.

Taehyun mengambil botol tersebut dan menemukan sebuah surat. Taehyun membuka surat tersebut dan diam-diam ia tersenyum ketika membaca suratnya. “Woy, senyum-senyum sendiri” kata Jisung sambil menepuk bahunya. “Eh halo kak” kata Taehyun. “Dari siapa tuh? Cieee Taehyun punya penggemar” kata Jisung. “Gak lah kak. Tapi, aku tau siapa yang kirim ini” kata Taehyun sambil tersenyum.

Selamat pagi Taehyun. Terima kasih sudah menemaniku waktu aku sedih. Katanya, kamu suka strawberry, jadi aku coba bikin susu ini buat kamu (walaupun aku diomelin temen sekamarku karena bikin lengket dimana-mana). Semoga kamu suka!!

“Kita kapan rapat lagi kak?” Tanya Taehyun. “Eh? Tiba-tiba semangat ikutan rapat” kata Jisung. “Ishh buruan jawab kak” kata Taehyun. “Besok kayanya” kata Jisung. “Okee!!” Kata Taehyun dengan semangat. “Dih? Baru liat ada orang yang semangat buat ikut rapat” kata Jisung sambil menggelengkan kepalanya.

Keesokan harinya, Taehyun berjalan menuju ruang rapat para panitia pentas seni. Taehyun hari itu tidak ada kelas, sehingga dia bisa datang lebih cepat. Ketika ia membuka ruangan rapat, ternyata ada Beomgyu yang berada di dalam ruangan tersebut. “Loh? Taehyun? Cepet banget datengnya” kata Beomgyu.

“Iya nih, aku ga ada kelas. Kamu juga datengnya cepet” kata Taehyun. “Kelasnya dibatalin. Karena gabut, jadi aku kesini aja” kata Beomgyu. “Gyu, susu strawberrynya enak hehe.. Boleh ga kapan-kapan bikinin lagi?” Tanya Taehyun. “Taehyun udah cobain?? Beneran enak??” Tanya Beomgyu. “Iya enak!! Walaupun susunya kebanyakan dikit sih, jadi rasa strawberrynya agak tersamarkan, tapi tetep enak” kata Taehyun.

“Oke deh, kapan-kapan Gyu buatin lagi ya” kata Beomgyu. Taehyun mengangguk, kemudian menengok ke arah Beomgyu yang mengeluarkan penyangga kanvas beserta kanvas yang putih bersih. “Gyu ada tugas ya?” Tanya Taehyun. “Eh? Engga kok. Ini buat pentas seni nanti. Dosenku milih aku buat ngelukis sesuai dengan tema pensi tahun ini” kata Beomgyu dengan semangat. “Wah!! Keren banget kak!!” Kata Taehyun. “Makasih!! Sekarang aku mau coba cari ide sambil nunggu rapat” kata Beomgyu.

“Kamu biasanya gimana buat cari ide?” Tanya Taehyun. “Ga ngapa-ngapain. Aku cuma mandangin kanvas kosong ini aja. Bener-bener cuma diliatin aja gitu. Nanti di otak aku, seolah-olah ada gambar yang nembus ke kanvas ini” kata Beomgyu. “Aduh seniman mah beda ya” kata Taehyun. “Hahaha ya gitu deh. Kalo kamu gimana? Cara cari ide buat nulis lirik” kata Beomgyu. “Biasanya jalan-jalan sih. Ke tempat main, ke pasar, ke supermarket, ke taman, ke kampus. Cari inspirasi dari orang sekitar” kata Taehyun.

“Oalahh keren juga” kata Beomgyu. “Biasa aja hehe” kata Taehyun. Beomgyu kemudian berfokus pada kanvasnya. Taehyun yang tidak mau menganggu Beomgyu pun hanya terdiam dan memperhatikan wajah serius Beomgyu. Entah mengapa, wajah pemuda ini sangat menarik perhatian Taehyun. Pipi yang sedikit gembil, mata yang menggemaskan, dan bibir yang sangat cantik bila sang pemiliknya tersenyum tulus. Rambut panjangnya yang sedikit terkibas terkena pendingin ruangan itu pun menambah kesan tampan yang dimiliki pemuda itu.

Taehyun rasa, ia mulai mencintai pemuda di hadapannya ini. Kegigihannya, bakatnya, juga keterpurukannya, Taehyun sudah mengetahuinya. Taehyun ingin memberikan kebahagiaan pada pemuda ini. Bahkan jika memungkinkan, Taehyun ingin memberikan dunia dan seluruh isinya pada Beomgyu.

Gyu, kayanya Taehyun suka sama kamu. Taehyun sayang sama kamu” kata Taehyun dalam hati sebelum ia memejamkan matanya. Taehyun berniat untuk menuliskan lagu untuk Beomgyu, maka dari itu ia memejamkan matanya untuk membayangkan lirik yang akan ditulisnya.

Di sisi lain, Beomgyu masih berfokus pada kanvas kosong di hadapannya. Tiba-tiba, ia mengingat kejadian beberapa hari lalu. Di malam ketika Beomgyu membuka dirinya pada Taehyun di malam yang indah. Beomgyu ingat bahwa malam itu, setelah ia menangis dan bercerita kepada Taehyun, Taehyun tidak melepaskan tangannya.

Mereka berlari bersama, berteriak bersama, tertawa bersama dan bahkan melihat langit malam bersama. Beomgyu ingin mengenang terus kejadian yang indah itu. Matanya melirik ke arah Taehyun yang memejamkan matanya. Taehyun, seorang pemuda tampan yang dulu tidak dikenalnya, kini perlahan mulai masuk ke dalam kehidupannya.

Beomgyu bersyukur bertemu dengan Taehyun. Walaupun secara tidak sengaja, Beomgyu menikmati waktu dan kebahagiaan yang Taehyun berikan kepadanya. Beomgyu ingin membalas semua hal yang Taehyun lakukan untuk membahagiakannya. “Taehyun, apakah Beomgyu boleh sayang sama kamu? Apa Beomgyu boleh cinta sama Taehyun?” Kata Beomgyu dalam hatinya.

Beomgyu kemudian mengambil pensilnya dan mulai menggoreskan gambar pada kanvas putih itu. Ketika Beomgyu mulai menggambar pada kanvas, detik itu juga ia mendeklarasikan dirinya untuk mencintai pemuda berambut silver itu. Beomgyu akan menutup kisah cinta sepihaknya terhadap Kai dan memulai lembaran baru untuk mencintai Taehyun.

Keduanya asik dengan pikiran mereka masing-masing, bahkan tanpa disadari mereka tetap bersama walaupun rapat pensi dibatalkan.


Hari pensi.

