CHAPTER 9

START

Event besar di kampus telah diundur oleh pihak kampus. Karena kampus masih dalam kondisi berduka.

Tentu saja siapa yang tidak kaget kehilangan 3 mahasiswa yang cukup terkenal reputasinya?

Hari itu, dimana seharusnya event besar kampus diadakan, menjadi perkumpulan mahasiswa untuk mengenang mereka bertiga.

Mereka bertujuh saling merangkul satu sama lain. Berat untuk mereka ketika mereka hanya dapat melihat ketiga teman dan sahabat mereka hanya melalui foto.

“Kita harus kuat. Mereka udah tenang disana” kata Sunwoo. Hyunjin tersenyum. Pandangannya mengarah pada foto Felix yang tersenyum manis di depan sana.

Matanya kembali mengeluarkan air mata. Felix, sahabat sultannya, sahabat bobroknya, sahabat begadangnya. Dia akan merindukannya

Juga Jeno. Walaupun lebih menampilkan tampilan lempengnya, Jeno tetap banyak tersenyum. Apalagi jika Haechan dan Jaemin sudah melontarkan gurauan.

“Gua mau nemuin pelakunya. Dia ga layak buat hidup” kata Hyunjin. “Lo bakal nemuin. Gua yakin” kata Sunwoo.

“Lo punya tebakan ga siapa pelakunya?” tanya Hyunjin. “Hm.. Banyak banget kemungkinannya. Kita bisa nemuin dia dengan peluang 1/1000, soalnya mahasiswa disini kan banyak” kata Sunwoo.

“Kecuali kalo lo curiga sama temen lo sendiri” kata Sunwoo. Hyunjin memandang wajah Sunwoo yang datar. Dia kan bukan psikolog yang bisa mempelajari tingkah laku manusia :((

“Kalo lo ada di posisi gua, siapa yang bakal lo curigain?” tanya Hyunjin. “Semua orang. Bahkan yang dipercaya sama korban sekalipun” kata Sunwoo.

“Sebut aja coba namanya. Dan alasannya” kata Hyunjin. “Orang pertama yang bakal gua curigain itu Seungmin. Gua tau dia sodara lu, tapi tingkahnya terlalu tenang. Dan gua ga suka itu”

“Eric jadi inceran kedua gua. Karena dia sering banget ngilang di saat kita ada diskusi tertentu. Dan banyak banget alasannya”

“Terakhir, gua bakal curigain Jaemin. Secara, dia terlalu banyak ikut campur dalam mencari bukti. Seolah-olah dia berusaha nutupin bukti itu” kata Sunwoo.

“Kalo lo adalah pelaku, siapa target lo selanjutnya?” tanya Hyunjin. Sunwoo nampak berpikir. “Lo ga curiga sama gua kan?” tanya Sunwoo balik.

“Lo bilang gua ga boleh percaya sama orang lain. Bahkan orang yang dipercaya sama korban. So, gua boleh dong curiga sama lo?” kata Hyunjin.

Sunwoo menampilkan wajah datarnya. “Gua bakal bunuh Hanjis. Gua butuh scholarship, sedangkan dia dengan mudahnya nolak hal itu” kata Sunwoo.

“Lo bener-bener ga terduga” kata Hyunjin. “Itulah gua. Gua berpikir secara kritis dan rasional” kata Sunwoo.

¤¤¤

Hyunjin memperhatikan kartu pos tersebut. Tepat di samping gambar tas merah, ada gambar sebuah dapur yang didominasi warna merah.

Banyak spekulasi yang ada di kepala Hyunjin. Karena ucapan Sunwoo, membuatnya benar-benar tidak percaya pada siapapun, bahkan Jaemin ataupun Seungmin sekalipun.

“Aduh rasanya pengen ganti otak aja sama anak Kriminologi atau Psikologi” kata Hyunjin. Ya iyalah, anak Pariwisata disuruh mikir beginian. Mana nyampe otak Hyunjin tuh :')

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya. Ketika ia membukanya, ada seorang wanita disana. “Baby plum, you should get your dinner” kata wanita dengan surai pirang itu. Hyunjin tersenyum kecil ketika wanita itu menghampirinya.

“I will mom. Just give me five minutes to finishing my homework” kata Hyunjin. “You said that yesterday, and you not come out from your room. Now, close your book, and get your dinner now” kata wanita itu.

Hyunjin menghela nafasnya. Baiklah, dia tidak bisa membantah lagi kali ini. Hyunjin akhirnya menutup pintunya dan menguncinya. Lalu ia bersama wanita itu pergi ke ruang makan.

For your information, wanita itu bernama Theresia. Dia adalah ibu tiri dari Hyunjin, karena mama kandungnya yang telah tiada ketika ia masih sangat kecil.

Theresia adalah wanita berkebangsaan Inggris, dan ia merupakan sekretaris pribadi ayahnya.

“Hyunjin, akhirnya kamu keluar kamar juga” kata papanya. Bisa diliat, di meja makan, sudah ada papanya. Hyunjin menempati kursi di sisi kiri papanya, Theresia di sisi kanan papanya.

“Aku hanya sedang banyak tugas dan pikiran pa. Makanya aku jarang keluar kamar atau lebih sering keluar rumah” kata Hyunjin.

