Sunshinecjh

BEHIND THE SCENE (2)

Dibalik postingan Changbin dan baby Felix

“Yung, ayo alan-alan” kata baby Felix pada Changbin. “Hm? Baby mau jalan-jalan?” tanya Changbin. “Huum. Minnie want to go with Chan yung. Felix want to go!!” kata baby Felix.

“Changbin, bawa Felix jalan-jalan aja. Keliling daerah sini. Jajanin aja. Tapi jangan yang pedes ya” kata Manager Park.

“Siap hyung! Felix, ayo sini pake popok dulu, biar ga pipis di jalan” kata Changbin sambil menggendong baby Felix.

¤¤¤

Changbin memutuskan untuk mengajak baby Felix ke sebuah game center yang tidak jauh dari dorm mereka. Baby Felix sangat tenang untuk hari ini. Ia menggandeng Changbin dengan erat.

“Baby, kamu mau naik yang mana?” tanya Changbin. “Itu!!” seru baby Felix sambil menunjuk ke sebuah mobil-mobilan. “Alright, kita naik mobil!!” kata Changbin.

¤¤¤

Waktu sudah menunjukkan angka 12, tandanya mereka harus makan siang. “Baby, kita makan chicken saja bagaimana?” tanya Changbin. Baby Felix pun mengangguk.

Mereka pergi ke sebuah restoran fast food ternama. Changbin memesan paket anak-anak untuk Felix dan memesan paket biasa untuknya.

Ketika makanan datang, baby Felix terlihat senang. “Ayo simpen dulu mainannya. Wash your hand” kata Changbin.

Felix segera turun dari kursi dan pergi ke washtafel untuk mencuci tangannya. Setelah itu mereka makan dengan lahap.

Setelah kurang lebih menghabiskan ¾ porsi, baby Felix terlihat mengantuk. Bahkan tak jarang kepalanya hampir terantuk ke meja.

Changbin tersenyum. Untung dirinya sudah selesai makan. Ia menggunakan tisu basah untuk membersihkan tangan baby Felix, kemudian ia menggendongnya.

“Changbin yung, gomawo” kata baby Felix setengah mengantuk. Baby Felix tetap setia menggenggam mainan baru yang ia dapatkan.

“Sleep well baby” kata Changbin sambil tersenyum

BEHIND THE SCENE (1)

Dibalik postingan Bang Chan dan baby Seungmin

“Chan, apakah kamu mau ke studio nanti?” tanya Manager Park. Chan yang baru keluar dari kamar mandi itu segera menghampiri Seungmin yang sedang disuapi makanan bayi.

“Dimana anak-anak yang lain hyung?” tanya Chan. “Mereka sudah pergi berjalan-jalan. Aku memiliki urusan sehabis ini, jadi aku tidak bisa menjaga para bayi” kata Manager Park.

“Ah, apakah kamu bisa menjaga Minnie? Aku tidak mungkin membawanya ke urusanku” kata Manager Park.

“Hyung yakin? Maksudku, aku mau ke agensi” kata Chan. “Tidak apa. Pastikan saja tidak ada yang melihatmu” kata Manager Park.

¤¤¤

Chan menyembunyikan baby Seungmin sementara dalam jaketnya. “Sebentar ya baby. Setelah sampai di studio, kamu bisa bebas lagi” kata Chan.

Chan memasuki gedung dengan hati-hati. Berusaha agar tidak ketauan siapapun, bahwa ia membawa mahluk hidup di gendongannya.

Setelah Chan memasuki studio dan menguncinya, barulah dia mengeluarkan baby Seungmin dari jaketnya.

“Maaf ya baby, tadi kepanasan ya? Sekarang baby mau apa?” tanya Chan pada baby Seungmin.

Baby Seungmin hanya mengusak matanya dan meletakkan kembali wajahnya pada dada Chan. “Baby mengantuk? Mau bobo lagi?” tanya Chan.