Taehyun bersumpah ia tidak akan mau mengikuti acara seperti ini lagi. Sebagai anggota divisi acara, Taehyun mengurus kesana kemari agar acara pensi dapat dilaksanakan dengan baik. Mengurus performance, mengurus rundown acara, dan lain-lain. Kesibukan ini membuatnya tidak dapat melihat Beomgyu. Padahal sebelumnya, ia sudah berjanji pada pemuda itu untuk melihat hasil lukisannya.

Taehyun dimana??” tanya Soobin dari HT yang dipegangnya. “Backstage kak. Kenapa?” Kata Taehyun. “Tae, jaga di section lukisan aja ya. Di main stage udah ada koor lo. Bantu Hyunjin di section lukisan, dia agak hectic tuh” kata Soobin. “Oke siap kak” kata Taehyun. Taehyun segera berjalan cepat menuju sebuah ruangan indoor yang digunakan sebagai pameran lukisan dari mahasiswa serta dosen seni rupa.

“Kak Hyunjin!!” Panggil Taehyun. “Eh Taehyun, untung banget lo disini. Bantu jadi time keeper dong. Hectic banget sumpah” kata Hyunjin yang langsung memberikan kertas kucel berisi rundown acara di galeri lukisan. “Oke kak” kata Taehyun. “Sambil keliling aja gapapa. Tapi, remind me kalo waktunya abis” kata Hyunjin. “Siap kak” kata Taehyun.

Taehyun pun berkeliling sambil memandangi setiap lukisan yang terpajang. Walaupun tidak sepenuhnya memahami soal lukisan, Taehyun selalu kagum pada pelukis. Menurutnya, para pelukis selalu hebat karena mampu menuangkan perasaannya pada lukisan yang dibuatnya. Taehyun berjalan menuju ruang tengah galeri dan menemukan sebuah lukisan yang ramai dikunjungi orang.

“Ini keren banget sih. Dia lagi menyatakan cinta” kata salah seorang pengunjung. “Romantis banget. Bersyukur punya pacar kaya dia” kata pengunjung yang lain. Taehyun memandang lukisan tersebut. Lukisan tersebut adalah dua tangan yang saling bertaut satu sama lain. Dan latar belakangnya adalah padang rumput serta langit malam yang bertabur bintang.

Di depan lukisan tersebut, terdapat deskripsi yang dituliskan oleh pelukis tersebut. “When I'm sinking alone, you was there. You hold my hand. We're running, screaming and laughing together. That was my happiest moment in my life. I hope, I could hold your hands forever and walking on the flower path with you.

Taehyun sangat tersentuh membaca deskripsi tulisan tersebut. Pelukis itu berhasil menyentuh hati para pengunjung galeri. Pantas saja Hyunjin kewalahan dengan pengunjung yang membludak ini. Taehyun memandang lukisan tersebut dalam diam. Tiba-tiba, ia mengingat kejadian di malam itu. Di malam ketika ia melihat rapuhnya seorang Choi Beomgyu, pemuda yang tidak sengaja ia temui.

Taehyun yang biasanya tidak pernah peduli dengan orang lain, mau duduk dan menemani Beomgyu. Taehyun bahkan mengobrol dan berusaha mengembalikan senyum pemuda itu. Mereka menikmati malam yang indah, dan tidak sekalipun Taehyun melepaskan tangan Beomgyu. Hanya satu kata yang bisa menggambarkan rasanya mengenggam tangan Beomgyu,

Hangat.

Taehyun menyukai perasaan hangat itu.

Taehyun sadar, bahwa ia sebenarnya sudah jatuh pada pesona pemuda itu. Beomgyu orang yang menarik dan Taehyun tidak sanggup untuk mengalihkan pandangannya sejenak dari pemuda itu. Taehyun ingin menyayanginya, dengan sepenuh hatinya.

Taehyun!! Lo dimana?” Sial, suara Hyunjin dari HT membuyarkan pikirannya. “Di tengah aula kak. Kenapa?” Kata Taehyun. “Ke aula belakang dong. Bantuin Beomgyu. Ada lukisan yang mau jatoh katanya. Gue tau lo bukan anak perkap, tapi tolong banget. Gue hectic disini, apalagi katanya rektor mau dateng” kata Hyunjin.

Beomgyu

“Oke kak, meluncur” kata Taehyun. Taehyun segera pergi menuju aula belakang yang tidak terlalu ramai pengunjung seperti di aula depan dan tengah. Mungkin karena aula belakang lebih banyak lukisan abstrak yang hanya dipahami oleh orang-orang seni rupa. “Beomgyu!!” Seru Taehyun ketika melihat pemuda itu sedang menahan sebuah lukisan.

“Taehyun! Untung banget kamu kesini. Tolong bantu pegang dari bawah. Aku mau benerin pemasangannya” kata Beomgyu. Taehyun pun memegang lukisan tersebut dari bawah, sedangkan Beomgyu merapikan instalasi disana agar lukisan tersebut bisa digantung lagi. “Fyuh untung ga jatoh. Kalo jatoh bisa abis aku” kata Beomgyu sambil turun dari tangga. “Untung bisa cepet-cepet dibetulin” kata Taehyun.

“Iya. Eh, kamu kok bisa ada disini?” Tanya Beomgyu. “Disuruh Kak Soobin bantu disini. Katanya disini hectic” kata Taehyun. “Oalah. Udah muter-muter?” Tanya Beomgyu. “Udah liat sekilas. Tadi abis liat lukisan yang ada di tengah aula” kata Taehyun. “Lukisan yang mana?” Tanya Beomgyu. “Itu, yang ada pegangan tangan. Sumpah deh itu lukisan rame banget yang liat. Dan pas aku liat, emang sebagus itu. Perasaan pelukisnya tergambar dengan baik, walaupun tanpa baca deskripsinya” kata Taehyun.

Beomgyu terdiam, ia tentu tau siapa yang melukis itu, karena ia lah yang melukisnya. Beomgyu juga yang menulis deskripsinya dengan harapan orang-orang memahami kebahagiaannya yang dapat bahagia bersama Taehyun. “Taehyun, mau tau ga siapa orang yang jadi inspirasi si pelukis itu?” Tanya Beomgyu. “Ya mau lah. Siapa sih yang jadi inspirasi pelukisnya?” Tanya Taehyun.

Kamu.

Taehyun merasa waktu berhenti sejenak ketika Beomgyu mengatakan hal tersebut. Badannya terasa kaku dan hanya ada satu kata yang terlintas di kepalanya. Kamu, yang berarti, Beomgyu lah pelukisnya. Beomgyu menjadikan dirinya inspirasi dalam melukis. “Aku??” tanya Taehyun yang tidak percaya dengan ucapan Beomgyu.

“Iya, Kang Taehyun. Aku melukis lukisan itu untuk kamu. Aku melukis itu untuk menyatakan perasaanku padamu. Aku bahagia bisa mengenalmu, Taehyun. Kamu adalah inspirasi dan kebahagiaan untukku. Hatiku jatuh kepadamu, Taehyun” kata Beomgyu. Taehyun termenung mendengar pengungkapan dari Beomgyu. Tiba-tiba lidahnya kelu, tidak mampu mengatakan sepotong ucapan apapun.

