My First and Last
Wooyoung menatap hamparan ombak di sekelilingnya. Menurut Wooyoung, laut adalah tempat kelahirannya, rumahnya dan cintanya. Laut menyimpan sejuta kenangan untuknya, dan menjadi bajak laut adalah tujuan hidupnya.
Menjadi bagian dari kelompok bajak laut Teezer adalah mimpinya. Kelompok yang dipimpin oleh Hongjoong, seorang yang terlihat lembut, namun keras tersebut menjadikan Teezer sebagai bajak laut yang paling ditakuti oleh seluruh bajak laut, sekaligus pemerintah.
Peran Wooyoung disini adalah sebagai warrior. Hongjoong mengakui Wooyoung sebagai warrior terbaik yang pernah ia miliki. Namun karena itu juga, Hongjoong sangat keras terhadap Wooyoung dan tidak mentoleransi sedikit pun kesalahan dari Wooyoung.
“WOOYOUNG KEPARAT!! SUDAH KU BILANG JANGAN PERNAH MEMBAWA BANGKAI KE KAPALKU!!” seru Hongjoong sambil menampar Wooyoung. “Dia yang paling dekat dengan pimpinannya!!” Seru Wooyoung untuk membela dirinya. “Captain, kumohon. Dengarkan penjelasan dari orang yang ditangkap Wooyoung” kata Seonghwa, yang merupakan wakil dari Hongjoong.
“Capt, Wooyoung menangkap orang ini berdasarkan informasi dariku. Jadi seharusnya captain menyalahkanku, bukan Wooyoung” kata Yunho. Hongjoong mendengus kemudian menendang kaki Wooyoung hingga ia terjatuh. “Bawa orang itu ke hadapanku” kata Hongjoong sebelum beranjak ke kabin captain.
Seonghwa dengan sigap membantu Wooyoung untuk terbangun. “San, tolong bawa orang itu ke hadapan Captain ya. Aku akan merawat Wooyoung. Mingi, Yeosang, Yunho, kembali ke posisi kalian ya” kata Seonghwa. “Baik” kata yang lain. Seonghwa segera menuntun Wooyoung untuk turun ke kabin milik pria berambut hitam tersebut.
Setelah memastikan Wooyoung terduduk dengan nyaman di kasurnya, Seonghwa segera beranjak keluar kamar Wooyoung untuk mengambil peralatannya. “Buka bajumu” kata Seonghwa. “Aku tidak terluka” kata Wooyoung. “Jangan bodoh. Bajumu sudah basah dengan darah” kata Seonghwa.
Wooyoung berdecak, namun selanjutnya ia segera melepas kancing bajunya. Seonghwa dapat melihat garis yang cukup dalam di tubuh Wooyoung. “Lukanya cukup dalam” kata Seonghwa. “Aku tau” kata Wooyoung. “Dan kau bodoh. Jika tidak diobati, kau bisa mati” kata Seonghwa. “Biarlah. Biar tua bangka itu tau rasa” kata Wooyoung.
“Woo, kamu tau kan kalau Hongjoong itu sebenarnya baik?” Kata Seonghwa yang mengubah intonasinya. Wooyoung berdecih, tentu saja ia tau fakta itu. Dia tidak akan hidup saat ini jika dulu ia tidak diselamatkan Hongjoong. “Aku tau” kata Wooyoung. “Apakah kamu hanya bisa mengatakan dua kata itu?” Tanya Seonghwa. “Ya engga lah” kata Wooyoung.
Seonghwa menggelengkan kepalanya pelan dan menyeka luka Wooyoung dengan ramuan yang ia buat. “Akhh sakit” seru Wooyoung. “Rasakan. Salah sendiri tidak hati-hati” kata Seonghwa. Seonghwa segera menyelesaikan kegiatannya dalam mengobati Wooyoung dan menutup lukanya dengan perban. “Setiap hari ganti perban ya” kata Seonghwa. “Iya bawel” kata Wooyoung.
“Wooyoung, jawabanmu masih sama?” Tanya Seonghwa tiba-tiba. Wooyoung tahu kemana arah pembicaraan Seonghwa ini. “Iya. Jawabanku masih sama, Seonghwa” kata Wooyoung dengan lembut. “Kenapa? Bukankah kamu sudah lama tidak bertemu dengan dia? Kalau dia sudah tidak ada bagaimana?” Tanya Seonghwa. “Jaga mulutmu, Seonghwa. Selama ini aku masih menghargaimu sebagai wakil captain. Tapi sekali lagi kamu berkata seperti itu, aku tidak akan segan untuk melemparmu ke dalam laut” kata Wooyoung.
