Tattoo

San terduduk di kasurnya sambil merenung. Yunho, teman sekamarnya hanya menggeleng melihat San yang bengong.

“Heh, ngapain bengong?” Kata Yunho. “Yun, gue mikir deh” kata San. “Dih? Lu? Bisa mikir juga ternyata” kata Yunho dengan savage. San pun melempar bantal pada teman sekamarnya itu. “Kalo bukan pacar Mingi, dah gue tabok lu, Yun” kata San.

“Eh serius gue lagi mikir sekarang. Gue pengen punya tattoo. Menurut lu, gue bikin sekarang apa nanti aja? Terus, menurut lu sakit ga ya?” Kata San. “Ya lu tanya sama ka Hongjoong lah. Eh, salah. Tanya pacar lo lah. Lo lupa ya pacar lo punya tattoo?” Kata Yunho.

“Lah iya juga ya. Kok bisa-bisanya gue lupa. Yaudah mau ke yayang dulu ah” kata San sambil keluar dari kamarnya dan pergi ke kamar Wooyoung.

Ketika ia membuka pintu kamar Wooyoug, hanya ada Wooyoung yang sedang duduk di kasurnya sambil bermain HP. San menghampirinya dan menidurkan dirinya di paha Wooyoung.

“Lo ngapain Choi San?” Kata Wooyoung yang tidak mengalihkan pandangannya dari Hp. Sudah hafal betul dengan kebiasaan pacar tampannya yang suka tidur di pahanya.

“Yang, mau nanya” kata San. “Nanya apa?” Kata Wooyoung. “Di tattoo pertama kali sakit ga tuh?” Kata San sambil mengelus bagian tubuh Wooyoung yang di tattoo, lebih tepatnya, berada di bawah ketiak. Saat itu, Wooyoung menggunakan baju sleeveless yang membuat tattoonya terlihat jelas.

“Kamu? Mau ditattoo?? Alasannya apa?” Tanya Wooyoung sambil menyimpan Hpnya di meja nakas samping kasur. Tangannya beralih mengelus rambut kekasihnya. “Entahlah? Aku kepengen aja” kata San.

“San, dengerin aku. Ketika kamu memutuskan untuk di tattoo, kamu harus pikir mateng-mateng. Karena, tattoo itu permanent, akan selalu ada di tubuh kita. Jadi kamu, harus pikir mateng-mateng, sebelum memutuskannya” kata Wooyoung.

“Aku juga sebenernya mau tambah tattoo tau” kata Wooyoung lagi. San pun bangkit dari paha Wooyoung. “Kamu? Mau nambah tattoo apa? Dimana?” Tanya San bertubi-tubi.

“Disini” kata Wooyoung sambil menepuk paha kanannya. “Kenapa di paha? Terus tulisannya apa?” Tanya San. “Amicus ad Aras” kata Wooyoung pelan. San tertegun, kemudian terdiam. Ada euforia yang terjadi di dalam dadanya.

“Itu, kita kan. Aku ingin punya tattoo itu di paha aku. Karna, you own my thigh. Dan kedua, ini adalah tentang kita. Aku pengen, kemana pun aku pergi dan kamu lagi ga ada di sisi aku, aku bisa merasakan jiwa kamu. Aku ga akan ngerasa sendiri” kata Wooyoung sambil tersenyum manis.

San tersenyum, tangannya menangkup wajah manis di hadapannya, kemudian mengecup bibir kecil itu. “Jung Wooyoung, kamu tuh, manis banget. Beruntung banget aku punya pacar kaya kamu” kata San sambil tersenyum.

“Yuk pergi. Aku juga sekarang punya alasan kenapa aku mau tattoo paha kanan aku dengan tulisan Amicus ad Aras” kata San dan Wooyoung pun memekik kegirangan. “KITA BAKAL PUNYA TATTOO YANG SAMA!!” Seru Wooyoung.


Mereka pun pergi ke Tattoo artist langganan agensi bersama manager. “Halo, selamat datang. Ada yang bisa ku bantu?” Tanya tattoo artist tersebut pada mereka. “Kami ingin membuat tattoo di paha” kata Wooyoung.

“Baik.. Tapi mungkin agak sedikit sakit dibandingkan di bagian tubuh lain” kata tattoo artist tersebut. “Tidak apa. Saya sebelumnya sudah pernah di tattoo. Dan dia yang pertama kali” kata Wooyoung sambil menunjuk San.

“Ah baiklah.. Mungkin, anda sebagai pemula, ingin mencobanya duluan? Tulisan apa yang ingin dibuat?” Kata tattoo artist tersebut. San menuliskan Amicus ad Aras di kertas yang disediakan tattoo artist tersebut.