“Aku sudah tidak peduli lagi dengan Kai. Maksudku, aku sudah menutup kisah cinta sepihakku. Dan aku memutuskan untuk membuka lembaran yang baru untukmu. Orang yang tidak pernah melepaskan genggamannya padaku. Taehyun yang mengulurkan tangannya pertama kali padaku ketika aku terpuruk. Dan aku ingin membagi kebahagiaan juga kesedihanku bersamamu” kata Beomgyu.

Taehyun pun merasakan setetes air mata jatuh pada pipinya. Tangannya bergerak untuk mengenggam tangan Beomgyu, kemudian mengecup punggung tangan itu sekilas. “Beomgyu, sejak hari itu, sejak aku yang menghibur dirimu, aku berencana untuk mengenggam tangan ini. Aku ingin mengenggam tangan ini selamanya. Bolehkan aku mengenggam tangan ini? Bukan hanya hari ini, bukan hanya sampai esok. Tapi sampai selamanya” kata Taehyun.

Beomgyu tersenyum dan Taehyun bersumpah, itu adalah senyuman paling manis dan paling tulus yang pernah Taehyun lihat. “Iya Taehyun. Tolong genggam tangan ini, dan jangan pernah lepaskan” kata Beomgyu. “I will” kata Taehyun.


“Kalo dipikir-pikir, dulu kita cupu juga ya” kata Taehyun pada Beomgyu. “Cupu kenapa?” Tanya Beomgyu. “Ya itu. Padahal udah tau saling bahagia, tapi ga bisa ungkapin. Eh malah ngungkapinnya pas jadi panitia pensi” kata Taehyun. “HAHAHAHA kamu emang nyesel baru nyatain perasaan kamu ke aku pas pensi?” Tanya Beomgyu.

“Ya engga sih. Setiap waktu bersama kamu kan indah ya. Cuma lucu aja gitu. Sampe lama begitu. Padahal udah bahagia bareng-bareng” kata Taehyun. “Hilih gombal terus aja pak. Udah ga mempan saya digombalin” kata Beomgyu sambil menepuk pipi Taehyun.

“Udah ah, yuk jalan lagi. Kita kebanyakan istirahat disini” kata Taehyun yang duduk kemudian berdiri. Angin yang kencang membuat rumput di sekitarnya ikut bergoyang mengikuti arah angin. Taehyun mengenggam tangan Beomgyu dan membantunya untuk bangun. “Kita mau kemana?” Tanya Beomgyu.

“Hm gatau sih. Kita ikutin jalan aja” kata Taehyun. “Iya sih. Kita ikutin aja kemana angin membawa kita. Asal kamu ga lepasin tangan kamu dari aku” kata Beomgyu. “Gak lah. Ga akan aku lepasin tangan ini” kata Taehyun. Beomgyu pun tersenyum kemudian keduanya berjalan bersama di padang rumput yang luas itu. Mereka memutuskan untuk mengenggam tangan satu sama lain dan berjalan bersama. Membiarkan langkah mereka dituntun oleh angin.

. . . . . . . . . . . .


Halooo!!! Ini au tubatu sekaligus au taegyu pertamaku. Terima kasih buat yang udah baca au ini!! Semoga kalian suka dengan au ini, dan semoga aku bisa nulis au perkapalan tubatu lainnya. Have a nice day!!

Siapa tau ada yang mau berkomentar secara anonim 📎 : https://tellonym.me/sunshinecjh

“Kai kaii!!!” Kai yang masih tertidur terpaksa terbangun ketika mendengar suara hyungnya yang membangunkannya. “Kenapa hyunggg??” Tanya Kai. Ia melirik jam di ponselnya dan jam tersebut menunjukan pukul 2 pagi. Sangat bagus, dia bahkan baru tertidur 2 jam.

“Ini Beomie.. Bukan Gyu besal” kata Beomgyu dengan mata bulatnya yang indah. Tiba-tiba Kai kehilangan rasa kantuknya dan langsung terduduk di kasur. “Ini Beomie?” Tanya Kai. “Eung..” kata Beomgyu sambil mengangguk. Kai menggigit bibirnya pelan, bingung bagaimana menghadapi Beomgyu yang saat ini slip. Ia biasanya hanya membantu membuat susu atau menemani main, bukan mengurusnya.

“Beomie umur berapa sekarang?” Tanya Kai. Beomgyu menunjukan ketiga jarinya sambil tersenyum manis pada Kai. Oke, Kai beruntung karena artinya Beomgyu cukup besar untuk meminta dan memahami sesuatu. “Kita ke kamar Yeonjun hyung bagaimana?” Tanya Kai. Beomgyu menggeleng keras hingga rambutnya bergerak. Menggemaskan!!

“Beomie tadi dali kamal Junie yung, tapi kothong” kata Beomgyu. “Yaudah, Beomie mau apa?” Tanya Kai. “Beomie au mam. Lapall” kata Beomgyu. “Yaudah, ayo kita cek kamar Taehyun dulu ya” kata Kai. Beomgyu menahan Kai dengan menarik piyama yang dipakai Kai. Ingatkan dirinya untuk tidak kesal karena di hadapannya saat ini adalah hyungnya yang sedang menghadapi stress berat.

“Beomie au pingu” kata Beomgyu. Kai segera membuka laci nakasnya dan mengeluarkan pacifier berwarna biru dan bergambar penguin kepada Beomgyu. Beomgyu membuka tutupnya dan mengemut pacifier itu dengan senang. “Yuk kita panggil Taehyun” kata Kai. Beomgyu pun turun dari kasur Kai dan menggandeng tangan Kai.

Kai membuka pintu kamar Taehyun dan terlihat si empunya kamar juga sudah terlelap. “Tyunn!!” Seru Beomgyu. Taehyun langsung bangun dari kasurnya menyebabkan ia merasakan kepalanya berputar. “Bagaimana rasanya tiba-tiba dibangunin?” Tanya Kai. “Pusing banget” kata Taehyun. “Tyun!!! Ini Beomie” kata Beomgyu sambil menunjuk dirinya sendiri.

“Beomie kenapa belum bobo?” Tanya Taehyun dengan lembut. “Beomie lapall” kata Beomgyu. “Tolong bikinin makanan dong, Tae. Kasian pasti hyung laper” kata Kai. “Makanan apa ya...” kata Taehyun. “Itu aja, katsu. Tinggal goreng kan?” Kata Kai. “Oh iya boleh deh” kata Taehyun. Ketika dua adiknya sedang berdiskusi, Beomgyu hanya memperhatikan keduanya dengan mata bulatnya yang jernih.