Chan segera mengeluarkan botol berisi susu milik Seungmin. Baby Seungmin langsung mengambilnya dan meminum susunya. Tidak lama kemudian, bayi kecil itu pun tertidur dalam gendongan Chan.

“Sleep well, baby” kata Chan sambil mengelus rambut baby Seungmin.

DAY 1

Pagi itu, Jeongin bangun paling pagi karena dirinya harus pergi ke sekolah. Semalam, ia tidur bersama baby Jisung dan manager Park. Ia menyiapkan sarapan seadanya untuk ia bawa selama perjalanan.

“Yeni... Unjin lapal” Jeongin terkejut mendapati tangan baby Hyunjin pada celananya. “Baby lapar? Mau susu?” tanya Jeongin. Baby Hyunjin mengangguk.

Jeongin menatap 3 kaleng susu dengan merek sama tersebut. Ketiganya milik baby Hyunjin, Han dan Felix. Susu milik baby Seungmin ada di kamar Lee Know, Chan, Hyunjin dan Seungmin.

Jeongin mengambil botol susu pada tempat steril. Semalam, manager Park mengajari mereka semua bagaimana mengurus bayi.

Setelah susu itu jadi, Jeongin berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan baby Hyunjin. Ia pun memberikan botol berisi susu tersebut pada Hyunjin. “Ayo, Yeni antarkan pada Minho hyung lagi” kata Jeongin.

Jeongin menaikkan baby Hyunjin ke atas kasur Minho. Ia terkikik juga melihat baby Seungmin yang ditidurkan di atas dada bidang milik pemuda Australia itu. “Aku pergi hyungdeul, babydeul. Kita bermain nanti” kata Jeongin.

¤¤¤

Baby Felix terbangun ketika ia merasakan bahwa ia telah buang air besar pada popoknya. “Yung... Bin hyung... Angunn” kata baby Felix sambil menepuk-nepuk pipi Changbin.

Changbin segera membuka matanya, namun ia terkejut dengan aroma yang tidak sedap dari baby Felix. “Lix, kamu pup?” tanya Changbin. Baby Felix mengangguk kecil.

Changbin kemudian menggendong baby Felix dan pergi ke kamar Jeongin, membangunkan manager Park. Dan ternyata Manager Park, berada di ruang makan, sedang membuatkan susu untuk baby Jisung.

“Hyung, bisa bantu aku untuk membersihkan Felix? Felix pup dan aku bingung” kata Changbin. Manager Park menyerahkan botol susu Jisung pada Changbin dan mengambil alih Felix. “Tolong buatkan susu untuk Jisung” kata Manager Park.

Changbin dengan cepat membuat susu untuk baby Jisung. Bayi itu pasti sudah lapar, dan ia rasanya tidak tega membiarkan adiknya itu menangis kelaparan.

Ketika susunya jadi, Changbin membawanya ke kamar Jeongin dan Jisung. Disana, sudah ada baby Jisung yang sudah wangi. 'Ada faedahnya juga dia jadi bayi. Rajin mandi eh dimandiin' kata Changbin dalam hati.

“Jisung, ini susunya” kata Changbin. Jisung yang sedang menonton video di hpnya pun mendongak. “Abin yung!! Lixie mana?” tanya Jisung.

Changbin tersenyum lalu mendekatkan dot itu pada bibir baby Jisung. “Felix nya lagi mandi” kata Changbin. “Minnie imana?” tanya Jisung.

“Seungmin? Ayo kita ke kamarnya” kata Changbin. Jisung turun dari kasurnya dan menggandeng tangan Changbin.

¤¤¤

“Astaga hyung!! Bukan begitu menggendong bayi astaga!! Nanti kalo Seungmin jatuh bagaimana?” kata Minho.

Baiklah, Minho barus saja terbangun, dan terkejut melihat baby Seungmin yang digendong oleh Chan. Bukan digendong lebih tepatnya, hanya diletakkan di bahu, sedangkan pria australia itu sibuk membuat susu untuk bayi itu.

