First Meet
Mingi mengikuti langkah Yunho yang masuk ke salah satu restoran steak. “Eh, ini beneran kita makan steak?” Tanya Mingi. “Iya, santuy. Gua yang bayar” kata Yunho. “Tempat lain aja lah Yun. Ga enak gua sama lu. Utang gue makin numpuk nanti” kata Mingi.
“Song Mingi, diem. Gue lakuin ini karena keluarga lo udah banyak bantu keluarga gue di masa lalu. Jadi, gausah banyak cincong dan pesen aja” kata Yunho sambil narik Mingi masuk ke restoran tersebut. “Selamat malam, silahkan pesanannya ka” kata pelayan yang mendatangi meja keduanya. “Saya pesan wagyu medium-well. Lu apa gi?” Kata Yunho.
“Sirloin aja, medium-well juga” kata Mingi. “Baik, untuk minumnya ka?” tanya pelayannya lagi. “Air putih aja” kata Yunho. “Baik, ditunggu pesanannya ka” kata pelayan tersebut sambil pergi meninggalkan Yunho dan Mingi. “Lo beneran pilih Sirloin?” Tanya Yunho. “Iya Yun” kata Mingi. “Bukan karena paling murah kan?” Tanya Yunho. “Kaga. Santuy aja” kata Mingi.
Padahal Mingi memilih sirloin karena daging bagian itu adalah yang paling murah. Mingi tidak mau membebankan biaya yang besar untuk Yunho. Mingi tahu diri, ia tidak mau menyusahkan Yunho. “By the way, om apa kabar? Kakak lo sehat?” Tanya Yunho. “Papa gue sekarang buka jasa service ac, Yun. Tapi minggu lalu baru banget jatuh dari tangga” kata Mingi.
Yunho pun meringis mendengar cerita Mingi. “Tapi gapapa?” tanya Yunho. “Syukurnya ga ada tulang yang patah dan ga kenapa-kenapa. Tapi papa disuruh istirahat minimal 2 minggu” kata Mingi. “Aduh syukur deh. Kalo kakak lo gimana?” Tanya Yunho. Mingi pun terdiam ketika Yunho menanyakan keadaan kakaknya. “Hey, Gi?? Lo ga kerasukan kan?” Tanya Yunho.
Mingi pun menghela nafasnya. “Kakak gue sama suaminya baru aja ditipu Yun” kata Mingi. “KOK BISA?” Tanya Yunho. “Ya gitu. Jadi suaminya kakak gue ini kan buruh pabrik gitu ya, nah kakak gua buka warung makan gitu kan. Suami kakak gue mau resign dan kerja jadi sales gitu. Uang pesangonnya mau dipake buat renovasi warung makan kakak gua.
Suaminya kakak gue ini punya temen yang jualan bahan bangunan sama nyewain tukang gitu. Suami kakak gue pake jasa dia dong, sambil itung-itung promosi. Taunya dibawa kabur dong duit pesangonnya” kata Mingi panjang lebar.
“Anjir?? Jahat banget weh temennya” kata Yunho. “Makanya. Kakak gua lemes banget pas tahu mereka ditipu. Ditambah lagi papa gue lagi sakit, jadi ya gitu, gue lagi ga ada duit hehe” kata Mingi. “Dah lah, lo tinggal bareng sama gue aja sih. Papa mama gue udah nyuruh lo tinggal sama gue aja biar ga perlu keluar duit” kata Yunho.
“Ga enak lah Yun. Keluarga lo dah nolongin banyak. Gue bisa sekolah sampe SMA aja karena dibayarin. Masa sekarang dibayarin juga? Gapapa, gue bisa cari part time kok” kata Mingi. “Yaudah. Tapi kalau gue ajak makan jangan ngeyel ya? Ntar gue bantu cari kerjaan” kata Yunho.
“Makasih ya Yun” kata Mingi. “Santaii.. Gue cuma balas budi apa yang udah lo lakuin buat gue dan keluarga gue di masa lalu kok” kata Yunho.
Selepas makan, Yunho mengajak Mingi untuk pergi membeli perawatan kulit untuknya. “Eh, lu kan lebih tahu soal perawatan kulit, kasih saran dong” kata Yunho. “Lu nanya yang bagus, atau yang biasa gua pake?” Tanya Mingi. “Yang bagus” kata Yunho. “Nih lu pake merek Aurora ini aja. Sumpah ya ini bagus banget Yun. Duit gua cuma mampu beli moisturizernya aja soalnya ya ada harga ada kualitas lah” kata Mingi dengan semangat.
“Lu kayanya suka banget sama merek Aurora ini” kata Yunho. “Gua emang cocok sih sama Aurora. Komposisinya sebagus itu” kata Mingi. “Berarti lu cocok juga sama make upnya?” Tanya Yunho. “Cocok banget, apalagi lip tintnya” kata Mingi. Tiba-tiba ponsel Yunho pun berbunyi. “Eh sorry gi, gue angkat telepon dulu ya” kata Yunho. “Santuy, gih sana angkat dulu” kata Mingi. Yunho pun mengangguk dan menjauhi Mingi untuk mengangkat panggilan ponselnya.
Mingi pun kembali melihat-lihat produk Aurora, sampai seseorang mendekatinya. “Selamat malam” sapa seseorang. Mingi pun menoleh kepada orang yang menyapanya. Orang yang menyapanya adalah seseorang dengan kemeja biru tua, celana hitam dan kacamata bulat. Mingi sangat terkejut saat melihat orang yang menyapanya tersebut.
