Me to You, You to Me
Ib. Hospital Playlist Korean Drama
“Aaaaa Jongho!!” Wooyoung segera berlari menghampiri anak kecil yang digendong oleh Hongjoong yang baru saja sampai di rumah Yunho. “Uncle Woo!!” Seru Jongho sambil tersenyum dengan manis pada Wooyoung.
“Tumben dibawa Joong?” Tanya Seonghwa. “Iya, Yeosang lagi ga bisa nemenin, jadi aku bawa aja kesini” kata Hongjoong. “Uncle Hwa, Uncle Hwa. Jongho makannya udah pake sumpit kaya daddy loh!!” Kata Jongho pada Seonghwa. “Beneran?? Wahh Jongho pinter ya” seru Seonghwa sambil mengelus rambut Jongho.
“Coba sini uncle Woo liat dulu bekas jaitannya” kata Wooyoung. “Yang dimana uncle?” Tanya Jongho. “Yang di kepala dong. Nanti bagian dada kan diliatnya sama Uncle San” kata Wooyoung. Jongho pun menundukan kepalanya, memperlihatkan bagian kepalanya yang kini sudah ditumbuhi rambut yang cukup lebat. “Hyung, ini udah ga keliatan ya.. Soalnya rambut Jongho juga udah tebel, jadi ga terlalu ketara bekas jahitannya” kata Wooyoung.
“Iya, anaknya semangat banget kalo keramas. Dia juga udah ga ngeluh perih lagi kalo keramas” kata Hongjoong. “Bagus deh” kata Wooyoung. “Nah sekarang giliran uncle San yang periksa Jongho. Coba angkat bajunya” kata San sambil berjongkok di hadapan Jongho. Jongho pun mengangkat pakaiannya dan terdapat garis lurus di sepanjang dada Jongho.
“Minggu depan ketemu uncle ya? Kita lepas jahitan yang bawah” kata San. “Wah, aku ga bisa San. Minggu depan jadwal operasiku penuh” kata Hongjoong. “Sama aku aja kalo gitu. Minggu depan aku kosong” kata Seonghwa. “Beneran gapapa nih?” Tanya Hongjoong. “Heh, emang selama ini siapa yang nemenin Jongho ke sekolah kalo kamu ga pulang?” Tanya Seonghwa. “Kamu sih hehe” kata Hongjoong.
“Uncle Hwa, di sekolah seru loh. Jongho diajarin menggambar sama ibu gurunya. Terus makanannya enak-enak!! Terus ada jam bobo siangnya juga” kata Jongho. “Oh iya? Jadi Jongho bobo siangnya di sekolah ya?” Tanya Seonghwa. “Iya!! Ibu guru kasih Jongho selimut warna biru terus ada gambar beruangnya. Jongho mau bawa pulang tapi ga boleh” kata Jongho.
“Yaudah, nanti uncle beliin pas Jongho ulang tahun ya?” Kata Seonghwa. “Call!!” Seru Jongho. “Apa nih anak kecil bisa ngomong call??” Seru Yunho yang turun ke basemant rumahnya sambil membawa cemilan. “Uncle Yuyu!!!” Seru Jongho. “Jongho mau apel?” Tanya Yunho. “Mau!! Eh Jongho boleh makan apel ga daddy?” Tanya Jongho. “Boleh. Justru Jongho harus banyak makan apel supaya cepet sehat” kata Hongjoong.
“Yeyy!!” Kata Jongho sambil memakan apel yang dibawakan oleh Yunho. “Syukurlah Jongho sekarang sudah sehat dari sebelumnya ya” kata Seonghwa. “Keadaan dia parah banget waktu pertama kali dibawa sama Yeosang. Pembengkakan pembuluh darah di otak, jantung. Mana dia kurus banget” kata San. “Sekarang dia udah gembul, gemes banget” kata Seonghwa.
“Yuk kita latihan sekarang aja. Nanti kalo kemaleman, Jongho sakit” kata Hongjoong. Keempat sahabatnya mengangguk dan mengikuti Hongjoong untuk mengambil alat musik mereka. “Nonton daddy sama uncle dari sana ya, sayang” kata Hongjoong. “Oke daddy!!” Kata Jongho sambil mengacungkan jempolnya.