“Iya iya bawel. Maafkan aku. Lihat, Hyunjin terbangun karena teriakanmu” kata Bang Chan. Minho menengok ke arah kasurnya, dan mendapati Hyunjin yang sedang mengusak wajahnya.

“Minnie” panggil baby Hyunjin. Minho tersenyum lalu menggendong Hyunjin dan mengarahkannya kepada Seungmin yang sedang meminum susunya.

“Minnie inum susu?” tanya baby Hyunjin. “Iya, karena kan Minnie masih kecil, jadi makannya cuma susu” kata Minho. Baby Hyunjin menatap bayi kecil tersebut.

Hyunjin pun mengelus kepalanya dan baby Seungmin yang tersenyum. “Unjin sayang Minnie hehehe” kata Hyunjin.

Astaga, Bang Chan dan Minho rasanya seperti diabetes melihat kegemasan ini

O-OW

Chan, Minho, Changbin dan Jeongin hanya diam memperhatikan keempat bayi yang kini sedang berceloteh ria di hadapan mereka.

“Icung cuka nangis. Unjin nda suka” kata baby Hyunjin. “Icung juga nda suka Unjin. Unjin suka malah-malah” kata baby Jisung tidak kalah sengit.

Felix memperhatikan keduanya dengan tatapan lucunya. Dia tidak mengerti apa yang dibicarakan kedua temannya itu. “No fwaight (Fight)!! No no” kata baby Felix.

Sedangkan si bayi termuda, Seungmin malah sudah duduk anteng di paha Chan sambil mengemut jari-jarinya.

“Astaga, mereka dalam mode bayi ataupun asli, tidak ada bedanya” kata Changbin. “Permasalahannya bukan itu. Bagaimana kita bilang ke manager-nim?” kata Chan.

“Kita bisa bilang ke manajer Kim” kata Jeongin. “Bodoh!! Manager Kim bisa membunuh kita semua” kata Changbin sambil memukul bahu Jeongin.

“Odo, odo!! Hehehehe” tawa baby Seungmin. “Sebaiknya kalian menjaga kata-kata kalian. Ada bayi disini” kata Minho.

“Guys, ini jadwal kalian.. BAYI SIAPA ITU?” Dan mereka pun terdiam. Salah satu manajer mereka, manager Park, ada di hadapan mereka.

¤¤¤

“Jadi, kalian menemukan mereka sudah dalam kondisi seperti ini?” tanya Manager Park. “Iya hyung!! Hyung harus percaya kami!! Mereka ini Hyunjin, Han, Felix dan Seungmin” kata Chan.

“ICUNG!” teriak baby Jisung. “Iya iya, Jisung, bukan Han” kata Chan membenarkan. “Astaga, apa yang harus aku bilang kepada atasanku...” kata manager Park.

“Baiklah begini saja. Kita pulang dulu. Dua dari kalian akan menjaga bayi ini, satu memasak dan satu lagi membeli perlengkapan bayi bersamaku” kata Manager Park.

“Untung saja hari ini aku membawa van, jadi tidak perlu dua mobil” kata manager Park.

¤¤¤

Sesampainya di rumah, Jeongin dan Changbin menjadi dua orang yang menjaga para bayi. Mereka menjaga keempatnya di ruang tamu, beralaskan kasur lipat milik Chan.

“Sementara kami membeli kasur bayi, jangan pernah menidurkan mereka di kasur biasa. Kasurnya sangat tinggi. Kalian mengerti?” kata Manager Park.

Changbin dan Jeongin mengangguk. “Minho, masaklah makan malam untuk kalian. Jika perkiraanku benar, Hyunjin dan Han sudah berusia sekitar 2 tahun. Felix 1 tahun, hampir menuju 2 tahun, dan Seungmin yang masih dibawah satu tahun” kata Manager Park.

