CHAPTER 10
PLOT TWIST
Hyunjin berkunjung ke rumah sakit tempat Seungmin di rawat. Ia pergi sendiri. Tentu saja, lagian dia mau ngajak siapa?
Hyunjin masuk setelah Seungmin memperbolehkannya masuk. Bisa dilihat, kepala Seungmin yang diperban.
“Bagaimana kepalamu?” tanya Hyunjin. “Sudah lebih baik. Dokter juga bilang tidak ada kerusakan saraf di otakku” kata Seungmin.
“Baguslah. Eh, bisa kamu ceritakan, bagaimana bisa kamu kelempar tutup panci itu?” tanya Hyunjin.
“Aku mau masak mie. Eric bilang dia laper. Terus, aku sama dia turun ke dapur. Waktu aku nyalain kompor, tutup panci itu tiba-tiba jatoh. Aku ga inget apa-apa lagi soalnya aku langsung pingsan” kata Seungmin.
“Siapa yang main ke dapurmu sebelum Eric?” tanya Hyunjin. “Han. Dia abis kerja kelompok di rumah temennya sekitar sini. Terus dia numpang masak Indomie di rumah aku” kata Seungmin.
Hyunjin bingung. Hyunjin sebenarnya tidak menuliskan nama Han sebagai tersangka utama. Hanya saja, mendengar penjelasan Seungmin, Hyunjin jadi meragukan Han.
“Jangan curiga sama Han. Lo kenal dia dari lama. Gue yakin, bukan dia pelakunya” kata Seungmin.
“Itu hal bagus ketika lo nyari pelaku itu karena lo pengen balas dendam atas kematian Felix, tapi tidak dengan ngorbanin kepercayaan lo sama temen-temen lo” kata Seungmin.
Jaemin kembali menghela nafasnya. Serius, kali ini dia benar-benar tidak tau siapa kawan dan lawannya.
“Aku mau ke tempat Felix. Gws ya min” kata Hyunjin sambil berjalan keluar dari ruangan Seungmin.
¤¤¤
Hyunjin membawa sebuket mawar putih. Kaki jenjangnya menyusuri ruang tempat penyimpanan abu itu. Matanya menyusuri huruf abjad F dan akhirnya menemukan tempat yang dicarinya.
Felix Lee
Hyunjin memperhatikan foto yang ada di dalam lemari kaca itu. Foto Hyunjin,Han, Felix dan Seungmin yang memegang crepes es krim di taman bermain.
Hyunjin tersenyum kecil. Dia merindukan Felix, sangat merindukannya. Ia merindukan saat-saat mereka bisa bermain bersama.
Hyunjin menyimpan buket mawar putih itu di dekat lemari kaca. Tangannya mengelus pelan lemari kaca bertuliskan Felix Lee itu.
“Hai Fel, maaf aku baru sempet kesini. Aku udah janji sama Chaewon buat nemuin pelakunya, jadi, aku bener-bener bakal ungkap pelakunya” kata Hyunjin.
“Kamu disana udah ketemu Jeno sama Renjun? Harusnya udah. Kamu ga nyangka ya bisa ketemu mereka lagi dalam wujud yang berbeda?
“Tenang aja, Chaewon sehat kok. Dia wanita yang kuat. Aku kagum, setelah kematianmu, dia menjadi sangat protektif sama Seungmin. Dia bilang Seungmin mirip kamu, tapi versi kalem”
“Bahagia ya disana. Aku bakal nemuin pelakunya. Aku ga bakal biarin dia hidup enak setelah bikin kamu ga ada” kata Hyunjin.
Hyunjin kemudian mengambil HPnya. Getaran di HPnya menunjukkan bahwa ada yang menghubunginya.
“Hyunjin kamu dimana?” Oh oke, ini suara Seungmin
“Aku di tempat Felix. Kenapa?”
“Kamu jangan bohong!!”
“Elah ngapain aku bohong sih min? Nih aku ganti vidcall”
Hyunjin mengganti mode telepon biasa menjadi vidcall. Membuktikan pada Seungmin. Di seberang sana, Seungmin hanya menunjukkan kegelapan.
“Aku ga bohong kan?”
“Iya iya.. Maaf aku sempet curiga sama kamu”
“Emangnya kenapa min??”
“Han Jisung udah ga ada Hyunjin. Dia ditemukan tewas terkena ledakan dapurnya anak Perhotelan”
Hyunjin terkejut. Dan mengingat apa warna ruangan yang pernah ia masuki untuk latihan praktek itu.
“Min, apa warna interior dapurnya?”
“Warna merah. Aku bukan korban yang dia incer. Tapi dari awal dia incer Jisung. Aku dijadiin umpan sama si pelaku” kata Seungmin.
Dan Hyunjin pun terduduk di ruangan itu. Han Jisung sudah tiada, bersama dapur merah yang menjadi TKP nya.
¤¤¤
“LEPASIN GUA!! ITU TEMEN GUA!! GUA HARUS LIAT DIA!!” teriak Jaemin. Tiga polisi kini sudah menahan tubuh Seungmin untuk memasuki TKP.
“Jaemin.. Udah please.. Lo mau liat apa lagi?? Mayatnya aja udah kebakar setengah Min” kata Haechan sambil menahan tangisannya.
“YA GUA GA PEDULI. GUA HARUS LIAT JISUNG” seru Jaemin. Hyunjin pun menarik bahu Jaemin. “Min, udah ya. Biar polisi yang nanganin. Lo tunggu sini” kata Hyunjin kalem.
Jaemin pun mendengus lalu bergabung dengan teman-temannya. Polisi tengah mengautopsi mayat Jisung yang setengahnya telah terbakar.
“Dapur mengalami kebocoran gas. Kemudian gas itu meledak. Ada kemungkinan, korban sedang berada tidak jauh dari ruangan, dan terkena dampaknya” kata salah satu polisi.
Entahlah, Hyunjin rasanya mau pingsan setelah mendengar pernyataan polisi. Ia lelah, satu persatu temannya pergi. Bahkan, hari ini, teman terbaiknya harus menghilang.
Hyunjin menolehkan kepalanya dan melihat Sunwoo disana. Hyunjin segera memukul Sunwoo saat itu aja. “Udah puas lo bunuh Jisung? Udah puas lo? Salah dia apa sih?! JAWAB GUA” kata Hyunjin.
“BUKAN GUA HWANG! Gua aja ada di rumah sakit nemenin Seungmin! Lo bisa tanya kalo ga percaya!” seru Sunwoo.
“Tapi lo bilang lo bakal bunuh Jisung” kata Hyunjin. “Gua bilang, kalo gua adalah pembunuhnya. Lo harusnya punya mata! Siapa yang paling mencurigakan! Bukan cuma nuduh” kata Sunwoo sambil pergi meninggalkan Hyunjin.
“ARGHHH SIAL!” teriak Hyunjin. “Aku akan menemukannya. Lihat saja” kata Hyunjin.