“Wooyoung...” kata Seonghwa dengan lirih. “Tolong keluar dari kamarku. Aku mau istirahat” kata Wooyoung sambil mendorong Seonghwa keluar dari kamarnya, kemudian membanting pintu kamarnya. Seonghwa pun terperanjat dengan sikap Wooyoung. “Ditolak lagi?” Tanya Yeosang. Seonghwa pun mengangguk menjawab pertanyaan Yeosang. “Udahlah nyerah aja sih. Tuh, captain masih sendiri” kata Yeosang. “Engga!!” Kata Seonghwa sambil menghentakan kakinya.
“Kita akan sampai di Pulau Mist besok. Aku akan turun menemui temanku bersama Seonghwa. Satu dari kalian harus menjaga kapal dan yang lain belanja lah untuk keperluan kapal” kata Hongjoong. “Aku saja. Aku akan berada di kapal” kata Wooyoung. “Baiklah. Dan jangan melakukan kesalahan lagi, Wooyoung” kata Hongjoong. “Tentu saja” kata Wooyoung.
Keesokan harinya, Teezer pun mendarat di Pulau Mist. “Sampai jumpa besok, Wooyoung” kata Yeosang. “Ya ya bersenang-senanglah kalian” kata Wooyoung sambil mengusir teman-temannya secara halus. Setelah kepergian temannya itu, Wooyoung segera bangkit untuk membersihkan kapal.
Ketika ia sedang mengelap geladak kapal, tiba-tiba kepalanya terhantam sesuatu yang cukup keras. “Aduh, siapa sih yang jahil?” Tanya Wooyoung. Kemudian, ada batu yang terlempar masuk ke kapalnya. “Hey hey, jangan lempar-lempar batu” kata Wooyoung sambil kepalanya dijulurkan ke arah bawah.
Dan betapa terkejutnya Wooyoung ketika menemukan seorang merman di dekat kapalnya. “Hai manusia” kata merman dengan rambut hitam tersebut. “Hai? Kau masih bisa menyapaku setelah melemparku dengan batu?” Tanya Wooyoung tanpa basa-basi. “Aku tidak bisa naik ke geladak dengan ekor ini kan? Dan aku hanya menemukan batu di lautan, karena aku dilarang keras merusak ekosistem karang” kata merman tersebut pada Wooyoung.
“Baiklah sesukamu. Silahkan pergi jika kau hanya ingin mengangguku” kata Wooyoung. “Kau anggota Teezer kan?” Tanya merman itu. “Tentu saja. Bisa kau lihat dari kapal ini. Aku adalah anggota Teezer” kata Wooyoung. “Berarti kau mengenal seseorang bernama Wooyoung?” Tanya merman itu.
Wooyoung pun terdiam ketika merman tersebut menyebut namanya. “Tentu saja aku mengenalnya. Kenapa?” Kata Wooyoung. “Jadi, temanku ditangkap oleh nelayan jahat. Nelayan tersebut terkenal karena menculik para mermaid dan merman kemudian menjualnya di pelelangan. Ketika ditangkap, temanku menyuruhku kabur dan mencari seseorang bernama Wooyoung dari Teezer. Katanya Wooyoung ini orang yang hebat dan hanya dia yang bisa menyelamatkan temanku itu” kata mermand tersebut panjang lebar.
“Dan siapa temanmu itu?” Tanya Wooyoung. “Jongho” kata merman tersebut. Seketika itu juga, Wooyoung merasa bahwa detak jantungnya terhenti. Wooyoung tahu, ada banyak orang yang menggunakan nama Jongho. Tapi hanya ada satu Jongho yang akan mencarinya. Hanya ada satu Jongho yang paling ia rindukan.
“Ku tebak, kau adalah Wooyoung” kata merman itu. Wooyoung pun mengangguk pelan. “Great. Tolong bawa pulang saudaraku ya Wooyoung. Dia adalah satu-satunya orang yang ingin ku lindungi, tapi ekor ini tidak memungkinkan” kata merman itu sambil berenang menjauhi kapal Teezer. “Tunggu!! Siapa namamu?” Tanya Wooyoung. “Chani!!” Kata merman tersebut dan berenang menjauhi kapal.
Wooyoung memperhatikan Hongjoong yang datang ke kapal sambil merangkul pinggang Seonghwa. Wooyoung menunggu sampai Hongjoong sampai di kapal dan menghampirinya. “Captain, ada yang ingin ku bicarakan” kata Wooyoung. “Hm? Silahkan” kata Hongjoong. “Hanya berdua” kata Wooyoung sambil melirik Seonghwa.