“Darimana hyung tau?” tanya Chan. “Hey kau meledekku? Aku kan dulunya perawat anak-anak! Aku tau perkembangan mereka” kata Manager Park.

“Masak nasi yang lembut Minho! Jangan keras-keras. Dan bikin makanan berkuah tapi jangan pedas” kata Manager Park.

“Baiklah kami pergi” kata Chan sambil mendorong manager Park. Selepas kepergian keduanya, Minho segera ke dapur untuk memasak.

“Astagaa!!! Mereka menggemaskan!!” kata Changbin. “Tahan hyung.. Kita bisa bermain dengan mereka kapan saja sekarang” kata Jeongin.

¤¤¤

“Hyung, kenapa kita beli dua merek susu yang berbeda?” tanya Chan. “Chan, Seungmin masih dibawah satu tahun. Artinya, susunya harus khusus. Sedangkan tiga lainnya, sudah berusia diatas satu tahun” kata Manager Park

“Ambil 16 botol susu Chan” kata Manager Park. “Hyung? Ga kebanyakan?” tanya Chan. “Tidak. Bayi kan minum susunya banyak” kata Manager Park.

“Ini harus di sterilkan sebelum digunakan mengerti?” kata Manager Park.

Mereka mengambil banyak makanan bayi dan juga snack bayi, juga susu yang lumayan banyak.

“Sepertinya aku harus tinggal bersama kalian sementara” kata manager Park.

¤¤¤

Chan dan Manager Park akhirnya pulang ke dorm Stray Kids. Beruntung, ternyata para bayi masih tertidur lelap. “Kalian, harus belajar memasangkan diaper pada Seungmin dan Felix” kata Manager Park.

“Ung... Capa itu?” Manager Park tersenyum mendapati baby Jisung yang terbangun dari tidurnya sambil mengusap matanya.

“Ini aku Jisung. Manager Park. Apa Jisung lupa dengan hyung?” kata Manager Park. Baby Jisung membuka matanya lalu tersenyum. “Yung!! Icung mau pipis” kata Baby Jisung.

“Minho, bisa tolong antarkan Jisung ke toilet? Aku harus mengajari kalian memakaikan diaper” kata Manager Park. “Baik hyung” kata Minho.

Dan kehidupan mereka bersama bayi, dimulai sejak hari itu.

CHANGE?!

Sesuai yang sudah direncanakan, Hyunjin, Han, Felix dan Seungmin memutuskan untuk makan malam bersama.

“Jadinya Chinese Food yang deket agensi kan?” tanya Han. “Iya. Pake padding yang bener. Bukan di atas kepala Lee Felix!!” seru Hyunjin.

Felix terkekeh. Mengerjai Hyunjin menjadi salah satu hobi terbarunya. “Hyunjin, kalian jadi keluar?” tanya Chan.

Hyunjin mengangguk. “Hati-hati. Go, take the babies go” kata Chan. “Hyung!! We're not a babies!!” seru Han, Felix dan Seungmin bersamaan.

“Ayo.. Kami pergi hyung” seru Hyunjin sambil mendorong ketiga temannya keluar dari ruang latihan.

¤¤¤

“Eh, ke loker dulu bentar ya. Ambil dompet” kata Felix. “Wah sultan mau traktir nih?” tanya Seungmin. “Mana ada, bayar masing-masing” kata Felix sambil tertawa.

Sesampainya di tempat loker, Felix terkejut ada 4 botol minuman di lokernya. “Guys, ada yang nyimpen ini di lokerku” kata Felix.

Han mengambil botol tersebut. “Aku minum aja ya. Rasa coklat ini” kata Han. Akhirnya, mereka meminumnya. Dan kegelapan lah yang menemui mereka.

EPILOG

SURAT DARI ERIC

Namaku Son Eric. Aku anak bungsu dari 2 bersaudara. Orang tuaku adalah orang yang sangat egois. Kakakku, dibunuh oleh ayahku sendiri, hanya karena guci mahalnya pecah.