Hongjoong, Seonghwa, Yunho, San dan Wooyoung adalah 5 orang dokter yang sudah bersahabat dekat sejak mereka pre-klinik. Hongjoong adalah dokter Bedah Umum, Seonghwa adalah dokter Bedah Saraf, Yunho adalah dokter Obstetri dan Ginekologi (Kandungan), San adalah dokter Torakoplastik dan Wooyoung adalah dokter Bedah Anak.
Persahabatan mereka masih berjalan sampai saat ini, ketika mereka sudah berusia 40 tahun. Sahabat-sahabatnya adalah salah satu alasan Hongjoong bertahan sampai saat ini. Keempatnya bahkan membantu Hongjoong menyelamatkan Jongho. Jongho adalah anak yang mengalami kekerasan.
Adiknya Hongjoong, yaitu Yeosang, adalah interpol yang menyelamatkan Jongho. Hongjoong tidak tega membiarkan Jongho melewati semua operasi itu sendirian, makanya ia memutuskan untuk mengadopsi Jongho dan membantunya melewati serangkaian operasi besar yang harus Jongho lalui.
“Eh lucu banget dia tidur” kata Seonghwa sambil menunjuk Jongho yang tidur di sofa menggunakan jaket Hongjoong sebagai selimut. “Malem ini, udah dulu kali ya? Kasian Jongho ngantuk” kata San. “Iya deh” kata Hongjoong. Hongjoong melepaskan strap gitar listriknya dan menyimpan gitarnya. Kemudian ia sedikit berlari untuk menghampiri Jongho.
“Shhh.. Daddy is here” kata Hongjoong sambil menggendong Jongho. Jongho yang sempat terbangun pun kembali tertidur sambil memeluk leher Hongjoong. “Seonghwa, ayo pulang” kata Hongjoong. “Eh? Kamu kok tau aku ga bawa mobil?” Kata Seonghwa. “Semua orang juga tau mobil kamu yang nyentrik itu, Hwa” kata Yunho. “Diem deh, dasar orang tua” kata Seonghwa.
“Udah udah. Kita duluan pulang ya?” Kata Hongjoong. “Bye semua!!” Kata Seonghwa yang mengikuti Hongjoong untuk pulang dari rumah Yunho. “Kamu bisa nganterin Seonghwa kan sebenernya?” Kata Wooyoung pada Yunho. “Semua orang juga tahu Woo, kemana hati Seonghwa berlabuh” kata Yunho.
“Kamu ga iri, Yun? Kamu pernah suka juga sama Seonghwa kan?” Tanya San. Yunho tersenyum penuh arti dan kemudian mengangguk. “Tapi kalian tau, kenapa Hongjoong tidak menyatakan perasaannya ke Seonghwa, padahal ia sudah mencintainya sejak pre-klinik? Itu karena aku. Dia tidak mau merusak pertemanan yang sudah terjalin antara kita” kata Yunho.
“Dan, kali ini kamu benar-benar merelakan?” Tanya Wooyoung. “Aku menganggap Seonghwa seperti kakakku sendiri. Hongjoong dan Seonghwa butuh keberanian untuk mengganti hubungan pertemanan mereka menjadi sebuah hubungan yang lebih serius” kata Yunho. “Kamu beneran ga sedih?” Tanya Wooyoung. “Engga astaga Jung Wooyoung... Lagian, aku sudah punya tambatan hatiku sendiri” kata Yunho.
“Siapa?” Tanya Wooyoung. Yunho pun memandang Wooyoung dengan pandangan yang sulit diartikan. “Ayo berkencan, Jung Wooyoung” kata Yunho.
Sementara itu, keadaan di mobil Hongjoong sangatlah hening. Baik Hongjoong dan Seonghwa, tidak ada satu orang pun yang memulai pembicaraan. “Kamu minggu depan beneran ga ada jadwal operasi?” Tanya Hongjoong. “Ga ada Joong. Tenang aja, anakmu aman sama aku” kata Seonghwa.