“Kembalilah ke kabinmu” kata Hongjoong kepada Seonghwa. “Baik captain” kata Seonghwa sambil berlalu dari hadapan Hongjoong dan Wooyoung. Setelah memastikan Seonghwa turun ke bawah, yaitu ke kabinnya, Wooyoung mengikuti Hongjoong memasuki kabinnya. “Ada apa?” tanya Hongjoong kepada Wooyoung setelah pintu kabinnya ditutup.
“Captain, ingatkah waktu captain menyelamatkanku dari laut?” Tanya Wooyoung. “Tentu saja. Aku ingat ketika ada merman yang mengantarkanmu kepadaku” kata Hongjoong. “Captain, aku butuh izinmu. Merman itu saat ini berada di pelelangan. Aku mau menyelamatkannya” kata Wooyoung. “Because he is your first love, right?” tanya Hongjoong.
“He is my first and last, captain” kata Wooyoung. “Kalau gitu, pergilah. Tapi, aku tidak akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu” kata Hongjoong. “Baik captain. Aku yang akan bertanggung jawab penuh” kata Wooyoung dengan mantap. “Pergilah” kata Hongjoong. Wooyoung segera berlari keluar dari kabin Hongjoong dan turun dari kapal.
“Aku tahu kamu disana, Seonghwa” kata Hongjoong. Seonghwa pun menggeser tubuhnya sampai Hongjoong dapat melihatnya. “Kenapa kamu izinkan dia pergi?” Tanya Seonghwa. “Kamu dengar sendiri alasannya” kata Hongjoong. “Kamu tahu kan aku menyukainya?” Tanya Seonghwa. “Tapi dia tidak menyukaimu, Seonghwa” kata Hongjoong.
Seonghwa pun terdiam, tidak menjawab kembali kata-kata Hongjoong karena hal itu benar. “Seonghwa, berhentilah berharap pada Wooyoung. Dia masih mencintai merman tersebut. Dan ada orang lain yang menyukaimu” kata Hongjoong. “Siapa?” Tanya Seonghwa dengan cepat. “Misalnya...”
Seonghwa bingung dengan perkataan Hongjoong. Kenapa Hongjoong menggantungkan ucapannya? “Misalnya siapa, Captain?” Tanya Seonghwa. “Tidak ada. Kembalilah ke kabinmu, kamu butuh istirahat” kata Hongjoong sambil tersenyum pada Seonghwa. Seonghwa pun mengangguk dan berbalik dari hadapan Hongjoong.
“Seonghwa” panggil Hongjoong. “Ya, capt?” Kata Seonghwa. “You never called my name” kata Hongjoong sambil menutup pintu kabinnya. Dan saat itu, Seonghwa bersumpah melihat getiran, rasa sakit dan putus asa dalam pandangan Hongjoong.
Wooyoung berjalan menuju salah satu kapal terbesar di daratan tersebut. Teezer dikenal sebagai kelompok yang selalu menyembunyikan kapal mereka, berbeda dengan kelompok nelayan yang senang melelang hasil tangkapan mereka. “Sial, dimana mereka menyembunyikan Jongho” kata Wooyoung pelan.
Wooyoung hendak beranjak menuju kapal tersebut, namun pergerakannya seketika terhenti ketika mulutnya dibekap. “Shut.. Ini aku” kata orang tersebut. Wooyoung pun menoleh dan mendapati bahwa ternyata orang yang membekapnya adalah Yeosang. “San sudah menemukan lokasi Jongho. Ayo kita pergi” kata Yeosang.
“Terima kasih” kata Wooyoung. “Captain yang mengirim kami” kata Yeosang. Wooyoung pun mengikuti Yeosang pergi menjauhi kapal. “Kok kita pergi kesini? Katanya ketemu Jongho” kata Wooyoung. “Gunakan otakmu, bodoh. Kita harus masuk dari sisi sebelah kiri kapal karena sisi sebelah kanan merupakan pintu orang masuk. Dan sisi sebelah kanan itu kan udah di laut, jadi kita harus berenang dulu” kata Yeosang.
“Hooo.. Baru tahu aku” kata Wooyoung. “Makanya waktu masih sekolah tuh dengerin omongan guru” kata Yeosang. “Yeosang, aku kan ga sekolah?” Kata Wooyoung. “Oh iya maaf, maksudnya omongan captain” kata Yeosang sambil terkekeh. Wooyoung dan Yeosang pun akhirnya menceburkan diri ke laut dan berenang mendekati kapal.