Sejak itu, hidupku tidak ada rasa aman. Aku takut dengan orang tuaku. Aku hanya mengikuti apa kata orang tuaku. Hidupku penuh ketakutan.

Maka dari itu, ketika aku melihat bagaimana kehidupan kalian dengan orang tua kalian, aku iri. Aku kesal karena tidak bisa merasakan itu semua.

Sejak aku membunuh Jeno, aku dihantui rasa bersalah. Setiap aku membunuh, aku merasa bersalah. Maka dari itu, aku senang kalian berhasil menyelamatkanku.

Terima kasih tidak pernah mencurigai aku. Aku harus pergi untuk menebus hidupku.

Tertanda,

Son Eric

CHAPTER 14

THE BATTLE

Hyunjin mempersiapkan dirinya. Pertempuran akan terjadi sebentar lagi. “Haish Hyunjin.. Tenanglah. Kamu bakalan menang hari ini” kata Hyunjin.

“Haechan udah bangun belum ya? Semoga udah. Tanpa dia kan rencananya gagal” kata Hyunjin.

Hyunjin menghubungi Haechan, tetapi tidak ada yang mengangkat. “Mungkin Haechan udah di jalan” kata Hyunjin. Akhirnya, Hyunjin pergi ke luar rumah, ke tempat dimana ia dan Haechan sudah janjian untuk bertemu.

¤¤¤

Hyunjin sudah sampai di taman kampus. Namun, ia tidak melihat ada tanda-tanda Haechan disana. “Duh elah, si buntel kemana lagi” kata Hyunjin.

BRAKK!!

Hyunjin terkejut, kemudian ia menolehkan kepalanya. Ia melihat, ada sebuah motor berwarna merah yang sangat familiar. “Haechan!!” teriak Hyunjin.

Hyunjin mendekati pengendara motor tersebut. Tetapi ketika, ia mendekat, ia tidak sengaja menabrak bahu seseorang dengan hoodie merah dan masker merah.

“Maaf” kata Hyunjin. Orang itu hanya mendelik dan kemudian pergi. Hyunjin tersenyum. Ia kemudian mendirikan motor tersebut, dan ternyata motor itu dikendarai oleh sebuah robot.

“Haechan, kejar pembunuh itu” kata Hyunjin pada Haechan di ujung sana.

¤¤¤

Haechan memukul wajah orang berhoodie merah dan masker merah tersebut. “Ini untuk temanku” kata Haechan.

Haechan menendang perutnya lagi. “Ini untuk temannya Hyunjin” kata Haechan. Lalu Haechan menyelengkat kaki orang tersebut. “Dan ini untuk Sunwoo” kata Haechan.

Orang tersebut tersungkur di bawah. “Tidakkah dirimu merasa bersalah, Son Eric?” tanya Haechan. Orang itu akhirnya melepaskan maskernya. Dan itu adalah Eric.

“Haechan!! Bagaimana?” kata Hyunjin setengah berlari. Hyunjin datang bersama polisi. Dan ada hal lain yang membuat Haechan terkejut.

Jaemin dan Seungmin ada disana bersama Hyunjin. Haechan rasanya mau nenangis melihat Jaemin yang ternyata masih sehat itu.

Polisi segera meringkus Eric dengan memborgolnya. “Bagaimana kalian masih bisa hidup? Aku sudah memastikan kalian mati!!” teriak Eric.

Jaemin dan Seungmin tersenyum. “Semua ini karena Jaemin dan Hyunjin. Karena Jaemin tidak sengaja mencoret angka 8, dan menemukan huruf E. Bodoh sekali” kata Jaemin.

“Yang kamu tusuk adalah kantung darah. Jaemin kebetulan menyimpan kantung darah karena ia yang memang membutuhkan darah dan Hyunjin yang juga menyiapkannya” kata Seungmin.

“Son Eric, anda ditahan karena kasus pembunuhan terencana. Anda berhak untuk menyampaikan pendapat dan mendapatkan pengacara” kata polisi tersebut.