“Ayo kita ke ruang makan” kata Kai. “Up up!!” Kata Beomgyu sambil mengangkat tangannya, meminta Kai menggendongnya. “Kamu nih manja bangett” kata Kai sambil mencubit hidung Beomgyu main-main. Kai menggendongnya kemudian mengikuti langkah Taehyun menuju dapur. Beomgyu mengalungkan tangannya di leher Kai dengan erat. Mulutnya tetap bergerak aktif dalam mengemut pacifier kesayangannya.

“Anak-anak udah tidur lah pasti, Bin..” Suara Yeonjun terdengar dari depan pintu dorm mereka. “Tuh Yeonjun hyung sama Soobin hyung pulang” kata Kai sambil menunjuk pintu dorm. Pintu dorm pun terbuka dan terlihat Yeonjun dan Soobin yang melepas sepatu mereka. “Taehyun? Kamu belum tidur?” Tanya Yeonjun dari pintu. “Mending hyung kesini dan liat biang kerok yang bikin aku malem-malem goreng ayam” kata Taehyun.

Soobin yang sudah lebih dahulu melepas sepatunya, segera berlari masuk ke dalam dorm. Seketika ia tersenyum ketika melihat Kai yang menggendong Beomgyu. “Ternyata, ada bayi yang laper ya” kata Soobin. “Bin bin yung!!” Panggil Beomgyu dengan semangat. “Ada apa, ada apa?” Tanya Yeonjun. “Junie yung!!” Seru Beomgyu. “Oalahh ada anak kecil ternyata” kata Yeonjun. “Tadi dia ke kamar hyung, tapi karena kosong, jadi dia ke kamarku” kata Kai.

“Beomie cari hyung ya?? Maaf ya, hyung masih kerja tadi” kata Yeonjun sambil mengelus rambut Beomgyu. “Eung!! Nda papa. Beomie bitha dithini thama Kai, thama Tyun” kata Beomgyu. “Beomie, ini katsunya udah jadi” kata Taehyun. “Yeyyy!!!” Kata Beomgyu dengan senang. Kai mendudukan Beomgyu di kursi makan, sedangkan Taehyun memotong-motong ayam tersebut agar lebih mudah dimakan.

“Beomie udah bisa pake sumpit kan?” Tanya Taehyun. “Bitha, tapi mau dituapin thama Binbin yung” kata Beomgyu. “Aduhh lagi manja ya” kata Soobin sambil mengusak rambut Beomgyu. “Sini pacinya kasih hyung” kata Yeonjun. “Pingu!!!” Kata Beomgyu dengan wajah yang menurutnya seram. Namun, Yeonjun hanya tertawa melihatnya. “Iya iya maaf, Pingu ya namanya” kata Yeonjun.

Beomgyu melepas pacifiernya dan menyimpannya di tangan Yeonjun. “Aku ambil tutupnya dulu hyung” kata Kai yang masuk ke kamar kemudian kembali membawa tutup pacifier. Soobin mengambil sepotong katsu tersebut dan menyuapkannya ke dalam mulut Beomgyu. Beomgyu dengan gembira mengemutnya kemudian mengunyahnya pelan-pelan. “Enak??” Tanya Soobin. “Eung!!” Angguk Beomgyu. “Bilang apa dong sama Tyun?” Tanya Soobin. “Maacih Tyunnn” kata Beomgyu.

Soobin tersenyum gemas melihat pipi Beomgyu yang menggembung karena mengunyah makanan. Beomgyu punya kebiasaan untuk mengemut makanannya dan mereka melihat hal itu sebagai sesuatu yang menggemaskan. “Lucunyaa” kata Taehyun. “Kalian ga tidur lagi?? Pasti baru tidur bentar kan” kata Yeonjun. “Gapapa hyung ditinggalin sama bayi? Berdua aja?” Tanya Kai memastikan. “Hey, sebelumnya aku pernah mengurus dia sendirian” kata Yeonjun.

“AHAHAHAHAA aku lupa kalau hyung adalah caregiver pertama Beomgyu hyung” kata Kai. “Pasti kamu panik ya tiba-tiba dibangunin?” Tanya Yeonjun. “Iya hyung.. Apalagi kalo umurnya di bawah 3 tahun, takut ngompol kan. Untuk ga slip di bawah itu” kata Kai. “Yaudah kalian tidur aja. Beomie bentar lagi kayanya tidur, matanya udah berat soalnya” kata Soobin sambil menunjuk Beomgyu yang mulai lambat dalam mengunyah karena mengantuk.

“Oke deh” kata Kai. “Sisa katsunya aku simpen di microwave ya. Takutnya besok pagi dia masih slip dan mau makan katsu lagi” kata Yeonjun. “Siap hyung.. kita masuk kamar duluan ya.. Dadah Beomie” kata Taehyun. “Dadah adek kecilll” kata Kai. “Dadahhh..” kata Beomgyu pelan. Ia sangat mengantuk saat ini. “Lucunya.. Yuk bobo sama hyung” kata Yeonjun. Beomgyu mengalungkan tangannya di leher Yeonjun dan membiarkan Yeonjun menggendongnya. “Au pingu..” kata Beomgyu. “Minum dulu ya??” Kata Soobin.

Soobin mengambil air minum menggunakan botol susu milik Beomgyu. “Ayo minum dulu” kata Soobin sambil mendekatkan dot botol tersebut pada bibir Beomgyu. Merasakan ada dot di mulutnya, Beomgyu langsung membuka mulutnya dan meminum air putih tersebut. “Pinter.. Beomie pinter” kata Yeonjun sambil menciumi kepala Beomgyu. Tidak berapa lama, Beomgyu melepas dot tersebut. Yeonjun pun memberikan pacifier bergambar penguin tadi dan Beomgyu mengemutnya. Matanya langsung tertutup ketika ia menyandar pada tubuh Yeonjun.

“Aku masuk duluan ya Bin. Kasian Gyu pasti cape banget” kata Yeonjun. “Iya hyung masuk kamar aja. Nanti aku yang beresin” kata Soobin. Soobin mengelus rambut Beomgyu kemudian mengecupnya. “Selamat tidur, anak manis” kata Soobin. Yeonjun kemudian menggendong Beomgyu menuju kamarnya. Ia menidurkan Beomgyu di kasurnya, kemudian mengambil selimut berwarna pink yang memiliki gambar beruang untuk Beomgyu.

Selimut itu adalah barang pertama yang Yeonjun beli untuk Beomgyu ketika ia pertama kali bercerita bahwa ia adalah seorang little. Yeonjun bersedia menjadi caregiver pertama Beomgyu dan selimut ini menjadi buktinya. Ketika Beomgyu slip ke usia yang lebih kecil, ia akan merengek jika tidak menemukan selimut itu bersamanya. “Selamat bobo, adek.. Hyung dan adek yang lain juga sayang sama Gyu” kata Yeonjun sebelum ikut terlelap bersama Beomgyu.