Ketika mereka sudah di dekat kapal, Wooyoung melihat San yang melemparkan tali dari atas kapal. Wooyoung memanjat duluan, dan diikuti oleh Yeosang. “San, terima kasih” kata Wooyoung sesampainya ia di geladak kapal. “Tidak masalah. Kamu juga sering membantuku. Anggap saja ini balasan dariku” kata San.
San, Wooyoung dan Yeosang pun berjalan turun ke bagian dalam kapal. Mereka berjalan sepelan mungkin agar para bajak laut tersebut tidak menyadari adanya kehadiran mereka. “Itu, di ruangan itu Jongho berada” kata San sambil menunjuk sebuah ruangan. “Darimana kamu tahu?” Tanya Wooyoung. “Aku kan punya banyak temen” kata San. “Kalian disini saja. Beri sinyal padaku jika kita ketahuan” kata Wooyoung.
San dan Yeosang pun mengangguk. Wooyoung segera beranjak menuju pintu tersebut dan mengeluarkan kawat kecil yang selalu ada di kantungnya. Wooyoung menggunakan kawat itu untuk membuka pintunya. “Berhasil” kata Wooyoung. Wooyoung segera membuka pintu tersebut dan mendapati Jongho yang sedang memegang sebuah mangkuk besar.
“Jongho” panggil Wooyoung. Jongho menoleh dan mendapati Wooyoung disana. “Wooyoung” kata Jongho dengan lirih. Wooyoung mendekati Jongho dan mendapati bahwa mangkuk besar tersebut berisi mutiara hitam, mutiara paling mahal yang ada di dunia. Mutiara berasal dari air mata mermaid dan merman. Namun mutiara hitam, hanya keluar dalam dua kondisi, yaitu ketika para duyung merasa sangat bahagia atau sangat kesakitan. Dan Wooyoung yakin, kondisi kedualah yang saat ini sedang dialami Jongho.
Wooyoung memperhatikan sekujur tubuh Jongho dan terdapat luka-luka yang cukup banyak. “Ayo bangun, aku akan menyelamatkanmu” kata Wooyoung. Wooyoung membantu Jongho untuk berdiri dan Jongho memegang bahu Wooyoung. “Aku merindukanmu” kata Jongho. “Aku juga. Tapi kita harus pergi sekarang. Aku akan menggendongmu” kata Wooyoung.
Wooyoung pun menempatkan Jongho di punggungnya dikarenakan Jongho yang saat ini sedang berada dalam bentuk manusianya. “Ayo kita pergi” kata Wooyoung sambil keluar dari ruangan tersebut. “Aku hendak menghampirimu. Sepertinya, kita ketahuan” kata Yeosang. “Ayo cepat” kata Wooyoung. San, Yeosang, Wooyoung dengan Jongho digendongannya, segera pergi ke tempat dimana mereka masuk sebelumnya.
“San, kamu dulu. Lalu Yeosang, dan terakhir aku dan Jongho” kata Wooyoung. “Siap” kata Yeosang. San mengikat tali yang tadi ia gunakan untuk turun ke laut. “Aku sudah di bawah, ayo Yeosang” kata San. Yeosang pun turun dari kapal dengan perlahan.
“Itu boss!! Itu orang yang mencuri merman kita!!”
“Sial” kata Wooyoung ketika ia mendapati para kru kapal tersebut menemukannya. “WOOYOUNG!!” seru Yeosang dari bawah. “Pergilah!! Aku akan menyusul!!” Seru Wooyoung. Beberapa kru kapal mulai mendekati Wooyoung dan berakhir Wooyoung memukuli mereka. “Jongho, aku akan menceburkanmu ke laut. Aku tahu kakimu mungkin tidak bisa berubah menjadi ekor karena terluka, tapi setidaknya kamu bisa berenang menemui teman-temanku” kata Wooyoung pada Jongho.
“Tidak tidak” kata Jongho. “Lompat sekarang Jongho!!!” Teriak Wooyoung. “TIDAK!!” Seru Jongho. Jongho pun menarik Wooyoung dan keduanya terjun bersama ke dalam laut. “TEMBAK MEREKA!!” seru salah satu kru kapal. Kru kapal tersebut pun melepaskan panah ke arah Wooyoung. Tubuh Wooyoung pun dihempas oleh Jongho dan panah tersebut mengenai pinggangnya.