¤¤¤

“Akhirnya... Kita berhasil mengungkap pelakunya” kata Hyunjin. “Dan gua ga nyangka kalo ternyata kalian masih ada” kata Haechan.

“Mellow lu Chan” kata Jaemin. “Bacot. Gua khawatir tau” kata Haechan. “Intinya gue seneng bisa berkumpul lagi sama kalian” kata Hyunjin.

Tiba-tiba, pihak kepolisian menghubungi Hyunjin. Hyunjin merubah raut wajahnya. “Baik pak. Kami akan segera kesana” kata Hyunjin.

“Eric bunuh diri, dan ia meninggalkan surat untuk kita” kata Hyunjin.

CHAPTER 13

RED JACKET

Pemakaman Sunwoo berjalan dengan lancar. Semua pihak tidak akan ada yang menyangka bahwa kejadian ini sangat cepat. Apalagi, kenyataan bahwa yang menjadi korban adalah mahasiswa-mahasiswa yang terkenal.

“Apakah tidak ada yang bisa menyelesaikan ini?” tanya Haechan. Haechan sudah lelah menangis sepanjang hari. Menangisi teman-temannya yang sudah tiada.

“Aku pasti akan menemukannya Chan” kata Hyunjin. “Apa aku bisa mempercayaimu?” tanya Haechan. “Ya, kamu bisa mempercayaiku” kata Hyunjin.

“Baiklah. Aku akan mempercayaimu. Apa kamu punya dugaan?” kata Haechan. “Ya. Dia orang yang misterius. Hampir tidak pernah muncul bersama kita” kata Hyunjin.

“Eh, setauku Sunwoo teman dekat Eric. Kenapa dia tidak datang?” kata Seungmin. “Eh, benar. Mungkin ia akan datang sore nanti” kata Hyunjin.

“Paman, bibi, kami pergi dulu ya.. Paman sama bibi harus kuat. Sunwoo anak yang kuat dan kami bangga menjadi temannya” kata Hyunjin.

¤¤¤

Hyunjin, Seungmin dan Haechan memutuskan untuk pergi ke mall untuk makan bersama. “Hatchii” Seungmin menutup mulut dan hidungnya saat bersin.

“Kamu sakit?” tanya Hyunjin. “Idung aku ga enak jin” kata Seungmin. “Nih, pake jaket aku aja” kata Hyunjin. Hyunjin melepas jaket berwarna merah itu dan memberikannya kepada Seungmin.

“Loh, kalian, kok ada disini?” tanya seseorang. Mereka menengok dan ada Eric disana. “Loh Ric, ga dateng ke rumah duka?” tanya Hyunjin.

“Oh ehm ini.. Aku lagi ditungguin orang. Sorry ya, bye” kata Eric sambil berlalu. Hyunjin menaikan alisnya aneh. “Ayo kita kejar dia” kata Hyunjin.

Hyunjin, Seungmin dan Haechan mengikuti Eric. “Kita berpisah aja. Aku ke kanan, Seungmin lurus, Haechan ke kiri. Keep contact ya” kata Hyunjin.

Seungmin dan Haechan mengangguk. Dan ketiganya pun berpisah untuk mengejar Eric.

¤¤¤

Seungmin berjalan terus. Sambil memperhatikan sekitar mall. “Eric kemana sih” kata Seungmin. Tiba-tiba ada yang membekap mulut Seungmin.

Seungmin diseret menuju lorong yang jarang dilalui orang. Orang yang menyeret Seungmin menggunakan hoodie berwarna merah dan masker merah.

“Kamu??” tanya Seungmin dengan kaget. “Terkejut Kim Seungmin? Apakah dirimu terkejut melihatku? Hyunjin sangatlah bodoh. Menemukanku saja butuh mengorbankan banyak orang” kata orang itu.