Taehyun merasakan jantungnya berdegub dengan kencang ketika Beomgyu memintanya untuk bertemu. “Lo rapat hari ini?” Tanya Jay, teman sekelasnya. “Gak, mau ketemu gebetan” kata Taehyun dengan cepat. “EH KANGTAE, MAU KEMANA?” Tanya Jay. “BELI MINUM. LO BALIK DULUAN AJA YA” seru Taehyun sambil berlari ke kantin untuk membeli minuman.

Taehyun membeli segelas americano dan latte untuknya. Ia berjalan menuju taman belakang FIB dan menemukan Beomgyu dengan dua wanita dan satu pria yang tidak dikenalnya. “Gyu” panggil Taehyun. Beomgyu menengok kepada Taehyun. “Eh Tae. Sebentar ya, rapat JFW bentar” kata Beomgyu. “Muka dia kok familiar ya?” Kata salah satu wanita yang paling pendek di antara ketiganya.

“Dia? Vocalist sama frontman Blue Hour tau” kata Beomgyu. “WAH BENERAN???” Tanya wanita yang lain. “Iya, seangkatan lo tau. Tae, kenalin ini Nako, Yeojin, Sungchan. Staff gue di JFW” kata Beomgyu. “Oh.. Halo, gue Taehyun. Sastra Inggris 20” kata Taehyun memperkenalkan dirinya. “Halo Taehyun, salam kenal. Kita staffnya Beomgyu buat JFW nanti” kata Sungchan.

“Sorry kalo gue ganggu. Ini gue pergi aja ya?” Kata Taehyun. “Gapapa, lo disini aja. Kita udah mau selesai lagian” kata Nako. “Iyaa sabar ya” kata Beomgyu. Taehyun pun mengangguk dan duduk di kursi kosong samping Beomgyu. Taehyun selalu senang memandang wajah serius Beomgyu dalam mode panitia. Ia akan serius dan memikirkan segala kemungkinan dengan baik.

“Jadi stagenya kita pake balon aja ya kak di bagian atas. Sama ada tulisan JFW pake kayu” kata Yeojin. “Iya. Nanti dokumentasi pake kamera gue aja. Sama paling pinjem punya Kak Yeonjun” kata Beomgyu. “Dokum cukup 2 kamera?” Tanya Yeojin. “Engga sebenernya. Tapi ka Seungmin katanya mau bantu volunteer. Angkatan 18 ga dibolehin jadi panitia sebenernya, kecuali kak Chaewon. Makanya pada jadi volunteer aja” kata Beomgyu. “Yaudah 3 cukup lah ya. Nanti gue chat Chan senpai, doi mau volunteeran ga. Doi kan punya drone” kata Sungchan. “Sip sip. Thanks ya semua. Kita ketemuan nanti lagi” kata Beomgyu.

Setelah ketiga staffnya pulang, Taehyun pun menyodorkan americano di depan wajah Beomgyu. “Penyemangat” kata Taehyun. Beomgyu terkejut kemudian tersenyum dan mengambil kopi tersebut. “Thanks” kata Beomgyu. Taehyun tersenyum kemudian mulai meminum minumannya. Keduanya berdiam diri satu sama lain.

“Kak.. Maaf” kata Taehyun. Beomgyu pun meletakan minumannya di sampingnya dan menunduk. “Kak..” kata Taehyun sambil mengenggam tangan Beomgyu. “Taehyun... Lo tuh bangsat tau ga??? Lo dorong gue, lo bikin kaki gue harus dioperasi, dan sempet-sempetnya lo bilang kangen??? MUKA LO DIMANA TAEHYUNN???” seru Beomgyu sambil menangis dan mendorong-dorong bahu Taehyun.

“Kak, I'm really sorry. Gue bener-bener nyesel kak. Gue bego banget emang ngelakuin itu sama orang yang paling gue sayang setelah orangtua gue” kata Taehyun sambil menahan tangisannya. Taehyun tidak bisa menahan air matanya ketika ia melihat orang yang dicintainya menangis dengan keras.

“It was my fault. Gue yang minum karena cari pelarian, gue yang dorong lo. Itu kesalahan gue. Gue cuma mau minta maaf sama lo. Gue kangen ngobrol sama lo” kata Taehyun. Beomgyu semakin mengeraskan tangisannya dan Taehyun hanya bisa mengelus genggaman tangan Beomgyu. “Kak.. Maafin gue ya?” Tanya Taehyun.

“Taehyun, Beoms”

Taehyun mengangkat kepalanya dan mendapati Soobin yang datang ke taman. “Kak Soobin” panggil Taehyun. Soobin mendekati keduanya dan menepuk bahu Taehyun. “Hey, adek.. Ini kak Soobie” kata Soobin sambil mengelus wajah Beomgyu. Beomgyu mengangkat kepalanya dan langsung memeluk pinggang Soobin yang berdiri. Ia menangis sambil menenggelamkan kepalanya pada perut Soobin.

“Kita pulang ya?” Ajak Soobin. Beomgyu mengangguk dan menghapus air matanya. “Taehyun, tolong bawa tasnya Beomgyu ya” kata Soobin. “Oke ka” kata Taehyun sambil membawa tas Beomgyu. Soobin tersenyum padanya, kemudian ia membantu Beomgyu untuk berdiri dan menuntunnya untuk berjalan menuju mobil. “Kakak ada di rumah?” Tanya Beomgyu. “Ga ada, dia lagi ke kantor. Mau ditelepon?” Tanya Soobin.

Beomgyu menggelengkan kepalanya. “Jangan. Kakak jangan sampe tau” kata Beomgyu lirih. “Iya.. Yuk pulang” kata Soobin. Sampai di mobil, Soobin membantu Beomgyu untuk meluruskan kakinya di jok tengah. Taehyun juga berjalan menuju pintu di samping pengemudi dan duduk. Soobin melihat Beomgyu perlahan terlelap, bahkan ketika ia belum melajukan mobilnya.

“Kasian, kecapean dia tuh pasti” kata Soobin. “Bentar lagi JFW soalnya” kata Taehyun. “By the way, aku tau masalah kamu sama Beomgyu” kata Soobin. “Kakak tau?” Tanya Taehyun. “Iya aku tau. Beomgyu mana berani langsung cerita ke Ka Yeonjun. Dia pasti cerita ke aku dulu” kata Soobin. “Kakak ga mau marah ke aku?” tanya Taehyun. “Tyun, kakak kesel sama kamu, kakak marah sama kamu. Tapi, kakak ga bisa apa-apa.

Soalnya ini masalah antara kamu dan Beomgyu. Kakak ga bisa ikut campur, sekalipun kakak adalah pacarnya Ka Yeonjun. Dan lagian, kakak tau, Beomgyu udah maafin kamu. Cuma, dia ga siap untuk bilang langsung ke kamu. Masa dia aja maafin kamu, tapi kakak engga?” Kata Soobin sambil mengusak rambut Taehyun.