Wooyoung yang panik pun segera berenang menjauhi kapal tersebut. Beruntung, San dan Yeosang kembali berenang ke laut dan membantunya membawa Jongho. “Jongho, Jongho..” panggil Wooyoung sambil menepuk-nepuk pipi Jongho. Jongho membuka matanya sedikit dan tersenyum melihat Wooyoung.
“Terima kasih” kata Jongho. “Tunggu. Jongho!!” Seru Wooyoung. Wooyoung merasakan tubuh Jongho yang semakin lemah. “Kita bawa dia kepada Seonghwa” kata San pada Wooyoung.
Malam itu, Hongjoong memutuskan untuk pergi kembali ke lautan. Wooyoung hanya berdiri di tepi kapal, tanpa melakukan apapun. “Dia sudah makan?” Tanya Yunho pada Mingi. Mingi menggelengkan kepalanya. “Aku sudah mengajaknya makan, tapi dia tidak mau” kata Mingi.
“Dimana Wooyoung?” Tanya Seonghwa yang baru muncul dari dalam kapal. “Disana” kata Mingi sambil menunjuk Wooyoung. “Dia belum makan?” Tanya Seonghwa. “Dia tidak mau makan” kata Yunho. “Baiklah aku akan membujuknya makan” kata Seonghwa. Seonghwa pun mendekati Wooyoung dan menepuk bahunya.
“Jongho, bagaimana?” Tanya Wooyoung. “He's fine. Dia pria yang kuat, kau tahu” kata Seonghwa. “Terima kasih” kata Wooyoung. “Tidak masalah. Dan dia menggemaskan. Aku jadi paham kenapa kamu sangat mencintainya” kata Seonghwa. “Dia adalah cinta pertama dan terakhirku” kata Wooyoung.
Seonghwa tersenyum, kali ini bukan senyuman yang pahit. Tetapi, senyuman yang menandakan bahwa ia merelakan Wooyoung. “Maaf, karena tidak bisa membalas perasaanmu” kata Wooyoung. “Tidak masalah. Dia lebih membutuhkanmu. Dan, ada seseorang yang menungguku” kata Seonghwa. Seonghwa pun menatap Hongjoong sekilas sebelum kembali menatap lautan.
“Seonghwa??” Panggilan itu membuat Seonghwa dan Wooyoung berbalik. “Jongho!! Aku sudah bilang istirahat saja di kabin Wooyoung. Lukamu cukup dalam” kata Seonghwa. “Tidak apa-apa, aku masih bisa menahannya” kata Jongho. “Kalau begitu aku pergi ya. Silahkan mengobrol” kata Seonghwa sambil beranjak pergi dari sisi Wooyoung.
“Hey” kata Wooyoung. “Terima kasih” kata Jongho. “Kalau Chani tidak bertemu denganku, mungkin saat ini aku tidak dapat melihatmu lagi” kata Wooyoung. “Ah, aku harus memberikan ikan terbaik buat Chani” kata Jongho sambil terkekeh. Wooyoung tersenyum kemudian ia menatap Jongho. “Aku senang bisa melihatmu lagi” kata Wooyoung sambil mengenggam tangan Jongho.
“Syukurlah saat itu, bukanlah waktu terakhir kita” kata Jongho. “Aku mencintaimu” kata Wooyoung sambil meletakan tangannya di pipi Jongho. “Aku juga. Aku selalu mencintaimu, dulu dan sampai selamanya” kata Jongho. Jongho pun berinisiatif mendekatkan wajahnya dengan Wooyoung dan mengecup bibir Wooyoung.
Hal itu membuat Wooyoung tersenyum dan memutuskan untuk mencium Jongho lebih dalam. Setelah sesi ciuman yang singkat itu, Wooyoung pun melepaskannya dan memeluk Jongho dengan erat.
“Baru pertama kali aku melihat Wooyoung begitu bahagia” kata Hongjoong dari tempat kemudi kapal. “Aku juga. Aku senang dia telah menemukan kebahagiaannya” kata Seonghwa. “Kamu bisa menemukan kebahagiaanmu juga” kata Hongjoong. “Aku tahu. Aku berharap pada seseorang, padahal ada orang yang sedang menungguku” kata Seonghwa sambil mengenggam tangan Hongjoong.
“Pelan-pelan saja, Seonghwa. Jangan terlalu dipaksa” kata Hongjoong. “Aku akan membalas semua rasa cintamu padaku, Captain. Tunggu aku” kata Seonghwa dengan manis.