Orang tersebut segera menusuk perut bagian kiri Seungmin. Dan segera, saat itu juga ada darah yang keluar. Seungmin terduduk sambil memegang perut yang ditusuk tersebut.

Orang tersebut mengeluarkan kertas dan menulis sesuatu. “Semoga Hyunjin menemukanmu Seungmin-ssi” kata orang tersebut, lalu meninggalkan Seungmin sendirian.

Kim Seungmin, korban ketujuh, ditemukan dengan jaket merah bersamanya.

¤¤¤

Hyunjin menggenggam kertas yang ditemukannya bersama Seungmin. “Sial, dia menantangku. Kita lihat, siapa yang menang disini” kata Hyunjin dengan senyuman yang mengerikan.

The game start now..

CHAPTER 12

MEET UP

“Oke, jadi, Jaemin udah ga ada 3 hari yang lalu, dan ga ada yang kasih tau ke gue?” tanya Hyunjin. “Sorry Jin, ortu Jaemin emang mau pemakaman tertutup, jadi ya gitu” kata Haechan.

“Lagian lo sakit Jin, ya kali kita ganggu lu” kata Sunwoo. “Ya tapi setidaknya lo bilang ke gua dong” kata Hyunjin. “Sorry, kita ga mau ganggu lu aja jin” kata Haechan.

“Ngomong-ngomong, Eric kemana?” tanya Hyunjin. “Oh, dia lagi ketemu sama orang katanya. Ntar juga kesini” kata Sunwoo. “Oh iya Jin, ini foto tangan Jaemin” kata Haechan.

“Wait, kenapa lo kasih foto ini ke gua?” tanya Hyunjin. “Ya cuma kasih aja. Siapa tau lo familiar sama fotonya” kata Haechan. “Ya pastilah gua familiar. Kan gua yang pertama mutusin buat menyelidiki kasus ini” kata Hyunjin.

“Well, good luck” kata Haechan. “Gua pergi dulu ya” kata Haechan. Hyunjin mengendikkan bahunya. “Haechan aneh” kata Hyunjin. “Udahlah kamu gausah pikirin. Fokus aja sama penyelidikan kamu” kata Seungmin sambil tersenyum.

“Gua pergi ya. Ada urusan di rumah” kata Sunwoo. “Hati-hati woo” kata Hyunjin. “Siap” kata Sunwoo.

¤¤¤

Sunwoo menaiki mobil kesayangannya. Dan ketika ia menyalakan mesin mobilnya, ia terkejut dengan kehadiran seseorang dengan hoodie merah dan masker berwarna merah.

Orang tersebut mengangkat sebuah remote kecil. “Apa maksudnya sih? Orang gaje” kata Sunwoo. Sunwoo mau keluar dari mobil, namun pintu mobilnya terkunci. Padahal, kunci mobilnya ada di dalam bersamanya.

“Apa-apaan nih? Kenapa bisa rusak?” tanya Sunwoo. Orang tersebut menekan tombok pada remote tersebut dan mobil yang Sunwoo tumpangi meledak dan terbakar.

“Sunwoo bodoh” kata orang tersebut. Ia tersenyum dan meninggalkan parkiran tersebut, sebelum ramai di datangi orang.

Sunwoo, korban keenam, ditemukan meninggal dengan mobil merah kesayangannya.

¤¤¤

Hyunjin terkejut ketika mendapati mobil Sunwoo yang terbakar. Hyunjin jatuh terduduk. “Orang gila. Siapa orang gila ini?” kata Hyunjin.

“Apa yang Jaemin temukan dari huruf 8 yang tercoret ini?” kata Hyunjin. Hyunjin kembali mengulang penulisan Jaemin. Ia menulis angka 8 dan mencoretnya lagi.

“Apa?! Jadi dia pelakunya? Terima kasih Jaemin. Aku pastikan aku menemukannya” kata Hyunjin

CHAPTER 11

RED ROSE

Jaemin terkejut melihat kedatangan Hyunjin ke rumahnya. Okey, sejak Renjun menjadi korban, mereka semua memutuskan untuk kembali tinggal di rumah, dengan harapan, mereka lebih aman di rumah sendiri.