“Yaa aku sih percaya aja sama kamu. Tapi agak gimana gitu kalo ga nemenin Jongho. Jongho kecewa ga ya aku ga bisa nemenin dia?” Kata Hongjoong. “Kamu inget ga sih, waktu itu kamu pernah cerita ke aku. Jongho pernah bilang kaya gini, aku emang kesayangannya daddy. Tapi, daddy harus jadi superhero di rumah sakit. Jadi, daddy pergi aja, aku gapapa disini sama Uncle Yeosang” kata Seonghwa.
“Ah iya hahaha.. Lucu banget dia tuh. Omongannya kaya udah gede aja” kata Hongjoong. “Nah makanya. Aku yakin, Jongho pasti ngerti kenapa kamu ga bisa nemenin dia” kata Seonghwa. “Oke deh kalo gitu. Maaf ya aku ngerepotin kamu lagi” kata Hongjoong. “Tenang aja. Aku ga keberatan kok” kata Seonghwa.
Kemudian, keduanya pun hening kembali. “Mau kopi? Kita ngobrol dulu bentar” kata Hongjoong. “Boleh. Aku hot latte ya” kata Seonghwa. Hongjoong mengangguk dan mereka pergi ke café 24 jam. “Saya pesan 2 hot latte ya” kata Hongjoong melalui jalur drive thru. Setelah memesan kopi, Hongjoong melajukan mobilnya keluar dari kota.
“Kita mau kemana?” Tanya Seonghwa bingung. “Ke bukit bentar. Kapan lagi night drive coba? Mumpung kita besok sama-sama ga ada jadwal” kata Hongjoong. “Dih sadar umur pak. Udah tua, sok-sokan night drive” kata Seonghwa sambil tertawa. “Aku awet muda, kan punya anak” kata Hongjoong sambil tertawa.
Sesampainya di bukit, Hongjoong menghentikan mobilnya, dan membuka semua jendela mobilnya. Hongjoong memgalihkan pandangannya ke kursi belakang, dan mendapati Jongho yang tertidur dengan nyaman di 'kasur'nya. Yunho membelikan kasur anak kecil untuk disimpan di mobil Hongjoong.
Pasalnya, Hongjoong sering berpergian ke luar kota dengan Jongho. Yunho hanya ingin keponakannya itu merasa nyaman selama di perjalanan. Seonghwa juga ikut membelikan bantal, guling dan selimut untuk Jongho gunakan selama di mobil. Sedangkan San yang membelikan boneka, serta Wooyoung yang selalu membuatkan makanan untuk Jongho. Catat ya, makanan untuk Jongho, bukan daddy nya :(
Setelah memastikan Jongho masih tertidur, Hongjoong menurunkan kursinya ke belakang. Begitu pula dengan Seonghwa yang mengikutinya. “Dingin ga?” Tanya Hongjoong. “Engga terlalu kok” kata Seonghwa. Jam di mobil Hongjoong menunjukan pukul satu dini hari, tapi nampaknya ia enggan untuk pulang.
“Seonghwa” panggil Hongjoong. “Hm?” Jawab Seonghwa. “Yunho kayanya suka sama Wooyoung deh” kata Hongjoong. “Iya hahaha.. Lucu deh kayanya mereka. Wooyoung ga peka banget, padahal Yunho sering beliin hadiah buat dia” kata Seonghwa. “Yaa begitu deh ya. Maklum Jung Wooyoung emang pekanya sama anak kecil aja” kata Hongjoong.
“Seonghwa.. Aku mau nanya” kata Hongjoong. “Hm? Go on” kata Seonghwa. “Apakah masih ada perasaanmu untukku?” Tanya Hongjoong. Seonghwa pun terdiam ketika ia mendengar pertanyaan Hongjoong untuknya. “Aku masih ingat, ketika kita masih pre-klinik, kamu mendatangiku di hari ulangtahunku. Kamu ingin menyatakan perasaanmu padaku. Tapi aku menolaknya. Karena aku tau, Yunho menyukaimu. Aku tidak ingin membuat persahabatan yang sudah kita bangun menjadi berantakan.
Kemudian, tahun lalu ketika pertama kali aku mengadopsi Jongho dan Jongho sakit demam, padahal dia baru dioperasi oleh Wooyoung. Kamu datang dan membantuku merawat Jongho. Aku menyatakan perasaan yang ku pendam selama 20 tahun kepadamu. Tapi kamu menolak dengan alasan kamu belum siap membangun hubungan lagi karena pernikahanmu sebelumnya gagal.