“Tattoo couple?” Tanya tattoo artist tersebut dan San mengangguk. San pun tiduran di tempat tidur yang disediakan. Ketika alat untuk membuat tattoo tersebut menyentuh kulitnya, San merasakan sakit yang lumayan menyengat, namun masih bisa ditahannya.

Tidak lama, tattoo tersebut pun menghiasi paha San. Tattoo tersebut dibalut dengan perban. “Jangan lupa membuka perbannya setelah 24 jam dan gunakan antibiotik. Dalam seminggu, daerah ini tidak boleh terkena sabun. Jika kulit anda merasa kering, biarkan saja, nanti juga membaik sendiri” kata tattoo artist tersebut.

“Baik, terima kasih” kata San. Setelah San turun, Wooyoung pun duduk di tempat tidur yang sebelumnya digunakan San. Berbeda dengan San, ketika alat tersebut menyentuh pahanya, Wooyoung berteriak kesakitan.

“Maaf ya.. Saya sudah bilang, jika ingin di tattoo di bagian sini akan sedikit sakit” kata tattoo artist tersebut. Wajahnya juga menunjukkan kekhawatiran ketika Wooyoung berteriak.

San bingung bagaimana meredakan sakit yang dirasakan oleh Wooyoung. Dan tiba-tiba, ia teringat bahwa ia tadi membawa boneka, karena takut sakit. San pun beranjak keluar dan membuka mobil agensi. Tangannya mengambil boneka yang diberinya nama Shiber itu.

Setelah memastikan pintu mobil tertutup dengan baik, San kembali ke tempat tersebut dan memberikan bonekanya pada Wooyoung. “Aku disini. Jangan takut” kata San. Wooyoung mengangguk kemudian meremas boneka serta tangan San yang berada di genggamannya untuk menahan rasa sakit.

“Nah.. Sudah.. Jangan lupa membuka perbannya setelah 24 jam ya. Dan dalam seminggu, area yang ada tattoo ini tidak boleh terkena sabun. Jangan lupa gunakan antibiotik dan jika kulit anda kering, biarkan saja.. Itu hal yang normal” kata tattoo artist tersebut.

Wooyoung mengangguk dan menghapus sedikit air mata yang keluar karena menahan sakit. San terkekeh lucu melihat wajah merah kekasihnya itu. Gemes sih, tapi kasian juga.

“Terima kasih banyak!!” Kata San pada tattoo artist tersebut sebelum keduanya pulang ke dorm.


San baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dorm, dan langkahnya dihentikan oleh Hongjoong dan Jongho. “KAMU APAIN WOOYOUNG???” seru Hongjoong. “KAKAK APAIN KAK WOOYOUNG??” seru Jongho.

“Haduh, ga kenapa-kenapa. Kalian lebay deh ah. Emangnya aku bisa apain Wooyoung” kata San sambil mendorong keduanya. “Kakak bisa bikin kak Wooyoung jalannya kaya penguin!! Nanti kak Wooyoung ga bisa main sama aku” kata Jongho.

“Heh aduh bocil kok kamu tau aja soal jalan penguin” kata Hongjoong yang panik sambil menutupi mulut Jongho. “AKU UDAH BESAR KA JOONG?!” Seru Jongho.

“Mana ada udah gede, tapi masih minta ditemenin Yeosang bobonya, masih minta minum susu sebelum bobo” kata Seonghwa yang datang sambil membawa dua piring buah, untuk Hongjoong dan Jongho.

“Jadi, kamu nangis kenapa Woo? Biar ga salah paham nih” kata Seonghwa pada pria yang memiliki fitur wajah seperti rubah tersebut. “Aku abis di tattoo. Sama San juga” kata Wooyoung sambil menunjukkan perban di pahanya.

“Tattoo couple? Gambar apa?” Tanya Seonghwa. “Tulisan amicus ad aras kak, hehe” kata Wooyoung. “Tuh udah ya ga ada salah paham lagi. Wooyoung nangis karena abis di tattoo” kata Seonghwa pada Hongjoong dan Jongho.

“Yaudah, jangan lupa besok dilepas. Nanti mandi jangan sampe kena basah dulu” kata Hongjoong. “Siap siap. Udah ya ka, mau nenangin anak bayi dulu” kata San sambil narik Wooyoung ke kamarnya dan Yunho.

“Jongho mau ditattoo juga boleh ga?” Tanya Jongho pada Seonghwa dan Hongjoong. “JANGAN DEK” seru keduanya. “Please, kamu masih kecil. Jangan di tattoo dulu ya” kata Hongjoong.

“Nih, mending kamu jajan tteokbeokki aja sana” kata Seonghwa sambil menyerahkan beberapa lembar uang. “Yeyy!!” Kata Jongho sambil beranjak pergi.