Hyunjin mendorong Jaemin masuk, lalu mengunci pintu rumah Jaemin. “Ga ada kamera pengawas kan disini?” tanya Hyunjin. “Ya menurut lu aja!” seru Jaemin.

Hyunjin tersenyum lebar. Lalu mengeluarkan 4 foto lengan. “Ini tangan Jeno, ini Felix, ini Renjun dan ini Han” kata Hyunjin.

Jaemin melihat foto itu satu per satu. “Jin, jangan bilang..” kata Jaemin. “Ya. Mereka dibunuh, kemudian, si pelaku membuat tato di lengan mereka. Jeno 1/8, Felix 2/8, Renjun 3/8 dan Han 4/8. Korban selanjutnya adalah 5/8 dan akan meninggal bersama mawar merah” kata Hyunjin.

“Mawar? Kenapa bunga?” tanya Jaemin. “Entahlah. Aku pikir cowo jarang ada yang suka dengan bunga” kata Hyunjin. “Udahlah. Intinya jaga diri Jaem. Aku pulang ya” kata Hyunjin.

¤¤¤

Sepulangnya Hyunjin, Jaemin segera mengambil kertas dan menulis sebuah surat. “Jika dugaanku benar, aku akan menjadi korban selanjutnya. Karena, hanya aku yang sering memberikan bunga pada orang” kata Jaemin.

“Pelakunya bodoh. Mobil merah dan motor merah. Yang punya mobil kan cuma Sunwoo sama Felix. Karna Felix udah ga ada, pasti Sunwoo. Yang punya motor cuma Haechan sama Renjun. Renjun udah ga ada, pasti Haechan selanjutnya” kata Jaemin.

“Jaket merah... Ini yang aku tidak tau. Dan kenapa harus angka 8” kata Jaemin. Jaemin menuliskan angka 8 disebuah kertas.

“Delapan. Siapa di antara mereka ada kaitannya sama angka 8” kata Jaemin. Tanpa sengaja, Jaemin membuat garis vertikal di tengah angka 8 tersebut.

“Aduh kecoret” kata Jaemin. Namun Jaemin terkejut. “Apa? Jadi, pelakunya dia? Wah sangat tidak terduga” kata Jaemin.

“Bodoh. Kamu benar-benar tidak terduga dan sangat pandai bersembunyi” kata Jaemin dengan senyumnya yang mengerikan.

Jaemin menulis clue yang dia dapatkan di sebuah kertas. “Kau boleh membunuh teman-temanku. Tapi tidak lagi. Kau sudah kalah” kata Jaemin.

Jaemin mengambil handphone nya dan menghubungi Haechan. “Haechan, bisa ke rumahku sekarang? Aku mau berbicara sesuatu” kata Jaemin.

¤¤¤

Tak lama setelah itu, tiba-tiba ada yang menekan bell rumah Jaemin. Jaemin bingung, Haechan, tidak pernah menekan bel rumahnya.

“Haechan sok malu banget sih. Biasanya malu-maluin” kata Jaemin. “Masuk aja sih Chan” kata Jaemin sambil membuka pintunya.

Ketika Jaemin membuka pintu rumahnya, ada seseorang dengan hoodie merah, dan juga masker berwarna merah. Dan tiba-tiba, orang itu mengeluarkan pisau dan menusuk Jaemin.

“Akh..” Jaemin memegang perut bagian kirinya yang ditusuk oleh orang tersebut. Orang tersebut kemudian menempelkan sebuah tato, bertuliskan 5/8. “Selamat tinggal, Na Jaemin” kata orang tersebut sambil meletakkan sebuket mawar merah di dekat Jaemin yang tersungkur di hadapannya.

Jaemin, korban kelima, ditemukan dengan sebuket mawar merah di dekat tubuhnya yang berdarah.