“Otak ini, lain kali harus lebih banyak memikirkan pertimbangan ya. Jangan main nyamber” kata Soobin. “Iya kak” kata Taehyun. “Jangan maksain Beomgyu juga. Dia masih memproses semuanya” kata Soobin sambil tersenyum.

Soobin menggelengkan kepalanya melihat Yeonjun dan Beomgyu yang menjahili satu sama lain. Soobin tidak cemburu, untuk apa lagian. Beomgyu kan adik sepupunya Yeonjun, untuk apa Yeonjun memacarinya?

“Kak, pacar lo nih gangguin gue mulu” kata Beomgyu. “Gue gemes sama lo tau ga?” Kata Yeonjun. “Lo kapan buka gips, Gyu?” Tanya Soobin. “Kalo ga ada halangan tiga bulan lagi. DOAIN PLIS, BIAR GUE BISA LOMPAT2 DI PANGGUNG” kata Beomgyu. “Kalo baru sembuh dilarang lompat-lompat” kata Soobin. Kemudian, terlihat Kai dan Taehyun yang turun dari lantai dua. “Eh udah ngumpul nih, yuk serius” kata Soobin.

“Kak, tukeran duduk” Kata Beomgyu. Yeonjun pun berdiri dan membiarkan adik sepupunya untuk duduk di pinggir dan dirinya yang duduk di tengah. Taehyun mendudukan dirinya di samping Yeonjun dan Kai yang duduk di lantai berhadapan dengan Soobin.

“Tema tahun ini apa Gyu?” Tanya Soobin. “Temanya Japan Rock Festival. Jadi, kayanya kita bawa lagu-lagu rock aja sih” kata Beomgyu. “Hoo oke. Kita dikasih berapa menit??” Tanya Soobin. “Oh iya, PJ Blue Hour, si Jake, bentar lagi juga dateng. Gue undang dia buat ikut rapat” kata Beomgyu.

Tiba-tiba terdengar suara deru motor asing memasuki halaman rumah kontrakan mereka. “Permisi!! Kakak cakep!!” Seru Jake dari luar rumah. “Jakeyy!! Masuk aja ga dikunci kok” kata Beomgyu. “Permisi” kata Jake saat ia membuka pintu rumah tersebut. “Kenalin, ini Jake. Sasjep angkatan 2020. Dia PJ Blue Hour” kata Beomgyu.

“Hei Jake. Kenalin, gue Yeonjun, sasjep angkatan 2017, baru lulus kemaren ini. Ini Soobin, saskor 2018. Terus ini Taehyun, sasing 2020 sama Kai sasjer 2020” kata Yeonjun. “Halo, gue Jake, sasjep angkatan 2020. Gue PJ Blue Hour buat Japan Festivale tahun ini” kata Jake. “Ka Yeonjun ikut volunteeran tahun ini juga Jake. Barangkali nanti pas hari H lo nyariin dia” kata Beomgyu.

“Gue volunteer di perkap bagian FOH” kata Yeonjun. “Tah, cari di FOH aja” kata Beomgyu. “Siap. Eh btw, lo ga di Keamanan lagi ka? Ka Heeseung cerita lu biasanya ngider di keamanan” kata Jake. “Ka Chaewon mindahin gue seenak jidat” kata Beomgyu. “Dia mikirin kaki lo ga sih?” Kata Soobin. “Iya karena ini juga” kata Beomgyu sambil nunjuk kakinya.

“Terus lo di panggung gimana? Kerjaan pubdekdok gimana?” Tanya Jake. “Kalem kalem. Tiga bulan lagi gue lepas gips. Paling gue pake kursi. Kerjaan pubdekdok ada Sungchan yang tinggi” kata Beomgyu. “Eh ini kapan mulainya??” Tanya Soobin. “Eh maap keasikan ngobrol” kata Beomgyu. “Oke jadi Jake, tolong dikasih tau, kita dapet berapa lama?” Tanya Soobin. “Kita dapet sekitar 15 menit ka. Jadi, kira-kira 3 lagu” kata Jake.

“Oke, mau nyanyi lagu apa? Ada saran?” Tanya Soobin. “Gue boleh request ga?” Tanya Taehyun. “Of course. Lo anggota kita” kata Soobin. “Gue mau saran lagu One Ok Rock judulnya Pierce” kata Taehyun. “Itu lagu galau ga sih?” Tanya Kai. “Iya, buat awal-awal. Biar ke belaka g baru hype gitu. Mellow di awal” kata Taehyun. “Kita simpen dulu ya. Yang lain?” Kata Soobin. “Gue dong ka!! Nih ada judulnya If apa sih huruf apa ini?? Gue ga bisa baca huruf Jepang” kata Kai sambil menunjukan ponselnya pada Yeonjun.

“If Mata Aetara, artinya If We Meet Again. Kayanya bagus deh” kata Yeonjun. “Tapi ada rapnya. Siapa yang bisa rap?” tanya Taehyun sambil mendengarkan lagu yang diputar oleh Kai. “Yeonjun aja. Yeonjun bisa ngerap” kata Soobin. “Lo bisa rap kak?” Tanya Beomgyu. “E-Eh jangan dong.. Gue gugup” kata Yeonjun. “Yaudah kita keep dulu aja” kata Soobin.

“Satu lagi apa ya..” kata Kai. “Lo ga mau request lagu?” Tanya Yeonjun pada Beomgyu. “Pengen sih” kata Beomgyu. “Udah kepikiran?” Tanya Yeonjun. “Lo tau ost Kimi no Nawa ga??” Tanya Beomgyu. “Duh lo kali ngajak berantem jangan disini. Ostnya banyak” kata Yeonjun. “Hayo jangan berantem” kata Soobin.

“Itu loh yang Zen Zen Zense” kata Beomgyu. “Ohh boleh tuh. Gue juga demen sama lagu yang itu” kata Yeonjun. “Aduh!! Zen Zen Zense!!” kata Jake dengan semangat. “Gue ga tau sih lagunya kaya gimana, tapi nanti kita coba latihan” kata Kai. “Gue pengen request tuker posisi pas nyanyi lagu ini” kata Beomgyu tiba-tiba. “Hah?” Tanya Soobin memastikan.

“Maksudnya di lagu ketiga ini, lo mau jadi frontman?” Tanya Yeonjun. “Iya. Boleh ga?” Tanya Beomgyu. “Gue ga masalah” kata Taehyun. “Bulol anjir” kata Kai. “Shut diam” kata Taehyun sambil membekap mulut Kai. “Yaudah nanti Taehyun bantu back up gitar aja ya? Pas Beomgyu nyanyi” kata Soobin. “Siap” kata Taehyun.