“ANDA CHOI JONGHO KAN???!!” Seru Mingi. “Hahahaha iya saya Choi Jongho. Tampaknya anda mengetahui saya” kata pria tersebut atau Jongho. “Saya adalah penggemar anda dan produk anda!! Setiap bulan saya menabung untuk dapat membeli produk anda” kata Mingi dengan semangat.
“Benarkah? Wah sepertinya anda tahu banyak tentang produk saya. Boleh saya tahu nama anda?” Kata Jongho. “Oh iya, perkenalkan saya Song Mingi. Umur saya 20 tahun” kata Mingi dengan sedikit kikuk. “Ah baru usia 20. Usia yang menyenangkan” kata Jongho sambil terkekeh. “Terima kasih” kata Mingi sambil membungkuk.
“Mingi, apakah anda memiliki waktu? Karena kebetulan saya ingin menanyakan pendapat anda mengenai Aurora” kata Jongho. “Tentu saja. Sebuah kehormatan bisa mengobrol bersama anda” kata Mingi dengan senang. “Saya akan membayar kopi untuk anda” kata Jongho. “Anda tidak perlu mengeluarkan uang untuk saya” kata Mingi. “Saya memaksa, Mingi” kata Jongho sambil tersenyum.
Mingi dan Jongho pun beranjak menuju sebuah gerai kopi terkenal yang ada di mall tersebut. “Anda suka kopi apa Mingi?” Tanya Jongho. “A-Ah, the classic one, Americano please” kata Mingi. “Wow. We have the same taste. 2 Americano with venti size” kata Jongho. “Anda bisa duduk terlebih dahulu, saya akan menunggu pesanan” kata Mingi. “Oh? Apa tidak masalah?” Tanya Jongho. “Tidak masalah” kata Mingi.
“Baiklah” kata Jongho. Jongho pun beranjak menuju bagian dalam gerai tersebut, sedangkan Mingi menunggu di bagian pengambilan minuman. Tidak berapa lama, minuman keduanya sudah selesai dibuat dan Mingi beranjak menuju tempat duduk Jongho. “Silahkan” kata Mingi. “Terima kasih Mingi” kata Jongho.
“Mingi, sepertinya anda cukup pendiam ya.. Saya tidak mendengar anda memanggil nama saya” kata Jongho. “Eum.. Maaf, saya bingung harus memanggil anda dengan sebutan apa. Maaf sekali lagi” kata Mingi dengan jujur. “Hahahaha ya ampun.. Anda sangat menggemaskan, Mingi. Anda bisa memanggil saya dengan kakak” kata Jongho.
“Baik Ka Jongho” kata Mingi. “So, you really adore my product. I saw you recommend it for your friend” kata Jongho. “Iya ka!! Saya suka banget sama produk Aurora. Sebagus itu dan cocok buat kulit saya” kata Mingi dengan semangat. “Yaampun saya sangat tersanjung mendengarnya. Kamu- eh saya boleh memanggil Mingi dengan sapaan yang lebih akrab?” Kata Jongho.
“Boleh ka, boleh banget” kata Mingi. “Oke oke.. Kamu pakai produk Aurora?” Tanya Jongho. “Hehehe.. Mengingat produk kakak itu ada harga ada kualitas ya ka, aku cuma bisa beli moisturizernya aja” kata Mingi. “Wow, jadi reviewnya berdasarkan pengalaman pribadi ya” kata Jongho. “Betul sekali ka” kata Mingi.
“Permisi, Ka Jongho. Kakak ada jadwal makan siang dengan HJ jam 12 siang. Kita harus pergi sekarang” kata asisten Jongho yang dari tadi duduk agak menjauh dari Jongho dan Mingi. “Oh benarkah? Astaga aku lupa kalau aku ada jadwal makan dengan model banyak omong itu. Yaudahlah kita pergi” kata Jongho. Jongho pun berdiri, begitu juga Mingi yang mengikuti Jongho.
“Mingi, terima kasih banyak sudah memberikan pendapat tentang Aurora” kata Jongho. “Sama-sama ka. Ini adalah sebuah kehormatan buat saya” kata Mingi. “Oh iya, kamu anak kuliah? Apa kamu ngekos?” Tanya Jongho. “Iya ka. Kenapa ya?” Tanya Mingi. “Kirim alamat kosmu ke asistenku ya nanti. Aku mau kirim satu set produk Aurora ke kosnya Mingi” kata Jongho.
“EHH??” tanya Mingi. “Oh baik ka Jongho. Boleh saya minta nomor anda Mingi? Saya akan menanyakan detailnya nanti” kata asisten Jongho tersebut. “Baik ka” kata Mingi sambil memberikan nomor ponselnya pada Asisten Jongho. “Terima kasih banyak” kata Mingi. “Sama-sama. Kami pergi ya Mingi” kata Jongho. “Selamat jalan ka” kata Mingi sambil membungkuk.
Jongho bersama asistennya pun keluar terlebih dahulu dari gerai kopi tersebut. “Ka Yeosang, tolong cari tahu segala hal tentang Song Mingi” kata Jongho pada salah satu bodyguardnya yang menunggu di depan gerai kopi. “Baik Jongho” kata Yeosang.