“Hyunjin, Theresia akan pergi ke Inggris untuk berkunjung ke rumah orangtuanya. Papa kemungkinan ga ikut karena ada acara bisnis di Jepang. Kamu mau ikut mereka atau tetap di Korea?” kata papanya di sela-sela makan.

Hyunjin berpikir dengan keras. Ia memang belum pernah bertemu dan bercengkrama dengan keluarga dari mama tirinya itu. Walaupun, ia bertemu dengan keluarga mamanya itu ketika keduanya menikah.

“You said that you want see London's night from London's eye” kata Theresia. Nah ini, bujukan yang paling manjur.

Ketika Hyunjin hampir mengatakan pendapatnya, ia mendapatkan telepon dari Eric.

“Seungmin kecelakaan di dapur rumahnya!! Mukanya tiba-tiba kelempar tutup panci” kata Eric di seberang sana.

Hal itu membuat Hyunjin refleks bangkit dari kursinya. “Aku izin pergi pa” kata Mogu.

“Kamu mau kemana?” tanya papanya setengah teriak kepada Hyunjin yang berlari mengambil kunci mobilnya.

“SEUNGMIN KECELAKAAN!!” teriak Hyunjin dan ia pun menyambar kunci mobilnya dan segera pergi dari rumahnya.

¤¤¤

Hyunjin akhirnya sampai di rumah sakit. Ketika sampai di depan UGD, ada Eric dan juga Jaemin disana.

“Gimana kronologisnya?” tanya Mogu. “Gue ga ada di lokasi. Eric yang kebetulan lagi main di rumah Seungmin” kata Jaemin.

“Gue ga tau gimana kronologisnya sumpah. Seungmin ngajakin gua main ke rumahnya, soalnya di rumah sepi katanya. Dia ga mau hubungin lu, atau Han, soalnya lu berdua lagi sibuk.

Jadi, gue pulang bareng Seungmin. Abis itu kita berdua ada di kamar. Seungmin izin turun ke dapur. Gue ikut dong. Terus tiba-tiba, ada tutup panci yang jatoh dari atas.

Tutup pancinya nimpa kepala Seungmin cukup keras. Dan pas diperhatiin, ternyata ada tali dong di tutup pancinya” kata Eric panjang lebar.

“Tapi Seungmin ga kenapa-kenapa kan?” tanya Hyunjin. “Kata dokter sih, secara pemeriksaan luar ga kenapa-kenapa. Tapi mau coba di MRI” kata Jaemin

“Lo pada tau ga sih gambar selanjutnya dari kartu post itu setelah tas merah?” tanya Hyunjin.

“Dapur merah kan? Gue langsung inget itu pas denger Seungmin kecelakaan” kata Jaemin.

“Dan entah kebetulan atau sengaja, dapurnya Seungmin tuh didominasi warna merah, walaupun ga semuanya” kata Eric.

Hyunjin kembali berpikir. Sepertinya, malam ini dia tidak akan tidur. Niatnya malam ini adalah menyusun semua potongan 'puzzle' yang ada.

“Menurut lo, apa kita berhasil? Maksud gue, ini dapur merah, dan Seungmin yang diincer sama pelaku itu bisa kita selamatin. Mungkin ga pelakunya bakal pindah ke gambar selanjutnya?” tanya Hyunjin.

“Bisa aja. Karna, si pelaku mungkin berpikir kalo rencananya harus tetap jalan, walaupun gagal satu” kata Eric.

“Gue bakal pikirin itu nanti. Gue ke rumah Seungmin dulu ya. Jagain Seungmin loh” seru Hyunjin sambil berjalan ke luar rumah sakit.

Ketika ia sampai di rumah Seungmin, ia mendapati rumah Seungmin masih terang benderang, dan ada satu mobil yang terparkir di halaman rumahnya.

Ketika Hyunjin mengetuk pintu rumah Seungmin, ada seseorang yang membukanya, dan ternyata itu adalah

“Oh hai kak Wonpil. Baru pulang dari studio ya kak?” sapa Hyunjin. Iya, itu adalah kakak Seungmin, namanya Wonpil.

Wonpil sebenarnya sudah lulus beberapa tahun lalu dari jurusan DKV. Tetapi, karena menurutnya kurang, ia kembali mengulang jenjang strata 1 di jurusan Arsitek.

“Oh iya nih Hyunjin. Kamu mau ketemu Seungmin? Tapi kayanya Seungmin dah tidur deh” kata Wonpil setengah mengantuk.

“Kak, Seungmin kecelakaan di dapur tadi. Sekarang ada di rumah sakit” kata Hyunjin.

Wonpil yang tadinya mengatuk segera membelakkan matanya. “KOK GA ADA YANG BILANG SAMA KAKAK??” seru Wonpil.

“Mending kakak ke rumah sakit sekarang. Aku mau semacam olah tkp” kata Hyunjin.

Setelah Wonpil pergi, Hyunjin pergi ke arah dapur. Ia melakukan sedikit penyelidikan. Dan ia menemukan tali yang dimaksud oleh Eric.

“Eric benar, ada tali disini. Tapi tali ini hampir ga keliatan warnanya. Tidak akan ada yang tau bahwa ada tali disini, kecuali si pelaku” kata Hyunjin.

Hyunjin kemudian memperhatikan kartu pos itu lagi. Gambar selanjutnya adalah mawar merah. “Apakah mawar merah jadi korban selanjutnya?” gumam Hyunjin.