Seonghwa, I really love you. Aku tau kita udah ga muda lagi, tapi aku mau mengembalikan rasa sayang yang udah kamu curahkan ke aku, ke Jongho. Kamu berhak bahagia Seonghwa. Aku ga mau kamu bersanding dengan orang yang salah lagi” kata Hongjoong panjang lebar.
“Hongjoong...” kata Seonghwa dengan lirih. “Please. Stop being harsh to yourself. I know that maybe you think that you don't deserve me. Tapi engga Seonghwa. Cuma kamu yang pantas bersanding denganku. Please... Bolehkan aku jadi pelarian terakhir kamu? Jadi rumah yang nyaman buat kamu?” Kata Hongjoong sambil mengenggam tangan Seonghwa.
San menekan botol hand sanitizer yang ada di mejanya. “Pasien terakhir kan ya ini, perawat Kim?” Tanya San. “Betul Dokter San” kata perawat Kim pada San. “Oke, anda bisa beristirahat perawat Kim. Dan anda, Park Jisung, persiapkan presentasi kasus anda” kata San pada perawat Kim dan salah satu mahasiswa kedokteran yang saat ini membantunya.
“Ba-Baik Dokter San” kata Jisung. “Siapa pasiennya Perawat Kim?” Tanya San. “Kim Jongho, Dokter” kata Perawat Kim. “Ah iya, suruh masuk saja” kata Dokter San. Perawat Kim pun memanggil nama tersebut dari dalam ruangan menggunakan interkom. Pintu ruangan pun terbuka dengan Jongho yang langsung masuk ke ruangan San.
“Uncle San!!!” Seru Jongho. “Aaaaaa sayangnya Uncle San!!” Kata San sambil berjongkok dan memeluk Jongho dengan erat. “Perawat Kim, kok Dokter San ga serem kalo lagi gini?” Tanya Jisung diam-diam pada Perawat Kim. “Oh, itu anaknya Dokter Kim Hongjoong dari Bedah Umum. Dokter Hongjoong dan Dokter San kan bersahabat dekat” kata Perawat Kim.
“Aduh Jongho jangan lari-lari” kata Seonghwa yang masuk ke dalam ruang rawat San dan menutup pintunya. “Hehehe Jongho mau cepet-cepet selesai uncle!! Soalnya Jongho mau pergi ke rumah kakek sama nenek bareng uncle Yeosang!!” Seru Jongho. “Om tante ada disini?” Tanya San pada Yeosang.
“Iya. Katanya kangen cucu. Mau diajak main tuh sama Yeosang juga” kata Seonghwa. “Jongho jangan kecapean ya?? Kalo cape langsung ngapain??” Tanya San pada Jongho. “Bilang uncle Yeosang terus istirahat!!” Kata Jongho. “Anak pintar. Ayo tiduran, sayang. Uncle bantu lepas jahitannya ya” kata San.
“Ayo sini, uncle bantuin naik ke kasur” kata Seonghwa. “Sebentar ya ganteng. Uncle bantuin lepas jahitan. Abis ini, Jongho bisa main deh” kata San. San melepas jahitan di dada Jongho pelan-pelan. Jongho sesekali meringis, namun Seonghwa dengan cepat menenangkannya.
“Udah.. Ih Jongho pinter ya” kata San sambil mengusak rambut Jongho. “Sakit ga??” Tanya Seonghwa. “Engga!! Jongho kan pinter” kata Jongho dengan semangat. “Kalo demam lagi jangan lupa telepon uncle ya?” Kata San. “Eung!!” Kata Jongho. Tiba-tiba, pintu ruang praktek San diketuk. “Masuk” kata San.
Ternyata, itu adalah Hongjoong yang masih menggunakan pakaian biru khas operasi. “Anakku udah selesai?” Tanya Hongjoong. “DADDY!!” seru Jongho sambil berlari mendekati Hongjoong dan memeluknya. “Udah Joong. Kalau demam lagi, telepon aku aja. Nanti aku cek lagi” kata San. “Oke, makasih San. Nah sekarang, Jongho siap pergi sama Uncle Yeosang sama Kakek Nenek?” Tanya Hongjoong.
