CHAPTER 8
TEARS
Haechan menangis dengan keras. Renjun, teman masa kecilnya, teman sekolahnya, teman sekamarnya, harus pergi meninggalkan dunia terlebih dahulu.
Tidak jauh berbeda, Jaemin, juga sama dengan Haechan. Jaemin terdiam, dan duduk di kursi yang tidak jauh dari Haechan.
Hyunjin mendudukan dirinya di lantai. Ia sudah tidak sanggup kehilangan teman-temannya lagi. Ada 3 kematian, dan itu terjadi dalam kurun waktu seminggu.
“Hyunjin!! Berdiri!! Lihat, ada tulisan di tangan Renjun” kata Eric. Hyunjin berdiri dan memperhatikan tangan Renjun. Disana tertulis, '3/8' dengan tulisan yang tebal.
“Ini tato” kata Sunwoo. “Betul. Ini tidak hilang ketika disentuh atau disapu dengan tangan” kata Han. “3/8, Jeno Felix dan Renjun. Sudah ada 3 kematian” kata Haechan.
“Berapa total anggota kita Jin?” tanya Haechan. “Sepuluh” kata Hyunjin. “Apa artinya ini?” tanya Seungmin. “Apakah artinya hanya ada 2 orang yang selamat dari kematian?” tanya Haechan.
“Tidak. Menurutku malah, hanya ada satu orang yang selamat. Satunya adalah pembunuh itu sendiri” kata Han. “Kamu terlalu banyak nonton film Han” kata Sunwoo. “Tidak. Ini realistis. Pembunuhnya ada di antara kita” kata Han.
“Dia terobsesi dengan angka 8, dan warna merah. Ini adalah pembunuhan yang dilakukan sendiri, karna semua pembunuhannya bisa dilakukan sendiri, tanpa bantuan orang lain” kata Han.
¤¤¤
Hyunjin mengumpulkan semua data yang ia punya. “Aku sendiri yang akan menemukan pembunuhnya. Tidak peduli siapa dia, akan aku selesaikan sendiri” kata Hyunjin.
Hyunjin mengeluarkan post card yang ditemukan di kamar Jeno. Gambar selanjutnya, adalah gambar sebuah dapur berwarna merah.
“Ini aneh. Semua gambarnya adalah barang berwarna merah. Kecuali satu. Hanya dapur ini berwarna merah. Apa maksudnya?” kata Hyunjin.
“Yang sering pergi ke dapur itu, aku, selaku anak Hospitality dan Pariwisata. Tapi apakah benar, aku setelah ini yang akan menjadi targetnya?” tanya Hyunjin.
Hyunjin pun menghubungi Seungmin untuk membantunya berpikir.
“Jaem, selain gua, siapa yang suka ke dapur? Atau punya hobi masak” kata Hyunjin.
Jaemin terdiam di ujung sana. “Haechan seneng masak, Seungmin juga. Dua-duanya seneng masak. Pasti salah satu di antara mereka” kata Jaemin.
“Kamu yakin Jaem? Bukan, someone unexpected?” tanya Hyunjin.
“Itu yang aku tidak tau. Hanya Seungmin dan Haechan yang dipikiranku” kata Jaemin.
“Alright. Thanks Jaem” kata Hyunjin.
Hyunjin mematikan teleponnya dan kembali berpikir. “Aku tidak tau siapa yang akan menjadi korbannya. Tetapi, aku akan menemukanmu, apapun yang terjadi” kata Hyunjin.