Sampai

Mingi terkejut melihat hotel tempatnya dan Jongho akan bermalam selama dua minggu ke depan. Hotel bintang lima ternama yang bahkan Mingi tidak berani untuk berharap menginap semalam disini. Dan kini, Mingi bisa merasakan kemewahan hotel ini selama 2 minggu.

“8017 kamarmu, dan 8018 adalah kamarku. I'm not sure if I can back early, so enjoy your holiday” kata Jongho sambil memberikan kartu akses kamar bernomor 8017 untuk Mingi. “Ini beneran aku liburan disini?” Tanya Mingi. Jongho pun tertawa kecil mendengar celutukan polos Mingi. “Iya Mingi. Aku ga bisa janji untuk nemenin kamu keliling NY. So enjoy yourself” kata Jongho.

“Maaf aku banyak ngerepotin ya ka” kata Mingi sambil membungkuk. “Engga kok Mingi. I've told you earlier, kalau aku seneng banget punya seseorang yang nungguin aku di rumah. Aku seneng banget ada kehadiran kamu” kata Jongho. “Makasih banyak ka” kata Mingi. “Terima kasih kembali. Istirahat sana, pasti kamu jet-lag” kata Jongho.

“Selamat istirahat ka Jongho” kata Mingi sambil masuk ke kamar. Setelah memastikan Mingi masuk ke kamarnya, Jongho langsung membuka ponselnya dan menghubungi Yeosang yang sedang menyelesaikan kasus korupsi di Seoul. “Ka Yeosang, gimana disana?” Tanya Jongho. “Clear, perusahaan sudah membayar kerugian perusahaan kita dan perusahaan itu terbukti melakukan korupsi terhadap banyak perusahaan sehingga akan dibubarkan” kata Yeosang.

Great. Comeback safely” kata Jongho. “Pasti” kata Yeosang. Jongho pun mematikan sambungan teleponnya. Jongho pun sengaja berdiam diri di depan kamarnya, karena ia tahu ada seseorang yang akan lewat di depan kamarnya.

“Ka Jongho?”

Jongho menengok dan mendapati Seonghwa, salah satu model pertama Aurora berjalan mendekatinya. “Halo Seonghwa. Glad to work with you again” kata Jongho. Seonghwa menjadi model yang akan mempromosikan pembukaan store pertama Aurora di US. Jongho memang sengaja menunggu Seonghwa untuk lewat, ia masih ingat bagaimana Seonghwa selalu mencari udara segar di malam hari.

“Aku senang bisa bekerja dengan kakak lagi” kata Seonghwa. “Begitu juga aku. Kamu kebetulan ada disini atau gimana?” Tanya Jongho. “Kamarku di 8021. Kebetulan sekali ka” kata Seonghwa. Jongho menyeringai diam, tentu saja dia tahu bahwa Seonghwa ada di lantai 8 makanya ia memesan kamar yang berdekatan dengan kamar Seonghwa.

“Kamu ada waktu ngobrol? Kayanya kita bisa minum teh hangat malam-malam gini” kata Jongho. “Boleh hehe” kata Seonghwa.


“Gimana Paris?” Tanya Jongho kepada Seonghwa sambil menunggu pesanan mereka datang. “Seru. Aku suka dengan kerjaanku di Paris. Aku jadi modelnya Chanel untuk Winter Fashion Week nanti” kata Seonghwa. “Senang mendengarnya. Aku sudah tahu kamu pasti akan jadi model papan atas sejak aku menerimamu” kata Jongho.

“Aku banyak berterima kasih sama kakak. Kakak ngajarin aku jadi model yang baik, gimana cara mempromosikan produk dan aku seneng aku bisa pamer ke orang-orang kalau produk Aurora itu produk yang bagus” kata Seonghwa dengan semangat. “Marketingnya makin jago ya kamu” kata Jongho sambil tertawa dan diikuti Seonghwa yang tertawa.

Setelah pesanan mereka datang, Jongho dan Seonghwa meminum teh pesanan mereka. “Dia apa kabar?” Tanya Jongho. “Dia siapa?” Tanya Seonghwa. “Your boyfriend” kata Jongho. “You mean, your step brother?” Tanya Seonghwa. Jongho merotasikan bola matanya dan Seonghwa hanya terkekeh.

“Dia sehat kok. Udah ngurangin minum alkohol juga. Sekarang kalo stress dia larinya ke dapur, masak gitu. Sempet ambil sertifikasi juga setauku. Perusahaannya lancar-lancar aja” kata Seonghwa. “Dia kemaren kena skandal kan? Gimana responnya?” Tanya Jongho. “Dia langsung telepon aku, dia jelasin kalo skandal itu bohong dan minta aku percaya sama dia” kata Seonghwa.

“Dan kamu percaya?” Tanya Jongho. “Aku percaya Wooyoung. Walaupun mamanya pernah selingkuh, aku yakin dia ga bakal main di belakang aku. Beside, he afraid to you. He knows that you gonna kill him if he break my heart” kata Seonghwa. “Bagus dong, soalnya itu bukan ancaman semata” kata Jongho.