“Oke jadi keputusannya kalian bakal tampil 3 lagu ya. Gue bakal infoin tanggalan check sound” kata Jake. “Thanks Jakey” kata Beomgyu. “Sama-sama Ka. Gue balik dulu ya” kata Jake. “Eh geprek lo belum” kata Beomgyu. “Ih beneran?? Jadi enak kak hehe” kata Jake. “Lo beli sendiri ya gepreknya. Gue tf ke lo” kata Beomgyu sambil membuka aplikasi mobile banking dan mengirimkan sejumlah uang kepada Jake. “Tuh, beli makan ya” kata Beomgyu. “Thanks ka Gyu!!! Thanks semua” kata Jake sambil keluar dari kontrakan tersebut

Jongho keluar dari ruang latihan vocal dan berjalan menuju dapur yang berada di agensinya. “Huftt cape banget” kata Jongho. “Adekkk!! Udah makan belum??” Tanya San ketika melihat Jongho yang masuk ke dapur.

“Hai hyung. Aku makannya nanti aja deh, belum masuk jam makan, mau minum aja” kata Jongho. “Tuh, di kulkas ada kopi botolan gitu. Ambil aja” kata San. “Oke, makasih!!” Kata Jongho. San pun beranjak keluar dapur, sedangkan Jongho bergerak untuk membuka kulkas. “Oh ini kali ya minumannya?” Tanya Jongho sambil mengangkat satu botol minuman berwarna hitam pekat tanpa merek.

“Ini kopi bukan sih? Keliatannya kaya kopi sih” kata Jongho. Jongho membuka tutup botol tersebut dan meminumnya. “Huek manis banget” kata Jongho yang merasa mual setelah meminumnya. “Siapa yang ngide ciptain minuman manis kaya gini sih? Ada-ada aja” kata Jongho sambil meletakan botol tersebut di meja makan.

Tiba-tiba, Jongho merasa kepalanya sangat pusing. “Duh efek kebanyakan minum manis jadi pusing” kata Jongho sambil memegang kepalanya. Jongho merasa pandangannya meredup dan ia pun pingsan di dapur.


“Ayo kita latihan lagi. Udah lama ga latihan Pirate King, jadi kita agak lama ya latihannya” kata Hongjoong. “Siap hyung” kata Wooyoung dengan semangat. “Eh, sorry sorry aku telat” kata Mingi yang berlari masuk ke ruangan latihan. “Abis darimana Gi?” Tanya Yeosang. “Abis nyetor lagu. Harusnya besok sih, tapi takut lupa jadi aku setor sekarang aja” kata Mingi.

“Oh ya, ingetin aku ya Gi, mau ngeremix lagu ntar malem” kata Hongjoong. “Oke hyung” kata Mingi. “Yuk kita mulai sekarang” kata Hongjoong. “Ehh tunggu!!!” Kata Seonghwa yang tiba-tiba berteriak. “Kenapa lagi Hwa??” Tanya Hongjoong. “Hyung lupa gerakan Pirate King?? Aku bisa bantu ingetin nanti” kata Yeosang.

“Bukan bukan itu. Kalian sadar ga sih kita bertujuh doang??” Kata Seonghwa. “OH IYA, DIMANA ADEK AKU YANG GEMOY ITU??” Tanya San dengan suara yang melengking. “Gausah teriak heh gunung” kata Yunho. “Jongho udah gede, Hwa. Pasti dia bisa jaga diri sendiri” kata Hongjoong. “Mungkin Jongho sakit perut kali ya?” Kata Wooyoung dengan pikiran positifnya.

“Tadi siapa yang ketemu Jongho terakhir kali?” Tanya Yunho. “Aku. Aku ketemu dia di dapur” kata San. “Masuk akal sih. Siapa tau dia salah makan” kata Yeosang. “Tapi kok aku ngerasa ga tenang ya” kata Seonghwa dengan gelisah. “Atau ga gini deh hyung. Kita latihan Pirate King dulu sekali. Kalau sampe lagunya selesai, terus Jongho belum balik, kita cari” kata Yunho. “Boleh tuh saran Yunho. Gimana Hwa?” Kata Hongjoong.

“Oke. Sekali aja ya?” Tanya Seonghwa. “Iya sekali” kata Hongjoong. Seonghwa pun mengangguk dan Hongjoong memutar lagu Pirate King. Namun, kecurigaan Seonghwa semakin besar ketika Jongho tidak muncul bahkan hingga lagu selesai diputar. “Udah kan?” Tanya Seonghwa. “Iya udah. Ayo cari Jongho” kata Hongjoong.

“Aku cari ke toilet ya” kata Mingi. “Aku ikut Gi!!” Seru Yeosang dan berlari bersama Mingi. “Aku sama Yunho coba ke gym” kata Wooyoung. “Yaudah, aku sama San coba cari ke ruang latihan vocal” kata Hongjoong. “Oke, aku ke dapur ya” kata Seonghwa. Kelima orang itu pun segera memisahkan diri.

Seonghwa segera beranjak menuju dapur. Ia terlalu khawatir, sampai menggunakan tangga untuk pergi ke dapur daripada menggunakan lift. “Jongho.. Jongho..” panggil Seonghwa. Tidak ada respon. Seonghwa tau harusnya ia tidak panik mengingat Jongho sudah dewasa, tetapi entah mengapa hatinya saat ini sangat gelisah.

Sesampainya di dapur, Seonghwa melihat sebuah sweater abu bersama celana olahraga dengan warna senada berada di lantai dapur. Seonghwa ingat, bahwa itu adalah pakaian yang digunakan Jongho tadi pagi. Seonghwa memutuskan untuk mendekatinya dan terkejut melihat adanya anak kecil yang menggunakan pakaian tersebut.

Anak kecil tersebut kira-kira berusia 2 atau 3 tahun. Badannya tersangkut di dalam pakaian, jadi hanya kepalanya yang terlihat. Anak itu berusaha untuk melepaskan pakaian yang sangat besar untuknya. “Halooo, kamu siapa?? Kok ada disini??” Tanya Seonghwa dengan lembut.

Anak kecil itu pun memandang mata Seonghwa dan Seonghwa terkejut. Anak yang di hadapannya ini adalah Jongho!! “Hwa hyuniee?” Panggil anak tersebut. “Iya, sayang. Ini Jongho ya?” Tanya Seonghwa dengan lembut. Anak tersebut mengangguk dan tersenyum dengan memamerkan gigi kecilnya kepada Seonghwa. “Hoho kenapa bisa pake baju yang besar?” Tanya Seonghwa.

“Nda tawuu.. Tathi, Hoho haus, telus minum itu” kata Jongho dengan bahasanya yang cadel. Seonghwa memperhatikan telunjuk Jongho dan menemukan satu botol minuman yang tadi diminum oleh Jongho. “Hyunie..” panggil Jongho. “Iya?? Kenapa?” Tanya Seonghwa. “Hoho au pipithh” kata Jongho. “Oke, hyung temenin ya. Abis itu kita cari hyung yang lain” kata Seonghwa.