“Siapp!!” Seru Jongho. “Bilang dulu sama Uncle San, Uncle Hwa, Perawat Kim sama kakak yang disana” kata Hongjoong. “Makasih uncle San, uncle Hwa!! Makasih juga Perawat Kim dan Kakak!!” Seru Jongho sambil melambaikan tangannya. “Makasih ya semuanya. Oh ya, kamu jangan lupa makan” kata Hongjoong pada Seonghwa. “Iya tenang” kata Seonghwa.
Hongjoong pun menggandeng tangan Jongho dan mereka keluar dari ruangan San. “Kalian bisa pergi lebih dulu. Aku akan pergi bersama Dokter Seonghwa” kata San. “Baik Dokter” kata Perawat Kim dan Jisung bersamaan.
Setelah pintu ruangan tertutup, San memfokuskan pandangannya kepada Seonghwa. “Aku rasa ada yang berbeda denganmu” kata San. “Apa?” Tanya Seonghwa. “Hubunganmu dengan Hongjoong” kata San. “Ga ada tuh. Dia kan emang selalu ingetin makan” kata Seonghwa. “Tatapan kalian berbeda” kata San.
“Aku emang ga bisa bohong ya sama kamu” kata Seonghwa. “Iya, soalnya kita dari kecil udah bareng. Jadi, plis, jawab pertanyaanku” kata San. “We decided to make it. Maksudku, iya, kami memutuskan untuk menjadi lebih serius satu sama lain” kata Seonghwa. “That's a good news. What's the different than before?” tanya San.
“Nothing. He still nice as before. The different just he tell me that he love me. And I can say, I love him with all my life” kata Seonghwa. “Good. I'm glad to hear that” kata San. “Thanks” kata Seonghwa pada San.
“Hey, kalian ga ada yang berniat membantuku membawakan barang?” Tanya Hongjoong pada Seonghwa dan Jongho yang berjalan di depannya. “Ga jauh Joong. Cuma di depan situ aja tempat kita bikin tenda” kata Seonghwa. “10 menit yang lalu kamu bilang gitu Seonghwa, dan kita masih belum sampe” kata Hongjoong.
“Semangat daddy!! Ayo papa, tunjukin jalannya lagi!!” Kata Jongho. Rasa lelah Hongjoong tiba-tiba menguap begitu saja ketika ia mendapatkan semangat dari Jongho, sekaligus ia terkejut mendengar Jongho memanggil Seonghwa dengan sebutan papa.
Begitu pula dengan Seonghwa. Baik Seonghwa maupun Hongjoong sudah menjelaskan pada Jongho bagaimana hubungan mereka, namun saat itu, Jongho masih memanggil Seonghwa dengan sebutan uncle. Entah mengapa hari ini Jongho memanggilnya dengan papa.
“Siapa yang suruh kamu panggil Uncle Hwa jadi papa, sayang?” Tanya Hongjoong. “Eh Jongho salah ya?” Tanya Jongho dengan panik. “Engga sayang. Papa cuma mau tau” kata Seonghwa dengan senyuman. “Uncle Yeo!! Uncle Yeo bilang mulai sekarang Jongho harus panggil uncle Hwa pake papa” kata Jongho.
“Kadang punya adek kaya Yeosang ada gunanya” kata Hongjoong. “Heh, adek sendiri kok digituin??” Kata Seonghwa. “Ayo papaa.. Jongho laperrr” rengek Jongho sambil menggoyangkan tangan Seonghwa. “Iya sayang. ayo kita jalan lagi” kata Seonghwa sambil menuntun Jongho. Hongjoong terkekeh dan kembali berjalan mengikuti keduanya dari belakang.
“Tadaaa!! Ini tempatnya” kata Seonghwa. “Wahh bagus ya” kata Hongjoong. Tempat berkemah mereka memiliki pemandangan langsung ke kota. Pasti akan sangat cantik melihat pemandangan kota pada malam hari. “Kamu bisa pasang tenda kan Joong? Aku mau masak buat Jongho” kata Seonghwa. “Bisa kok, santai” kata Hongjoong yang langsung membangun tenda untuk mereka tidur.