“Hahaha iya dia tahu. Makanya dia langsung coba nyelesaiin skandal itu. Dan beruntung akhirnya dia nemuin pelakunya dan masuk ke persidangan” kata Seonghwa. “Glad to hear that” kata Jongho. “Kakak, ga mau ketemu Wooyoung? Setidaknya ketemu di luar rumah aja, jadi ga perlu ketemu mama kakak” kata Seonghwa.

She not my mom. I'm only have my dad” kata Jongho. “Iya, walaupun gitu, setidaknya ketemu sama Wooyoung. Dia tetep adek kakak, dan dia ga salah apa-apa” kata Seonghwa. Jongho pun menghabiskan tehnya dan meletakan kembali cangkir teh tersebut di atas piring. “Thank you Seonghwa. I'm appreciate it, but that's not your business. Maybe he's my brother, but we have our own life. Aku pulang ya, aku yang bayar” kata Jongho sambil meninggalkan meja dan membayar pesanan miliknya dan Seonghwa.


Jongho menyandarkan tubuhnya di depan pintu kamarnya. Ia merasakan bahwa tangan dan bahunya gemetar, nafas yang mulai tidak teratur, keringat yang mengucur di pelipisnya dan detak jantung yang tidak beraturan.

Selalu seperti ini. Ketika ia membicarakan masa lalunya, ia merasakan beban yang sangat berat. Jongho pun terduduk ketika ia merasa ada sesuatu yang mencekiknya dan ia mulai kesulitan bernafas. “Mi-Min.. Gi..” kata Jongho dengan lirih sebelum pandangannya menggelap dan ia terjatuh ke arah samping, tepat di depan kamar Mingi.

Di sisi lain, Mingi mulai merasa lapar. Tadinya Mingi mau memesan makan lewat layanan kamar, tapi tidak jadi melihat harganya yang mahal. Ia pun memutuskan untuk keluar mencari makan. “Eh tapi gue ga bisa bahasa Inggris. Gimana dong ya?” Kata Mingi panik. “Ah udahlah pake bahasa tubuh aja” kata Mingi.

Mingi mulai bersiap dengan menggunakan jaket, topi dan sepatunya. Dan tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Mingi mengerutkan dahinya ketika melihat Sky menghubunginya tengah malam. “Halo Ka Sky. Ada apa?” Kata Mingi. “Jongho dimana?” Tanya Sky. “Ya di kamarnya lah?” Kata Mingi dengan bingung. “Ponselnya ga bisa dihubungin. Tolong cari dia ya. Aku bantu cari dari sini sama Yeosang” kata Sky. “Oke” kata Mingi.

Mingi pun membuka pintunya dan terkejut melihat Jongho yang pingsan di depan pintu kamarnya. “Ka Jongho, Ka.. Bangun ka” kata Mingi. Mingi pun segera menggendong Jongho dan menidurkannya di tempat tidur. Mingi tidak pernah berpikir bahwa Jongho sangatlah ringan.

Mingi segera menghubungi Sky untuk mengabari bahwa Jongho bersamanya. “Ka Sky, Ka Jongho pingsan di depan kamarku. Ini udah aku tidurin di kasurku” kata Mingi. “Astaga anak itu bener-bener. Mingi, kamu ke kamar Jongho coba. Buka kopernya, terus ambil piyama. Sama kotak obat yang bening. Nanti kalau dia bangun, pesenin makan terus paksa dia minum obat” kata Sky dari seberang sana. “Itu obat apa ka? Ka Jongho udah biasa minum obat itu?” Tanya Mingi.

Itu obat penenang. Gapapa, dia jarang minum itu kok. Take note aja, kalau dia pingsan lain kali, langsung kasih obat penenang” kata Sky. “Oke ka” kata Mingi. Mingi pun segera merogoh kantung celana Jongho dan menemukan kartu akses kamarnya. Mingi menyelimuti Jongho dan bergegas menuju kamar sebelah untuk menemukan koper Jongho.

“Oke ini kopernya, untung kuncinya udah dilepas” kata Mingi. Mingi membuka koper Jongho dan menemukan kotak obat yang dimaksud Sky. Mingi juga mengambil satu set piyama milik Jongho dan kembali ke kamarnya sendiri.

“Eh ini gapapa kan ya kalo aku ganti baju ka Jongho?” Tanya Mingi. “Dahlah gas aja deh. Kasian ka Jongho pasti gerah” kata Mingi sambil membuka kemeja Jongho perlahan. Setelah baju Jongho terbuka, Mingi segera melepasnya dan menggantinya dengan piyama. “Aduh ga berani gantiin celana. Dahlah gausah deh” kata Mingi.

Mingi menaikan selimut hingga menutupi dada Jongho dan ia pun beranjak ke sofa untuk tidur disana.