“Othee” kata Jongho. Seonghwa pun melepaskan pakaian yang terlalu besar itu dari tubuh Jongho yang mengecil. Terlalu banyak pertanyaan yang muncul di kepala Seonghwa, tapi ia tidak boleh panik di hadapan Jongho. Jongho dibedong seadanya agar ia tidak kedinginan karena telanjang dan Seonghwa membawanya ke toilet. Selain itu, Seonghwa juga harus berpikir bagaimana menjelaskan perubahan Jongho kepada adik-adiknya yang lain.

“Hyunggggg!!!!” Teriak Jongho ketika ia berjalan masuk ke dapur yang berada di gedung agensi. “Jangan teriak-teriak adek. Kamu udah sarapan?” Tanya Seonghwa yang sedang menghangatkan nasi di dalam microwave.

“Udah!! Tadi Wooyoung hyung bikin sandwich tuna” kata Jongho. “Terus kamu ke dapur ngapain??” Tanya Seonghwa. “Hyung liat cowoku ga?” Tanya Jongho. “Yeosang di gym daritadi. Nih bawain isotonik ke dia” kata Seonghwa sambil membuka kulkas dan memberikan sebotol minuman isotonik kepada Jongho.

“Okeyy” kata Jongho. Jongho segera beranjak ke gym center dari agensi mereka. “Hyunggg” panggil Jongho. “Hey sayang. Sini” kata Yeosang. Yeosang yang tadi sedang menggunakan alat pull-up segera turun dan menghampiri Jongho. “Basah banget kamu hyung” kata Jongho sambil mengelap dahi Yeosang. “Jorok, ho. Sini aku elap pake handuk” kata Yeosang sambil mengambil handuknya dan mengelap tangan Jongho yang kotor karena keringatnya.

“Hyung bangun pagi-pagi banget. Aku ga dapet morning kiss” kata Jongho. “Maaf ya.. Aku lagi diet soalnya, jadi harus olahraga buat bentuk tubuh” kata Yeosang. “Ini minuman buat hyung. Aku bantu elap keringetnya” kata Jongho. Yeosang pun menarik tangan Jongho ke kursi di dalam gym.

Jongho mengambil handuk di tangan Yeosang dan mengelap keringat di wajah Yeosang. Sedangkan Yeosang sendiri membuka minuman isotonik yang dibawakan Jongho dan meminumnya. “Kamu udah sarapan?” Tanya Yeosang. “Udah. Wooyoung hyung bikin sandwich tadi” kata Jongho. “Yaudah hyung mandi dulu ya. Abis itu kita ke studio vocal buat latihan” kata Yeosang.

“Okey hyung” kata Jongho. Yeosang pun mengecup dahi Jongho dan Jongho membalasnya dengan kecupan di pipi Yeosang. “Udah sana mandi dulu” kata Jongho sambil mendorong Yeosang. “Tungguin yaa” kata Yeosang. “Siap hyung!!” Kata Jongho.

“Enak ga pancakenya?” Tanya Jongho pada Mingi yang terlihat lahap dalam memakan sarapannya itu. “Enak! Nanti aku mau beli lagi” kata Mingi. “Maaf ya, harusnya kamu bisa liburan hari ini, jadi ngurusin aku” kata Jongho.

“Gapapa ka, kan aku emang ada disini buat bantuin ka Jongho” kata Mingi. “Aku udah baik-baik aja kok. Besok aku juga harus rapat buat pembukaan store” kata Jongho. “Kalo gitu, kakak hari ini istirahat aja. Aku beliin bubur nanti” kata Mingi. “Kan ada room service” kata Jongho dengan bingung.

Mingi pun terdiam, lagi-lagi ia lupa bahwa orang ini adalah orang yang memiliki uang berlebih. “Aku dikasih tau tempat beli bubur yang enak sama ka Sky” kata Mingi. “Kalian jadi bestie ya sekarang” kata Jongho kemudian terkekeh. “Hehehe ka Sky bilang aku bakalan sering chat dia buat nanya-nanya kakak. Kan aku disini buat bikin kakak bahagia, jadi aku harus tau dong keseharian kakak” kata Mingi.

Jongho pun tersenyum kemudian terdiam. Tangannya bergerak untuk menusuk buah dengan garpu kemudian memakannya. “Jangan terlalu dekat dengan Sky” kata Jongho. “Eh? Kenapa ka?” Tanya Mingi. “Aku ga mau ditinggal lagi” kata Jongho. Mingi pun bingung dengan perubahan suasana hati Jongho, namun ia hanya tersenyum dengan maklum.

Can I hug you?” Tanya Mingi. “Sure. Please” kata Jongho sambil merentangkan tangannya. Mingi segera bergabung di kasur dan memeluk Jongho dengan erat. Jongho pun menenggelamkan kepalanya pada dada Mingi. “Please don't leave me.. Aku ga punya siapa-siapa lagi” kata Jongho sambil meremas pakaian Mingi.

“Iya ka. I'm here” kata Mingi. Mingi mengelus lengan Jongho agar Jongho merasa tenang dan bersiap untuk istirahat kembali. Mingi ingin bertanya maksud pertanyaan Jongho, tapi, Mingi menahan rasa keingintahuannya karena keadaan Jongho. “Ayo ka, aku bantu kakak ke kamar” kata Mingi.

Mingi menyingkirkan selimut yang membungkus kaki Jongho dan membantu Jongho untuk berdiri di atas kakinya sendiri. Mingi menuntun Jongho untuk masuk ke kamarnya dan bahkan membantu Jongho untuk merebahkan dirinya di kasur. “Don't you curious about me?” Tanya Jongho.

“Aku penasaran, tapi kesehatan kakak lebih penting” kata Mingi sambil merapikan selimut agar menutupi tubuh Jongho dan membuat Jongho nyaman. “Papaku meninggal waktu aku masih sekolah. Dan mamaku nikah lagi sama duda. Duda itu punya anak dan mama lupa sama aku” kata Jongho sambil memandang langit-langit kamarnya.

I'm sorry to hear that” kata Mingi dengan tulus. “Aku tidak ada masalah dengan saudara tiriku, yang ku permasalahkan adalah orang itu” kata Jongho. “Enough ka. Sekarang kakak harus istirahat” kata Mingi. Jongho pun memejamkan matanya dan Mingi terduduk di ujung kasur memastikan Jongho terlelap.

Tidak berapa lama Mingi mendengar suara dengkuran halus dari Jongho yang menandakan bahwa Jongho sudah tertidur dengan tenang. “Rest well, ka. Mingi ga bakal ninggalin kakak. Mingi bakal ada disini sampai kakak minta Mingi untuk pergi” kata Mingi sambil mengelus rambut Jongho dan meninggalkan kamar Jongho.