Seonghwa sendiri segera mengeluarkan kompor portable dan mulai memasak nasi goreng agar Jongho segera makan. “Tada!! Tendanya udah jadi!!” Seru Hongjoong. “Yeyy!!” Seru Jongho sambil bertepuk tangan. “Nih, daddy bawa kasur yang di mobil, sama teddynya. Jadi, Jongho bisa bobo nyaman deh” kata Hongjoong sambil menyimpan kasur Jongho dan bonekanya.
Seonghwa yang melihatnya ikut tersenyum. Beruntung sekali Hongjoong sedang libur, jadi bisa menemani Jongho yang merengek ingin pergi berkemah seperti teman-temannya. Seonghwa sendiri langsung ditarik untuk ikut berkemah bersama selepas ia melakukan operasi. Alasannya sih karena Seonghwa sudah biasa pergi berkemah.
“Ayo sayang, duduk dulu sini. Kita makan” kata Seonghwa. Jongho pun duduk di samping Seonghwa sembari menunggu mangkuk makanannya dipenuhi oleh Seonghwa. “Selamat makan anak ganteng” kata Seonghwa. “Selamat makan papa, selamat makan ayah” kata Jongho yang langsung memakan makanannya dengan semangat. Seonghwa dan Hongjoong pun ikut memakan makanan mereka.
Setelah makan, Jongho mengeluh bahwa ia mengantuk. Sehingga Hongjoong menemani Jongho tertidur sedangkan Seonghwa membereskan peralatan bekas makan mereka. “Jongho udah tidur?” Tanya Seonghwa pada Hongjoong yang keluar dari tenda perlahan. “Iya udah” kata Hongjoong.
Hongjoong mengambil dua kaleng bir dan memberikan yang satu pada Seonghwa. “Masih siang udah minum aja” kata Seonghwa. “Kapan lagi minum siang-siang coba?” Kata Hongjoong sambil membuka kalengnya dan mulai menenggaknya. Begitu pula Seonghwa yang mengikuti Hongjoong untuk meminum bir miliknya.
“Aku mencintaimu dari dulu, tahu kan?” Tanya Hongjoong. Seonghwa mengangguk, menanggapi perkataaan Hongjoong. “Aku menyembunyikan rasa cintaku padamu karena Yunho. Aku tau Yunho menyukaimu juga, makanya aku berkata aku tidak menyukaimu” kata Hongjoong. “Kamu menolakku, Hongjoong. Padahal aku sudah membuatkan kue yang enak untuk ulang tahunmu. Aku mau bilang juga ke kamu kalo aku suka sama kamu, tapi kamu nolak aku” kata Seonghwa.
“Maaf. Aku ga mau merusak pertemanan kita” kata Hongjoong. “Kita mempertahankan status pertemanan kita selama 20 tahun. Lucu juga kenapa aku bertahan selama ini sama kamu” kata Seonghwa. “Maaf, Hwa. Maaf membuat kamu menunggu terlalu lama” kata Hongjoong sambil mengenggam tangan Seonghwa. “Kamu tau betapa menyakitkannya bertahan dengan orang yang tidak aku cintai. Walaupun aku berusaha mencintainya” kata Seonghwa.
“Iya Seonghwa.. Maaf ya. Aku disini sekarang. Aku milikmu sekarang” kata Hongjoong sambil mengelus genggaman tangan Seonghwa. Hongjoong tetap mengelus tangan Seonghwa sampai ia merasa tenang. “Aku sayang kamu Hongjoong” kata Seonghwa. “Aku juga. Terima kasih sudah berjuang dan menungguku, Seonghwa” kata Hongjoong.
Hari itu, Hongjoong dan Seonghwa memutuskan untuk meruntuhkan tembok pertemanan yang mereka bangun selama 20 tahun. Dan kali ini, Seonghwa tidak berjalan sendirian, tapi ia berjalan bersama Hongjoong dan Seonghwa. “Besok anakku bagi rapot. Akhirnya Jongho masuk SD” kata Hongjoong. “Heh dia anakku juga” seru Seonghwa. “Iya iya, anak kita” kata Hongjoong sambil tertawa kecil.