CHAPTER 5

FORENSIC

Hyunjin akhirnya mengikuti perintah Haechan untuk melakukan autopsi pada jenazah Jeno. Ia meminta orang kepercayaan papanya, yang kebetulan seorang dokter forensik, untuk membantunya.

Hyunjin segera pulang ke asrama. Well, dia harus bertemu Han, karena sudah dipastikan anak itu akan panik jika dirinya tidak pulang.

Ketika Hyunjin sampai di kamarnya, ia melihat Han yang terduduk dengan tegak. “Han, Han, kenapa?” tanya Hyunjin. “Aku menemukan sesuatu yang aneh” kata Han.

Hyunjin menaikkan sebelah alisnya. “Maksudmu?” tanya Hyunjin. “Sprei kasur Jeno berwarna putih. Semua tau hal itu. Jeno tidak suka menggunakan sprei berwarna lain. Pasti berwarna putih atau warna dasarnya putih” kata Han.

“Tapi, kemarin, ada yang mengganti sprei milik Jeno. Spreinya jadi berwarna merah. Entah siapa yang menggantinya” kata Han.

Hyunjin menepuk bahu Han, menenangkannya teman kecilnya itu. “Tenang saja. Kamu tau kan, kalo om Yugyeom adalah dokter forensik paling terkenal. Besok, kita akan mendapatkan hasilnya” kata Hyunjin.

¤¤¤

Ketika Hyunjin bersiap untuk pergi ke kampusnya, ia dikejutkan dengan kehadiran Jaemin di depan kamarnya. “Kamu sudah tidur?” tanya Hyunjin.

Jaemin menggeleng kecil. “Gua mau ikut” kata Jaemin. “Gua belum dihubungin sama dokternya” kata Hyunjin sambil menghiraukan Jaemin. “Gua yakin itu bukan bunuh diri” kata Jaemin.

Hyunjin menghela nafasnya. Otaknya sudah cukup overload dengan pemikiran tentang Jeno. Dan Jaemin menambahkan pikirannya.

Suara deringan telepon membuat Hyunjin terkejut. Ia melihat bahwa teman ayahnya menghubunginya. “Halo om. Bagaimana?” kata Hyunjin. “Hyunjin-ah, aku menemukannya! Kamu harus ke rumah sakit sekarang” seru penelepon di seberang sana.

“Ne. Aku kesana sekarang” kata Hyunjin. Hyunjin mematikan sambungan teleponnya. “Ganti bajumu, kita pergi sekarang” kata Hyunjin.

Ketika Hyunjin masuk ke ruangan kerja teman ayahnya itu, terlihat ada jenazah Jeno yang dibekukan dan ada seorang dokter disana. “Oh, Hyunjin, sudah datang?” tanya dokter tersebut.

Hyunjin mengangguk. “Kenalkan, dia Jaemin. Teman sekamar Jeno dan sahabat Jeno sejak kecil. Jaem, kenalkan, dia adalah teman ayahku, om Yugyeom” kata Hyunjin.

“Oh, jadi kamu teman Jeno? Boleh aku bertanya padamu?” tanya Yugyeom. “Tentu” kata Jaemin. “Apa Jeno memiliki musuh?” tanya Yugyeom. Jaemin berpikir dan mulai mengabsen satu per satu teman Jeno.

“Setau saya tidak ada dok” kata Jaemin. Yugyeom mengangguk. “Hasil autopsi mengatakan bahwa Jeno tidak bunuh diri” kata Yugyeom.

Jantung Hyunjin mendadak terasa seperti berhenti. “Ada tusukan pada perut bagian kirinya. Tetapi, tidak menunjukkan bahwa adanya perlawanan dari korban.

Asumsiku adalah pelaku membius korban. Setelah memastikan korban pingsan, pelaku menusuk perut korban. Kemudian, karena pelaku tidak merasa yakin dengan tindakannya, ia mencekik korban hingga meninggal” jelas Yugyeom.

“Lihat pada lehernya. Ada lingkaran berwarna merah yang rapi. Ini berarti pelaku mencekik korban, dan tidak ada perlawanan dari korban” kata Yugyeom.

“Jadi, om bilang, Jeno tidak bunuh diri, melainkan dibunuh?” tanya Hyunjin memastikan. “Exactly. Orang ini pasti mengenal Jeno. Kebiasaan Jeno, dan sudah mempelajari tingkahnya” kata Yugyeom.

“Baik om, terima kasih” kata Hyunjin.